sumber utama :
#.
Berasal dari air atau cairan dalam makanan yang normalnya menambah
cairan tubuh sekitar
2.100 ml/hari
#. Berasal dari sintesis di tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat yang
menambah sekitar 200
ml/hari
Asupan air sangat bervariasi pada masing-masing orang dan bahkan pada
orang yang sama pada hari yang berbeda, tergantung pada cuaca, kebiasaan,
dan tingkat aktivitas fisik.
Kehilangan cairan tubuh harian
Kehilangan air yang tidak dirasakan (insensible water loss)
Terbagi 2 :
Traktus respiratorius
Difusi melalui kulit
Ada juga kompartemen cairan lainnya yang kecil yang di sebut sebagai cairan
transelular. Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga sinovial, peritoneum,
perikardium, dan intraokular, serta cairan serebrospinal. Cairan transelular
seluruhnya berjumlah sekitar 1-2 liter.
6.Kompartemen cairan intraselular
Sekitar 28 dari 42 L cairan tubuh ada di dalam 100 triliun sel dan secara
keseluruhan di sebut cairan intraselular. 40 % dari berat badan total pada ratrata orang.
7.Kompartemen cairan ekstraselular
Semua cairan di luar sel secara keseluruhan di sebut cairan ekstraselular.
20% dari berat badan atau sekitar 14 L pada laki-laki normal dengan berat badan
70 kg.
8.Volume darah
Rata-rata volume darah orang dewasa adalah sekitar 7% dari berat tubuh
atau sekitar 5 L. Sekitar 60% darah berupa plasma dan 40% berupa sel darah
merah, namun tergantung kepada jenis kelamin seseorang tersebut.
9.Hematokrit (packed red cell volume)
Adalah fraksi darah yang terdiri dari atas sel darah merah, yang di
tentukan melalui sentrifugasi darah dalam tabung hematokrit sampai sel-sel ini
menjadi benar-benar mampat di bagian tabung.
Konstituen cairan ekstraselular dan intraselular
10.Komposisi ion plasma serupa dengan komposisi ion cairan
interstisial
Tidak dapat dihitung secara langsung tetapi dapat dihitung dengan rumus :
Volume cairan interstisial = volume cairan ektraselular volume plasma
Pengukuran volume darah
Dengan menggunakan :
volume plasma
1hematokrit
dan plasma darah akibat ion natrium dan klorida, sementara hampir setengah
osmolaritas cairan intraselular di timbulkan oleh berbagai zat intrasel.
Aktivitas osmolar terkoreksi dari cairan tubuh
Aktivitas osmolar terkoreksi dari plasma, cairan interstisial, dan cairan
intraselular.
Keseimbangan osmotik dipertahankan antara cairan intraselular dan cairan
ekstraselular
Cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik
Jika sebuah sel diletakkan dalam larutan isotonik, sel tidak akan mengerut
ataupun membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intraselular dan
ekstrasellar adalah sama dan zat terlarut tidak dapat masuk atau keluar dari sel.
Jika sebuah sel diletakkan dalam larutan hipotonik, yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah (<282mOsm/L) air akan
berdifusi ke dalam sel dan menyebabkan sel membengkak. 0,9 % bersifat
hipotonik.
Jika sebuah sel diletakkan dalam larutan hipertonik, konsentrasi zar
terlarut impermeabel yang lebih tinggi, air akan mengalir ke luar dari sel ke
dalam cairan ekstraselular
Cairan isosmotik, hiperosmotik, dan hipoosmotik
Larutan dengan osmolaritas yang sama dengan sel di sebut isosmotik tanpa
memperlihatkan zat terlarut tersebut dapat menembus membran sel atau tidak.
Keseimbangan osmotik antara cairan intraselular dan ekstraselular di capai
dengan cepat
Volume dan osmolaritas cairan ekstraselular dan intraselular pada
keadaan abnormal
Prinsip-prinsip dasar :
Air bergerak cepat melintasi membran sel
Membran sel hampir sepenuhnya impermeabel terhadap banyak zat
terlarut
Pengaruh penambahan larutan salin ke cairan ekstraselular
Isotonik, osmolaritas cairan ekstraselular tidak akan berubah karena
tidak ada osmosis yang terjadi melalui membran sel.
Hipertonik, osmolaritas ekstra sel akan meningkat dan menyebabkan
osmosis air air keluar dari sel ke dalam kompartemen ekstra sel.
Hipotonik, osmolaritas cairan ekstra sel akan menurun.
Edema ekstrasel
Penyebab :
Miksi (Berkemih)
Anatomi Fisiologi Kandung Kemih
Merupakan suatu ruang otot polos yang terdiri atas dua bagian utama: (1)
bagian korpus, yang merupakan bagian utama kandung kemih, dan tempat
pengumpulan urine. Serta (2) bagian leher bentuk corong, yang merupakan
perpanjangan bagian korpus kandung kemih, berjalan ke bawah dank e depan
menuju segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Otot polos kandung
kemih disebut otot detrusor. Otot detrusor merupakan tahap utama pada proses
pengosongan kandung kemih.
Persarafan Kandung Kemih
Persrafan utamanya dari nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medulla
spinalis melalui pleksus sakralis, terutama dengan segmen S-2 dan S-3 medula
spinalis. Dalam nervus pelvikus terdapat dua jenis saraf yaitu serat saraf
sensorik dan serat sraf motorik. Persarafan motorik yang dibawa dalam nervus
pelvikus merupakan serat parasimpatis. Saraf yang paling penting adalah serat
motorik skeletal yang dibawa melalui nervus pudendus ke sfingter eksterna
kandung kemih.
Transport Urine dari Ginjal melalui Ureter Menuju Kandung Kemih
Urine mengalir dari duktus koligens menuju kalises ginjal. Urine meregangkan
kalises dan meningkatkan aktivitas pacemaker yang ada, yang kemudian akan
memicu kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah bawah
di sepanjang ureter, dengan demikian memaksa urine mengalir dari pelvis ginjal
ke arah kandung kemih. Pada orang dewasa, ureter normal panjangnya 25
sampai 35 cm (10 sampai 14 inci).
Sensasi Nyeri dalam Ureter, dan Refleks Ureterorenal. Dipersarafi oleh
serat saraf nyeri. Impuls nyeri juga menyebabkan refleks simpatis balik ke ginjal
untuk mengonstriksi arteriol ginjal, sehingga menurunkan keluaran urine dari
ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal.
Pengisian Kandung Kemih dan Tonus Dinding Kandung Kemih;
Sistrometrogram
Pada saat tidak ada urine didalam kandung kemih, tekanan intravesikularnya
sekitar 0, tetapi setelah terisi urine sebanyak 30 sampai 50 ml, tekanan
meningkat menjadi 5 sampai 10 cm HO. tambahan urine sebanyak 200 sampai
300 ml hanya sedikit menambah peningkatan tekanan, nilai tekanan yang
konstan ini disebabkan oleh tonus intrinsik pada dinding kandung kemih sendiri.
Refleks Miksi
Refleks miksi merupakan siklus yang lengkap yang terdiri atas (1) kenaikan
tekanan secara cepat dan progresif, (2) periode tekanan menetap, dan (3)
kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal. Bila refleks miksi sudah
cukup kuat, akan memicu refleks lain yang berjalan melalui nervus pudendus ke
sfingter eksterna untuk menghambatnya.
Fasilitasi atau Inhibisi Proses Miksi oleh Otak
Refleks miksi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat otonom, tetapi dapat
di hambat atau difasilitasi oleh pusat di otak. Pusat ini meliputi: (1) pusat
fasilitasi dan inhibisi kuat dibatang otak, terutama terletak di pons, dan (2)
beberapa pusat yang terletak di korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi
tetapi dapat berubah menjadi eksitasi.
Kelainan Mikturisi
Atoni Kandung Kemih dan Inkontinesia Akibat Destruksi Serat
Saraf Sensorik. Penyebab atoni kandung kemih yang umum adalah trauma
pada daerah sacral dari medulla spinalis.
Automatic Bladder Akibat Kerusakan Medula Spinalis di Atas
Daerah Sakrum. Jika medulla spinalis yang rusak terletak diatas daerah sacrum
tetapi segmen sakralis dari medulla spinalis tetap utuh, refleks miksi tetap akan
terjadi.
Neurogenic Bladder yang Tak Terkendali Akibat Ketiadaan Sinyal
Inhibisi dari Otak. Kelainan miksi yang lain disebut neurogenic bladder yang
LFG ditentukan oleh (1) jumlah daya hidrostatik dan osmotic koloid pada
membran glomerulus, yang memhasilkan tekanan filtrasi neto, dan (2) koefisien
filtrasi kapiler glomerulus, kf secara matematis, LFG merupakan hasil dan
tekanan filtrasi akhir.
Peningkatan LFG Akibat Peningkatan Koefisien Filtrasi Kapiler
Glomerulus
Peningkatan kf akan menaikkan LFG dan penurunan kf akan mengurangi LFG,
perubahan kf mungkin bukan merupakan mekanisme utama pengaturan LFG
normal dari hari ke hari.
Penurunan LFG Akibat Peningkatan Tekanan Hidrostatik di Kapsula
Bowman
Kenaikan tekanan hidrostatik pada kapsula bowman akan menurunkan LFG,
sedangkan penurunan tekanan tersebut akan meningkatkan LFG.
Penurunan LFG Akibat Peningkatan Tekanan Osmotik Koloid di Kapiler
Glomerulus
Tekanan hidrostatik glomerulus yang konstan, laju aliran darah yang lebih besar
ke dalam glomerulus cenderung akan meningkatkan LFG, dan laju aliran darah
yang lebih rendah ke glomerulus cenderung akan menurunkan LFG.
Peningkatan LFG Akibat Peningkatan Tekanan Hidrostatik di Kapiler
Glomerulus
Kenaikan tekanan hidrostatik glomerulus akan meningkatkan LFG, sedangkan
penurunan tekanan hidrostatik glomerulus akan mengurangi LFG.
Aliran Darah Ginjal
Aliran Darah Ginjal dan Komsumsi Oksigen
Jika filtrasi glomerulus berhenti sama sekali, reabsorpsi natrium ginjal juga akan
berhenti, dan konsumsi oksigen menurun menjadi sekitar seperempat nilai
normal.
Aliran ke medulla ginjal di pasok oleh bagian khusus dari sistem kapiler
pertubulus yang disebut vasa rekta.
Kontrol Fisiologis terhadap Filtrasi Glomerulus dan Aliran Darah Ginjal
kontrol fisiologis ialah tekanan hidrostatik glomerulus dan tekanan osmotik koloid
di kapiler glomerulus.
Penurunan LFG Akibat Aktivitas Sistem Saraf Simpatis
Aktivitas saraf simpatis ginjal yang kuat dapat mengakibatkan kontriksi arteriol
ginjal dan menurunkan aliran darah ginjal serta LFG.
Kontrol Hormonal dan Autakoid pada Sirkulasi Ginjal
Norepinefrin, Epinefrin, dan Endotelin Menyebabkan Konstriksi
Pembuluh Darah Ginjal dan Menurunkan LFG.
Angiotensin II Lebih Cenderung Menyebabkan Konstriksi Arteriol
Eferen pada Sebagian Besar Keadaan Fisiologis.
Endothelial-Derived Nitric Oxide Menurunkan Tahanan Vaskular
Ginjal dan Meningkatkan LFG.
Prostoglandin dan Bradikinin Cenderung Meningkatkan LFG.
Autoregulasi LFG dan Aliran Darah Ginjal
Arti Penting Autoregulasi LFG dalam Mencegah Perubhan Hebat
Ekskresi Renal
Perubahan tekanan arteri hanya akan menimbulkan sedikit efek terhadap
volume urine karena dua alasan: (1) autoregulasi ginjal mencegah perubahan
LFG yang besar yang dapat terjadi, dan (2) terdapat mekanisme adaptif
tambahan pada tubulus ginjal yang menyebabkannya meningkatkan laju
reabsorpsi bila LFG meningkat, suatu fenomena yang disebut sebagai imbangan
glomerulotubulus.
Umpan Balik Tubuloglomerulus dan Autoregulasi LFG
Ada dua komponen yang bekerja sama untuk mengontrol LFG: (1) mekanisme
umpan balik anteriol eferen dan (2) mekanisme umpan balik arteriol eferen.
Penurunan Natrium Klorida di Makula Densa Menyebabkan
Dilatasi Arteriol Aferen dan Meningkatkan Pelepasan Renin. Penurunan
konsentrasi natrium klorida kemudian memicu sinyal yang berasal dari macula
dansa, dan memberikan dua efek, (1) menurunkan tahanan aliran darah di
arteriol aferen, yang meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan
membantu mengembalikan LFG menjadi normal, dan (2) meningkatkan
pelepasan renin dan sel-sel jukstaglomerulus pada arteriol aferen dan eferen,
yang merupakan tempat penyimpanan utama untuk renin.
Bila suatu zat akan direabsorbsi, pertama zat tersebut harus ditranspor (1)
melintasi membran epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal, (2)
m3lalui membran kapiler peritubulus kembali ke dalam darah.
Reabsorpsi air dan zat terlarut meliputi serangkaian langkah transpor.
Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam cairan interstisial meliputi transpor
aktif atau pasif dengan mekanisme dasar.
Yaitu transpor melalui membran lain dalam tubuh. Sebagai contoh, air dan zat
terlarut dapat ditranspor melalui membran selnya sendiri (jalur transelular)
atau melalui ruang antar sel (jalur paraselular).
Teanspor Aktif
Transpor aktif dapat mendorong suatu zat terlarut melawan gradien
elektrokimia dan membutuhkan energi yang berasal dan metabolisme.
Transpor yang berhubungan langsung dengan suatu sumber energi, seperti
hidrolisis adenosin trifosfat (ATP), disebut sebagai transpor aktif primer. Suatu
contoh yang baik adalah pompa natrium kalium ATPase yang berfungsi pada
hampir semua bagian tubulus ginjal. Transpor yang berhubungan secara tidak
langsung dengan suatu suatu sumber energi, seperti yang diakibatkan oleh
gradien ion , yang disebut sebagai transpor aktif sekunder.
Zat Terlarut Dapat Ditranspor Melalui Sel Epitel Atau Antara Sel-Sel
Sel-sel tubulus ginjal, seperti sel-sel epitel lainnya, terikat satu sama lain
oleh taut erat dan memisahkan sel-sel epitel tubulus.
Transpor Aktif Primer Melalui Membran Tubulus Berhubungan
Dengan Hidrolisis ATP
Energi untuk transpor aktif ini bersumber dari hidrolisis ATP melalui ATPase
yang terikat membran.
Pada waktu yang bersamaan, kalium ditranspor dari interstisium ke dalam
sel. Cara kerja pompa ion ini mempertahankan konsentrasi natrium intrasel
tetap rendah dan kalsium intrasel tetap tinggi serta menciptakan suatu
muatan negatif kira-kira -70 milivolt di dalam sel. Pemompaan akktif
natrium keluar dari sel melintas membran basolateral sel membantu difusi
natrium secara pasif melintasi membran sel luminal, dari lumen tubulus ke
dalam sel.
Reabsorpsi akhir ion natrium dari lumen tubulus kembali ke dalam darah
melibatkan setidaknya tiga tahap, yaitu :
1) Natrium berdifusi melalui membran luminal (yang juga disebut membran
apikal) ke dalam sel, mengikuti suatu gradien elektronikimia yang
terbentuk oleh pompa natrium-kalsium ATPase pada sisi basolateral
membran.
2) Natrium ditranspor melalui membran basolaterl melawan suatu gradien
elektrokimia yang ditimbulkan oleh pompa natrium-kalium ATPase.
3) Natrium, air dan zat-zat lain direabsorpsi dari cairan interstisial ke dalam
kapiler peritubulus dengan cara ultrafiltrasi, yaitu suatu proses pasif yang
digerakan oleh gradien tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik.
Reabsorpsi Aktif Sekunder Melalui Membran Tubulus
Pada transpor aktif sekunder, dua atau lebih zat berinteraksi dengan suatu
protein membran spesifik (molekul carrier) dan ditranspor bersama
melewati membran.
Ko-transporter natrium glukosa (SGLT2 dan SGLTI) terdapat pada brush
border sel tubulus proksimal dan membawa glukosa ke dalam sitoplasma
sel melawan gradien konsentrasi.
Pada sisi basolateral membran, glukosa berdifusi keluar sel menuju ruang
interstisial dengan bantuan transporter glukosa-GLUT2, di segmen S1 dan
GLUT1 di bagian akhir (segmen S3) tubulus proksimal.
Gradien elektrokimia untuk difusi terfasilitas natrium yang melintasi
membran luminal dapat dipertahankan, dan difusi natrium masuk ke dalam
sel inilah yang menyediakan energi untuk transpor keluar glukosa melintasi
membran luminal yang terjadi pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu,
reabsorpsi glokosa ini disebut transpor aktif sekunder, karena glukosa
sendiri direabsorbsi melawan gradien kimia, tetapi sekunder terhadap
transpor aktif primer natrium.
Sekresi Aktif Sekunder Ke Dalam Tulubus
Hal ini seringkali melibatkan konter transpor zat dengan ion-ion natrium.
Pada konter-transpor, energi yang dilepaskan dari gerakan masuk salah
satu yang menyebabkan pergerakan keluar zat kedua dalam arah yang
berlawanan.
Dalam hal ini, natrium masuk ke dalam sel bersamaan dengan pengeluaran
hidrogen dari sel oleh konter-transpor natrium-hidrogen. Transpor ini
diperantarai oleh suatu protein spesifik pada brush border membran
luminal.
PinositopisSuatu Mekanisme Transpor Aktif Untuk Reabsorpsi
Protein
Beberapa bagian dari tubulus, terutama tubulus proksimal, mereabsorbsi
molekul-molekul besar seperti protein dengan cara pinositosis.
Transpor Meksimum Untuk Zat Yang Direabsorpsi Secara Aktif
Keterbatasan ini disebabkan oleh kejenuhan dari sistem transpor spesifik
yang dilibatkan apabila jumlah zat terlarut yang sampai ke tubulus (beban
tubulus) melebihi kapasitas protein pengangkut dan enzim-enzim spesifik
yang terlibat dalam proses transpor.
Normalnya, glukosa tidak terdapat dalam urine, karena pada dasarnya
semua glukosa yang difiltrasi akan direabsorpsi di tubulus proksimal.
Namun, bila beban yang difiltrasi melebihi kemampuan tubulus
mereabsorpsi glukosa, maka akan terjadi ekskresi glukosa dalam urine.
Secara keseluruhan transpor maksimum untuk ginjal, yang normalnya
sekitar 375 mg/menit, tercapai apaabila semua nefron telah mencapai
kapasitas maksimumnya untuk merabsorpsi glukosa.
Secara normal, sekitar 65 persen dari beban natrium dan air yang difiltrasi
dan nilai persentase yang sedikit lebih rendah dari klorida, akan direabsorpsi
oleh tubulus proksimal sebelum filtrat mencapai ansa Henle.
Tubulus Proksimal Mempunyai Kapasitas Yang Besar Untuk
Reabsorpsi Aktif Dan Pasif
Permukaan membran epitel brush border yang luas juga dimuati molekul
protein pembawa yang mentranspor sebagian besar ion natrium melewati
membran luminal yang berkaitan dengan berbagai nutrien organik, seperti
asam amino dan glukosa, melalu mekanisme ko-transpor.
Konsentrasi Zat Terlarut Di Sepanjang Tubulus Proksimal
Walaupun jumlah natrium dalam cairan tubulus menurun secara nyata di
sepanjang tubulus proksimal, konsentrasi natrium tetap relatif konstan
karena permeabilitas air di tubulus proksimal sangat besar.
Sekresi Asam Dan Basa Organik Oleh Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal juga merupakan tempat penting untuk sekresi asam dan
basa organik seperti garam empedu, oksalt, urat dan katekolamin.
Senyawa lain yang disekresi secara cepatoleh tubulus proksimal adalah
asam para-aminohipurat (PAH).
Segmen tebal Ansa Henle, yang dimulai dari separuh bagian atas pars
asendens, memiliki sel-sel epitel yang tebal yang mempunyai aktivitas
metabolik tinggi dan mampu melakukan reabsorpsi aktif natrium, klorida dan
kalium.
Segemen tebal asendens ansa Henle sesungguhny impermeabel terhadap air.
Tubulus Distal
Bagian pertama dari tubulus distal membentuk makula densa, sekelompok sel
epitel yang tersusun padat yang merupakan bagian dari kompleks
jukstaglomerulus yang memberi kontrol umpan balik LFG dan aliran darah
dalam nefron yang sama.
Oleh karena alasan ini, bagian itu disebut segmen pengencer (diluting
segment) karena juga mengencerkan cairan tubulus.
Diuretik tiazid, yang digunakan secara luas untuk mengobati penyakit seperti
hipertensi dan gagal jantung, menghambat ko-transporter natrium-klorida.
Tubulus Distal Bagian Akhir Dan Tubulus Koligens Kortikalis
Secara anatomis, keduannya terdiri dari dua tipe sel yang berbeda, sel-sel
prinsipalis dan sel-sel interkalatus.
Sel Prinsipalis Mereabsorbsi Natrium Dan Menyekresi Kalium
Reabsorpsi natrium dan sekresi kalium pleh sel prinsipalis bergantung
kepada aktivitas pompa natrium-kalium ATPase di masing-masing membran
basolateral sel.
Sekresi kalium oleh sel-sel ini dari darah ke dalam lumen tubulus meliputi
dua langkah, yaitu :
1) Kalium masuk ke dalam sel karena pompa natrium-kalium ATPase, yang
mempertahankan konsentrasi kalium intrasel yang tinggi, dan
selanjutnya
2) Ekali berada di dalam sel, kalium berdifusi menurut gradien
konsentrasinya melewati membran luminal masuk ke dalam caoran
tubulus.
Sel prinsipalis merupakan tempat kerja utama dan diuretik potassiumsparing ( melindungi kalium), termasuk spironolakton, elerenon, amilorid
dan triamteren. Spinaolakton dan eplenon merupakan antagonis reseptor
mineralokortikoid yang bersaing dengan aldosteron untuk reseptor di sel
prinsipalis dan oleh karena itu, menghambat efek aldosteron yang bersifat
merangsang pada reabsorpsi natrium dan sekresi kalium.
Sel Interkaltus Menyekresi Ion Hidrogen Serta Mereabsorbsi Ion
Bikarbonat Dan Kalium
Karakteristik fungsional dari bagian akhir tubulus distal dan tubulus koligens
kortikalis diringkas sebagi berikut :
1) Membran tubulus kedua segmen hampir seluruhnya impermeable
terhadap ureum, mirip dengan segmen pengencer pada bagian awal
tubulus distal.
2) Bagian awal tubulus akhir dan segmen tubulus koligens kortikalis
merabsorpsi ini kontrol oleh hormon, terutama aldosteron.
3) Sel interkalatus dari segmen-segmen nefron ini banyak menyekskresi ion
hidrogen mellui mekanisme hidrogen-ATPase aktif.
4) Permeabilitas bagian awal tubulus akhir dan duktus koligens kortikalis
terhadap air dikontrol oleh konsentrasi ADH, yang juga disebut
vasopresin.
Duktus Koligens Medula
Ciri-ciri khusus segmen-segmen tubulus ini adalah :
1) Permeabilitas duktus koligens bagian medula terhadap air dikontrol oleh
kadar ADH.
2) Tidak seperti tubulus koligens kortikalis, duktus koligens bagian medula
bersifat permeabel terhadap ureum dan ada transporter ureum khusus
yang memudahkan difusi ureum melewati membran luminal dan basolateral
.
3) Duktus koligens bagian medula mampu menyekskresikan ion hidrogen
melawan gradien konsentrasi yang besar, seperti yang juga terjadi dalam
tubulus koligens kortikalis.
Ringkasan Konsentrasi Berbagai Zat Terlarut Dalam Segmen-Segmen
Tubulus Yang Berbeda
Rasio Konsentrasi Cairan Tubulus/Inulin Plasma Dapat Digunakan
Untuk Menghitung Reabsorspsi Air Oleh Tubulus Ginjal
D. Pengaturan Reabsorpsi Tubulus
Keseimbangan
GlomerulotubulusKemampuan
Tubulus
Untuk
Meningkatkan Kecepatan Reabsorpsi Sebagai Respons Terhadap
Peningkatan Beban Tubulus
Keseimbang glomerulotubulus membantu mencegah kelebihan beban pada
segmen tubulus distal bila LFG meningkat. Keseimbangan glomerulotubulus
berperan sebagai garis pertahanan kedua untuk menahan efek-efek
perubahan spontan dalam LFG terhadap keluaran urine.
Gaya-Gaya Fisika Cairan Interstisial Ginjal Dan Kapiler Peritubulus
Gaya osmotik koloid dan hidrostatik menentukan kecepatan reabsorpsi yang
melewati kapiler peritubulus, sama seperti mereka mengkontrol filtrasi dalam
kapiler pertubulus kemudian dapat mempengaruhi tekanan osmotik koloid dan
hidrostatik dan interstisium ginjal dan akhirnya reabsorsi air dan zat relarut
dari tubulus ginjal.
Pengaturan Gaya Fisika Kapiler Peritubulus
Reabsorpsi kapiler peritubulus yang secara langsung dipengaruhi oleh
perubahan hemodinmik ginjal adalah tekanan hidrostatik dan osmotik kolois
kapiler peritubulus. Tekanan hidrostalik kapiler peritubulus dipengaruhi oleh
tekanan arteri dan tekanan arteriol aferen dan eferen.
Tekanan osmotik koloid kapiler peritubulus ditentukan oleh :
1) Tekanan osmotik koloid plasma sistemik
2) Fraksi filtrasi, semakintinggi fraksi filtrasi, semakin besar fraksi plasma
yang difiltrasi melalui glomerulus, akibatnya protein dalam plasma yang
tetap tinggal menjadi lebih pekat.
Tekanan Osmotik Koloid dan Hidrostatik Interstisial Ginjal
Mekanisme perubahan tekanan hidrostatik cairan interstisial dan tekanan
osmotik koloid yang dapat memengaruhi reabsorpsi tubulus dapat dipahami
dengan melihat tempat zat terlarut dan air direabsorpsi.
Pengaturan Tekanan Arteri pada Keluaran UrineNatriuresis-Tekanan
dan Diuresis-Tekanan
Peningkatan tekanan arteri yang kecil dapat menyebabkan peningkatan
ekskresi natrium dan air yang nyata dalam urine, fenomena ini disebut
natriuresis tekanan dan diuresis tekanan. Peningkatan tekanan arteri antara
batas 75 dan 160 mm Hg biasanya hanya memberi efek yng kecil pada aliran
darah ginjal dan LFG.
Pengendalian Hormonal terhadap Reabsorpsi Tubulus
Pengaturan volume caitan tubuh dan konsentrasi zat terlarut yang tepat
mengharuskan ginjal untuk mengekskresi berbagai zat terlarut dan air pada
berbagai kecepatan, kadang tidak bergantung satu sama lain.
Aldosteron Meningkatkan Reabsorpsi Natrium dan Merangsang
Sekresi Kalium
Tempat utama di tubulus ginjal untuk kerja aldosteron adalah pada sel-sel,
prinsipalis di tubulus koligens kortikalis. Mekanisme aldosteron
1. Transpor aktif ion natrium dan ko-transpor kalium,klorida,dan ionion lain keluar dari segmen tebal pars asendens ansa Henle ke
interstisium medula.
2. Trasnpor aktif ion-ion dari duktus koligens ke interstisium medula.
3. Difusi terfasilitasi ureum dari bagian dalam medula duktus koligens
ke interstisium medula.
4. Difusi hanya sejumlah kecil air dari tubulus di medula ke
interstisium medula,yang lebih sedikit daripada reabsorbsi zat
terlarut ke interstisium medula.
ADH memasuki aliran darah dan transfor ke ginjal dimana ADH akan
meningkatkan permeabilitas air dibagian akhir tubulus distal,
tubulus koligens kortikalis, dan duktus koligens medula.
Peningkatan permeabilitas air di segmen nefron distal
menyebabkan peningkatan reabsorpsi air dan ekskresi sejumlah
urine yang pekat.
2.
Pengaturan Asam-Basa
Pengaturan imbangan ion hidrogen (H+) dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion lain dalam tubuh. Ginjal memainkan peran kunci dalam
pengaturan pengeluaran H+. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi H+ cairan
ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi
sederhana H+ oleh ginjal. Juga terdapat berbagai mekanisme dapar asam-basa
yang melibatkan darah, sel, dan paru-paru yang penting untuk mempertahankan
konsentrasi H+ normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Konsentrasi H+ Diatur dengan Tepat
Pengaturan H+ yang tepat sangat penting karena hampir semua aktivitas
sistem enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi H +. Oleh karena itu,
perubahan konsentrasi H+ mengubah hampir semua fungsi seluruh sel dari
tubuh.
Asam dan Basa-Definisi dan Artinya
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yag dilepaskan dari atom
hidrogen. Molekul yang mengandung atom hidrogen yang dapat melepaskan ion
hidrogen dalam larutan disebut asam.
Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima H +. Istilah basa dan
alkali sering digunakan sebagai sinonim. Alkali adalah suatu molekul yang
terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali-natrium, kalium, litium dan
seterusnya-dengan ion dasar basa seperti ion hidroksil (OH -). Istilah alkalosis
adalah pengeluaran H+ yang berlebihan dari cairan tubuh, sebaliknya
penambahan H+ yang berlebihan, dikenal sebagai asidosis.
Asam dan Basa yang Kuat dan Lemah. Asam kuat adalah asam yang
dapat cepat terurai dan melepaskan terutama sejumlah besar ion H + dalam
larutan. Contohnya HCl. Asam lemah kecil kemungkinan ion-ionnya dan, oleh
karena itu, kurang kuat melepaskan H+. Contohnya H2CO3. Basa kuat adalah basa
yag bereaksi cepat dan kuat dengan H + dan, oleh karena itu, dengan cepat
menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH -, yang bereaksi
dengan larutan H+ untuk membentuk air (H2O). Basa lemah yang khas adalah
HCO3- karena basa ini berikatan dengan H+ jauh lebih lemah daripada OH-.
Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang terlibat dalam
pengaturan asam-basa normal adalah asam dan basa lemah.
Tiga sistem utama mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh untuk mencegah
asidosis atau alkalosis: (1) sistem dapar asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh,
yang dengan segera berikatan dengan asam atau basa untuk mencegah
perubahan konsentrasi H+ yang berlebihan; (2) pusat pernapasan, yang
mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstraseluler; dan (3) ginjal, yang dapat
mengekskresikan urine asam atau alkali, sehingga menyesuaikan kembali
konsentrasi H+ cairan ekstraseluler menuju normal selama asidosis atau
alkalosis.
Pendaparan H+dalam Cairan Tubuh
Dapar adalah zat apapun yang secara reversibel dapat mengikat H +. Bila
konsentrasi H+ menigkat, reaksi dipaksa bergeser ke kanan dan lebih banyak H +
yang berikatan dengan dapar, selama dapar masih tersedia. Sebaliknya, bila
konsentrasi H+ menurun, reaksi bergeser ke arah kiri dan H+ dilepaskan dari
dapar.
Kerja dapar asam-basa kemungkinan dapat dijelaskan paling baik dengan
memikirkan sistem dapar yang secara kuantitatif paling penting dalam cairan
ekstraseluler-sistem dapar bikarbonat.
Sistem Dapar Bikarbonat.
Sistem dapar bikarbonat terdiri atas larutan air yang mengandung dua
unsur: (1) asam lemah, H2CO3, dan (2) garam bikarbonat, seperti NaHCO 3.
Efek fisiologis yang utama gagal ginjal akut adalah retensi air,
retensi sisa metabolisme dan retensi elektrolit di darah dan
cairan ekstraseluler.sehingga menyebabkan penumpukan air dan
garam yangberlebihan yang mengakibatkan terjadinya edema
dan hipertensi.
Gagal ginjal kronis
Yaitu penurunan jmlah nefron fungsional yang ireversibel. Gagal
ginjal kronis disebabkan oleh hilangnya sejmlah besar nefron
fungsional yang progresif dan ireversibel.pada penyakit ini gejala
gejala berat nya sering tidak muncul.
Gagal ginjal kronis ini dapat terjadi akibat gangguan pembuluh
darah, glomerulus, tubulus, interstisium ginjal,dan traktus
urinarius bagian bawah.walaupun banyak ragam penyakit dapat
menimbulkan gagal ginjal kronis, namun hasil akhirnya sama
yaitu penurunan jumlah nefron fungsional.
-
Aliran yang cepat baik melalui ansa henle maupun duktus koligens
mencegah mekanisme countercurrent untuk memekatkan zat
terlarut cairan interstisial medula secara efektif.