BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Kolagen
kolagen, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kolagen yang halal dan
mengurangi nilai tambah limbah perikanan khususnya di Indonesia. Bahan baku
limbah perikanan yang dapat digunakan untuk memproduksi kolagen terdapat
beberapa macam yaitu tulang ikan, kulit ikan dan sisik ikan. Serat kolagen
memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan (Nurhayati & Peranginangin,
2009).
Kolagen terbagi menjadi enam kelompok yaitu kolagen fibrillar, jaringan,
fibrillar terasosiasi, verankerungsifibrillen, rangkaian mutiara, dan transmembran.
Kolagen juga digunakan dalam bedah cardiovascular, ophthalmology, bedah
plastik, urologi, neurologi, dan ortopedik (Nurhayati & Peranginangin, 2009).
Kolagen dari luar berfungsi dalam fase maturasi, dan membantu kolagen lama
yang di dalam tubuh untuk memberikan bantuan pada jaringan baru untuk
pembentukan serabut – serabut kolagen pada waktu fase remodeling saat
penyembuhan luka (Setyowati & Setyani, 2015). Sisik ikan juga dapat
dimanfaatkan kembali, dikarenakan di dalam sisik ikan terdapat senyawa kimia
yang mempunyai kadar 41% - 84% yang berupa protein organik (kolagen dan
ichtylepidin) dan sisanya merupakan garam organik dan residu mineral seperti
kalsium karbonat dan magnesium karbonat. Terdapat beberapa komponen yang
terkandung didalam sisik ikan antara lain adalah 70% air, 27% protein, 2% abu,
dan 1% lemak. Sisik ikan mengandung senyawa organik sebesar 40% - 90% dan
selebihnya mengandung kolgen sisik ikan, tanpa memperhatikan spesies ikan
tersebut (Budirahardjo, 2010).
2.2 Gel
Menurut Christanti, Putri, & Agustina (2016) gel merupakan sediaan semipadat
yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif. Gelomerupakanosediaan
semipadateyang terdiri dari suspensi yangodibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organikoyang besarnterpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan gelodipilih
karena mudah mengering, membentuk lapisanofilm yang mudah dicuciedan
memberikan rasa dingin di kulit (Sayuti, 2015). Gel mempunyai beberapa sifat antara
lain yakni melembabkan, menyejukan, mudah penggunaanya, mudah berpenetrasi
6
pada kulit sehingga memberikan efek yang nyaman dan mudah untuk penyembuhan
luka (Mursyid, 2015).
Pada penelitian ini dibuat sediaan gel dengan kosentrasi ekstrak yaitu 3%,
7% dan 11%. Bahan yang akan diperlukan disiapkan, kemudian menimbang bahan
dengan formulasi yang ada. Mengekstrak dengan konsentrasi 3% melarutkan
dalam sebagian air kemudian memanaskan dengan suhu 50°C, ditambahkan Na-
CMC dan diaduk hingga homogen, menambahkan gliserin, propilenglikol dan
aquades dengan pengadukan secara kontininyu hingga terbentuk gel. Gel yang
telah terbentuk kemudian disimpan ditempat yang gelapdan dingin selama
semalam. Prosedur ini juga sama dilakukan pada ekstrak 3%, 7% dan 11% (Lidia,
Amalia, & Vebriolla, 2018)
2.3 Luka
Luka dapat diartikan sebagai diskontinuitas dari suatu jaringan atau suatu
keadaan rusaknya sebagian dari beberapa jaringan tubuh. Kerusakan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam dan benda tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan serangga (Purnama, Ratnawulan,
Farmasi, & Padjadjaran, 2017). Ketika terjadi luka, tubuh secara otomatis
melakukan proses penyembuhan luka melalui kegiatan biokimia dan bioseluler
yang terjadi secara komplek. Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya,
luka dapat diklasifikasikan menjadi luka akut dan luka kronik, luka akut
merupakan cedera jaringan yang dapat pulih kembali seperti keadaan normal
dengan bekas luka yang minimal dalam rentang waktu 7-14 hari, sedangkan
luka kronik merupakan luka dengan proses pemulihan yang lambat, dengan
waktu penyembuhan lebih dari 12 minggu dan terkadang dapat menyebabkan
kecacatan.
Penyebab utama dari luka kronik adalah cedera mekanikal karena faktor
eksternal, dimana terjadi kontak antara fisiologis sehingga darah susah
7
melibatkan serangkaian reaksi dan interaksi kompleks antara sel dan mediator
(Prasetyono, 2009). Tipe penyembuhan luka terbagi menjadi tiga macam,
berdasarkan karakteristik jumlah jaringan yang hilang yaitu, penyembuhan luka
primer (primary intention healing), penyembuhan luka sekunder (secondary
intention healing), dan penyembuhan luka tersier (tertiary intention healing)
(Hariyanto, Herawati, & Wahyuningsri, 2015). Menurut Qomariyah (2014)
penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah
kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk
sintesis kolagen.
agens kemotaktik yang dipacu dengan adanya cedera (Purnama et al., 2017).
Menurut Sussman dan Jensen (2007), tanda dan gejala klinis pada fase
inflamasi terdiri dari kemerahan (rubor), teraba hangat (calor), nyeri (dolor),
adanya pembengkakan (tumor) dan hilangnya fungsi (fungsiolesa) .
b. Fase proliferasi terjadi sekitar 3-24 hari, fibroblas mulai meletakkan substansi
dasar dan serabut-serabut kolagen serta pembuluh darah mulai menginfiltrasi
luka, Setelah membentuk kolagen maka akan terjadi peningkatan yang cepat
pada kekuatan rengangan luka. Kapiler dibentuk oleh endotelial, yang disebut
angiogenesis, dan dengan adanya kapiler baru tersebut maka bekuan fibrian
akan dikeluarkan. Tanda-tanda inflamasi mulai berkurang. Granulasi mulai
terbentuk dan berwarna merah terang (Purnama et al., 2017). Fase proliferasi
akan berakhir setelah tertutupnya permukaan luka, epitel dermis dan lapisan
kolagen terbentuk.
c. Fase maturasi atau remodeling terjadi sekitar 24-365 hari setelah cedera.
Hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan sisa-sisa folikel rambut, serta
glandula sebasea dan glandula sudorifera, yang diakibatkan oleh cedera
membelah dan mulai bermigrasi di atas jaringan granula baru. Jaringan
tersebut hanya bisa bergerak di atas jaringan yang hidup maka mereka lewat
di bawah dermis yang mengering. Kontraksi luka disebabkan karena
miofibroblas kontraktil yang membantu menyatukan tepi-tepi luka. Terdapat
suatu penurunan progresif dalam vaskularitas jaringan parut yang berubah
warnanya dari merah kehitaman menjadi putih. Serabut-serabut kolagen
mengadakan reorganisasi sehingga kekuatan regangan meningkat (Purnama et
al., 2017). Menurut Sussman dan Jensen (2015), tanda dan gejala klinis pada
fase maturasi adalah inflamasi sudah hilang, fibroblas sudah meninggalkan
granulasi dan jaringan berwana merah muda.
ke arah perbaikan. Lisis kolagen bisa meningkat bila ada infeksi. Hal ini
bisa dijelaskan mengapa luka memburuk pada pasien dengan luka
terinfeksi.
2. Faktor umum
a. Nutrisi
Kekurangan vitamin C dapat menghalangi hidroksilasi lisin dan
prolin, sehingga kolagen tidak dapat dikeluarkan oleh fibroblas.
b. Seng
Seng sangat diperlukan dalam proses penyembuhan pada penderita luka
bakar yang parah, tetapi aksinya belum diketahui dengan jelas dikarenakan
penelitiannya masih lanjut.
c. Steroid
Steroid dapat menghalangi penyembuhan dengan menekan proses
peradangan dan bisa menambah lisis kolagen. Efeknya nyata selama 4 hari
pertama. Setelah itu, efeknya bisa berkurang hanya untuk menghambat
ketahanan normal terhadap infeksi.
d. Sepsis
Sepsis sistemik dapat memperlambat penyembuhan. Mekanisme ini
belum bisa diketahui, tapi berhubungan dengan kebutuhan asam amino
untuk dapat membentuk molekul kolagen.
e. Obat sitotoksik
Obat-obatan jenis 5-fluorourasil, siklofosfamid, metotreksak dan
mustrat nitrogen dapat menghalangi penyembuhan luka dengan cara
menekan pembelahan fibrobas dan pembentukan kolagen.
Insisi Punggung
Mencit jantan Gel Sisik Ikan Mujair
Dapat Mempercepat
Proses Penyembuhan Luka
Terbentuk Luka Insisi Pada Mencit Jantan
Insisi
Luka Sembuh
3.2 Hipotesis
Ada pengaruh berbagai konsentrasi gel sisik ikan mujair (Oreochromis
mossambicus) dalam mempercepat proses penyembuhan luka insisi pada mencit
jantan (Mus musculus)