Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER 3

HEMOLISIS DAN FRAGILITAS

Oleh Kelompok C4

Anggota kelompok :
1. Rahmadini Hamdi Putri (2209511123)
2. Komang Yogaswara Restu Subhakti (2209511127)
3. I Wayan Syafei Hasannoesi (2209511129)
4. I Putu Rai Wira Asmara Nata (2209511130)
5. Arine Rayka Khaniya (2209511133)
6. Muhammad Edwin Aldrin (2209511134)

LABORATORIUM FISIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kuasanya, sehingga dapat diselesaikannya tulisan laporan praktikum Fisiologi
Veteriner I ini dengan baik. Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas atas
selesainya dilakukannya praktikum di laboratorium fisiologi veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.

Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari
tulisan ini, dan tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 9 Oktober 2022

Hormat kami,

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..3

I. PENDAHULUAN………………………………………………………………...4

II. MATERI DAN METODE……………….………………………………………..5

III. TATA KERJA……………………………………………………………………..6

IV. HASIL PENGAMATAN………………………………………………………….8

V. BAHASAN……………………………………….………………………………12

VI. SIMPULAN………………………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..14

3
I. PENDAHULUAN

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas


kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam
darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.
Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (mis. karena penambahan
larutan NaCl hipotonis) maka lrt. NaCl akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit
menggembung.

Bila membran eritrosit tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam
sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke
dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang
hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju medium luar eritrosit (yaitu
plasma), akibatnya eritrosit akan kekurangan cairan sehingga menjadi keriput
(krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan
isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

Fragilitas adalah lemah atau kurangnya daya tahan terhadap faktor yang
bisa menyebabkan pecahnya kesinambungan atau integritas. Fragilitas eritrosit
adalah kuranganya daya tahan eritrosit terhadap faktor-faktor yang bisa
menyebabkan hemolisis.Seperti yang disebutkan sebelumnya eritrosit akan
membengkak apabila berada pada larutan hipotonis (larutan yang
tekananosmotiknya lebih rendah) dan akan mengkerut apabila berada pada larutan
hipertonis (larutan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi). Namun eritrosit akan
utuh apabila berada pada larutan isotonis (larutan yang tekanan osmotiknya sama
dengan tekananosmotik eritrosit). Fragilitas eritrosit bisa meningkat ataupun
menurun pada keadaan tertentu. Peningkatan fragilitas bisa terjadikarena sel
kekurangan ATP, sehingga apabila ada seseorang yang memiliki glukosa rendah
fragilitasnya akan meningkat karenaglukosa yang terdapat di dalam tubuh
nantinya akan menjadi energi ATP bagi sel.

4
II. MATERI DAN METODE

Alat dan bahan :

1. Darah sapi dan antikoagulans


2. NaCl fisiologis 0.8% - 0.9%
3. Larutan NaCl 5%; 3%
4. Gelas arloji
5. Larutan Ureum 1.8% dalam NaCl 9.9%
6. Spuit atau pipet
7. Kaca benda (obyec glass) dan penutup (cover glass)
8. Mikroskop
9. Tabung reaksi dan raknya

Metode :

1. Hemolisis : pengamatan secara mikroskopis.


2. Fragilitas : tekanan osmosis tegangan muka dinding eritrosit.

5
III. TATA KERJA

A. Tekanan osmotik eritrosit (test fragilitas)


1) Ambilah 6 buah tabung reaksi yang bersih dan berilah tanda nomor 1

sampai 6.

2) Ke dalam tabung tersebut berturut (dari no. 1-6) dimasukkan larutan

NaCl 5% sebanyak 0.8; 0,7; 0.6; 0.5; 0.4; dan 0.3 ml menggunakan pipet

hisap kap. 1 ml.

3) Kemudian pada tiap tabung tsb. (1-6) ditambahkan aquades 4.2; 4.3; 4.4;

4.5; 4.6; dan 4.7 ml menggunakan pipet hisap kap. 5 ml,.sehingga

sekarang volume larutan dalam tiap tabung masing-masing menjadi 5 ml.

Aduklah (bolak-baliklah hingga campur dengan baik. Taruh pada rak

tabung.

4) Hitunglah kadar NaCl sekarang dalam tiap tabung!

5) Teteskan darah sapi sebanyak 5 tetes ke dalam setiap tabung

(menggunakan pipet kap. 1 ml atau pipet dropping). Campur

(bolak-balik) hingga homogen, taruh pada rak (jangan sampai terjadi

goncangan padatabung).

6) Tunggu sampai 1 jam, amati pada lapis atas di setiap tabung. Dari tabung

no. 1 lrt. Tampak 2 lapis, dimana lapis atas berwarna jernih (ini berarti

darah tidak mengalami pecah membran/tidak hemolisis). Selanunyaamati

pada tabung manakah yang lapis atas mulai berwarna merah (disinilah

mulai terjadinya pecahmembran = titik fragilitas eritrosit). Pada tabung

no. 6 terjadi hemolisis total yang ditandai warna merah transparan pada

senua bagian.

7) Tentukan tabung mana (no. berapa = kadar berapa) terjadinya fragilitas

eritrosit.

6
B. Hemolisis dan keriput.
1) Ambil 3 tabung reaksi dan beri label A, B, dan C, lalu masing-masing

tuangi 1 ml darah sapi, kemudiantambahkan pada tabung B : 3 ml NaCl

3 %; C 3 ml aquades, bolak-baliklah hingga campur rata (perhatikan

warna darah sekarang), dan tabung Adibiarkan sebagai kontrol.

2) Tuangkan dari tabung A, B, dan C masing-masing 1 ml. ke dalam 3 buah

gelas arloji, taruh di atas benda hitam (perhatikan pada gelas arloji mana

yang benda hitam tadi tampak). Sekarang taruh diatas benda putih(kertas

yang ada tulisannya), perhatikan gelas arloji mana yang tulisannya bisa

dibaca.

3) Ambil masing-masing setetes contoh darah dengan lidi dari gelas arloji

tadi di atas gelas benda dan tutupdengan gelas cover. Lihat di bawah

mikroskop dengan pembesaran 400X, apa yang saudara lihat (tidak

adaeritrosit, keriput, dan atau terlihat normal, dan gambar).

4) Ambil darah dari tabung B 1 ml taruh di tabung reaksi yang baru

(kosong), tambah dengan aquades 3 ml campurlah. Juga ambil darah dari

tabung C, taruh pada tubung kosong1 ml, tambah 3 ml NaCi 3%, campur

dengan baik. Kerjakan kembali pemeriksaan seperti pada no. 2 dan 3

(diatas benda hitam dan putih). Apa yang saudara lihat!. Bila selesai,

cucilah tabung- tabung tersebut.

5) Sediakan 2 tabung reaksi beri label D dan E, masing-masing 1 ml darah

sapi, lalu tabung D tambahkan 3 ml larutan ureum 1.6% dalam aquades

dan tabung E ditambah 3 ml larutan ureum 1.6% dalam NaCl 0.9%.

6) Kerjakan pemeriksaan seperti no. 2 dan 3 di atas.

7
IV. HASIL PENGAMATAN

A. Uji Fragilitas

No Kadar NaCl Gambar Hasil Pengamatan


(%)

1. 0,8
Pada lapisan atas cairan
berwarna bening,
sedangkan pada lapisan
bawah berwarna merah
berkabut. Tidak terjadi
hemolisis.

2. 0,7
Pada lapisan atas cairan
berwarna bening,
sedangkan pada lapisan
bawahnya mulai
terdapat endapan warna
merah kabut. Tidak
terjadi hemolisis/pecah
membran.

8
3. 0,6
Pada lapisan atas cairan
berwarna bening sedikit
kemerahan, pada bagian
bawah endapan merah
sedikit terang. Titik
fragilitas terjadi di sini.

4. 0,5
Pada lapisan atas cairan
berwarna bening sedikit
kemerahan, pada bagian
bawah endapan merah
lebih terang. Titik
fragilitas juga terjadi di
sini.

5. 0,4
Pada lapisan atas
berwarna merah
kegelapan dan terdapat
endapan merah
berkabut. Terjadi
hemolisis/ fragilitas
eritrosit.

9
6. 0,3
Keseluhuran dari cairan
sudah mengalami
fragilitas total dan tidak
memiliki endapan.
Keseluruhan dari cairan
berwarna merah pekat.

Menghitung kadar NaCl :


● Pada tabung 1 :
N1V1 = N2V2
5 x 0,8 = N2 x 5
5 𝑥 0,8
N2 = 5
= 0.8%

● Pada tabung 2 :
N1V1 = N2V2
5 x 0,7 = N2 x 5
5 𝑥 0,7
N2 = 5
= 0.7%

● Pada tabung 3 :
N1V1 = N2V2
5 x 0,6 = N2 x 5
5 𝑥 0,6
N2 = 5
= 0.6%

● Pada tabung 4 :
N1V1 = N2V2
5 x 0,5 = N2 x 5
5 𝑥 0,5
N2 = 5
= 0.5%

10
● Pada tabung 5 :
N1V1 = N2V2
5 x 0,4 = N2 x 5
5 𝑥 0,4
N2 = 5
= 0.4%

● Pada tabung 6 :
N1V1 = N2V2
5 x 0,3 = N2 x 5
5 𝑥 0,3
N2 = 5
= 0.3%

B. Uji Hemolisis

Tabu Perlakuan Makroskopis Mikroskopis Keterangan


ng (transparansi) (1000-1500x) (lisis/keriput)

A NaCl 3% (1ml) Berkabut Keriput


+ 3 tetes darah

B NaCl 3% (1ml) Normal


+ 3 tetes darah Berkabut
+ 3 ml aquades

11
C Aquades 1ml +
3 tetes darah + Jernih Lisis
1ml NaCl 3%

V. BAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan menurut kelompok kami (C4), pada uji


fragilitas dapat terlihat bahwa semakin isotonis larutannya, maka semakin
mengalami endapan. Bisa dilihat pada tabung pertama dengan NaCl 0,8%
terlihat bahwa larutan memiliki lapisan atas yang jernih dan mulai memiliki
endapan berwarna merah kabut, hal ini dikarenakan eritrosit pada larutan
tersebut masih belum mengalami hemolisis. Mulai terlihatnya titik
fragilitasnya dapat dilihat pada tabung ke-4 dengan kadar NaCl 0,5% yang
ditandai dengan lapisan pada bagian atas larutan mengalami perubahan warna
merah yang lebih gelap. Selanjutnya, pada tabung ke-8 dengan kadar NaCl
0,3% mulai terlihat larutan tidak memiliki endapan dan berwarna merah
sepenuhnya, hal ini menandakan eritrosit pada larutan tersebut sudah
mengalami hemolisis sepenuhnya.

Adapun untuk uji hemolisis, pada tabung A yang telah dicampur


dengan NaCl 3% terlihat berkabut dan tidak mengalami hemolisis, jika dilihat
secara mikroskopis terjadi pengerutan pada eritrosit yang diamati, hal ini
dikarenakan NaCl 3% bersifat hipertonis sehingga ketika dicampur dengan
darah terjadi proses osmosis pada cairan plasma eritrosit dari dinding eritrosit
menuju NaCl yang menyebabkan eritrosit kekurangan cairan berubah bentuk
menjadi keriput (krenasi). Namun ketika ditambahkan dengan aquades
sebanyak 3ml pada tabung B, eritrosit yang keriput tadi masih bisa kembali ke

12
bentuk semula, dan menjadi eritrosit utuh, hal ini dikarenakan sifat aquades
yang hipotonis.
Adapun pada tabung C yang telah dicampur dengan aquades sebanyak
1ml, larutan berwarna merah sepenuhnya yang sudah mengalami hemolisis dan
jika dilihat secara mikroskopis tidak ada satupun eritrosit yang terlihat karena
sudah mengalami lisis. Hal ini disebabkan karena aquades yang bersifat
hipotonis jika dicampurkan dengan darah akan mengalami hemolisis. Lalu
ketika ditambahkan 1ml NaCl 3%, larutan tidak mengalami perubahan sama
sekali karena eritrosit sudah mengalami lisis dan tidak dapat kembali ke bentuk
semula. Hal ini terjadi karena eritrosit telah rusak sepenuhnya, sehingga ketika
dicampur dengan larutan apapun tidak akan membuatnya kembali ke bentuk
semula.

VI. SIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik


kesimpulan bahwa bentuk sel darah merah akan kembali stabil di keadaan
larutan yang isotonis. Pada larutan hipertonis, bentuk sel darah merah akan
mengecil dan mengkerut (mengalami krenasi), sedangkan pada larutan
hipotonis bentuk sel darah merah akan semakin menggembung dan membesar
hingga akhirnya pecah (mengalami hemolisis). Sel darah merah yang sudah
mengalami krenasi karena larutan hipertonis dapat berubah kembali menjadi
semula jika ditambahkan dengan aquades yang larutan hipotonis, sedangkan
pada sel darah merah yang sudah pecah (mengalami hemolisis) eritrosit tidak
bisa kembali ke bentuk semula.

13
DAFTAR PUSTAKA

Faruq, Zulfikar Husni. 2018. Analisis Darah Lisis Terhadap Nilai Trombosit
Menggunakan Metode Electrical Impedance. Jurnal Labora
Medika Volume 2 (1) :12-13.
Mescher, Anthony L. 2017. Histologi Dasar JANQUIEIRA Teks & Atlas.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Sistem Pernapadan. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai