371
ABSTRACT
Garlic is a plant often consumed as a drug to treat and prevent disease or to maintain health. Many communities prefer garlic (Allium
sativum) among other herbal medicine for cholesterol treatment. Garlic has many types, and one of them is single bulb garlic which is
used to treat hypertension. However, there has been no research that shows the toxicological properties of single bulb garlic. The purpose
of this study was to determine subchronic toxic effects of single bulb garlic in mice using hematological parameters. This study used four
parameters, i.e. hemoglobin level, hematocrit level, erythrocyte number, and leukocyte number. Male mice (Mus musculus) strain Balb-C
were treated with single bulb garlic extract for 28 days with several doses as follows, N 0%, P1 0.25%, P2 0.5%, P3 1%, and P4 2%. Single
bulb garlic showed no effect on hemoglobin and hematocrit levels but increased numbers of erythrocyte and leucocyte. Therefore, this
paper concludes that single bulb garlic does not cause subchronic toxic effects.
KEY WORDS: Garlic, single bulb garlic, sub-chronic toxicity, hematology
Penulis korespondensi: SRI RAHAYU LESTARI | email: srirahayulestari@um.ac.id Dikirim: 11-03-2017 | Diterima: 31-03-2017
| https://scri.bio.unsoed.ac.id 75
ITA NUR EKA PUJIASTUTI, SRI RAHAYU LESTARI, ABDUL GOFUR
sebanyak 0,3 ml/ekor/hari selama 28 hari untuk meneliti tunggal tidak memberikan pengaruh pada kenaikan
toksisitas subkronis ekstrak bawang putih tunggal (Badan atau penurunan kadar hemoglobin. Hasil ini
Pengawas Obat dan Makanan, 2014). menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak
Analisis hematologi menggunakan empat parameter,
bawang putih tunggal yang diberikan pada mencit,
yaitu kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah eritrosit,
dan jumlah leukosit. Penghitungan kadar hemoglobin
kadar Hb tidak mengalami penurunan sesuai dengan
menggunakan Hb meter scale Tallquist. Darah ditempelkan peningkatan dosis ekstrak. Kadar haemoglobin secara
pada kertas filter, kemudian bandingkan warna darah berturut-turut dari yang terendah meliputi kelompok
dengan Hb scale Tallquist setelah warna mengkilat darah P2 < P3 < P4 < P1 < N.
hilang. Penghitungan kadar hematokrit yaitu dengan 72
memasukan darah dalam kapiler hematokrit hingga ¾ dari 70a
70
kapiler. Bagian bawah kapiler ditutup dengan paraffin,
68 66.67a
sebelum dimasukan dalam alat sentrifuse. Proses
Hemoglobin (%)
66
Rerata Kadar
sentrifugasi dilakukan dengan posisi kapiler tertutup 63.33a
paraffin menghadap keatas. dan dilakukan selama 30 menit 64
dengan kecepatan 4.000 rpm. Pembacaan kadar hematokrit 62 60a 60a
dengan memperhatikan tinggi kolom eritrosit, tebal lapisan 60
putih diatas eritrosit, dan warna kuning dari lapisan plasma. 58
Kadar hematokrit dinyatakan dalam persentase. Jumlah 56
eritrosit dihitung menggunakan hemositometer (bilik
54
hitung Improved Double Neubauer). Langkah pertama
N P1 P2 P3 P4
darah EDTA dihisap dengan pipet eritrosit sampai angka
Kelompok Perlakuan
0,5. Langkah kedua pipet eritrosit dicampur dengan larutan
Hayem dengan cara dihisap sampai batas angka 101. Darah
Gambar 1. Rerata Kadar Hemoglobin(%)
dan larutan hayem dikocok supaya homogen. Larutan pada
pipet diteteskan ke dalam hemositometer. dan dibaca pada Hasil pengukuran kadar hematokrit (packed cell
mikroskop dengan perbesaran 10x Jumlah leukosit volume) kelompok N (0%) yaitu sebesar 41,0%. Nilai
dilakukan dengan cara memipet darah EDTA hingga batas normal hematokrit pada tikus yaitu 38,5%–45,1%
0,5 ml. Langkah kedua, menghisap larutan asam asetat 1%
(Suckow, et al., 2001) Pemberian ekstrak bawang
hingga batas 11.0. Darah dan larutan asam asetat 1%
dikocok supaya homogen. Larutan pada pipet digunakan
putih tunggal tidak memberikan pengaruh yang nyata
untuk menghitung leukosit menggunakan hemositometer. terhadap kadar hematokrit seiring dengan
Cara penghitungan jumlah eritrosit yaitu pada lima bidang peningkatan dosis ekstrak bawang putih. Hasil
di tengah dengan luas masing-masing bidang 0,2 x 0,2 mm2, penelitian menunjukkan kadar hematokrit perlakuan
sedangkan jumlah leukosit dihitung pada empat bidang P1 (0,25%) mengalami penurunan sebesar 4,1%
disamping bidang penghitungan jumlah eritrosit. Bidang dibandingkan dengan kelompok N (0%). Kadar
penghitungan jumlah leukosit dengan luas masing-masing hematokrit pada P2 (0,5%) mengalami peningkatan
bidang 1 x 1 mm2. sebesar 42,8% dibandingkan dengan kelompok N
Data kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, dan jumlah
(0%). Kadar hematokrit pada P3 (1%) dan P4 (2%)
leukosit dianalisis menggunakan one way anova (anava satu
jalur). Apabila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf
mengalami penurunan sebesar 3,3% dan 4,8%
kepercayaan 95%, maka analisis dilanjutkan menggunakan dibandingkan kelompok N (0%) (Gambar 2). Hasil
uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk melihat tersebut menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih
letak perbedaan masing-masing perlakuan, sedangkan data tunggal tidak memberikan pengaruh yang nyata pada
kadar hematokrit dianalisis secara deskriptif. peningkatan atau penurunan kadar hematokrit. Pada
dosis 0,25%; 1%; dan 2%, ekstrak bawang putih
HASIL DAN PEMBAHASAN
tunggal dapat menurunkan kadar hematokrit.
Pengukuran darah mencit (Mus musculus) yang diberi Sedangkan pada dosis 0,5%, ekstrak bawang putih
ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) tunggal dapat meningkatkan kadar hematokrit.
meliputi empat parameter, yaitu kadar hemoglobin, 44,0 42.8
kadar hematokrit, jumlah eritrosit, dan jumlah
Kadar Hematokrit (%)
76
SCRIPTA BIOLOGICA | VOLUME 4 | NOMER 2 | JUNI 2017 | 75–78 | HTTPS://DOI.ORG/10.20884/1.SB.2017.4.2.371
Jumlah eritrosit juga dihitung untuk mengetahui hemoglobin paling rendah yaitu pada kelompok yang
efek toksik dari ekstrak bawang putih tunggal. diberi dosis 0,5% (P2) dan 1% (P3). Berdasarkan
pemberian ekstrak bawang putih tunggal analisis statistik, ekstrak bawang putih tunggal tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap berpengaruh pada kadar hemoglobin. Penurunan
jumlah eritrosit (p = 0,000). Rata-rata jumlah eritrosit kadar hemoglobin pada 0,25%; 0,5%; 1%; dan 2%
berturut-turut 3,4900 x 106 sel/mm3 (N); 5,8800 x 106 dari kelompok normal (0%) masih dalam rentang
sel/mm3 (P1); 5,9100 x 106 sel/mm3 (P2); 8,0767 x normal. Ekstrak bawang putih tunggal juga tidak
106 sel/mm3 (P3); dan 9,9800 x 106 sel/mm3 (P4) berpengaruh nyata terhadap kadar hematokrit. Kadar
(Gambar 3). Pemberian dosis ekstrak bawang putih normal hematokrit yaitu 38,5–45,1% (Suckow, et al.,
tunggal yang berbeda memberikan hasil yang berbeda 2001). Hal ini menunjukkan bahwa kadar hematokrit
pada jumlah eritrosit yang berbeda. Setiap pemberian kelompok normal (0%) berada dalam rentang normal.
ekstrak (0,25%; 0,5%; 1%; dan 2%), jumlah eritrosit Kadar hematokrit paling rendah yaitu pada dosis 2%
meningkat dibandingkan kelompok normal (0%). dan memberikan arti terdapat penurunan kadar
Jumlah eritrosit secara berturut-turut dari yang hematokrit pada dosis tertentu dari ekstrak bawang
terendah meliputi kelompok N < P3 ≤ P1 < P4 < P2. putih tunggal. Namun pada dosis tertentu juga (0,5%),
1,E+07
ekstrak bawang putih tunggal dapat menaikan kadar
9.980.000d hematokrit. Berdasarkan hal tersebut, maka ekstrak
Rerata Jumlah Eritrosit
12.000
leukosit paling rendah yaitu pada dosis 0% (normal)
10.000 dan meningkat sesuai dengan peningkatan dosis
(sel/mm3)
7.416.67b
8.000 ekstrak. Jumkah leukosit tertinggi yaitu pada dosis 2%
6.000 (P4). Peningkatan jumlah leukosit berkaitan dengan
3.566.67a bawang putih dapat meningkatkan fungsi imunologi
4.000 2.483.33a 2.900a
darah (Nwabueze, 2012). Bawang putih mengandung
2.000 sulfur yang dapat menginisiasi peningkatan sistem
0 imun(Lau, et al., 1991). Peningakatan jumlah leukosit
N P1 P2 P3 P4 berkaitan dengan adanya efek stimulasi fungsi imun
Kelompok Perlakuan dan kapasitas fagositosis (Salman, et al., 1999).
Penelitian lain menyebutkan bahwa peningkatan
Gambar 4. Rerata Jumlah Leukosit (sel/mm3)
jumlah leukosit mungkin dihasilkan dari ekstrak
Kadar hemoglobin pada kelompok normal (0%) bawang putih untuk menghambat migrasi neutrofil
memiliki persentase tertinggi dan setiap peningkatan (Dudek, et al., 2006). Pemberian ekstrak bawang putih
dosis ekstrak bawang putih tunggal tidak juga menyebabkan aktivasi dari mekanisme
berpengaruh nyata pada kadar hemoglobin. Kadar pertahanan non spesifik (granulosit, monosit, dan
| https://scri.bio.unsoed.ac.id 77
ITA NUR EKA PUJIASTUTI, SRI RAHAYU LESTARI, ABDUL GOFUR
lisozim) dan pertahanan spesifik (limfosit, IgG) Iweala EE, Akubugwo EI, Okeke CU. 2005. Effect of Ethanolic
Extracts of Allium sativum Linn. Liliaceae (Garlic) on Serum
(Srivastava and Pathak, 2012). Penghambatan migrasi
Cholesterol and Blood Sugar Level of Albino Rabbits. Plant
neutrofil kemungkinan akan meningkatkan jumlah Product Research Journal. 9:14–18
neutrofil dalam sistem sirkulasi, sehingga Kemper KJ. 2000. Garlic (Allium sativum). The Longwood Herbal
meningkatkan leukosit total. Aktivasi pertahanan non Task Force and Center for Holistic Pediatric Education and
Research
spesifik dan spesifik menyebabkan peningkatan
Kopin LA. 2010. In the Clinic. Dyslipidemia. American College of
jumlah leukosit total. Physicians
Berdasarkan uji statistik dari empat parameter, Lau BHS, Yamasaki T, Gridley DS. 1991. Garlic compound modulate
kadar hemoglobin dan kadar hematokrit tidak macrophage and T-lymphocyte functions. Mol. Biother.
3(2):103–107
memiliki perbedaan yang signifikan. Sedangkan
Sheen LY, Chen HW, Kung YL, Liu CT, Lii CK. 1999. Effects of garlic
jumlah eritrosit dan jumlah leukosit memiliki oil and its organosulfur compunds on the activities of hepatic
perbedaan yang signifikan dari berbagai variasi dosis drug–metabolizing and antioxidant enzymes in rats fed high–
yang diberikan. Peningkatan dosis ekstrak tidak and low–fat diets. Nutr Cancer. 35 (2):160–6.
Marsoul RD, Abbood RM, Abbas MT. 2016. Effect of Garlic Oil on
sebanding dengan peningkatan atau penurunan kadar
Cyclosporine Induced Renal Toxicity in Rats. International
hemoglobin, kadar hematokrit, dan jumlah eritrosit. Journal of Pharmacy & Pharmaceutical Research. 5(2).
Namun jumlah leukosit berbanding lurus dengan Metwally MAA. 2009. Effect of Garlic (Allium Sativum) on Some
peningkatan dosis ekstrak. AntioxidantActivities in Tilapia Nilotica (Oreochromis niloticus).
World Journal of Fish and Marine Sciences. 1(1):56–64.
KESIMPULAN DAN SARAN Neeraj S, Sushila K, Neeraj D, Milind P, Minakshi P. 2014. Garlic: A
Pungent Wonder from Nature. International Research Journal
Pemberian ekstrak bawang putih tunggal secara oral of PharmacyI. 5(7):523–529.
tidak memberikan efek toksik secara subkronis pada Nugroho SHP. 2015. Pengaruh Pemberian Bawang Putih Tunggal
(Allium Sativum Linn.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah
gambaran hematologi mencit. Perlu dilakukan Pada Penderita Hipertensi di Dusun Juwet Desa Magersari
penelitian lebih lanjut tentang peningkatan jumlah Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban. Surya Jurnal Media
leukosit total dengan adanya pemberian ekstrak Komunikasi Ilmu Kesehatan. 7(3):45–51
bawang putih tunggal untuk mengetahui leukosit jenis Nwabueze AA. 2012. The Effect of Garlic (Allium sativum) on
Growht and Haematological Parameters of Clarias gariepinus
apakah yang meningkat dan efek yang ditimbulkan (Burchell, 1822). Sustainable Agriculture Research. 1(2):222–
dalam sistem sirkulasi darah. 228
Prasad K, Laxdal VA, Yu M, Raney BL. 1995. Antioxidant activity of
DAFTAR REFERENSI allicin, an active principle in garlic. Mol Cell Biochem 1995.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Peraturan Kepala Badan 148(2):183–189
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Reinhart KM, Coleman CI, Teevan C, Vachhani P, White C. 2008.
Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara Effect of Garlic on Blood Pressure in Patients with and Without
In Vivo. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Systolic Hypertension: A Meta-Analysis. The Annals of
Benkeblia N. 2004. Antimicrobial activity of essential oil extracts of Pharmacotherapy. 42(12):1766–1771
various onions (Allium cepa) and garlic (Allium sativum). Salman H, Bergman M, Bessler H, Punsky I, Djaldetti M. 1999. Effect
Algeria: Department of Biology, Monstaganem University. of garlic derivative (alliin) on peripheral blood cell immune
Lebensm-Wiss.u.-Technol. 37:263–268 responses. International Journal Of Immunopharmacology.
Bezu T, Gedamu F, Dechasse N, Hailu M. 2014. Registration of 21(9):589–597
‘Chelenko P garlic (Allium sativum L.) Variety. East African Srivastava S, Pathak PH. 2012. Effect of Garlic (Allium sativum)
Journal of Science. 8(1):71–74 Extract in Pattern Of Differential Count Of WBC In Female
Block E. 1992. The Organosulfur Chemistry of the Genus Allium– Albino Rats. International Journal of Pharmaceutical Sciences
Implications for the Organic Chemistry of Sulfur. Albany: Review and Research. 13(2):83–86
Department of Chemistry, State University of New York at Stevinson C, Pittler MH, Ernst E. 2000. Garlic for Treating
Albany. Angew. Chem. Int. ed. Engl. 3f:1135–1178 Hypercholesterolemia, A Meta-Analysis of Randomized Clinical
Borlinghaus J, Albrecht F, Gruhlk MCH, Nwachukwu I, Slusarenko AJ. Trials. Annals of Internal Medicine. 133(6):420–429
2014. Allicin: Chemistry and Biological Properties. Molecules. Suckow MA, Danneman P, Brayton C. 2001. The laboratory Mouse
19:12591–12618 (A Volume In The Laboratory Animal Pocket Reference Series).
Choi IS, Cha HS, Lee YS. 2014. Physicochemical and Antioxidant Boca Raton, London, New York, Washington DC:CRC Press
Properties of Black Garlic. Molecules. 19:16811–16823 Tesfaye A, Mangesha W. 2015. Traditional Uses, Phytochemistry
Chung LY. 2006. The Antioxidant Properties of Garlic Compunds: and Pharmalogical Properties of Garlic (Allium sativum) and its
Allyl Cysteine, Alliin, Allicin, and Allyl Disulfide. Journal of Biological Active Compounds. International Journal of Scientific
Medical Food. 9(2):205–213 Research, Engineering and Technology. 1(5):142–148
Dudek K, Sliwa E, Tatara MR. 2006. Changes In Blood Leukocyte Thomson M, Al-Amin ZM, Al-Qatan KK, Shaban LH, Ali M. 2007.
Pattern In Piglets From Sows Treated With Garlic Preparations. Anti-diabetic and hypolipidaemic properties of garlic (Allium
Bull Vet Inst Pulawy. 50:263–267 sativum) in streptozotocin-induced diabetic rats. Int J Diabetes
Eidi A, Eidi M, Esmaeili E. 2006. Antidiabetic effect of garlic (Allium & Metabolism. 15:108–115
sativum L.) in normal and streptozotocin-induced diabetic rats. Yeh YY, Liu L. 2001. Cholesterol-Lowering Effect of Garlic Extract
Phytomedicine. 13:624–629 and Organosulfur Compunds: Human and Animal Studies. The
Gebreyohannes G, Gebreyohannes M. 2013. Medicinal values of Journal of Nutrion. 131(3):9895–9935
garlic: A review. International Journal of Medicine and Medical
Sciences. 5(9):401–408
78