Anda di halaman 1dari 4

MENGANTISIPASI SERANGAN

BAKTERI Aeromonas PADA IKAN


PATIN DAN MANUSIA
Posted by andhi

Sep 11

1. Latar Belakang

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih
perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi
yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk
membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan.
Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40
cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir
untuk membesarkan tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan
oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini (Anonym,
2006).
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak,
punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung
kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut
mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Penyakit
pada ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan noninfeksi.

Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang
bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular, sedangkan penyakit akibat infeksi
biasanya timbul karena gangguan organisme patogen. Organisme patogen yang
menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus.

Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan kurang gizi.
Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur
dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat
diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit yaitu white spot (bintik putih) yang
disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet.
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit
jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. (Anonym, 2006). Pada kondisi air yang
jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.

Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang
adalah bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu
Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. (Anonym, 2006). Ikan yang terserang akan
mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal
sirip. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri ternyata mudah menulari ikan
lainnya, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera
dimusnahkan.

Tulisan ini mengupas lebih dalam tentang salah satu jenis bakteri yang menyerang ikan
patin yaitu Aeromonas hydrophila, antara lain bentuk, sifat, dan karakteristik lainnya
yang berhubungan dengan patogenesisnya pada ikan patin. Selain itu juga memberikan
beberapa cara penanganan ikan yang terserang Aeromonas hydrophila.

Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah tentang Aeromonas hydrophila
pada ikan patin serta beberapa cara penanganan ikan yang terserang bakteri ini.

2. Karakteristik Umum Golongan Aeromonas

Aeromonas adalah jenis bakteri yang bersifat metropolitan, oksidasif, anaerobik


fakultatif, dapat memfermentasi gula, gram negatif, tidak membentuk spora, bentuk akar,
dan merupakan penghuni asli lingkungan perairan. Bakteri ini ditemukan di air payau, air
tawar, muara, lautan, dan pada badan air yang terklorinasi maupun tidak terklorinasi,
dengan jumlah terbanyak ditemukan pada musim hangat. Upaya isolasi aeromonas pada
penyakit yang menyerang hewan berdarah panas dan berdarah dingin telah dilakukan
lebih dari 100 tahun yang lalu, sedangkan isolasi dari manusia dilakukan sejak awal tahun
1950-an (Hayes, 2000).
Gambar 2. Aeromonas hydrophila (sumber: Hayes, 2000).

3. Aeromonas hydrophila
Aeromonas hydrophila adalah bakteri berbentuk akar, motil, dengan diameter 0,3 – 1 ?m
dan panjang 1 – 3,5 ?m, tanpa fase spora, biasanya tidak mempunyai kapsul, tumbuh
optimum pada 28 oC tetapi dapat tumbuh pada suhu ekstrim (4 oC dan 37 oC). Sifatnya
yang metropolitan di lingkungan perairan memungkinkan terjadinya kontak pada ikan
dan amfibi, dan bahkan memasuki hewan tersebut. Kontak tersebut dapat menyebabkan
infeksi tergantung pada spesiesnya dan tingkat virulennya (Floyd, 2002).

Aeromonas hydrophila telah ditemukan pada berbagai jenis ikan air tawar di seluruh
dunia, dan adakalanya pada ikan laut. Terdapat pandangan yang berbeda tentang peran
yang tepat dari Aeromonas hydrophila sebagai ikan patogen. Beberapa peneliti
menetapkan bahwa organisme ini hanya sebagai penyerang sekunder pada inang yang
lemah, sedang yang lain menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen
utama ikan air tawar (Hayes, 2000).

4. Serangan pada Ikan

A. hydrophila telah dihubungkan dengan beberapa penyakit pada ikan, termasuk busuk
ekor, busuk sirip, dan haemorrahagic septicaemia. Haemorrahagic septicaemia ditandai
oleh adanya luka kecil pada permukaan, sering mengarah pada pengelupasan sisik,
pendarahan pada insang dan dubur, borok, bisul, exophthalmia (mata membengkak), dan
pembengkakan perut. Pada bagian dalam, dimungkinkan adanya cairan ascitic di dalam
rongga peritoneal, kekurangan darah merah, dan pembengkakan ginjal dan hati (Miyazaki
dan Kage, 1985).

Gambar 3. Belut (Anguilla japonica) dengan penyakit sirip merah yang disebabkan oleh
Aeromonas hydrophila (Sumber: Hayes, 2000)

Agen etiologik dipindahkan secara horisontal (antar binatang selain dari induk dan
keturunan) tetapi tidak secara vertikal (dari induk ke keturunan). Bakteri memperbanyak
diri di dalam usus, menyebabkan suatu radang haemorrhagic mucuous-desquamative
(pengeluaran lendir berlebihan). Metabolit beracun A. hydrophila diserap dari usus dan
menginduksi keracunan. Pendarahan pada kapiler terjadi di permukaan sirip dan di
submukosa perut. Sel hepatik dan epitel dari tubulus ginjal menunjukkan adanya
degenerasi. Glomeruli dihancurkan dan jaringan menjadi berdarah, dengan eksudat dari
serum dan fibrin (Miyazaki dan Jo, 1985).

Aeromonas menghasilkan banyak produk yang bersifat toksik bagi sel-sel lain. Beberapa
dilepaskan dari sel aktif dalam bentuk terlarut, sedang yang lain tetap berasosiasi dengan
permukaan sel, dan yang lainnya dilepaskan saat kematian sel. Tiga protein ekstraselular
Aeromonas yang diketahui berkaitan dengan patogenitas telah dikloning, disekuen, dan
dikarakterisasi secara biokimia. Protein tersebut yaitu aerolysin, GCAT
(Glycerophospholipid Cholesterol Acyltransferase), dan serin protease (Rodriguez et al.,
1992).

Penjangkitan penyakit biasanya berhubungan dengan perubahan kondisi lingkungan.


Stres, overcrowding (populasinya padat), suhu tinggi, perubahan suhu secara mendadak,
penanganan yang kasar, transfer ikan, rendahnya oksigen terlarut, rendahnya persediaan
makanan, dan infeksi fungi atau parasit, berpengaruh pada perubahan fisiologis dan
menambah kerentanan terhadap infeksi.

Gambar 4. Morfologi infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan (Sumber: Hayes, 2000)

Anda mungkin juga menyukai