BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1. Ektoparasit
Menurut Ohoilum (2002), ektoparasit merupakan parasit yang menyerang organ
tubuh bagian luar, seperti bagian sirip, kulit, insang, operculum, hidung, mata dan
rongga mulut. Salah satu organ yang sering terserang ektoparasit adalah insang.
Karena insang merupakan organ pernapasan yang langsung bersentuhan dengan
lingkungan sekitarnya yang menyaring bahan-bahan yang terlarut, menyaring
partikel-partikel pakan dan mengikat oksigen (Yuliartati, 2011).
Menurut Sitanggang (2008), gejala serangan parasit pada insang berupa
mengembangnya tutup insang dan munculnya bintik-bintik merah pada insang.
Jika serangan parasit sudah terlalu banyak, maka ikan akan kesulitan bernapas.
Dan golongan parasit yang bersifat ektoparasit antara lain adalah Ciliata,
Flagellata, Monogenea, Copepoda, Isopoda dan Branchiuran (Yuliartati, 2011).
2.2.2. Endoparasit
Menurut Yuliartati (2011), endoparasit merupakan parasit yang menyerang organ
tubuh bagian dalam ikan, seperti sistem peredaran darah, sistem syaraf dan sistem
pencernaan. Salah organ yang paling sering terserang endoparasit adalah usus, hal
ini karena usus merupakan tempat yang paling banyak terdapat zat-zat makanan.
Dan zat-zat makanan inilah yang dibutuhkan oleh parasit sebagai sumber
nutrisinya (Akbar, 2011).
Masuknya cacing endoparasit ke tubuh ikan adalah melalui makanan
seperti udang, siput, ikan-ikan kecil yang semuanya merupakan inang perantara
dalam siklus hidup cacing. Oleh sebab itu, ikan yang bersifat karnivora dan
omnivora mempunyai kemungkinan terinfeksi cacing endoparasit yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan ikan herbivora (Irianto, 2005).
Menurut Yuliartati (2011), gejala serangan parasit pada bagian dalam
tubuh ikan (usus) akan menyebabkan perut ikan membengkak dan sisiknya
berdiri. Hal ini sering dialami oleh jenis ikan cupang. Jika serangan penyakit ini
sampai pada gelembung renangnya, keseimbangan ikan saat berenang akan
hilang, dan beberapa golongan parasit yang masuk kelompok endoparasit antara
lain adalah Digenea, Cestoda, Nematoda, Acantocephala, Coccidia, dan
Microsporidia.
Parasit yang menyerang akan mempengaruhi hidup ikan dengan
menghambat pertumbuhannya. Pengaruh yang muncul diawali dengan
terganggunya sistem metabolisme tubuh inang sampai merusak organ. Pakan yang
dikonsumsi ikan dan digunakan untuk pertumbuhan dimanfaatkan oleh parasit
yang terdapat pada tubuh inang (ikan) sehingga tubuh inang kekurangan nutrien.
Pengaruh tersebut terjadi mulai parasit menempel dan tumbuh pada organ inang
sampai dengan yang merusak organ sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan
bahkan kematian inang (Hadiroseyani, 2006).
Serangan parasit dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis. Efek
ekonomis parasit pada ikan antara lain pengurangan populasi ikan konsumsi,
pengurangan berat ikan dan terjadinya perubahan morfologi ikan (Akbar, 2011).
2.3. Jenis-Jenis Parasit Yang Menyerang Ikan Mujair
Ada beberapa jenis parasit yang umum menyerang ikan mujair antara lain
:
2.3.1. Plathyhelminthes
2.3.1.1. Monogenea
Monogenea adalah parasit yang memiliki siklus hidup langsung (tanpa
membutuhkan inang perantara) yang berbentuk pipih dorsoventral, simetris
bilateral, tidak bersegmen, dan tidak memiliki rongga tubuh, Monogenea
merupakan jenis ektoparasit yang dapat ditemukan menginfeksi kulit, insang dan
sirip (Fernando et al.,1972). Ditambahkan oleh Noble and Noble (1989), bahwa
Monogenea menempel pada organ-organ tersebut dengan menggunakan kait atau
jangkar yang ada pada lempeng penempel (Opisthaptor).
Monogenea yang sering menyerang ikan salah satunya adalah
Dactylogyrus. Menurut Yuliartati (2011), Dactylogyrus merupakan cacing insang
atau habitat hidupnya di insang ikan. Menurut Kabata (1985), Dactylogyrus
memiliki dua pasang bintik mata yang terdapat pada bagian anterior. Memiliki
empat tonjolan pada bagian anterior dan 14 kait marginal pada bagian posterior.
2.3.1.2. Digenea
Digenea adalah parasit yang memiliki siklus hidup tidak langsung (membutuhkan
inang perantara), digenea bersifat endoparasit yang hidup dilapisan lumen usus,
jaringan tubuh dan pembuluh darah. Digenea memiliki bentuk tubuh dorsoventral,
tidak bersegmen, tidak memiliki rongga tubuh dan berbentuk oval. Yang
membedakan Monogenea dengan Digenea yaitu terletak pada sucker, dimana
Digenea memiliki dua buah sucker yaitu oral dan ventral sucker. Parasit yang
tergolong Digenea adalah Bucephalus elegans dan Fasciola hepatica (Kabata,
1985).
2.3.2. Protozoa
Protozoa adalah hewan bersel satu yang berukuran mikroskopis, Protozoa dapat
hidup sebagai organism bebas maupun parasitik. Protozoa parasit ikan berbahaya
bagi ikan disebabkan karena kemampuan multiplikasinya yang cepat dan dapat
menyerang ikan dari berbagai umur. Protozoa pada ikan dapat ditemukan di sirip,
kulit, insang, rongga mulut dan saluran pencernaan (Kabata, 1985).
Salah satu Protozoa yang paling sering menginfeksi ikan adalah
Trichodina dan Icthyophthirius. Menurut Rukyani (1990), ciri Trichodina yang
paling dominan adalah dari tipe pergerakkannya yang berputar-putar menyerupai
piring terbang karena mempunyai dentikel dan alat gerak berupa cilia.
Menurut Kabata (1985), pada Trichodina terdapat attachment disc yang
berfungsi untuk menempel pada inang. Bentuk dan ukuran sel, bentuk dan jumlah
dentikel, serta lingkaran silia merupakan dasar untuk mengidentifikasi spesies ini.
Selain Trichodina, ada juga parasit yang dapat menyebabkan penyakit
white spot atau bercak putih. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Ichtyoptirius
yang menginfeksi kulit, insang, dan mata. Parasit ini dapat menyebabkan erupsi
berat pada kulit yang kadang dapat menyebabkan kematian inang (Noble and
Noble, 1989).
2.3.3. Copepoda
Kabata (1985), mengatakan bahwa lebih dari 1500 spesies Copepoda merupakan
parasit ikan air tawar, ada 4 genus yang biasa dijumpai pada ikan air tawar di Asia
Tenggara, yaitu Learnea, Caligus, Ergasilus dan Lamproglena.
Parasit yang sering menyerang ikan adalah Caligus dan Learnea. Menurut
Sasanti (2000), family Caligidae (Caligus) memiliki bagian cephalothoraks pipih
dorsoventral dengan permukaan ventral cekung dan permukaan dorsal cembung.
Antena ke 2 dan maksilliped dilengkapi kuku yang tajam untuk mengait pada
inang. Sedangkan menurut Dana et al.,(1994), Learnea memiliki ciri-ciri tubuh
yang tidak beruas, parasit ini sangat merugikan usaha budidaya ikan air tawar
dikarenakan ukurannya yang relatif besar.
2.3.4. Nematoda
Menurut Kabata (1985), Nematoda berbentuk silindris, filiformis dan ditutupi
oleh kutikula yang fleksibel. Dasar identifikasi yang penting adalah bentuk kepala
dan mulut.
Bentuk tubuh Nematoda tidak bersekat-sekat, cacing ini juga memiliki
sistem pencernaan yang lengkap darimulut sampai ke anus. Salah satu cacing
Nematoda yang sering dijumpai adalah Anisakis sp. sebagai penyebab penyakit
Anisakiasis (Noble and Noble, 1989).
2.5.5. Salinitas
Menurut teori, zat-zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui
proses outgassing yakni perembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk
gas ke permukaan dasar laut. Bersama gas-gas ini, terlarut pula hasil kikisan kerak
bumi dan bersama-sama garam-garam ini merembes pula air,semua dalam
perbandingan yang tetap sehingga terbentuk garam di laut (Rommimoharto,
2009).