TINJAUAN PUSTAKA
Ikan mas termasuk golongan ikan yang aktif bila dilihat dari sifat makan
ikan tersebut, karena ikan mas akan bergerak cepat ke arah pakan dan dengan
cepat pula menangkap pakan. Ikan mas lebih agresif lagi bila dalam kepadatan
tinggi. Meski agresif, tetapi bila sudah kenyang ikan mas akan masuk ke dalam air
(Khairuman, 2008).
Ikan mas memiliki ciri morfologi dengan bentuk badan memanjang dan
memipih tegak (compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat
mulut tetapi kadang-kadang satu pasang sungut tidak berfungsi. Selain itu di
dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terdiri dari tiga
baris gigi geraham. Ikan mas memiliki sirip punggung (dorsal), sirip perut
(ventral), sirip dubur (anal), dan sirip ekor. Sirip punggung berbentuk memanjang
sirip perut bagian belakang sirip punggung. Pada bagian belakang sirip punggung
memiliki jari-jari keras, sedangkan pada bagian akhir berbentuk gerigi. Sirip
dubur ikan mas pada bagian belakang juga memiliki jari-jari keras, sedangkan
pada bagian akhir berbentuk gerigi seperti sirip punggung. Sirip ekor berbentuk
cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran yang
terletak beraturan. Hampir seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik,
6
Identifikasi Ektoparasit Protozoa…, Ami Ratna Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
7
kecuali beberapa varietas yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran
relative besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (sikloid). Gurat sisi
atau garis rusuk (linea lateralis) ikan mas berada di pertengahan tubuh dengan
posisi melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor
(Khairuman, 2008).
Menurut Khairuman (2008) klasifikasi ikan mas air tawar sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Ikan mas merupakan ikan yang berasal dari daratan Asia dan telah lama
dibudidayakan sebagai ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400 tahun sebelum
masehi. Penyebarannya merata di daratan Asia juga Eropa dan sebagian Amerika
utara, serta Australia. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-
600 meter di atas pemukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-300 C. Habitat ikan
mas meliputi sungai berarus tenang sampai berarus sedang dan di area danau
dangkal. Terkadang ikan mas dapat ditemukan pada perairan payau atau muara
sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-300/00. Perairan yang terdapat banyak di
tempati ikan mas yaitu bagian-bagian sungai yang terlindungi pepohonan rindang
dan pada tepi sungai dengan reruntuhan pohon yang tumbang (Khairuman, 2008).
menyebabkan gangguan struktur dan fungsi fisiologi ikan baik secara langsung
hasil interaksi antara faktor dalam ekosistem pada suatu perairan yaitu inang (ikan
mas) yang lemah, agen patogen yang virulen dan kualitas lingkungan yang
memburuk (Susanto dan Taukhid, 2002). Penyebab penyakit pada ikan ada dua
yaitu organisme biotik dan abiotik. Salah satu organisme hidup penyebab penyakit
pada ikan adalah parasit. Golongan parasit pada ikan meliputi protozoa, metazoa,
penyebab penyakit yang bukan organisme hidup yaitu sifat fisika air, sifat kimia
air, dan pakan yang kurang cocok untuk kehidupan ikan mas.
disebabkan oleh parasit, kekurangan gizi atau faktor fisika dan kimia lingkungan,
serta menyebabkan daya tahan tubuh ikan melemah. Tanda-tanda ikan yang
terserang penyakit antara lain selalu berenang kearah sumber air masuk (inlet),
tidak mau makan, hilang keseimbangan, gerakan lamban, mudah terkejut, dan
selalu bergerak menghindar. Serangan penyakit yang terjadi pada ikan disebabkan
lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak terkontrol antara tiga
proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan ikan menjadi tidak normal. Secara
umum penyakit dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penyakit infeksi dan non
infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur,
bakteri, cacing, virus sedangkan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non
Liviawaty, 2003).
Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh, insang, maupun lendir
inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut (Supian, 2013). Parasit
dapat didefinisikan sebagai organisme yang hidup di dalam organisme lain, yang
(Yuliartati, 2011). Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri,
virus, dan jamur. Manfaat yang diambil parasit terutama adalah zat makanan dari
lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan
selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak
dalam tubuh ikan. Sedangkan ektoparasit merupakan golongan dari parasit yang
hidup menempel pada permukaan tubuh ikan (Anshary, 2008 dalam Yuliartati,
2011).
menumpang di bagian luar tubuh inang, atau di bagian dalam organ kulit yang
parasit yang hidup pada organ dalam dari tubuh seperti: hati, limpa, paru-paru,
otak, dan dalam sistem pencernaan, sirkulasi, pernafasan, dalam rongga perut, otot
ektoparasit yang seluruh stadium hidup mulai dari pradewasa sampai dewasa
2005).
waktunya di antara permukaan tubuh inang, yaitu pada bulu dan rambut
mamalia. Kutu penghisap darah hidup bersama inang, dan makan darah atau
jaringan inangnya.
hanya pada saat makan atau menghisap darah ketika diperlukan. Sebagai
dari inang.
seperti insang, sirip dan bagian permukaan tubuh ikan. Hal serupa juga
tertinggi dari golongan protozoa yang menyerang insang dan bagian permukaan
kematian) yang tinggi dan berdampak pada kerugian ekonomi baik dalam
budidaya air tawar maupun laut (Gusrina, 2008). Banyak jenis protozoa belum
teridentifikasi yang memilki bentuk menyerupai bulan sabit, berinti satu, dan
flagel yang tidak terlihat jelas (Anggie, 2008). Berdasarkan taksonomi, ada
beberapa filum dari spesies protozoa yang menyerang ikan yaitu filum
ektoparasit jenis protozoa pada tubuh ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac)
Vorticella sp. Parasit tersebut dapat berkembang biak pada atau dalam tubuh
Adapun Jenis ektoparasit protozoa yang menyerang ikan mas antara lain
sebagai berikut:
1. Trichodina sp.
Trichodiniasis merupakan penyakit parasit pada larva dan ikan kecil yang
parasit ini memilki bentuk menyerupai setengah bola dengan diameter 5 μm,
Mulut Trichodina sp. dilengkapi dengan alat penghisap dari chitin yang
berbentuk seperti lonceng yang terbalik, sisi dorsalnya cembung, dan dapat
berkontraksi serta memiliki dua makhkota bersilia yang berfungsi sebagai alat
Trichodina sp. tumbuh dengan baik pada kolam yang tergenang dan
dangkal seperti dalam kolam pemijahan dan pembibitan ikan (Rokhmani, 2002
atau payau merupakan spesies yang memilki toleransi yang cukup tinggi terhadap
kisaran salinitas (Rahayu, 2009). Trichodina sp. banyak ditemukan pada bagian
sebagai substrat dan mengambil partikel organik dari bakteri, akan tetapi
Menurut Irawan (2004) pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang
utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit, atau
karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit
ini sebagai infeksi sekunder. Ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda
antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang
terutama kepala dan punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus
dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat.
umumnya ditandai dengan penampilan pucat, dan terjadi pendarahan pada tubuh
ikan, serta mengeluarkan lendir terlalu banyak (Gusrina, 2008). Tingkat infeksi
yang rendah tidak mengakibatkan kerugian yang berarti, namun jika ikan
akut pada ikan tanpa diawali dengan gejala terlebih dahulu (Sommerville,
daya kebal tubuh ikan dan terjadinya infeksi sekunder. Kematian umumnya terjadi
karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan dan akhirnya kelelahan atau
bisa juga terjadi akibat terganggunya sistem pertukaran oksigen, karena dinding
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Petrichida
Famili : Trichodinidae
Genus : Trichodina
2. Ichtyopthirius multifiliis
termasuk salah satu anggota protozoa yang sering menimbulkan penyakit pada
ikan, baik itu ikan hias maupun ikan konsumsi (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Protozoa ini berukuran kecil. Parasit ini berkembangbiak dengan cara membelah
berbagai jenis ikan baik ikan air tawar, payau dan laut yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan kematian. Tubuh ikan yang terserang protozoa ini akan
terbentuk bintik-bintik putih, sering disebut white spot. Ikan yang sudah terserang
air. Ikan juga akan sering terlihat menggosok-gosokan tubuh kedasar kolam atau
benda keras yang ada dikolam. Ciri-ciri Ichtyopthirius multifiliis menurut Kabata
Ektoparasit ini terlihat seperti bintik putih bila dilihat dengan mata telanjang.
mematikan benih ikan air tawar hingga 90%, dengan tanda klinis berupa
bintikputih pada bagian tubuh, sirip, dan insang. Infeksi yang berat dapat
ini juga akanmeninggalkan inang yang sudah mati dan berkembangbiak dengan
(Purbomartono, 2010).
berenang, terlihat bintik-bintik putih pada permukaan kulit, insang, dan sirip.
ikan yang menjadi sasaranadalah sel pigmen, sel-sel darah, dan sel-sel lendir.
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Hymenostomatida
Famili : Ichthyophthidae
Genus : Ichthyophthirius
3. Chilodonella sp.
tingkat kepadatan yang tinggi dan kualitas lingkungan buruk. Lamolo (2001)
mukosa dan sistem sekresi pada ikan. Parasit ini lebih banyak menginfeksi bagian
permukaan tubuh ikan dibandingkan pada insang dan infeksi pada tubuh ikan
banyak didukung oleh suhu yang rendah. Pada tingkat serangan yang parah,
protozoa ini dapat menyebabkan luka pada kulit yang terkena infeksi dan lapisan
Chilodonella sp. tidak dapat hidup tanpa adanya inang dalam jangka waktu lebih
perendaman dalam larutan garam dapur dengan dosis 100 gr/m² selama 15-30
menit, atau perendaman dalam larutan formalin pada dosis 10-15 ppm selama 24
jam.
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Cryophorida
Famili : Chilododontidae
Genus : Chilodonella
4. Ephistylis sp.
ditemukan di kulit atau insang. Epistylis sp. adalah protozoa yang bertangkai dan
sesil (menempel) pada substrat seperti insang dan kulit ikan. Parasit ini hidup
mikrometer yang membentuk koloni dan tersusun pada tangkai yang bercabang-
(2003), Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata, koloni berbentuk silinder tipis
atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan non-kontraktil dengan panjang
kira-kira 0,4-0,5 mikrometer. Ephistylis sp. adalah parasit yang umum ditemukan
pada perairan baik air tawar maupun air laut. Parasit ini biasanya menempel pada
objek yang terendam dalam air, seperti tumbuhan atau hewan air (Hadiroseyani,
1990). Pada kondisi kualitas air yang terdapat banyak bahan organik, maka
Epistylis sp. dapat berubah menjadi agen penyakit (Irianto, 2005). Gejala serangan
parasit ini biasanya mengakibatkan ikan susah bernafas karena insang ikan banyak
tertutupi oleh parasit Epistylis sp. dan pertumbuhan ikan lambat, serta dapat
Adapun klasifikasi dari parasit Epistylis sp. menurut Kabata (1985) adalah
sebagai berikut:
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Peritricha
Famili : Epistylidae
Genus : Epistylis
Spesies : Epistylissp.
5. Vorticella sp.
memiliki bentuk lonceng terbaiik dengan tangkai bersilia yang mengandung fibril
yang disebut myoneme (Kabata 1985). Vorticella sp. semuanya bersifat soliter
(organel sel seperti rambut yang berfungsi sebagai alat bantu pergerakan). Sel
Vorticella sp. tidak hanya hidup di perairan air tawar saja, tetapi juga di perairan
laut dan dapat menempel pada tumbuhan dan hewan dapat hidup di perairan tawar
atau laut. Pada stadium dewasa menempel pada obyek-obyek yang terendam air,
baik berupa tumbuhan maupun hewan air (Alifuddin, 1993). Menurut Kabata
(1985), pengobatan dapat dilakukan dengan merendam ikan pada laruran bronek
0,12-0,15 ppm.
sebagai berikut:
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Periticha
Famili : Vorticellidae
Genus : Vorticella
6. Myxobolus sp.
(Kabata, 1985). Spesies ini menghasilkan semacam kista yang kemudian akan
pecah. Bentuk membulat dan melebar pada bagian anterior. Parasit ini tidak hanya
tinggal di insang ikan, namun juga merupakan parasit obligat pada jaringan-
jaringan ikat, hati, dan ginjal. Siklus hidupnya belum semua diketahui, tetapi jenis
parasit ini membentuk spora pada insang atau di bawah kulit ikan (Daelami,
2001). Akibat infeksi Myxobolus sp. tergantung dari penyerangan parasit dan letak
kista yang menyebabkan penurunan berat badan terutama pada benih. Ikan
menjadi lemah, cenderung berenang dekat pada pinggir kolam, dan warna ikan
menjadi suram.
sebagai berikut:
Filum : Protozoa
Kelas : Sporozoa
Ordo : Cnidosporodia
Famili : Myxobolidae
Genus : Myxobolus
dalam suatu sistem budidaya. Biosecurity terdiri dua aspek, yaitu isolasi dan
alat yang digunakan pada kegiatan ini (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
bahan kimia. Namun terlebih dahulu diketahui jenis ektoparasit yang menginfeksi
pada ikan tersebut (Plumb, 1992 dalam Rahayu, 2009).Infeksi ektoparasit yang
(1998) dalam Pramono dan Syakuri (2008), kematian akut yang diakibatkan
mortalitas tanpa menunjukan gejala terlebih dahulu. Mortalitas tinggi dapat terjadi
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain dalam air. Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi ikan mas
sebagai media tempat hidup. Namun demikian, tidak semua air dapat digunakan
untuk pemeliharaan ikan air tawar. Agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan mas tetap terjaga, maka diperlukan suatu kondisi lingkungan yang optimal
untuk kepentingan proses fisiologis pertumbuhan ikan mas. Untuk dapat hidup
layak, maka diperlukan kualitas air yang baik. Sumber air yang digunakan untuk
pemeliharaan ikan air tawar harus memenuhi persyaratan parameter fisika, kimia
Sifat fisika air merupakan tempat hidup dan menyediakan ruang gerak.
Sifat kimia air merupakan penyedia unsur hara, vitamin, mineral, gas-gas terlarut
dan sebagainya. Sifat biologi air merupakan suatu media untuk kegiatan biologis
ketiga tersebut harus sesuai dengan persyaratan untuk hidup dan berkembangnya
ikan mas yang dipelihara. Kualitas air perlu diperiksa, karena tidak semua cocok
untuk ikan mas. Air yang tidak cocok dapat menyebabkan kematian dan
1. Suhu Air
Parameter fisika air banyak berperan dalam pertumbuhan ikan mas yaitu
suhu, warna, kecerahan dan kekeruhan air (turbidity). Suhu adalah variabel
aktivitas makan ikan, metabolisme, gas (oksigen) terlarut dan proses reproduksi
ikan (Susanto, 2009). Suhu air merupakan salah satu dari parameter fisika yang
pada ikan. Secara garis besar, suhu air sangat mempengaruhi suatu metabolisme,
enzim dan proses fisiologi lainnyan pada ikan dan organisme perairan lainnya.
Selain mempengaruhi pertukaran zat seperti yang telah disinggung di atas, suhu
juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya racun
Semakin tinggi suhu pada suatu perairan, maka semakin sedikit oksigen
perairan naik hampir dua kali lipat. Contoh lain yakni daya racun potasium sianida
terhadap ikan akan naik dua kali lipat setiap kenaikkan suhu 10ºC. Sesuai hukum
Van Hoff bahwa untuk setiap perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua
sampai tiga kali lipat setiap kenaikkan suhu sebesar 10ºC. Suhu yang baik untuk
ammonia (NH3 dan NH4), asam sulfida (H2S) dan salinitas. Oksigen terlarut
oksigen terlarut dalam air merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan
dan organisme perairan lainnya (Kordi, 2004). Apabila kadar oksigen rendah
untuk pernapasan (respirasi) ikan, tetapi juga untuk penguraian atau perombakan
fluktuasi. Konsentrasi terendah terjadi pada waktu subuh (dini hari) kemudian
meningkat pada saat matahari terbit dan menurun kembali pada malam hari.
(O2) digunakan oleh ikan mas untuk pernapasan. Oksigen yang diserap akan
Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
suhu, kadar garam (salinitas) perairan, pergerakan arus air, luas daerah permukaan
Bila pada suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan jumlah
kelarutan oksigen yang ada di dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan sudah
jenuh dengan oksigen terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen terlarut
daripada yang seharusnya pada suhu tertentu, berarti oksigen dalam air tersebut
sudah lewat jenuh (super saturasi). Apabila dikaitkan dengan tekanan udara dan
suhu, maka kelarutan oksigen dalam air akan menurun dengan menurunnya
tekanan udara dan suhu. Pada usaha pembenihan ikan air tawar di kolam kadar
oksigen terlarut dapat dioptimalkan dengan bantuan aerator seperti kincir atau
turbo.
pH adalah indikasi air bersifat asam, basa (alkali), atau netral. Air sumur
atau air tanah umumnya agak asam karena mengandung banyak karbonat (CO).
terdapat didalam perairan tersebut, dengan kata lain nilai pH suatu perairan akan
menunjukan air tersebut bereaksi asam atau bereaksi basa. Nilai kisaran pH
optimal atau ideal untuk mendukung kehidupan ikan mas berkisar antara 6,5-8,5
(Susanto, 2009). Derajat keasaman air yang sangat rendah atau sangat asam dapat
menyebabkan kematian ikan. Keadaan air yang sangat basa juga dapat