Anda di halaman 1dari 18

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada


ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat
disebabkan oleh organisme lane, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang
menunjang kehidupan ikan. Jadi, timbulnya serangan penyakit ikan di kolam
terjadi karena interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan
patogen. Interaksi yang tidak serasi tersebut menyebabkan stres pada ikan,
sehingga mekanisme pertahanan tubuh ikan menurun dan akhirnya mudah
diserang penyakit (suwarsito dan hindayati, 2011).
Hubungan antara parasit, ikan, dan faktor stres lingkungan terhadap
proses terjadinya penyakit dapat dilihat pada timbulnya sakit dapat diakibatkan
infeksi patogen yang dapat berupa bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat
pula akibat defisiensi atau malnutrisi, atau sebab - sebab lain (irianto, 2005).
Sedangkan menurut austin and austin (1999), secara umum faktor - faktor yang
terkait dengan timbulnya penyakit merupakan interaksi dari 3 faktor yaitu inang,
patogen, dan lingkungan atau stressor eksternal.
Penyakit tersebut mampu menyebabkan gangguan suatu fungsi atau
struktur dari alat tubuh. Jenis penyakit perlu dipastikan secepat mungkin, karena
air sebagai media hidup ikan akan memungkinkan penularan penyakit secara
meluas dalam waktu relatif cepat. Perubahan patologis memberi petunjuk pada
jenis penyakit sebelum kematian terhadap organ ekstemal maupun internal (kordi
2004). Terjadinya kematian pada ikan budidaya maupun stok alami yang
dikaitkan dengan penyakit sering dilaporkan. Di indonesia sedikitnya telah
tercatat tiga kali wabah yang mengakibatkan kerugian besar yang disebabkan
penyakit, baik parasitis maupun bakteri. Wabah penyakit ikan yang pernah
mengakibatkan kerugian besar pada pembudidaya ikan salah satunya adalah
penyakit parasiter yang pernah mewabah yang disebabkan oleh ichthyopthinus
multifilis pada tahun 1932 (suwarsito dan hindayati, 2011).
Protozoa bersilia bernama latin ichthyophthirius multifiliis fouquet (ich)
adalah parasit yang secara umum sering dijumpai pada ikan air tawar.
Ichthyophthiriasis secara bertahap mampu menyebabkan kematian massal ikan
yang dibudidaya dan menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi di budidaya
ikan. Ich mampu menginfeksi pada beberapa tahap pertumbuhan dari ikan, dari
larva, ikan berumur muda, dan ikan dewasa. Beberapa studi menunjukkan
peningkatan penyerangan bakteri dimana kerusakan tersebut dapat disebabkan
adanya jalan masuk yang mudah dilalui bakteri tersebut dan hal tersebut mampu
mnyebabkan peningkatan kematian (haixu et al., 2012).
Parasit tersebut biasanya menyerang ikan pada kulit dan tampak seperti
bercak - bercak putih pada sekitar kulit maupun pada sirip (spot) adalah salah satu
dari banyaknya macam penyakit yang menginfeksi pada ikan, sehingga pada
makalah ini akan dibahas lebih lanjut terkait morfologi, siklus hidup, cara
penginfeksian, pencegahan, pengobatan dari ichthyopthinus multifilis.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui morfologi, diagnosis,


siklus hidup, cara penginfeksian, pencegahan, dan pengobatan dari parasit yang
menyebabkan white spot yaitu dari parasit ichthyopthirius multifilis.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Morfologi

Secara umum dikenali sebagai Ich, penyakit white spot


(ichthyophthiriasis), dapat menginfeksi hampir seluruh semua ikan air tawar dan
setidaknya 1 dari spesies amfibi. Penyakit tersebut dapat dikenali sebagai satu dari
kebanyakan penyakit yang disebabkan organisme patogen yang disebabkan oleh
parasit eukariotik yang menghasilkan kerugian ekonomi yang signifikan pada ikan
yang terinfeksi dalam budidaya. Ich disebabkan oleh hymenostomatid ciliate,
Ichthyopththirius multifilis fouquet, 1876. Parasit tersebut secara umum
terdistribusikan, terjadi pada daerah tropis, subtropis dan daerah beriklim sedang,
dan juga terjadi sepanjang di bagian utara siklus artic. Hal tersebut dapat
menyebabkan pola temporal dari kejadian penyakit pada populasi hewan di mana
penyakit itu terjadi dengan frekuensi lebih dari yang diharapkan dalam populasi
tersebut selama interval waktu tertentu (floyd dan peggy, 2009)
Ich adalah nama umum untuk parasit ichthyophthirius multifiliis dan
penyakit yang. Parasit tersebut mampu membunuh dengan jumlah yang sangat
besar dalam waktu yang singkat. Diagnosis awal dan pengobatan untuk memantau
kehadiran parasit tersebut dan menurunkan kematian ikan. Pencegahan penyakit
ini merupakan metode yang terbaik untuk menghindari kematian ikan (durborrow
et al., 1998).
Ich dibawah mikroskop tampak seperti bulatan yang berubah bentuk dan
bergerak memutar dengan cara berguling, menggunkan rambut kecil yang disebut
dengan silia yang secar total menyelimuti parasit tersebut. Nukleus parasit dewasa
ini berbentuk c dan mereka akan kesulitan bergerak didalam air (durborrow et al.,
1998) pada dewasa secara keseluruhan terdapat silia dan mengandung nukleus
berbentuk tapal kuda yang mana terlihat di individu yang lebih tua. (elsayed,
2006).
Gambar 1. Bentuk morfolofi Ichthyopththirius multifilis (ket. A = nukleus berbentuk
tapal kuda, b = tomites, c = tomites yang menyerupai tetrahymna, d = bentuk
dewasa ich. ( floyd dan peggy, 2009)
Ichthyopththirius multifilis adalah protozoa yang memilki silia dan
menyebabkan ich" atau "white spot". Penyakit ini adalah sebuah permasalahan
mayoritas pada perairan dan pembudidaya ikan diseluruh dunia. Ichthyopththirius
multifilis merupakan penyebab penyakit penting yang menginfeksi ikan tropis,
goldfish, dan ikan konsumsi. Penyakit tersebut merupakan penyakit menular
dengan tingkat yang tinggi dan menyebar sangat cepat dari satu ikan ke ikan
lainnya. Hal tersebut dapat erjadi terutama mampu meyebabkan ikan kehilangan
kendali. Saat protozoa memproduksi divisi bentuk yang sederhana, sebuah
individu tunggal Ich organisme tersebut mampu menggandakan diri menjadi
ratusan parasit yang baru. Organisme parasit tersebut mampu menyebabkan ikan
yang sebgai inangya tidak mampu mempertahankan hidupnya sehingga mampu
menyebabkan kematian yang sangat banyak dengan jangka waktu yang singkat.
Penjangkitan Ich adalah keadaan yang membahayakan yang mana membutuhkan
treatmen khusus (floyd dan peggy, 2009.
Sebuah wabah (epidemi) penyakit pada populasi hewan diantara spesies
ikan di perairan, pembudidaya dan kolam yang berbeda, sebaik di populasi ikan di
alam. Secara natural penjangkitan ichthyophthiriasis di populasi ikan di alam
dapat menghasilkan pengaruh yang sangat buruk. Seperti contoh, penjangkitan
alami ich di alam mampu menyebabkan kematian hingga 18 juta ikan di peru.
Pada sistem budidaya ikan intensif, ich mampu mewabah lebih dari biasanya atau
secara umum dapat menyebabkan ikan terkurung di kondisi stress dan
menyebabkan peningkatan eksponensial terhadap jumlah parasit. Ironi sekali
bahwa saat penyebaran dari Ichthyopththirius multifilis begitu efektis di alam dan
di kolam budidaya ikan. Ini harus dapat dibuktikan bahwa parasit tersebut bersifat
menular di laboratorium untuk tujuan jangka waktu pemeliharaan yang cukup
lama. Kebanyakan peneliti melaporkan (richard et al, 1996).

2.2. Penginfeksian Parasit Ich

Ikan yang terinfeksi memilki bercak putih di kulit. Karena adanya atau
tampak bercak putih, Ich terkadang juga disebut dengan penyakit white spot. Kulit
ikan yang terinfeksi juga terlihat seperti bergelombang. Bentuk dewasa dari
parasit tersebut cenderung lebih besar (lebih dari 1mm) dan dapat terlihat tanpa
pembesaran. Ich sering menyebabkan ikan mengalami pengelupasan mucus dari
kulit dalam jumlah yang cukup besar, dan penampakannya yang mana menyerupai
jamur ketika tampak dari permukaan air. Banyak sekali penelitian yang
melaporkan bahwasanya ikan yang terinfeksi parasit ini akan menyebabkan ikan
dalam keadaan sekarat dan memicu kematian pada ikan. Pada beberapa kasus Ich
hanya mucul pada insang dan tidak didalam kulit. (durborrow, et al 1998).

Gambar 1. Ikan yang terinfeksi (Durborrow et al., 1998)

Ikan dengan Ich diamati seperti melakukan atau menggosokkan tubuhnya


dengan cepat atau seperti memilki bekas luka dalam pemindahan objek atau pada
dasar kolam. Tingkah laku ini disebut dengan "Flashing" karena terpapar dengan
cepat dan mendadak cahaya dari wama perut ikan sebagai goncangan selama
perpindahan yang tak menentu. Ikan trout telah diamati melakukan Flashing pada
permukaan ikan, penampakan layaknya mereka mencolok pada insekta. Pada
tahap akhir penyakit, ich menginfeksi ikan juga menyebabkan ikan tampak lesu
dan terkadang berkumpul pada inlet kolam. Ikan yang terinfeksi biasanya tidak
mau makan apapun (Durborrow et al., 1998).
Pada siklus hidup ichthyophthirius multifiliis adalah organisme parasit
yang dapat menyerang atau menginfeksi inagnya secara langsung tanpa
membutuhkan inang perantara. Penjangkitan dimulai dari theront mengaktifkan
trophont yang tumbuh didalam epitelium inang untuk ukuran diameter 1 mm.
Trophont tersebut menjadi mudah terlihat karena sifat opasitas dari sitoplasma di
kulit ikan dan formasi sista somatic oleh tubuh ikan yang dikelilingi oleh parasit
White spot ini dengan mudah dapat dihitung. Bagaimanapun sebuah white spot
tunggal tidak menunjukkan trophont tunggal. Semenjak berkumpulnya trophont
dapat terjadi di white spot tunggal dengan ukuran yang cukup besar sebagai hasil
kelipatan masuknya trophont tersebut pada tempat titik tunggal daerah yang
terinfeksi. Namun perhitungan individu dengan pengkontrolan tepat secara
langsung, perhitungan tingkat infeksi di ikan yang dapat di hitung.
Trophont yang matang terdapat didalam inang dan berkembang menjadi
tomon, masing - masing yang mana dapat memproduksi lebih dari 3000 tomit
yang dilepaskan sebagai theront. Setelah pelepasan tomit tersebut theront
berenang bebas dan mampu menginfeksi inang yang baru atau menginfeksi
kembali di inang yang sama, meskipun dalam status kesehatan yang
mencurigakan. Kerusakan parah pada kulit epitelium terjadi disebabkan oleh
perusakan dari parasit melalui kulit inang selama infeksi dan pelepasannya.
Kerusakan tersebut kemungkinan menunjukkan terjadinya nggaran proses
osmoregulasi dan regulasi ion dan mungkin muncul sebagai jalan masuknya
penginfeksi patogen yg lainnya dan nantinya akan menyebabkan kematian ikan
(Elsayed, 2006).
Gambar 3. Penginfeksian ichthyopthirius multifilis dibawah lapisan epitelium
insang (durborrow et al, 1998).
Peningkatan laporan penelitian secara berlanjut yang terbitkan
mengindikasikan bahwa spesies ikan yang berbeda memilki sifat resisten masing -
masing terhadap I. Multifiliis. Perbedaan ini disebabkan karena adanya faktor
kerentanan internal atau primer yg terdapat di masing masing ikan yang telah
ditrankripsikan secara genetik. Pada (Elsayed, 2006) penjangkitan Ich
menginfeksi beberapa ikan telah dideteksi. Pada piranha yang terinfeksi ich
mengalami kematian 100 % tetapi berberda dengan kematian yang terjadi pada
ikan trout yang terjangkit parasit ini (Inga dan Muza, 2014).

2.3. Siklus Hidup Ichthyophthirius multifiliis

Ich merupakan protozoa parasit yang diketahui secara luas pada ikan.
Organisme parasit tersebut pada fase dewasa berbentuk oval bulat dengan ukuran
0.5 hingga 1.0 mm. Pada fase perkembang biakan organisme ini membentuk siste
di lapisan kulit inang, ketika fase dewasa, siste tersebut meninggalkan inangnya
dan memproduksi fase muda parasit tersebut dengan jumlah yang lebih banyak
dan berenang bebas di perairan, dan dalam waktu 48 jam pada temperatur 75-79 f,
mampu menemukan inagnya (Floyd dan Peggy, 2009).
Siklus hidup ichthyophthirius multifiliis termasuk trophont (berada di
dalam jaringan), yang mana ketika dewasa menjadi tomont yang hidup bebas,
tahap siklus hidup berlangsung secara cepat untuk menghasilkan generasi baru
yang akan menginfeksi individu. Pembubaran tomont pada fase dewasa atau
dalam keadaan mati didalam inang, tergantung pada perbedaan beberapa organel.
Tomont merupakan fase yang memilki ciri berenang - renang secara bebas selama
2-6 hari, lalu menjadi sista (Nickell dan Margareth, 1989).
Ketika ich dewasa meninggalkan ikan yang terinfeksi (Gambar 4), itu
adalah disebut tomont. Itu tomont menempel ke dasar kolam atau lainnya
permukaan dan bentuk sebuah berdinding tipis kista. Dalam kista, tomont
membagi berkali - kali, membentuk sebanyak 2.000 kecil tomites. Ketika tomites
adalah dilepaskan dari kista ke air, mereka memanjang dan menjadi theronts.
Theronts ini (juga disebut swarmers) berenang ke inang dan menembus ikan epitel
menggunakan penetrasi suatu kelenjar dan berenang kuat dengan, menggunakan
silia. Jika mereka tidak menemukan host ikan dalam sehari atau dua mereka
biasanya mati. Ini membuat ich parasit obligat; itu harus memiliki sejumlah ikan
untuk bertahan hidup. Sekali mereka menembus ikan mereka disebut sebagai
trophonts. Hanya theront dan tomont tahap sensitif terhadap perawatan di dalam
air (Floyd dan Peggy, 2009).
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ich untuk menyelesaikan siklus
hidupnya adalah tergantung suhu. Ich biasanya menginfeksi ikan antara 68 dan
77°F (20° - 25°c untuk), tetapi infeksi yang terjadi pada suhu dingin (serendah 33°
F, - 1°c ). Biasanya, ich tidak dapat mereproduksi pada suhu air di atas 85° f (30°
c), sehingga parasit biasanya tidak menimbulkan masalah di musim panas yang
hangat. Para peneliti telah menemukan bahwa parasit ich dapat berkembang biak
langsung dengan membagi bawah lapisan atas kulit ikan, melewati biasa tiga
tahap siklus hidup. Ketika ini terjadi, orang dapat melihat beberapa sel ich ukuran
yang sama berbaris atau di bawah rumpun lapisan tipis sel inang (Gambar. 3)
(Floyd dan Peggy, 2009).

Gambar 4. A = siklus hidup ichthyopthirius multifilis (Durborrow et al, 1998).


B= siklus hidup ichthyophtirius multifilis (Floyd dan Peggy, 2009).

2.4. Gejala Klinis

Gejala secara mendasar dari infeksi Ich terdapat white spot kecil di kulit
dan insang. Hal tersebut tampak seperti luka dan seperti gelembung kecil di kulit
atau di sirip ikan. Tampak secara utama terlihat seperti titik putih, beberapa ikan
menunjukka seperti iritasi, tampak menyala, lemah, kehilangan nafsu makan dan
penurunan aktivitas. Jika parasit tersebut hadir dalam insang, white spot secara
keselurahan tidak akan tampak, tetapi ikan akan mengalami kematian dalam
jumlah yang cukup besar. Pada ikan insang akan terlihat pucat dan bengkak.
White spot harus selalu digunakan sebagai tanda untuk diagnosis karena penyakit
lain memiliki tanda yang sama dengan parasit ini. Dan pada penginfeksian parasit
ich tersebut ikan tidak mampu mempertahankan hidupnya walaupun dengan
treatmen khusus sekalipun (Elsayed, 2006 ). Menurut Osman et. al. (2009), tanda
atau gejala klinis yang terjadi pada ikan goldfish yang terinfeksi Ich adalah pada
ikan goldfish melakukan pernapasan yang relatif cepat atau menggosok -
gosokkan tubuhnya pada kaca ataupun dasar aquarium.

2.5. Dignosis Ich

Diganosis ich sangat mudah dideteksi dengan menggunakan mikroskop


pada kulit dan insang ikan. Pemindahan atau pengambilan beberapa white spot
dari ikan yang terinfeksi lalu diamati dengan objek glass mikroskop yang
ditambahkan beberapa tets air dan ditutup dengan cover glass. Parasit yang deasa
berukuran lebih besar, berwarna gelap (kemungkinan disebabkan oleh silia yang
menyelimuti parasit tersebut) dan memiliki nukleus berbentuk tapal kuda dengan
pengamatan. Perbesaran 100x. Parasit dewasa berpindah secara perlahan dengan
cara berguling dan dengan mudah untuk dikenali. Pada fase immatur (tomites)
cenderung lebih kecil, transparan dan bergerak secara cepat. Pada fase tomite
lebih tampak mirip dengan parasit protozoa lainnya yang disebut dengan
tetrahymina. Tetrahymina membutuhkan perlakuan khusus untuk mengenalinya.
Sehingga sangat penting diperlukan pengetahuan perbedaan diantaranya (Elsayed,
2006).
Pada diagnostik infeksi Inga dan Muza (2014) dilakukan dengan metode
histopatologi dengan fiksasi formalin, paraffin dan pewarnaan dengan
hematoxylin eosin dan diamati dengan menggunakan mikroskop. Ich banya
terdeteksi di sampel histologi di epitelium lamella primer dan sekunder, mirip
dengan sel epitel nekrosis dengan penyusupan makrofag. Kerusakan berat insang
terdeteksi mnyebabkan kematian massal pada ikan. Dalam laporan ini kami
menjelaskan percobaan imunisasi pasif menunjukkan bahwa melumpuhkan mabs
mencit memberi perlindungan terhadap I. multifiliis. Temuan ini memberikan
argumen yang kuat bahwa antibodi melumpuhkan diproduksi oleh ikan secara
aktif diimunisasi memainkan peran penting dalam perlindungan dan menunjukkan
bahwa dimurnikan i - antigen dapat digunakan sebagai vaksin subunit terhadap
parasit obligat ini.

2.6. Pencegahan Ich

Pencegahan Ich adalah lebih baik untuk mengobati ikan setelah wabah
penyakit yang sedang berlangsung. Semua ikan yang masuk harus dikarantina
untuk setidaknya tiga hari saat suhu adalah 75-83 ° f. Pada suhu dingin karantina
3 hari akan memadai untuk Ich karena hidupnya diperpanjang siklus. Untuk
alasan ini, dan untuk mencegah pengenalan lainnya penyakit yang memiliki masa
inkubasi lebih dari 3 hari, karantina lagi sangat dianjurkan. 3 minggu umumnya
dianggap jangka waktu minimum untuk memadai karantina ikan baru (Floyd dan
Peggy, 2009).
Menurut Osman et. al. (2009) pengembangan perlindungan sistem
kekebalanikan untuk melawan parasit mengikuti imunisasi aktif dengan antigen
ich. Pemasukkan antigen pada tubuh ikan tersebut merupakan imusisasi secara
pasif yang dimana penginjeksian antigen didalam ikan dalam bentuk hidup tetapi
sduah dilemahkan. Diharapkan penginjeksian antigen hidup tersebut ikan mampu
mengenali antigen tersebut dan membuat antibody secara mandiri untuk melawan
antigen yang sama yang masuk ke dalam tubuh ikan.
Menurut Jesper dan Kurt. (2010), untuk pencegahan penginfeksian ich
bisa dilakukan dengan peningkatan sistem imun (imunomodulasi) malalui
pemberian pakan. Salah satunya adalah pemberian pakan yang mengandung beta
glukan yang dimana didapatkan hasil pada hari 14-35 setelah pemberian pakan
menunjukkan hasil yang kuat sangat sedikit trophont yang terdeteksi pada ikan
goldfish. Karena adanya aktivitas lisozim pada plasma.

2.7. Treatment Ich

Pengontrolan penjangkitan Ich dapat menjadi sulit hal tersebut


dikarenakan adanya silus hidup parasit yang tidak pada umumnya terjadi.
Meninjau siklus hidup. Ichthyopththirius multifilis. Tahap siklus hidup
diperlihatkan, hanya tomit yang berenang bebas yang mudah dilemahkan dengan
treatmen penggunaan bahan kimia. Ini berarti penerapan treatmen tunggal akan
membunuh tomites telah muncul dalam bentuk siste dan masih belum
bersembunyi di dalam kulit ikan. Treatmen tunggal akan berpengaruh terhadap
kemunculan organimse parasit tersebut setelah merusak sistem penginfeksian Ich
dalam ikan. Pengulangan treatmen bagaimanapun juga akan secara berlanjut
membunuh larva tomit, dan pencegahan secara berlanjut terhadap infeksi. Tetapi
sebaliknya tidak berpengaruh terhadpa pewabahan akan dikontrol sebagai parasit
yang dalam fase lebih dewasa yang menyebabkan ikan sakit, penginfeksian siste
pada kulit dan melakukan perkembang biakan pada inang tidak dapat
mempertahankan hidupnya dengan menggunakan treatmen bahan kimia.

Tabel 1. Pengendalian Ich dengan pengaturan suhu


Water temperature o f Treatmen interval
75o and higher Treat every day
65o to 74o Treat every other day
55o to 64o Skip 2 days between treatments
45o to 54o Skip 3 or 4 days between treatments

Suhu perairan sangat berpengaruh hebat terhadap betapa cepatnya siklus


hidup Ich berlangsung (Gambar1) dan selesai. Pada perairan yang hangat pada
suhu 75-79 f., siklus hidup dapat berlangsung secara lengkap dengan waktu
sekitar 48 jam, yang mana berarti treatmen dengan menggunakan bahan kimia
harus diterapakan setiap hari. Pada suhu yang lebih dingin siklus hidup terjadi
lebih lama dan treatmen harus di terapkanlebih lanjut dengan disispkan beberapa
spasi . Seperti contoh pada suhu 60 f treatmen harus diberikan pemisahan spasi
dengan jarak 4-5 hari. Diperairan hangat 3 treatmen minimum diaplikasikan
membutuhkan pemisahan 2-3 hari. Pada perairan yang lebih dingin lagi minimal 5
treatmen harus diaplikasikan dengan pemisahan jarak 3-5 hari. Treatmen harus
dilakukan secara terus menerus hingga seluruh kematian dari Ich telah berhenti.
Ikan harus diamati secara teliti selama pemulihan, kelemahan ikan masih dapat
disebabkan infeksi bakteri kedua. Pemilihan bahan kimia yang digunakan selama
treatmen Ich harus didasarkan pada keadaan kualitas air yang sedang terjadi,
spesies ikan dan tipe sistem budidaya yang sedang digunakan. Secara umum
bahan kimia yang digunakan adalah copper sulfat, formalin dan potasium
permangat sangat efisien dalam melawan Ich.
Menurut Long (1996), banyaknya penggunaan bahan kimia yang bersifat
karsinogen dan tidak dapat digunakan didalam produksi ikan karena tidak baik
untuk dikonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu akan cenderung penggunaan
immunoprophylaxis atau imunisasi pasif lebih aman dan lebih ekonomis sebagai
alternative pengobatan setelah infeksi oleh parasit Ich. Ikan mendapatkan
kekebalan dalam melawan ich dalam infeksi subletal dari pelemahan parasit
secara in vitro Pelemahan antibodi dibuktikan untuk bermain sebagai peranan
penting dalam menjaga sistem kekebelan. Antigen ich mendapatkan antibodi yang
telah dilumpuhkan dan telah dipurifinifikasi oleh chromatografi afinitas dengan
antibodi monoclonal (mabs) dan terbuat dari sebuah kelimpahan famili dari
fosfatidilinositol (gpi) -pada permukaan sel protein dengan massa molekul
berkisar antara 40 dan 70 kda. Secara singkat pelemahan disipkan dalam malm / c
mencit yang diimunisasi denganfraksi membran protein theront, discreening untuk
pelemahan monoclonal antibody dan dikloning tiga kali olhe larutan yang khusus.

2.8. Pertimbangan Khusus Untuk Pengobatan Ikan Dengan Treatmen


Pemberian Pakan.

Kebanyakan ikan lele, dibesarkan di tenggara, dipelihara di kolam. Untuk


fih ini, pengobatan pilihan untuk Ich adalah copper sulfat. Bahan kimia yang
efektif dan relative murah, pertimbangan penting ketika besar volume air
diperlakukan. Kerugian th tembaga sulfat adalah bahwa hal itu sangat beracun,
terutama di air alkalinitas rendah. Jangan pernah. Menggunakan copper sulfat
tanpa pengujian total alkalinitas air, hati - hati mengukur dimensi kolam
diperlakukan, dan menimbang konsentrasi copper sulfat untuk menerapkan sering
dihitung dengan menentukan total alkalinitas air dan membagi jumlah itu dengan
100. Misalnya, jika total kolam adalah 100 mg / l, kemudian 100/100 = 1 mg / l
copper sulfat. Jangan gunakan copper sulfat jika total alkalinitas kurang dari 50
mg / l. Jika anda belum pernah menggunakan copper sulfat, hubungi spesialis ifas
ekstensi budidaya untuk bantuan. Penggunaan copper sulfat dapat menyebabkan
oksigen yang parah depletions; oleh karena itu aerasi darurat harus selalu tersedia.
Penggunaan copper sulfat saat cuaca panas, atau ketika ganggang mekar yang
padat, sangat tidak dianjurkan. Ingat, jika anda tidak tahu alkalinitas air dan tidak
bisa mengukurnya maka jangan gunakan copper sulfat (Floyd dan Peggy, 2009).
Jika anda tidak dapat menggunakan copper di kolam anda karena
alkalinitas rendah, kurangnya aerasi, atau anda tidak nyaman menggunakannya,
kalium permanganat dapat digunakan sebagai pengganti. Kerugian utama th
kalium permanganat adalah biaya yang tinggi. Namun, sama effctive dan aman
untuk digunakan dibandingkan copper sulfat. Kalium permanganat dapat
diterapkan pada konsentrasi 2 mg / l, yang akan menghasilkan warna ungu -
merah muda dari air. Jika air berubah menjadi kuning atau coklat dalam waktu
kurang dari 8 sampai 10 jam, maka pengobatan harus diulangi. Biasanya,
maksimal tiga aplikasi (2 mg setiap / l) dianjurkan selama perawatan satu
(konsentrasi maksimum 6 mg / l). Jumlah bahan kimia yang akan diterapkan. Jika
ikan yang dipelihara di dalam ruangan dalam sistem tangki, formalin dapat
digunakan untuk mengobati Ich (Durborrow et al., 1998).
Formalin tidak pengobatan yang ideal untuk kolam, tetapi bekerja dengan
baik dalam tangki dengan kuat aerasi. Formalin tidak harus dijalankan melalui
biofiter sebuah, namun, karena akan membunuh bakteri di fiter dan ammonia
tingkat dapat meningkatkan ke tingkat mematikan. Mandi jangka pendek 250 mg /
l selama 30 sampai 60 menit dapat diikuti oleh air perubahan. Membersihkan
tangki juga akan menurunkan jumlah parasit. Ketika menerapkan pengobatan
terkonsentrasi seperti formalin, dan tidak pernah meninggalkan mereka tanpa
pengawasan. Ikan sakit mungkin tidak dapat mentolerir perawatan penuh. Jika
mereka muncul stres atau mencoba untuk melompat keluar dari tangki, ikan yang
kimia dari sistem segera. Treatmen jangka panjang dengan menggunakan formalin
dapat digunakan dalam sistem tangki pada konsentrasi 15 mg / l (Durborrow et
al., 1998).
Garam juga dapat digunakan untuk mengontrol Ich infeksi di kecil
volume air. Hal ini tidak praktis dalam kolam karena bahkan larutan garam ringan
dari 0,01 % (100 mg / l) ,akan membutuhkan jumlah besar garam (£ 272 / acre -
kaki) .Dalam kecil volume (yaitu, tank atau tong), namun, garam dapat berguna .
Ikan dapat dicelupkan ke dalam 3 % (30.000 mg / l) solusi untuk tiga puluh detik
hingga beberapa menit, atau mereka dapat diobati di mandi berkepanjangan pada
konsentrasi rendah (0,05 % = 500 mg / l). Garam pada konsentrasi rendah (0,01-
0,05 % solusi) merupakan cara yang sangat baik untuk mengendalikan Ich di
sirkulasi sistem tanpa merugikan biofiter tersebut. Sebuah fiter ultraviolet
direkomendasikan sebagai bantuan dalam mencegah penyebaran parasit dalam
sistem sirkulasi (Floyd dan Peggy, 2009).

2.9. Pertimbangan Khusus Untuk Pengobatan Ikan Hias

Menurut Floyd dan Peggy (2009), ikan yang tidak dimaksudkan untuk
konsumsi manusia bisa juga diperlakukan dengan bahan kimia yang dijelaskan di
atas untuk makanan ikan. Tembaga sulfat atau kalium permanganat bekerja
dengan baik di kolam, sedangkan formalin atau garam mungkin lebih mudah
untuk digunakan dalam malachite green adalah kimia lain yang dapat digunakan
untuk mengobati ikan hias yang ditempatkan di dalam ruangan. Tidak hanya
apakah ini ilegal dan tidak etis, tapi itu benar - benar tidak perlu. Bahan kimia
seperti tembaga sulfat, kalium permanganat, formalin, dan garam merupakan
bahan kimia yang sangat baik untuk pengobatan dari infeksi Ich .
Kimia tersebut berbahaya untuk digunakan dalam penanganan hal
tersebut karena mampu menyebabkan kanker, mutasi, dan berbahaya bagi janin.
Sarung tangan dan topeng pelindung harus selalu dipakai saat pada saat pemberian
perlakuan. Meskipun toksisitas, itu adalah umum digunakan untuk mengontrol
protozoa parasit pada ikan hias dan cukup efektif bila digunakan pada konsentrasi
0,05 untuk 0.10 mg / l sebagai mandi terbatas. Kimia ini sangat keras pada ikan,
terutama pada jaringan insang, jadi hati - hati tidak overdosis ikan. Malachite
green juga dapat dikombinasikan dengan formalin (0,2 mg / l perunggu hijau
dicampur dengan 25 mg / l formalin) untuk mengobati penyakit protozoa
eksternal. Itu dua bahan kimia bekerja sama dengan baik dan cukup efektif.
Malachite green bisa sangat beracun untuk ikan scaleless dan harus dihindari pada
spesies ini.

2.10. Pertimbangan Khusus Untuk Pengobatan Ikan Pemeliharaan

Ikan peliharaan dapat diobati dengan salah satu bahan kimia yang
dibahas di atas untuk memperbaiki Ich. Sejumlah komersial persiapan yang
tersedia di toko hewan peliharaan yang berisi satu atau beberapa agen ini.
Manipulasi suhu juga cara yang efektif untuk mengendalikan Ich di akuarium
rumah. Ini teknik ini sering tidak praktis untuk peternakan ikan komersial, tetapi
menguntungkan untuk hobi karena mahalnya produk yang tidak harus dibeli tetapi
lebih aman untuk beberapa mikroorganisme perairan. Suhu air dapat secara
bertahap dinaikkan menjadi 90 ° f, dipelihara di sana selama 24 jam, dan
kemudian secara bertahap turun 70 ° f selama 48 jam.pada fase infektif remaja
(tomites) akan terbunuh saat suhu air pada 90 ° f. Ketika suhu diturunkan,
organisme dewasa akan jatuh dari ikan dan mulai untuk bereproduksi. Sebagai
fase muda Ich mulai muncul 48 jam kemudian, suhu dinaikkan kembali ke 90 ° f,
dan mampu menyebabkan mereka mati.proses ini dilakukan pengulangan secara
terus menerus (24 jam pada 90 ° f diikuti oleh 48 jam pada 70 ° f) selama dua
minggu dan penyakit terus menerus dikontrol. Pembersihan tangki setiap detik
dalam setiap hari akan membantu menghilangkan siste sebelum mereka pecah dan
dengan demikian membantu mencegah penyelesaian siklus hidup . Untuk
penggunaan suhu untuk pengendalian Ich di akuarium, seharusnya sebelumnya
harus pastikan bahwa jenis ikan yang dipelihara mampu mentolerir suhu ekstrem.
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pada hasil pemaparan mengenal Ichthyopththirius multifilis dapat ditarik


kesimpulan

1. Ich adalah parasit protozoa dengan nama ilmiah Ichthyopththirius multifilis.


Ichthyophthirius multifiiis adalah parasit umum yang dapat menyebabkan
kerugian bencana di fasilitas akuakultur. Setelah organisme masuk ke pusat
budidaya ikan besar, sulit dikendalikan karena siklus reproduksi yang cepat
dan tahap yang unik hidupnya . Jika tidak dikendalikan, kematian 100 % ikan
dapat diharapkan.
2. Dengan pengobatan hati, penyakit bisa dikendalikan, tetapi biaya akan tinggi,
baik dari segi ikan hilang, tenaga kerja, dan biaya bahan kimia. Berbeda
dengan penyakit yang paling parasit, di mana keputusan untuk mengobati (atau
tidak untuk mengobati) didasarkan pada tingkat infestasi dan faktor - faktor
lain, ikan yang terinfeksi dengan Ich (bahkan jika hanya satu parasit terlihat)
harus selalu segeral diobati.
3. Organisme ini hanya bisa bertahan jika ikan hidup yang hadir untuk selesainya
siklus hidupnya. Hal ini dapat menyebabkan kematian besar - besaran ikan
dalam waktu singkat.
4. Sebuah pengobatan tunggal tidak suffient untuk penyakit ini, sebagai tahap
encysted tahan terhadap bahan kimia. Mengulangi pengobatan yang dipilih
akan mengganggu siklus hidup dan mengontrol pecahnya.

3.1. Saran

Memperhatikan praktek manajemen, seperti karantina dan beberapa


perawatan ketika wabah terjadi, akan meminimalkan kerugian ekonomi dari
penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. Dan E. Liviawaty. 1992 . Ikan . Kanisius , Yogyakarta .


Austin , B And D.A. Austin . 1987 . Pengendalian Hama Dan Penyakit Bacterial
And Fish Pathogens : Disease Farmed And Wild Fish John Wile And
Sons. Chichester.
De - Hai Xu Julia W. Pridgeon , Phillip H. Klesius , Craig A. Shoemaker . 2012.
Parasitism By Protozoan Ichthyophthirius Multifiliis Enhanced Invasion
Of Aeromonas Hydrophila In Tissues Of Channel Catfish . Veterinary
Parasitology 184 ( 2012 ) 101-107 .
H.A.M. Osman , Maather M. Monier , Omaima A. Abd El Ghany , 1 2taghreed B.
Ibrahim And Mona M. Ismail . 2009. Protection Of Goldfish ( Carassius
Auratus ) Against Ichthyophthirius Multifiliis By Immunization With
Live Theronts , Trophonts And Sonicated Trophonts . Global Veterinaria
3 . ( 4 ) : 329-334 , 2009
Hasan , I. M. 2002. Pokok - Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya
. Ghalia Indonesia . Jakarta . 260 Hal .
Inga Piginka - Vjačeslavoval , Muza Kirjušina2 . 2014. Specifity Of . Infection
Ichthyophthirius Multifiliis Piranhas ( Colossoma Macropomum ) .
Pathology Division , Institute Of Food Safety , Animal Health And
Environment " Bior "
Irianto , S. , E. Widiastuti , Dan P.Hartono . 2005 Biologi Kerapu Tikus
( Cromileptes Altivelis ) . In . P.Hartono , Anindiastuti , Dan Sudaryanto
( Eds ) . Pembenihan Ikan Kerapu Tikus ( Cromileptes Altivelis ) .
Departemen Pertanian . Direktorat Jenderal Perikanan . Balai Budidaya
Laut . Lampung
Jesper H. Lauridsen And Kurt Buchmann . 2010 . Effects Of Short And Long -
Term Glucan Feeding Of Rainbow Trout ( Salmonidae ) On The
Susceptibility To Ichthyophthirius Multifiliis Infections . Cta
Ichthyologica Et Piscatoria ( 2010 ) 40 ( 1 ) : 61-66
Kordi , K. M. Ghufran . 2004. Penanggulangan Hama Dan Penyakit Ikan .
Cetakan Per Ama . Jakarta : Pt Rineka Cipta In
Ruth Francis - Floyd And Peggy Reed . 2009. Ichthyopththirius Multifilis ( White
Spot ) Infections In Fish . One Of A Series Of The Fisheries And Aquatic
Sciences Department , Florida Cooperative Extension Service , Institute
Of Food And Agricultural Sciences , University Of Florida .
Suwarsito Dan Mustafidah . 2011 . Diagnosa Penyakit Ikan Menggunakan Sistem
Pakar ( Diagnozing Fish Disease Using Expert Syetem ) . Juita Issn :
2086-9398 Vol . I Nomor 4
Thomas A. Nickell And Margaret S. Ewing . 1989 . Dispersal Of Ichthyophthirius
Multifiliis ( Ciliophora ) . Proc . Okla . Acad . Sci . 69 : 23-25 Ictalurus
Tian Long Lin , Theodore G. Clark , And Harry Dickerson . 1996 . Passive
Immunization Of Channel Catfish ( Punctatus ) Against The Ciliated
Protozoan Parasite Ichthyophthirius Multifiliis By Use Of Murine
Monoclonal Antibodies . Infection And Immunity , Oct. 1996 , P . 4085
4090. Vol . 64 , No. 10

Anda mungkin juga menyukai