Anda di halaman 1dari 2

Animal Welfer Reptile

Kesejahteraan Hidup Buaya Muara

Buaya merupakan salah satu reptil yang sering diburu karena kulitnya yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi. Buaya juga menjadi hewan yang paling mudah ditangkap. Buaya
dapat ditangkap dengan hanya bermodalkan pancing, tombak, dan daging. Hal tersebut membuat
populasi buaya menjadi terus berkurang. Jenis buaya yang umum ditemukan di Indonesia
diantaranya yaitu, buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii), buaya Siam (Crocodylus siamensis),
buaya Muara (Crocodylus porosus), serta buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae).
Keempat jenis buaya ini dilindungi yang didasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi
yang tetap mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.

Buaya muara dapat dikonsumsi sebagai sumber protein yang tinggi. Bagian kuku serta
gigi buaya muara dapat dijadikan aksesoris dan bagian empedu, tangkur serta lemaknya
umumnya dijadikan obat tradisional (Setyowati, dkk., 2019). Kulit buaya muara juga dapat
diolah menjadi kerajinan seperti tas, ikat pinggang, jaket serta sepatu (Arifin, 2008). Menurut
data KLHK dalam kurun waktu dua tahun belakangan terjadi penurunan jumlah populasi buaya
muara sebesar 19,15% di Sungai Otakwa, Distrik Mimika Timur Jauh. Menurunnya populasi
buaya muara disebabkan karena adanya kerusakan habitat yang terus menerus mengalami
degradasi, yang menyebabkan pola pergerakan buaya menjadi sangat terbatas dan seiring
berjalannya waktu menjadi terus bergeser. Hal tersebut menyebabkan populasi buaya muara
menjadi turun drastis bahkan menuju kepunahan.

Konservasi terhadap buaya muara perlu dilakukan. Salah satu bentuk konservasi buaya
muara adalah diadakannya Taman Margasatwa yang merupakan Lembaga Konservasi Ex-situ
dengan melakukan kegiatan penangkaran. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
keberhasilan konservasi buaya muara adalah jumlah kandang, faktor lingkungan, serta faktor
pakan. Kandang diperlukan dalam jumlah yang cukup karena semakin banyak kelahiran maka
kandang yang dibutuhkan meningkat. Faktor lingkungan yang penting misalnya suhu yang harus
berada pada rentang 30-32C, kelembapan yang berkisar antara 40-68%, serta tingkat keasaman
pH 7 (Setyowati, dkk., 2019). Penangkaran dilakukan dengan cara membuat suasana
penangkaran mirip dengan habitat alaminya.

Referensi :
Arifin. 2008. Crocodile Husbandary in Papua New Guinea. Port Moresby: FAO.
Setyowati, E., Ngabekti, S., & Priyono, B. 2019. Konservasi Buaya Muara di Taman
Margasatwa Semarang. Life Science. 8(1): 34-40.

Anda mungkin juga menyukai