DISUSUN OLEH
1. Adzra Afifah 20029004
2. Silvinia Eliza Putri 20029082
3. Umar Wahid Arif 20029088
4. Yosa Setiawati 20029155
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teori Belajar Berdasarkan
Psikologi Kognitif. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Teori belajar yang diharapkan nantinya dapat membantu
dalam upaya menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan situasi peserta
didik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj Sri Elniati,serta Bapak
M.A.Ronal Rifandi, S.Pd, M.Sc selaku dosen Strategi Pembelajaran Matematika yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan enulis nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................2
Kesimpulan.................................................................................................................................11
Saran..........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Penulis berharap, hendaknya tulisan ini dapat membantu pendidik dan calon
pendidik dalam dalam menyusun strategi belajar yang seusuai dengan situasi dan kondisi
berdasarkan psikologi peserta didik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir
(Fauziah, 2011). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu
yang berhubungan atau melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang
empiris (KBBI, 2002). Dalam pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi
populer sebagai salah satu wilayah psikologi, baik psikologi perkembangan maupun
psikologi pendidikan. Dalam psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan
yang meliputi setiap perilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah
pengertian, pemahaman, perhatian, menyangka, mempertimbangkan, pengolahan
informasi,pemecahan masalah, kesengajaan, membayangkan, memperkirakan, berpikir,
keyakinan dan sebagainya.
2
tentang bagaimana teradinya perubahan mental para hewan setelah mengalami
berbagai situasi baru dalam hidupnya, lalu mengaitkaannya dengan manusia, dia
berkesimpulan bahwa sejak lahir bayi secara terus menerus mencari dan memberi
tanggapan atas rangsangan yang diterimanya.
Teori jean pieget berfokus pada penemuan asal muasal logika alamiah dan
transformasinya dari penalaran yang satu kepada penalaran lainnya. Maksudnya yang
mendasari teori jean pieget ini adalah “penemuan”. Dia berpendapat bahwa di dalam
pembelajaran, memamahi berarti mengkonstruksi ulang informasi yang di dapat
dengan informasi yang telah ada sebelumnya sehingga terjadi pembaharuan di dalam
konsep berfikir setiap individu.
Piaget juga berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi apabila ada interaksi
antara individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Interaksi seorang
individu dengan individu lainnya berperan penting dalam mengembangkan
presepsinya terhadap alam. Karena jika seorang individu berinteraksi dengan individu
lainnya, dan melakukan pertukaran ide dan gagasan serta mendapatkan banyak
informasi baru, individu yang awalnya memiliki pandangan subjektif terhadap
sesuatu dapat mengalami perubahan pandangan menjadi lebih objektif
3
Pada proses adaptasi terjadi dua kegiatan yaitu kegiatan menggabungkan
informasi yang baru diterima dengan informasi yang sudah ada sejak lama,
dan kegiatan mengganti informasi yang sudag ada (sudah lama) dengan
informasi yang baru diterima. Pada proses adaptasi terdapat empat konsep
dasar yang membangun proses ini, konsep tersebut adalah skemata, asimilasi,
akomodasi, dan keseimbangan.
1. Skemata, adalah struktur yang berfungsi melakukan adaptasi dengan
lingkungan dan menata lingkungan tersebut secara intelektual. Skema
adalah kumpulan konsep yang terdapat pada setiap individu sebagai
hasil dari interaksi dengan individu lainnya. Seorang anak bayi sudah
memiliki skema di dalam dirinya saat baru saja di lahirkan, namun
skema ini adalah skema paling sederhana, yang dengan seiring
berambhanya usia, bertambahnya pengalaman, bertambahnya interaksi
dan informasi akan semakin berkembang dan semakin kompleks.
2. Asimilasi, adalah struktur yang berfungsi menerima informasi baru
dan kemudian mengkoordinasikannya dengan informasi lama dengan
cara menggabungkan atauun memadukannya satu sama lain, tanpa ada
yang tergantikan atau tereleminasi.
3. Akomodasi, adalah struktur yang berfungsi menerima informasi baru
agar kemudian dapat memperbarui informasi lama dengan merubah
informasi lama sehingga terciptanya skemata baru.
4. Keseimbangan, adalah struktur yang menyeimbangkan antara asimilasi
dengan akomodasi didalam pikiran individu. Struktur ini akan
menstabilkan struktur mental dengan cara menyelaraskan antara
akomodasi dan asimilasi. Contohnya, jika seorang anak mendapatkan
sebuah informasi baru dari pengalaman barunya, hal ini akan
menjadikan struktur mentalnya tidak stabil karena bertemu dengan
sesuatu yang belum pernah diketahuinya. Kemudian akan terjadi
asimilasi ataupun akomodasi. Terjadinya dua proses ini haruslah
selaras demi terciptanya kestabilan baru bagi individu tersebut.
4
c. Fase perkembangan kognitif
Proses adaptasi manusia dalam menghadapi pengetahuan dan informasi barunya,
ditentukan oleh fase perkembangan kognitifnya. Menurut piaget ada empat fase
perkembangan kognitif yang menentukan proses adapatasi individu, yaitu :
a) Sensorimotor
Fase sensorimotor merupakan fase perkembangan kognitif yang dialami
oleh individu yang berumur 0-2 tahun. Pada fase ini, individu baru dapat
mengandalkan koordinasi dari sensoris mereka seperti indra penglihatan, dan
indra pendengaran dengan gerakan motoric (otot) seperti menyentuh dan
menggapai. Pada awal fase ini, yang terlihat dari perilaku individu tersebut
adalah pola refleks untuk beradaptasi dengan lingkunganya. Dengan
mengamati dan melalui berbagai situasi yang tidak dipahaminya, skemata
merekapun terus berkembang. Hingga menjelang akhir fase ini individu sudah
mulai menunjukan pola sensorik yang lebih kompleks.
b) Pra-operasional
Fase pra-operasional merupakan fase perkembangan ognitif yag dialami
individu mulai umur dua tahun hingga tujuh tahun. Fase ini lebih simbolis dari
pada fase sensorimotor namun tidak melibatkan pemikiran operasional (pra-
operational). Fase ini lebih bersifat egosentris dan intutif dibandingkan dengan
logis.
Pada fase ini terdapat dua subfase yaitu simbolis dan intuitif.
1. Simbolis
Subfase ini terjadi anatara umur 2-4 tahun. Ciri-cirinya adalah anak-
anak sudah dapat merepresentasikan objek yang tidak hadir dan
adanya sifat egosentrisme serta animism.
2. Intuitif
Subfase ini terjadi saat usia 4-7 tahun. Ciri anak-anak pada fase ini
adalah besarnya rasa igin tahu pada anak-anak, merasa yakin akan
pengeahuan dan keyakinan mereka, namun mereka tidak sadar cara
mengetahuinya.
c) Operasional konkret
5
Fase operasional-konkret adalah fase perkembangan kognitif pada anak
usia tujuh sampai sebelas tahun. Ciri-cirinya anak sudah dapat meakukan
operasi-operasi yang konkret, sudah dapat menggolong-golongkan objek, tapi
belum bisa menyelesaikan permasalahan abstrak. Pada fase ini anak sudah
mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat konkret.
Anak-anak sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang
berbeda.
d) Operasional-Formal
Fase operasional formal merupakan fase yang dialami oleh anak dengan
umur 11 tahun keatas. Pada tahap ini individu sudah mulai dapat berpikir
secara idealis, logis, dan abstrak. Selain itu mereka juga dapat berspekulasi
tentang kualitas terbaik yang dia harapkan ada pada dirinya atau pun orang
lain.
Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif seorang anak hanya berjalan
jika dia mengasimilasi dan mengakomodasi rangsangan dari lingkunganya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengembangkan kognitif (pengetahuan) individu,
maka individu tersebut haruslah melakuka interaksi dengan lingkungannya, terus
bergerak, terus mengamati, terus berpikir, serta terus mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi-informasi yang diterimanya dari lingkungan tersebut.
Implikasi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran matematika sesuai dengan
teori kognitif pieget adalah :
1. Memberikan dukungan terhadap anak-anak yang berani keluar dari zona nyaman dan
bereksplorasi saat memecahkan masalah matematika dengan caranya sendiri.
2. Memberikan berbagai referensi pembelajaran yang dibutuhkan anak, agar mereka
dapat dengan mudah mencari informasi yang meeka butuhkan saat memecahkan
permasalahan matematika.
3. Untuk anak dibangku sekolah dasar, kita dapat menyediakan berbagai macam media
pembelajran matematika seperti miniature atau replika dari berbagai objek geometri
dalam matematika, dan membimbing mereka untuk mngelompokan media-media
tersebut.
6
4. Untuk anak dibangku sekolah menegah, kita sudah dapat menerapkan pembelajaran
yang lebih membangun ide dan kreatifitas, seperti memberikan beberapa permasalahn
matematika dan membentuk kelompok-kelompok kecil, dengan harapan mereka
dapat bertukar ide dan gagasan mereka mengenai permasalahan tersebut.
a. Konsep umum
Glasersfeld memiliki nama asli Ernst von Glasersfeld. Von Glasersfeld lahir di
Munich pada tahun 1917. Meskipun orang tuanya berasal dari Austria, tetapi Von
Glasersfeld besar di Northern Italy dan Switzerland. Sebelum menjadi pengajar, Von
Glasersfeld pernah menjadi petani di Irlandia pada masa perang dunia kedua. Semenjak
tahun 1970 Von Glasersfeld mengajar psikologi kognitif di Universitas Gregoria, USA
dan mendapatkan gelar sebagai guru besar emeritus di tahun 1987. Pada tahun 1970, Von
Glasersfeld merumuskan teori konstruktivisme radikal. Teori ini terinspirasi dan mengacu
pada teorinya Jean Piaget. Von Glasersfeld menyatakan: “Some of the many ideas I have
taken over from Piaget. Piaget's work has greatly influenced and encouraged me during
the 1970s”; yang artinya banyak ide yang saya ambil dari Piaget. Kerja Piaget mendorong
dan berpengaruh sangat besar selama tahun 1970; dan Glasersfeld sependapat dengan apa
yang dikemukakan Piaget: “Intelligence organizes the world by organizing itself”.
7
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme adalah suatu pandangan dalam
memperoleh pemahaman terhadap suatu pengetahuan yang dilakukan dengan cara aktif
mengonstruksi pengetahuan sendiri berdasar pengalaman orang itu. Mengonstruksi
pengetahuan ini dapat dilakukan secara individu maupun melalui interaksi sosial.
Di dalam teori ini, tugas utama guru bukan mentransfer pengetahuannya tetapi
memfasilitasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif belajar dengan cara
mengkonstruksikan pengetahuan berdasarkan pengalamannya sendiri. Dalam
pengimplementasian teori ini, guru harus menyadari bahwa adanya perbedaan tingkat
konsepsi siswa terhadap apa yang diamatinya.
Fokus utama dari belajar metematika adalah memberdayakan siswa untuk berpikir
dalam mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan para ahli, bukan
menjalankan pengetahuan prosedural yang telah ditemukan oleh para ahli matematika
8
sebelumnya. Implementasi dari teori konstruktivisme pada matematika sebaiknya
dilakukan dari pendidikan dasar. Driver dan Bell (Susan, Marilyn dan Tony, 1995)
mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang
pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin
proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan
dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan,
melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar
dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran,materi, dan sumber.
c. Ajak siswa ke lapangan yang ada di sekolah, misalnya lapangan basket. Lapangan
basket adalah persegi panjang.
9
d.Satu orang siswa diminta untuk berjalan mengelilingi lapangan bola basket.
Selanjutnya siswa tersebut untuk menaruh huruf yang telah disediakan
sebelumnya.
e. Dua orang siswa diminta untuk mengukur panjang dari titik A ke titik B, dari titik B
ke titik C, dari titik C ke titik D dan dari titik D ke titik A. sementara siswa lain
diminta untuk menulis panjang/jarak dari masing-masing titik tersebut.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori jean pieget berfokus pada penemuan asal muasal logika alamiah dan
transformasinya dari penalaran yang satu kepada penalaran lainnya. Maksudnya yang
mendasari teori jean pieget ini adalah “penemuan”. Dia berpendapat bahwa di dalam
pembelajaran, memamahi berarti mengkonstruksi ulang informasi yang di dapat dengan
informasi yang telah ada sebelumnya sehingga terjadi pembaharuan di dalam konsep
berfikir setiap individu.
11
pengetahuan matematika berdasarkan pengalaman siswa itu sendiri. Dalam proses
membangun pengetahuan matematika, siswa berinterasi dengan lingkungan dan
dihadapkan pada informasi baru. Dengan kognisinya, informasi ini akan di adaptasi oleh
siswa. Sehingga aturan-aturan lama dapat dimodifikasi dengan aturan-aturan baru yang
sudah dimilikinya.
B. SARAN
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anidar, J. (2017). Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif Serta Implikasinya Dalam
Pembelajaran. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, 3(2), 8-16.
Sutarto, S. (2017). Teori kognitif dan implikasinya dalam pembelajaran. Islamic Counseling:
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 1(2), 1-2
13