TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Hidup
Ikan patin dalam menjalani hidupnya mengalami perkembangan atau fase
yang akan dijalaninya selama beberapa waktu sampai akhirnya dapat dikonsumsi
ataupun dijadikan induk untuk menghasilkan benih-benih yang berkualitas.
Menurut Lusac dan Southgate (2012) ikan patin memiliki fase kehidupan yaitu
telur, larva, benih dan dewasa.
persembunyiannya dan melakukan aktivitas pada malam hari. Patin hidup secara
berkelompok atau bergerombol. Hal ini merupakan faktor yang dapat merangsang
nafsu makannya.
Taksonomi
Secara sistematika ikan patin dapat diklasifikasikan ke dalam domain
eukaryota, kingdom animalia, subkingdom bilateria, phylum Chordata,
subphylum Vertebrata, infraphylum Gnathostoma, superkelas Osteichtyes, kelas
Osteichtyes, subkelas Actinopterygii, ordo Siluriformes, famili Pangasiidae, genus
Pangasius dan spesies Pangasius sp. Ikan patin memiliki nama Inggris Catfish
(Saanin 1968).
Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila pada kulit ikan patin (Noga 1996)
E. tarda merupakan salah satu spesies bakteri yang bersifat patogen pada
ikan patin. Bakteri ini biasanya menyerang ikan patin dewasa. E. tarda hidup di
air kolam pemeliharaan ikan patin bersifat kronis dengan mortalitas yang rendah,
namun saat ikan stres dan imunitas tubuh menurun bakteri ini dapat menginfeksi
ikan patin dengan mortalitas yang tinggi karena menyebabkan penyakit
Edwardsiella septicaemia (ES). E. tarda merupakan salah satu jenis bakteri yang
bersifat zoonotik yang dapat menyebabkan terjadinya enteritis pada manusia
(Noga 1996).
Gambar 5 Infeksi Edwardsiella tarda pada kulit ikan patin (Noga 1996)
E. ictaluri merupakan salah satu spesies yang juga termasuk famili dari
Enterobacteriaceae yang bersifat patogen pada ikan patin. Menurut Irianto (2005)
bakteri ini berbeda dengan E. tarda, ia justru menginfeksi ikan patin pada saat
masih muda (benih, seukuran jari). Bakteri dapat menyebabkan Enteric
Septicemia atau septikemia enterik yang menunjukkan gejala klinis seperti infeksi
sistemik bakteri pada umumnya, diantaranya nekrosa dan ulserasi organ distensi
abdominal, exophthalmia, ptechi dan hemoragi pada kulit dan mulut. Pada negara
empat musim, bakteri ini merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit
musiman. Ia dapat bertahan hidup pada suhu sekitar 240–280C yang merupakan
suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri. Tingkat prevalensinya meningkat pada
bulan Mei–Juni dan September–Oktober. Selain itu E. ictaluri dapat bertahan
pada air kolam selama 90 hari dengan suhu sekitar 250C (Songer & Post 2005).
10
Gambar 6 Infeksi Edwarsiella ictaluri pada kulit ikan patin (Noga 1996)
lingkungan, telur ini bersifat resisten terhadap bahan kimia ataupun desinfektan.
Telur kemudian akan menetas dan menghasilkan larva yang memiliki bulu getar
yang dapat berenang bebas hingga menemukan inangnya (Irianto 2005).
Gambar 8 Anatomi dan Morfologi Gyrodactylus sp. (Ghufran & Kordi 2004).
Keterangan Gambar : 1. Organ peraba; 2. Kepala; 3. Mulut; 4. Pharynx; 5.
Embrio; 6. Mata; 7. Usus; 8. Testis; 9. Ovary; 10. Posterior haptor.
Gambar 9 Anatomi dan Morfologi Dactylogirus sp. (Ghufran & Kordi 2004).
Keterangan Gambar : 1. Kepala; 2. Mata; 3. Mulut; 4. Telur; 5. Ovary; 6. Testis;
7. Posterior haptor.
Digenea merupakan salah satu jenis parasit yang juga termasuk dalam
phylum Platyhelminthes. Digenea dewasa memilki tubuh oval datar dorsoventral,
memilki sucker pada bagian anterior dekat mulut dan sucker tambahan pada
bagian ventral (ventral sucker, atau acetabulum) (Anshary 2008).
13
Cestoda memiliki lebih dari satu inang, ikan bisa saja merupakan inang
antara atau inang definitif dari parasit ini tergantung jenisnya (Gambar 15).
17
Cacing dapat menginfeksi otot, saluran pencernaan dan rongga tubuh ikan . Gejala
klinis yang ditunjukkan adalah nafsu makan menurun, metabolisme terganggu
sehingga terjadi penurunan berat badan, serta dapat menyebabkan obstruksi di
saluran pencernaan (Irianto 2005).