Anda di halaman 1dari 11

PENUNTUN PRAKTIKUM BIOMEDIK

DEPARTEMEN FISIOLOGI
CAIRAN TUBUH

NAMA :
NIM :
KELOMPOK :

DEPARTEMEN FISIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2020
TIM PENYUSUN

dr. Abd. Azis Manaf, Sp.PD, FINASIM

dr. Eko Sudarmo, Sp.PD, FINASIM

dr. Dwi Handoko, Sp.P

dr. Nur Upik En Masrika, S.Ked, M.Biomed

Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Unkhair 2


TATA TERTIB LABORATORIUM

 Berlaku sopan, santun dan menjunjung etika akademik dalam laboratorium


 Menjunjung tinggi dan menghargai staf laboratorium dan sesama pengguna
laboratorium
 Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruangan dan lingkungan laboratorium.
 Peserta laboratorium wajib berpakaian rapi dan memakai jas atau pakaian
laboratorium beserta tanda pengenal (name tag) selama berada di loboratorium
 Peserta praktikum tidak diperbolehkan memasuki laboratorium dan/atau tidak
boleh mengikuti praktikum : mengenakan pakaian/atau kaos oblong, celana
berbahan jeans dan denim, dan memakai sandal
 Peserta praktikum dilarang merokok makan dan minum, membuat kegaduhan
selama kegiatan praktikum dan didalam ruang laboratorium
 Peserta praktikum dilarang merusak sarana dan prasarana di laboratorium seperti:
mengotori atau mencoret manekin, dan preparat tulang, merusak cadaver. Apabila
terjadi kerusakan, maka biaya perbaikan akan dibebankan kepada praktikan
 Peserta praktikum diperbolehkan mengambil gambar atau foto selama barada di
laboratorium
 Selama kegiatan praktikum, peserta tidak boleh menggunakan handphone.
 Peserta dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di
laboratorium yang tidak sesuai dengan materi praktikum mata kuliah yang diambil.
 Membersihkan peralatan yang digunakan praktikan dan mengembalikannya
kepada petugas laboratorium
 Membaca, memahami dan mengikuti prosedur operasional untuk setiap paralatan
dan kegiatan selama praktikum dan diruang laboratorium
 Setiap peserta praktikum yang melakukan pelanggaran atas tata tertib diatas tidak
diperbolehkan mengikuti praktikum.

Mengetahui
Kepala Departemen Fisiologi Unkhair

(dr. Abd. Azis Manaf, Sp.PD, FINASIM)


CAIRAN TUBUH

PRAKTIKUM : OSMOSIS
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan kompartemen cairan tubuh
2. Menjelaskan prinsip keseimbangan osmotik cairan tubuh
3. Menjelaskan proses perpindahan partikel dan cairan tubuh
4. Menjelaskan efek jenis cairan isotonik, hipotonik, hipertonik terhadap sel

B. Landasan Teori
Semua cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartemen:
cairan ekstraselular dan cairan intraselular (Gambar 1b). Cairan ekstraselular dibagi
menjadi cairan interstisial dan plasma darah. Ada juga kompartemen cairan lainnya
yang kecil yang disebut sebagai cairan transelular. Kompartemen ini meliputi cairan
dalam rongga sinovial, peritoneum, perikardium, dan intraokular, serta cairan
serebrospinal; cairan- cairan tersebut biasanya dianggap sebagai jenis cairan
ekstraselular khusus, walaupun pada beberapa kasus, komposisinya dapat sangat
berbeda dengan komposisi plasma atau cairan interstisial. Cairan transelular
seluruhnya berjumlah sekitar 1 sampai 2 liter.

(a) (b)
Gambar 1. (a) Asupan dan keluaran cairan harian (dalam ml/hari). (b) Ringkasan
pengaturan cairan tubuh meliputi kompartemen dan membran yang memisahkan
Rata-rata seorang laki-laki dewasa dengan berat 70 kilogram, memiliki total
cairan tubuh sekitar 60 persen berat badan, atau sekitar 42 L. Persentase ini dapat
berubah, bergantung kepada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas (persentasi
lemak). Oleh karena wanita pada normalnya mempunyai lemak tubuh lebih banyak dari
pria, cairan tubuh total mereka rata-rata berkisar sekitar 50 persen dari berat
badannya. Pada bayi prematur dan yang baru lahir, jumlah total cairan tubuhnya
berkisar antara 70 sampai 75 persen dari berat badannya.
Sekitar 28 dari 42 L cairan tubuh ada di dalam 100 triliun sel dan secara
keseluruhan disebut cairan intraselular. Jadi, cairan intraselular merupakan 40 persen
dari berat badan total pada "rata-rata" orang. Sedangkan semua cairan di luar sel
secara keseluruhan disebut cairan ekstraselular. Cairan ini merupakan 20 persen dari
berat badan, atau sekitar 14 L pada laki-laki normal dengan berat badan 70 kilogram.
Dua kompartemen terbesar dari cairan ekstraselular adalah cairan interstisial, yang
berjumlah lebih dari tiga perempat (11 L) bagian cairan ekstraselular, dan plasma, yang
berjumlah hampir seperempat cairan ekstraselular, atau sekitar 3 L. Plasma adalah
bagian darah yang tak mengandung sel; plasma terus-menerus bertukar zat dengan
cairan interstisial melaluli pori-pori membran kapiler. Pori-pori ini bersifat sangat
permeabel untuk hampir semua zat terlarut dalam cairan ekstraselular, kecuali protein.
Oleh karena itu, cairan ekstraselular secara konstan terus tercampur, sehingga plasma
dan cairan interstisial mempunyai komposisi yang hampir sama kecuali untuk protein,
yang konsentrasinya lebih tinggi di dalam plasma.
Komposisi ion plasma serupa dengan komposisi cairan interstisial, karena
keduanya hanya dipisahkan oleh membran kapiler yang sangat permeabel. Perbedaan
paling utama antara kedua kompartemen ini adalah konsentrasi protein dalam plasma
yang lebih tinggi; Dengan merujuk lagi pada Gambar 2, kita dapat melihat bahwa
cairan ektraselular, yang meliputi plasma dan cairan interstisial, mengandung sejumlah
besar ion natrium dan klorida, serta ion bikarbonat dalam jumlah yang cukup besar,
namun hanya sedikit mengandung ion kalium, kalsium, magnesium, fosfat, dan asam
organik. Hal ini penting menjadi dasar terjadinya aksi potensial dimana terjadi
perpindahan ion- ion kation ke dalam dan keluar sel.
Gambar 2. Kation dan anion utama cairan intraseluler dan ekstraseluler

Prinsip Dasar Osmosis dan Tekanan Osmotik


Osmosis adalah difusi neto cairan yang menyeberangi membrane permeabel
selektif dari tempat yang konsentrasi airnya tinggi ke tempat yang konsentrasi airnya
lebih rendah. Jadi, semakin tinggi konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, semakin
rendah konsentrasi airnya. Selanjutnya, cairan berdifusi dari daerah dengan
konsentrasi zat terlarut yang rendah (konsentrasi air yang tinggi) ke daerah dengan
konsentrasi zat terlarut yang tinggi (konsentrasi air yang rendah).
Oleh karena membran sel relatif impermeabel terhadap kebanyakan zat terlarut
tapi sangat permeabel terhadap air (permeabel selektif), maka bila pada salah satu sisi
membran sel konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi, air akan berdifusi melintasi
membran menuju daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi. Jadi, jika
suatu zat terlarut seperti natrium klorida (NaCl) ditambahkan ke dalam cairan
ekstraselular, air dengan cepat berdifusi dari sel melalui membran sel ke dalam cairan
ekstraselular, sampai konsentrasi air pada kedua sisi membran sama. Sebaliknya, jika
suatu zat terlarut seperti NaCl dikeluarkan dari cairan ekstraselular, air akan berdifusi
dari cairan ekstraselular melalui membran sel dan masuk ke dalam sel. Kecepatan
difusi air ini disebut kecepatan osmosis.
Gambar 3. Efek larutan isotonik (A), hipertonik (B), hipotonik (C) terhadap volume sel

Jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel
yang mempunyai osmolaritas 282 mOsm/L pada Gambar 3, sel tidak akan mengerut
atau membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intraselular dan ekstrasel
adalah sama dan zat terlarut tidak dapat masuk atau keluar dari sel. Larutan seperti ini
disebut isotonik karena tidak menimbulkan pengerutan maupun pembengkakan sel.
Contoh larutan isotonik meliputi larutan NaCl 0,9% atau larutan glukosa 5 persen
(Dextrose 5%). Larutan-larutan ini penting dalam pengobatan secara klinis karena
dapat diinfus ke dalam darah tanpa adanya bahaya yang mengancam keseimbangan
osmotik antara cairan intraselular dan ekstraselular.
Jika sebuah sel diletakkan dalam larutan hipotonik yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah (< 282 mOsm/L), air akan berdifusi
ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkak, air akan terus berdifusi ke dalam
sel, yang akan mengencerkan cairan intraselular dan juga memekatkan cairan
ekstraselular sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama. Larutan NaCl
< 0.9% bersifat hipotonik dan menyebabkan pembengkakan sel. Jika sebuah sel
diletakkan dalam larutan hipertonik yang mempunyai konsentrasi zat terlarut
impermeabel yang lebih tinggi, air akan mengalir keluar dari sel ke dalam cairan
ekstraselular. Dalam hal ini, sel akan mengkerut sampai kedua konsentrasi menjadi
sama. Larutan NaCl > 0,9% bersifat hipertonik.
C. Alat dan Bahan
1. Gelas ukur atau cawan
2. Pisau
3. Pengupas kentang
4. Penggaris / meteran
5. Sonde / tusuk sate
6. Sendok teh
7. Tempat sampah
8. Gelas plastik
9. Kentang
10. Sirup berwarna 15 ml
11. Garam 6 sendok
12. Air mineral 500 ml
13. Koran bekas

D. Deskripsi Kegiatan
a. Dengan Larutan Gula
1. Siapkan alat dan bahan, alas meja kerja dengan menggunakan koran
2. Kupas kentang dan potong hingga membentuk segiempat ukuran 4x4x4cm
dengan ditengahnya bergaung dengan diameter 1,5-2 cm dan dalam 2 cm,
cuci hingga bersih tanpa direndam
3. Masukkan sirup berwarna dengan menggunakan sendok teh ke dalam lubang
kentang yang berbentuk gaung setinggi 0,5cm dari permukaan atas kentang,
ukur kedalaman sirup dengan menggunakan sonde dan setarakan dengan
penggaris kemudian catat
4. Isi cawan dengan air mineral kurang lebih 1,5 cm dari dasar permukaan
5. Masukkan kentang yang telah berisi sirup ke dalam cawan, pastikan agar
kentang tidak mengapung, catat tinggi air dalam cawan sesaat setelah
dimasukkan kentang
6. Tunggu selama 10 menit kemudian ukur kembali ketinggian air sirup dan air
mineral dengan cara yang sama, pastikan tidak banyak cairan yang tertempel
pada sonde.
7. Catat hasilnya pada tabel kerja dan lakukan hal yang sama pada menit ke-30
b. Larutan Garam
1. Siapkan alat dan bahan, alas meja kerja dengan menggunakan koran
2. Kupas kentang dan potong hingga membentuk segiempat ukuran 4x4x4cm
dengan ditengahnya bergaung dengan diameter 1,5-2 cm dan dalam 2 cm,
cuci hingga bersih tanpa direndam
3. Buat larutan garam dengan 4 sendok teh garam dengan 2 sendok teh air,
aduk hingga larut.
4. Masukkan larutan garam dengan menggunakan sendok teh ke dalam lubang
kentang yang berbentuk gaung setinggi 0,5cm dari permukaan atas kentang,
ukur kedalaman air garam dengan menggunakan sonde dan setarakan
dengan penggaris kemudian catat hasilnya
5. Isi cawan dengan air mineral kurang lebih 1,5 cm dari dasar permukaan
6. Masukkan kentang yang telah berisi air garam ke dalam cawan, pastikan agar
kentang tidak mengapung, catat tinggi air dalam cawan sesaat setelah
dimasukkan kentang
7. Tunggu selama 10 menit kemudian ukur kembali ketinggian air garam dan air
mineral dengan cara yang sama, pastikan tidak banyak cairan yang tertempel
pada sonde.
8. Catat hasilnya pada tabel kerja dan lakukan hal yang sama pada menit ke-30

E. Tabel Kerja

Ketinggian Air Gula Ketinggian Air Mineral Keterangan


Waktu
Awal (cm) Akhir (cm) Awal (cm) Akhir (cm)

10 menit

30 menit

Ketinggian Air Garam Ketinggian Air Mineral Keterangan


Waktu
Awal (cm) Akhir (cm) Awal (cm) Akhir (cm)

10 menit

30 menit
F. Pertanyaan
1. Apakah terdapat perbedaan ketinggian air gula dan air mineral pada sebelum
percobaan dengan percobaan setelah menit ke 10 dan menit ke-30 ? jelaskan !
2. Setelah dilakukan percobaan larutan gula, deskripsikan keadaan kentang
Anda (konsistensi, warna, bentuk)
3. Apakah terdapat perbedaan ketinggian air garam dan air mineral pada
sebelum percobaan dengan percobaan setelah menit ke 10 dan menit ke-30 ?
jelaskan !
4. Setelah dilakukan percobaan larutan garam, deskripsikan keadaan kentang
Anda (konsistensi, warna, bentuk)
5. Apakah perlakuan pada kentang yang diisi larutan gula dan garam terdapat
perbedaan ? Jelaskan mengapa hal itu terjadi ?

G. Lembar Kerja

Anda mungkin juga menyukai