Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas termasuk golongan ikan yang aktif bila dilihat dari sifat makan

ikan tersebut, karena ikan mas akan bergerak cepat ke arah pakan dan dengan

cepat pula menangkap pakan. Ikan mas lebih agresif lagi bila dalam kepadatan

tinggi. Meski agresif, tetapi bila sudah kenyang ikan mas akan masuk ke dalam air

(Khairuman, 2008).

2.1.1 Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas memiliki ciri morfologi dengan bentuk badan memanjang dan

memipih tegak (compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat

disembulkan (protaktil), serta memiliki dua pasang sungut di bagian anterior

mulut tetapi kadang-kadang satu pasang sungut tidak berfungsi. Selain itu di

dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terdiri dari tiga

baris gigi geraham. Ikan mas memiliki sirip punggung (dorsal), sirip perut

(ventral), sirip dubur (anal), dan sirip ekor. Sirip punggung berbentuk memanjang

terletak di bagian atas permukaan tubuh dan berseberangan dengan permukaan

sirip perut bagian belakang sirip punggung. Pada bagian belakang sirip punggung

memiliki jari-jari keras, sedangkan pada bagian akhir berbentuk gerigi. Sirip

dubur ikan mas pada bagian belakang juga memiliki jari-jari keras, sedangkan

pada bagian akhir berbentuk gerigi seperti sirip punggung. Sirip ekor berbentuk

cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran yang

terletak beraturan. Hampir seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik,

6
Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
7

kecuali beberapa varietas yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran

relative besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (sikloid). Gurat sisi

atau garis rusuk (linea lateralis) ikan mas berada di pertengahan tubuh dengan

posisi melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor

(Khairuman, 2008).

2.1.2 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Menurut Khairuman (2008) klasifikasi ikan mas air tawar sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Super Kelas : Pisces

Kelas : Osteichthyes

Sub Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Sub Ordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Sub Famili : Cyprininae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio L.

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


8

2.1.3 Habitat Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas merupakan ikan yang berasal dari daratan Asia dan telah lama

dibudidayakan sebagai ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400 tahun sebelum

masehi. Penyebarannya merata di daratan Asia juga Eropa dan sebagian Amerika

utara, serta Australia. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-

600 meter di atas pemukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-300 C. Habitat ikan

mas meliputi sungai berarus tenang sampai berarus sedang dan di area danau

dangkal. Terkadang ikan mas dapat ditemukan pada perairan payau atau muara

sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-300/00. Perairan yang terdapat banyak di

tempati ikan mas yaitu bagian-bagian sungai yang terlindungi pepohonan rindang

dan pada tepi sungai dengan reruntuhan pohon yang tumbang (Khairuman, 2008).

2.2 Penyakit pada Ikan

Penyakit ikan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat

menyebabkan gangguan struktur dan fungsi fisiologi ikan baik secara langsung

maupun bertahap (Handjani dan Samsundari, 2005). Penyakit ikan merupakan

hasil interaksi antara faktor dalam ekosistem pada suatu perairan yaitu inang (ikan

mas) yang lemah, agen patogen yang virulen dan kualitas lingkungan yang

memburuk (Susanto dan Taukhid, 2002). Penyebab penyakit pada ikan ada dua

yaitu organisme biotik dan abiotik. Salah satu organisme hidup penyebab penyakit

pada ikan adalah parasit. Golongan parasit pada ikan meliputi protozoa, metazoa,

crustacea, jamur, bakteri, cacing, maupun virus (Mulia, 2012), sedangkan

penyebab penyakit yang bukan organisme hidup yaitu sifat fisika air, sifat kimia

air, dan pakan yang kurang cocok untuk kehidupan ikan mas.

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


9

Menurut Bachtiar (2002) penyakit adalah suatu gangguan pada organisme

disebabkan oleh parasit, kekurangan gizi atau faktor fisika dan kimia lingkungan,

serta menyebabkan daya tahan tubuh ikan melemah. Tanda-tanda ikan yang

terserang penyakit antara lain selalu berenang kearah sumber air masuk (inlet),

tidak mau makan, hilang keseimbangan, gerakan lamban, mudah terkejut, dan

selalu bergerak menghindar. Serangan penyakit yang terjadi pada ikan disebabkan

terganggunya interaksi antara tiga komponen utama yaitu, ikan, kondisi

lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak terkontrol antara tiga

komponen tersebut sering menyebabkan gejala-gejala yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan ikan (Bachtiar, 2002).

Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu

proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan ikan menjadi tidak normal. Secara

umum penyakit dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penyakit infeksi dan non

infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur,

bakteri, cacing, virus sedangkan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non

hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan

Liviawaty, 2003).

2.3 Parasit yang Menyerang Ikan

Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh, insang, maupun lendir

inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut (Supian, 2013). Parasit

dapat didefinisikan sebagai organisme yang hidup di dalam organisme lain, yang

disebut inang, dan mendapatkan keuntungan dari inang yang ditempatinya

(Yuliartati, 2011). Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri,

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


10

virus, dan jamur. Manfaat yang diambil parasit terutama adalah zat makanan dari

inangnya. Daelami (2001) mengatakan bahwa parasit ikan terdapat pada

lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan

menderita sakit. Ikan sebenarnya mempunyai daya tahan terhadap penyakit

selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak

diperlemah oleh berbagai sebab.

Parasit digolongkan menjadi dua macam yaitu endoparasit dan ektoparasit

(Supian, 2013). Endoparasit merupakan golongan penyakit parasit yang berada

dalam tubuh ikan. Sedangkan ektoparasit merupakan golongan dari parasit yang

hidup menempel pada permukaan tubuh ikan (Anshary, 2008 dalam Yuliartati,

2011).

Menurut Widyastuti (2002), parasit dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup

menumpang di bagian luar tubuh inang, atau di bagian dalam organ kulit yang

mempunyai hubungan dengan lingkungannya. Sedangkan endoparasit yaitu

parasit yang hidup pada organ dalam dari tubuh seperti: hati, limpa, paru-paru,

otak, dan dalam sistem pencernaan, sirkulasi, pernafasan, dalam rongga perut, otot

daging dan gangguan tubuh lain.

Menurut Supriyadi (2004), berdasarkan sifat dari ektoparasit dikenal

adanya ektoparasit obligat dan fakultatif. Ektoparasit bersifat obligat artinya

ektoparasit yang seluruh stadium hidup mulai dari pradewasa sampai dewasa

bergantung pada inangnya. Ektoparasit bersifat fakultatif artinya ektoparasit yang

menghabiskan waktu hidup sebagian besar di luar inangnya. Menurut sistematika

penyebabnya, penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


11

disebabkan oleh Helminthes (cacing), Protozoa dan Crustacea (udang) (Sugianti,

2005).

2.4 Jenis-jenis Ektoparasit

Ektoparasit berdasarkan sifatnya ada dua yaitu ektoparasit bersifat obligat

dan ektoparasit fakultatif (Supriyadi, 2004).

a. Ektoparasit bersifat obligat adalah ektoparasit yang seluruh stadium hidup

mulai dari pradewasa sampai dewasa bergantung pada inangnya. Inang

ektoparasit tersebut adalah manusia, hewan, mamalia, dan unggas. Sebagai

contoh: kutu penghisap darah (Anaplura) yang menghabiskan seluruh

waktunya di antara permukaan tubuh inang, yaitu pada bulu dan rambut

mamalia. Kutu penghisap darah hidup bersama inang, dan makan darah atau

jaringan inangnya.

b. Ektoparasit bersifat fakultatif adalah ektoparasit yang menghabiskan waktunya

sebagian besar di luar inangnya. Ektoparasit fakultatif mengganggu inang

hanya pada saat makan atau menghisap darah ketika diperlukan. Sebagai

contoh: kutu busuk (Hemiptera: Cimicidae) yang membutuhkan darah, setelah

itu bersembunyi ditempat-tempat gelap atau celah-celah terlindung yang jauh

dari inang.

Ektoparasit golongan protozoa umumnya menyerang organ tubuh luar ikan

seperti insang, sirip dan bagian permukaan tubuh ikan. Hal serupa juga

diungkapkan oleh Purbomartono (2003). bahwa tingkat infeksi ektoparasit

tertinggi dari golongan protozoa yang menyerang insang dan bagian permukaan

tubuh ikan. Protozoa dapat menyebabkan penyakit dengan mortalitas (jumlah

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


12

kematian) yang tinggi dan berdampak pada kerugian ekonomi baik dalam

budidaya air tawar maupun laut (Gusrina, 2008). Banyak jenis protozoa belum

teridentifikasi yang memilki bentuk menyerupai bulan sabit, berinti satu, dan

flagel yang tidak terlihat jelas (Anggie, 2008). Berdasarkan taksonomi, ada

beberapa filum dari spesies protozoa yang menyerang ikan yaitu filum

amoebozoa, filum dinoflagellata, filum parabasalia, filum euglenozoa, filum

cilliopora, filum apichomplexa, filum mikrospora, dan filum myxozoa (Gusrina,

2008). Hasil penelitian Purbomartono (2003), ditemukan penyakit dari spesies

ektoparasit jenis protozoa pada tubuh ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac)

yaitu Trichodina sp., Ichthyophthirius multifiliis, Chilodonella sp., Ephisthylis sp.,

Vorticella sp. Parasit tersebut dapat berkembang biak pada atau dalam tubuh

inang (Gusrina, 2008).

Adapun Jenis ektoparasit protozoa yang menyerang ikan mas antara lain

sebagai berikut:

1. Trichodina sp.

Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992), protozoa yang menyerang ikan

Mas yaitu Trichodina sp., penyakitnya disebut dengan Trichodiniasis.

Trichodiniasis merupakan penyakit parasit pada larva dan ikan kecil yang

disebabkan oleh ektoparasit Trichodina.

Trichodina sp. merupakan spesies ektoparasit dari jenis protozoa. Jenis

parasit ini memilki bentuk menyerupai setengah bola dengan diameter 5 μm,

bagian tengah (dorsal) cembung, mulut terletak di bagian iventral.

Mulut Trichodina sp. dilengkapi dengan alat penghisap dari chitin yang

menyerupai jangkar melingkar di sekeliling mulut (Gusrina, 2008). Trichodina sp.

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


13

berbentuk seperti lonceng yang terbalik, sisi dorsalnya cembung, dan dapat

berkontraksi serta memiliki dua makhkota bersilia yang berfungsi sebagai alat

penghisap (Kabata, 1985).

Trichodina sp. tumbuh dengan baik pada kolam yang tergenang dan

dangkal seperti dalam kolam pemijahan dan pembibitan ikan (Rokhmani, 2002

dalam Purbomartono, 2003). Trichodina sp. yang ditemukan diperairan tawar

atau payau merupakan spesies yang memilki toleransi yang cukup tinggi terhadap

kisaran salinitas (Rahayu, 2009). Trichodina sp. banyak ditemukan pada bagian

permukaan dengan prosentase 96%, sementara pada bagian insang hanya

mencapai 12% (Purbomartono, 2003). Trichodina sp. memanfaatkan inang

sebagai substrat dan mengambil partikel organik dari bakteri, akan tetapi

pelekatan Trichodina sp. sering menimbulkan luka (Rahayu, 2009).

Menurut Irawan (2004) pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang

utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit, atau

karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit

ini sebagai infeksi sekunder. Ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda

antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang

terutama kepala dan punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus

dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat.

Gejala yang ditimbulkan karena adanya infeksi Trichodina sp. pada

umumnya ditandai dengan penampilan pucat, dan terjadi pendarahan pada tubuh

ikan, serta mengeluarkan lendir terlalu banyak (Gusrina, 2008). Tingkat infeksi

yang rendah tidak mengakibatkan kerugian yang berarti, namun jika ikan

mengalami stres atau kualitas air menurun pertumbuhan Trichodina sp.

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


14

berlangsung mengakibatkan nafsu makan ikan menurun serta sensitif terhadap

infeksi bakteri, sehingga menyebabkan kerugian yang besar (Pramono dan

Syakuri, 2008). Sedangkan tingkat infeksi tinggi dapat menyebabkan kematian

akut pada ikan tanpa diawali dengan gejala terlebih dahulu (Sommerville,

1998 dalam Bhakti, 2011).

Menurut Sugianti (2005), beberapa penelitian yang membuktikan bahwa

ektoparasit Trichodina sp. mempunyai peranan sangat penting terhadap penurunan

daya kebal tubuh ikan dan terjadinya infeksi sekunder. Kematian umumnya terjadi

karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan dan akhirnya kelelahan atau

bisa juga terjadi akibat terganggunya sistem pertukaran oksigen, karena dinding

lamela insang dipenuhi oleh lendir (Moller, 2010).

Adapun klasifikasi dari parasit Trichodinasp. menurut Kabata (1985)

adalah sebagai berikut:

Filum : Protozoa

Sub filum : Ciliophora

Kelas : Ciliata

Ordo : Petrichida

Sub ordo : Mobilina

Famili : Trichodinidae

Sub famili : Trichodininae

Genus : Trichodina

Spesies : Trichodina sp.

2. Ichtyopthirius multifiliis

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


15

Diantara golongan parasit pada ikan air tawar, Ichthyophthirius multifiliis

termasuk salah satu anggota protozoa yang sering menimbulkan penyakit pada

ikan, baik itu ikan hias maupun ikan konsumsi (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Protozoa ini berukuran kecil. Parasit ini berkembangbiak dengan cara membelah

biner. Ichtyopthirius multifiliis dapat menginfeksi kulit, insang danmata pada

berbagai jenis ikan baik ikan air tawar, payau dan laut yang dapat menyebabkan

kerusakan kulit dan kematian. Tubuh ikan yang terserang protozoa ini akan

terbentuk bintik-bintik putih, sering disebut white spot. Ikan yang sudah terserang

penyakit ini biasanya malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan

air. Ikan juga akan sering terlihat menggosok-gosokan tubuh kedasar kolam atau

benda keras yang ada dikolam. Ciri-ciri Ichtyopthirius multifiliis menurut Kabata

(1985) yaitu berbentuk oval, memanjang (34-45 mikrometer) danseluruh tubuhnya

ditutupi silia. Ichtyopthirius multifiliis merupakan parasit obligat, berenang aktif

mencari inang. Ichtyopthirius multifiliis dewasa berbentuk oval (0,5-1

mikrometer) membenamkan diri dibawah lendir kulit, sirip, dan insang.

Ektoparasit ini terlihat seperti bintik putih bila dilihat dengan mata telanjang.

Ichtyopthyrius multifiliis merupakan salah satu protozoa yang dapat

mematikan benih ikan air tawar hingga 90%, dengan tanda klinis berupa

bintikputih pada bagian tubuh, sirip, dan insang. Infeksi yang berat dapat

menyebabkanpendarahan pada sirip, dan tubuhnya akan tertutup lendir. Protozoa

ini juga akanmeninggalkan inang yang sudah mati dan berkembangbiak dengan

membentukkista pada substrat, sehingga berpotensi menginfeksi inang lainnya

(Purbomartono, 2010).

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


16

Irianto (2005) memaparkan bahwa gejala klinis ikan yang terinfeksi

menjadi hiperaktif dan berenang sambil menggesekan tubuhnya pada bebatuan

atau dinding akuarium. Sedangkan Kordi (2004) menjelaskan bahwa ikan

yangterinfeksi Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan ikan menjadi malas

berenang, terlihat bintik-bintik putih pada permukaan kulit, insang, dan sirip.

Apabila Ichthyophthirius multifiliis menyerang insang maka protozoa ini akan

merusak insang sehingga prosespertukaran gas (oksigen, karbondioksida, dan

ammonia) menjadi terhambat.Daelami (2001) menjelaskan bahwa bagian tubuh

ikan yang menjadi sasaranadalah sel pigmen, sel-sel darah, dan sel-sel lendir.

Adapun klasifikasi dari parasit Ichthyophthirius multifiliis menurut

Hoffman (1967), sebagai berikut:

Filum : Protozoa

Sub filum : Ciliophora

Kelas : Ciliata

Sub kelas : Holotrichia

Ordo : Hymenostomatida

Sub ordo : Ophryoglenina

Famili : Ichthyophthidae

Genus : Ichthyophthirius

Spesies : Ichtyopthirius multifilis

3. Chilodonella sp.

Chilodonella sp. adalah patogen yang mengambil keuntungan dari inang

yang ditempelinya (oportunistik). Pemicu dari penularan protozoa ini adalah

tingkat kepadatan yang tinggi dan kualitas lingkungan buruk. Lamolo (2001)

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


17

menyatakan bahwa Chilodonella sp. yang menyerang ikan akanhidup pada

mukosa dan sistem sekresi pada ikan. Parasit ini lebih banyak menginfeksi bagian

permukaan tubuh ikan dibandingkan pada insang dan infeksi pada tubuh ikan

banyak didukung oleh suhu yang rendah. Pada tingkat serangan yang parah,

protozoa ini dapat menyebabkan luka pada kulit yang terkena infeksi dan lapisan

mukosa menjadi kusam (Alifuddin, 1993). Chilodonella sp. berkembangbiak pada

suhu 0,5-20°C. Dalam kondisi yangtidak baik, akan membentuk kista.

Chilodonella sp. tidak dapat hidup tanpa adanya inang dalam jangka waktu lebih

dari 12-24 jam (Purbomartono, 2010).

Menurut Kabata (1985), pengobatan jenis parasit ini dilakukan melalui

perendaman dalam larutan garam dapur dengan dosis 100 gr/m² selama 15-30

menit, atau perendaman dalam larutan formalin pada dosis 10-15 ppm selama 24

jam.

Adapun klasifikasi dari parasit Chilodonella sp. menurut Kabata (1985)

adalah sebagai berikut:

Filum : Protozoa

Kelas : Ciliata

Ordo : Cryophorida

Famili : Chilododontidae

Genus : Chilodonella

Spesies : Chilodonella sp.

4. Ephistylis sp.

Epistylis sp. merupakan protozoa yang hidup berkelompok dan biasanya

ditemukan di kulit atau insang. Epistylis sp. adalah protozoa yang bertangkai dan

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


18

bercabang (Kabata 1985). Menurut Hadiroseyani (1990), Ephistylis sp. bersifat

sesil (menempel) pada substrat seperti insang dan kulit ikan. Parasit ini hidup

berkoloni dan masing-masing individu dihubungkan dengan stalk yang dapat

berkontraksi. Menurut Alifuddin (1993), parasit ini mempunyai ukuran 50-250

mikrometer yang membentuk koloni dan tersusun pada tangkai yang bercabang-

cabang namun bersifat non-kontraktil. Sedangkan menurut Yuasa

(2003), Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata, koloni berbentuk silinder tipis

atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan non-kontraktil dengan panjang

kira-kira 0,4-0,5 mikrometer. Ephistylis sp. adalah parasit yang umum ditemukan

pada perairan baik air tawar maupun air laut. Parasit ini biasanya menempel pada

objek yang terendam dalam air, seperti tumbuhan atau hewan air (Hadiroseyani,

1990). Pada kondisi kualitas air yang terdapat banyak bahan organik, maka

Epistylis sp. dapat berubah menjadi agen penyakit (Irianto, 2005). Gejala serangan

parasit ini biasanya mengakibatkan ikan susah bernafas karena insang ikan banyak

tertutupi oleh parasit Epistylis sp. dan pertumbuhan ikan lambat, serta dapat

merusak jaringan yang di serang atau ditempeli (Yuasa, 2003).

Adapun klasifikasi dari parasit Epistylis sp. menurut Kabata (1985) adalah

sebagai berikut:

Filum : Protozoa

Kelas : Ciliata

Ordo : Peritricha

Famili : Epistylidae

Genus : Epistylis

Spesies : Epistylissp.

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


19

5. Vorticella sp.

Vorticella sp.merupakan protozoa dari filum Ciliophora. Vorticella sp.

memiliki bentuk lonceng terbaiik dengan tangkai bersilia yang mengandung fibril

yang disebut myoneme (Kabata 1985). Vorticella sp. semuanya bersifat soliter

dan menempel pada substrat dengan tangkai yang kontraktil. Sel-selnya

mempunyai bentuk seperti lonceng terbalik, disekeliling peristoma terdapat cilia

(organel sel seperti rambut yang berfungsi sebagai alat bantu pergerakan). Sel

Vorticella mengandung makronukleus dan mikronukleus, sel berwarna

kekuningan atau kehijauan. Cara reproduksinya dengan cara pembelahan.

Vorticella sp. tidak hanya hidup di perairan air tawar saja, tetapi juga di perairan

laut dan dapat menempel pada tumbuhan dan hewan dapat hidup di perairan tawar

atau laut. Pada stadium dewasa menempel pada obyek-obyek yang terendam air,

baik berupa tumbuhan maupun hewan air (Alifuddin, 1993). Menurut Kabata

(1985), pengobatan dapat dilakukan dengan merendam ikan pada laruran bronek

0,12-0,15 ppm.

Adapun klasifikasi dari parasit Vorticellasp.menurut Kabata (1985) adalah

sebagai berikut:

Filum : Protozoa

Sub filum : Ciliophora

Kelas : Ciliata

Ordo : Periticha

Famili : Vorticellidae

Genus : Vorticella

Spesies : Vorticella sp.

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


20

6. Myxobolus sp.

Myxobolus sp. menyebabkan penyakit yang disebut Myxoboliasis pada ikan

(Kabata, 1985). Spesies ini menghasilkan semacam kista yang kemudian akan

pecah. Bentuk membulat dan melebar pada bagian anterior. Parasit ini tidak hanya

tinggal di insang ikan, namun juga merupakan parasit obligat pada jaringan-

jaringan ikat, hati, dan ginjal. Siklus hidupnya belum semua diketahui, tetapi jenis

parasit ini membentuk spora pada insang atau di bawah kulit ikan (Daelami,

2001). Akibat infeksi Myxobolus sp. tergantung dari penyerangan parasit dan letak

kista yang menyebabkan penurunan berat badan terutama pada benih. Ikan

menjadi lemah, cenderung berenang dekat pada pinggir kolam, dan warna ikan

menjadi suram.

Adapun klasifikasi dari parasit Myxobolus sp. menurut Hoffman (1967),

sebagai berikut:

Filum : Protozoa

Kelas : Sporozoa

Sub kelas : Myxosporea

Ordo : Cnidosporodia

Sub ordo : Myxospororidia

Famili : Myxobolidae

Genus : Myxobolus

Spesies : Myxobolus sp.

2.5 Pengendalian Ektoparasit Protozoa

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


21

Pada pengendalian ektoparasit protozoa ini yaitu salah satunya melakukan

pencegahan, pencegahan tersebut dikenal dengan biosecurity. Biosecurity adalah

serangakaian usaha mencegah atau mengurangi peluang masuknya penyakit ke

dalam suatu sistem budidaya. Biosecurity terdiri dua aspek, yaitu isolasi dan

desinfeksi (Prayitno dan Sunarto, 2004). Pada pencegahan serangan ektoparasit

yaitu pencegahan ikan yang terinfeksi ektoparasit, kemudian melakukan

dekontaminasi berkesinambungan terhadap kolam pemeliharaan, maupun pada

alat yang digunakan pada kegiatan ini (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Infeksi ektoparasit meliputi tiga faktor, yaitu lingkungan, ikan, organisme

parasit itu sendiri, sehingga pengendalian ektoparasit dapat dilakukan berdasarkan

analisis ke tiga faktor tersebut. Pengendalian ektoparasit dapat digunakan dengan

bahan kimia. Namun terlebih dahulu diketahui jenis ektoparasit yang menginfeksi

pada ikan tersebut (Plumb, 1992 dalam Rahayu, 2009).Infeksi ektoparasit yang

tinggi dapat menyebabkan kematian secara masal. Menurut Sommerville

(1998) dalam Pramono dan Syakuri (2008), kematian akut yang diakibatkan

tingginya tingkat infeksi ektoparasit menjadi masalah yang serius, yaitu

mortalitas tanpa menunjukan gejala terlebih dahulu. Mortalitas tinggi dapat terjadi

akibat terinfeksi ektoparasit, sehingga mendorong usaha untuk melakukan

pengendalian infeksi ektoparasit pada ikan (Pramono dan Syakuri, 2008).

2.6 Kualitas Air

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi, atau

komponen lain dalam air. Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi ikan mas

sebagai media tempat hidup. Namun demikian, tidak semua air dapat digunakan

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


22

untuk pemeliharaan ikan air tawar. Agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup

ikan mas tetap terjaga, maka diperlukan suatu kondisi lingkungan yang optimal

untuk kepentingan proses fisiologis pertumbuhan ikan mas. Untuk dapat hidup

layak, maka diperlukan kualitas air yang baik. Sumber air yang digunakan untuk

pemeliharaan ikan air tawar harus memenuhi persyaratan parameter fisika, kimia

dan biologi (Handajani dan Hastuti, 2002).

Sifat fisika air merupakan tempat hidup dan menyediakan ruang gerak.

Sifat kimia air merupakan penyedia unsur hara, vitamin, mineral, gas-gas terlarut

dan sebagainya. Sifat biologi air merupakan suatu media untuk kegiatan biologis

dalam pembentukan dan penguraian bahan-bahan organik. Sehingga kondisi

ketiga tersebut harus sesuai dengan persyaratan untuk hidup dan berkembangnya

ikan mas yang dipelihara. Kualitas air perlu diperiksa, karena tidak semua cocok

untuk ikan mas. Air yang tidak cocok dapat menyebabkan kematian dan

menimbulkan kerugian besar. Pemeriksaan kualias air bertujuan untuk mengetahui

berbagai sifat fisika, kimia dan biologi air.

1. Suhu Air

Parameter fisika air banyak berperan dalam pertumbuhan ikan mas yaitu

suhu, warna, kecerahan dan kekeruhan air (turbidity). Suhu adalah variabel

lingkungan penting untuk organisme akuatik karena suhu dapat mempengaruhi

aktivitas makan ikan, metabolisme, gas (oksigen) terlarut dan proses reproduksi

ikan (Susanto, 2009). Suhu air merupakan salah satu dari parameter fisika yang

perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan

pada ikan. Secara garis besar, suhu air sangat mempengaruhi suatu metabolisme,

perkembangbiakkan, pernapasan, denyut jantung dan sirkulasi darah, kegiatan

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


23

enzim dan proses fisiologi lainnyan pada ikan dan organisme perairan lainnya.

Selain mempengaruhi pertukaran zat seperti yang telah disinggung di atas, suhu

juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya racun

suatu bahan pencemar.

Semakin tinggi suhu pada suatu perairan, maka semakin sedikit oksigen

terlarut di dalamnya sedangkan kebutuhan oksigen setiap 10ºC oleh organisme

perairan naik hampir dua kali lipat. Contoh lain yakni daya racun potasium sianida

terhadap ikan akan naik dua kali lipat setiap kenaikkan suhu 10ºC. Sesuai hukum

Van Hoff bahwa untuk setiap perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua

sampai tiga kali lipat setiap kenaikkan suhu sebesar 10ºC. Suhu yang baik untuk

pembenihan ikan Mas berkisar antara 25-33ºC (Kordi, 2007).

2. Oksigen Terlarut (DO/Dissolved Oxygen)

Parameter kimia air yang banyak berperan adalah oksigen terlarut,

kandungan karbondioksida bebas (CO2), pH air (derajat keasaman), alkalinitas,

ammonia (NH3 dan NH4), asam sulfida (H2S) dan salinitas. Oksigen terlarut

dalam air sangat menentukan kehidupan organisme perairan, karena kandungan

oksigen terlarut dalam air merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan

dan organisme perairan lainnya (Kordi, 2004). Apabila kadar oksigen rendah

dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan, bahkan

dapat mengakibatkan kematian organisme. Oksigen juga tidak hanya berfungsi

untuk pernapasan (respirasi) ikan, tetapi juga untuk penguraian atau perombakan

bahan organik yang ada di dasar kolam.

Setiap hari konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan mengalami

fluktuasi. Konsentrasi terendah terjadi pada waktu subuh (dini hari) kemudian

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


24

meningkat pada saat matahari terbit dan menurun kembali pada malam hari.

Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut tertinggi terdapat pada perairan yang

mempunyai kepadatan planktonnya tinggi dan sebaliknya. Kandungan oksigen

(O2) digunakan oleh ikan mas untuk pernapasan. Oksigen yang diserap akan

digunakan untuk aktivitas tubuh seperti bergerak, bertumbuh dan berkembang

biak sehingga tidak boleh kekurangan agar aktivitas terus berlangsung.

Kandungan oksigen (O2) yang optimum 5-6 ppm (Susanto, 2009).

Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

suhu, kadar garam (salinitas) perairan, pergerakan arus air, luas daerah permukaan

perairan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen sekelilingnya.

Bila pada suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan jumlah

kelarutan oksigen yang ada di dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan sudah

jenuh dengan oksigen terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen terlarut

daripada yang seharusnya pada suhu tertentu, berarti oksigen dalam air tersebut

sudah lewat jenuh (super saturasi). Apabila dikaitkan dengan tekanan udara dan

suhu, maka kelarutan oksigen dalam air akan menurun dengan menurunnya

tekanan udara dan suhu. Pada usaha pembenihan ikan air tawar di kolam kadar

oksigen terlarut dapat dioptimalkan dengan bantuan aerator seperti kincir atau

turbo.

3. pH Air (Derajat Keasaman)

pH adalah indikasi air bersifat asam, basa (alkali), atau netral. Air sumur

atau air tanah umumnya agak asam karena mengandung banyak karbonat (CO).

Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion hidrogen yang

terdapat didalam perairan tersebut, dengan kata lain nilai pH suatu perairan akan

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


25

menunjukan air tersebut bereaksi asam atau bereaksi basa. Nilai kisaran pH

optimal atau ideal untuk mendukung kehidupan ikan mas berkisar antara 6,5-8,5

(Susanto, 2009). Derajat keasaman air yang sangat rendah atau sangat asam dapat

menyebabkan kematian ikan. Keadaan air yang sangat basa juga dapat

menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat (Kordi, 2007).

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017


26

Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017

Anda mungkin juga menyukai