TINJAUAN PUSTAKA
Ikan dari genus Osteochilus dengan morfologi luarnya dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu caput, truncus dan caudal. Caput terbentang mulai dari ujung moncong
sampai dengan akhir operculum. Truncus membentang dari akhir operculum sampai
dengan anus. Caudal terbentang dari belakang anus sampai dengan ujung sirip ikan
(Amri, 2008). Caputnya meliputi cavum oris (mulut) terdapat pada ujung moncong
terdapat gigi pada rahangnya, organon visus (mata) terletak sebelah lateral tanpa kelopak
mata dan operculum. Bagian truncusnya terdiri dari berbagai jenis sirip. Sirip-sirip
tersebut berfungsi membantu pergerakan ikan di dalam air. Sirip-sirip tersebut terdiri
dari sirip punggung (pinna dorsalis), sepasang sirip dada (pinna pectoralis), dan sirip
Klasifikasi ikan peres (Osteochilus sp.) menurut Saanin (1984) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
sungai-sungai yang berarus sedang. Populasi ikan nilem hanya cocok dipelihara di
daerah sejuk dengan ketinggian 150-1.000 m dari permukaan laut (Pratiwi, 2011).
Daerah yang bagus untuk budidaya ikan nilem adalah daerah yang memiliki ketinggian
800 m dari permukaan air laut dengan suhu 18-28 0C (Bambang, 2001). Charles (2012)
Asahan baik pada musim kemarau maupun musim hujan, pada musim hujan banyak
ditemukan spesies Osteochilus sp. Dan musim kemarau Osteochilus vittatus dari genus
Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan.
Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan budidaya.
sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan
jumlah modal yang harus dikeluarkan (Winaruddin, 2007). Disamping itu penyakit ikan
adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan pada struktur atau fungsi alat
tubuh ikan baik secara langsung maupun tidak langsung (Hadiroseyani, 2006). Penyakit
pada ikan timbul karena disebabkan oleh interaksi yang tidak seimbang antara
yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit
pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Pitogo, 2001). Sedangkan
penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen,
Ikan yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok parasit, dan
non parasit (Robin, 2007). Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit karena biasanya sulit untuk dideteksi oleh para
pembudidaya ikan akibat banyak parasit yang menimbulkan penyakit dengan gejala
Parasit adalah organisme yang hidup pada atau didalam tubuh beberapa
organisme lain. Parasit dapat berupa hewan atau tumbuhan yaitu virus, bakteri, jamur,
protozoa, cacing dan arthropoda (Manoppo, 1995). Parasit terdiri dari dua macam yaitu,
ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada bagian luar
inangnya (Handayani, 2004). Ektoparasit umumnya menyerang organ luar ikan seperti
insang, sirip, dan bagian permukaan. Tingkat infeksi ektoparasit tertinggi dari golongan
protozoa yang menyerang insang dan bagian permukaan (Winaruddin, 2007). Sedangkan
endoparasit adalah parasit yang hidupdi dalam tubuh inangnya. Endoparasit umumnya
menyerang organ dalam ikan seperti usus, hati, dan saluran pencernaan (Anshary, 2010).
Penyakit infeksi cacing endoparasit cukup dijumpai pada ikan laut liar terutama yang
yang disebabkan oleh crustacean yaitu Argulus sp., Lernea cyprinaceae, Saprolegnea sp.
dan Achlya sp. Sedangkan endoparasit biasanya yang menyerang ikan disebabkan oleh
protozoa dan trematoda. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain
Ichtyopthirius multifilis, Myxobolus sp., Tricodina sp., Myxosoma sp., Henneguya sp.,
dan Thelohanellus sp. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh trematoda antara lain
Kualitas air perlu diperhatikan dalam suatu usaha budidaya ikan, karena kualitas
air merupakan faktor penting untuk kelangsungan hidup ikan, jika kualitas air suatu
perairan tercemar maka dapat mengakibatkan kelangsungan hidup ikan terganggu dan
munculnya parasit yang menyebabkan penyakit pada ikan. Menurut Susanto (2001) suhu
yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan nilem berkisar antara 18–28 0C, dan untuk
pH berkisar antara 6,7 – 8,6. Menurut Susanto (2006) oksigen terlarut 5 - 6 ppm didalam
air dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembangbiak ikan. Menurut PBIAT
Muntilan (2007), untuk kandungan ammonia yang disarankan adalah 0,5 ppm.
Keasaman air atau yang popular dengan istilah pH air sangat berperan dalam
kehidupan ikan. Umumnya, pH yang sangat cocok untuk semua jenis ikan antara 6,7 –
8,6. Namun, ada jenis ikan yang dapat bertahan hidup pada kisaran pH yang buruk