Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fadli Romadan Boli Gemian P.A.

C
NPM : 2310503010
Kelas : TS - 01

Ekosistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari organisme hidup dan faktor lingkungan,
seperti tanah, air, udara dan sinar matahari, mereka berinteraksi satu sama lain dan membentuk
suatu sistem kombinasi. Namun ekosistem saat ini semakin rentan dan rentan terhadap gangguan
berbagai faktor seperti perubahan iklim, urbanisasi, pertanian dan perburuan liar, serta
kemunculann penyakit baru. Hal ini mengancam kelangsungan makhluk hidup di ekosistem.
Keseimbangan ekosistem dapat rusak karena ulah manusia Memanfaatkan alam. Dalam rantai
makanan, organisme mempunyai hubungan interaktif satu sama lain tuntutan. Misalnya saja,
nasi-tikus-ular-elang. Jika salah satu dari bahan-bahan ini kepunahan maka rantai makanan akan
menjadi tidak seimbang dan rusak. Kerusakan pada rantai makanan akan mengganggu
keseimbangan ekosistem alam. Ekosistem adalah hubungan interaksi antara unsur hidup dan
benda mati. Termasuk bahan-bahan hidup produsen, konsumen dan pengurai. Sedangkan bahan
tak hidup adalah: benda tak hidup. Suatu ekosistem dikatakan seimbang jika komposisinya
Bahan-bahannya seimbang. Jika tidak ada, ekosistem akan seimbang akan terganggu.

Ekosistem dapat memiliki berbagai bentuk dan ukuran, mulai dari ekosistem hutan, sungai,
dan laut hingga ekosistem padang rumput atau gurun. Setiap ekosistem memiliki karakteristik
uniknya sendiri dan berperan dalam menjaga keseimbangan ekologis, siklus materi, dan aliran
energi dalam lingkungan.

CONTOH EKOSISTEM YANG TERPUTUS INDONESIA BERSERTA CARA


MENGATASINYA

1. Ekosistem Burung Indonesia Terancam Punah


Ekosistem Burung Indonesia terancam puna karena menyusutnya ruang terbuka hijau
(RTH) akibat pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada berubahannya ekosistem menjadi
kawasan perkotaan. Hal ini disampaikan oleh Ria Saryanthi, Conservation Programer
Manager Burung Indonesia atau yang dikenal Perhimpunan Pelestarian Burung Liar
Indonesia melalui email yang dikirimkannya kepada ANTARA News, Selasa.
Ia mengemukakan hal itu dalam rangka memperingati Hari Habitat Dunia yang jatuh
pada Senin pertama bulan Oktober setiap tahunnya yang telah ditetapkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Ria menjelaskan, Hari Habitat Dunia menjadi kesempatan tahunan
untuk melakukan refleksi, bagaimana kita menciptakan kota kita sebagai tempat yang lebih
baik bagi semua. Mengenai ekosistem buru Indonesia yang terancam punah, dijelaskannya
berkurangnya RTH tentunya membuat keberadaan burung terancam. "Tidak mudah bagi
burung untuk hidup di kawasan minim pepohonan karena pohon merupakan merupakan
sumber kehidupan, tempat mencari makan, bersarang, dan berkembang biak. Begitupun
dengan keberadaan sungai, kanal, atau danau yang belum tercemar dan ketersediaan pakan
seperti ikan dan udang yang berlimpah. Hanya burung gereja yang masih umum ditemui di
lingkungan padat penduduk," ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, kecilnya areal RTH serta letaknya yang berjauhan tanpa jalur
penghubung membuat burung-burung yang hidup di dalamnya terisolasi. Akibatnya jumlah
jenis dan populasi pun menyusut. "Hoogerwerf, seorang naturalis dari Belanda, pada tahun
1948 mencatat, di Jakarta masih ditemukan 256 jenis burung. Namun, hasil survei sebuah
LSM konservasi di Jakarta tahun 2006-2007 hanya menemukan 121 jenis burung, termasuk
jenis burung pantai," ungkapnya.
Ia mengatakan, contoh utama RTH di Jakarta tahun 1992 yang seluas 1.235 ha berkurang
menjadi 805 ha di tahun 2005. Idealnya, sebuah kota memiliki 30% wilayah hijau,
sementara saat ini belantara beton di Jakarta hanya menyisakan 9% wilayah hijau. Kondisi
ini berbanding terbalik pada masa Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen (1618 - 1623),
Batavia tempo dulu bukan hanya terkenal sebagai "Venesia dari Timur".
Oleh karena, menurut dia, kala itu Batavia juga memiliki kawasan ruang terbuka hijau
sangat luas dan kekayaan ragam burungnya. Dalam perkembangannya, proses urbanisasi
membuat ruang terbuka hijau kerap disulap menjadi perumahan, perkantoran, pusat
perbelanjaan dan wilayah industriKeberadaan burung di perkotaan merupakan indikator
alami kebersihan dan mutu lingkungan. Secara sederhana, burung mandar atau raja udang
tidak akan terlihat di daerah aliran sungai yang mengitari Jakarta karena airnya sudah
tercemar.
Menurut Ria, jenis burung ini tidak sudi hidup di daerah yang telah tercemar karena pasti
pakan mereka sudah tidak ada lagi. Berdasarkan indikator burung tersebut, sudah dapat
tergambar seberapa parah pencemaran air di sungai-sungai maupun kanal-kanal di kota
Jakarta. "Selain itu, kicau burung memberikan nuansa alami yang menyehatkan jiwa raga,"
ujar Ria. Diungkapkannya, hasil survei di enam kota besar di Jawa-Bali menunjukkan bahwa
satu dari tiga rumah memelihara burung dalam sangkar, sementara Burung adalah salah satu
hidupan liar yang mudah dijumpai di mana saja. Kawasan hunian yang dapat menyediakan
cukup makan, minum dan tempat berlindung akan mengundang burung-burung untuk datang.
Kawasan hunian dapat difungsikan sebagai habitat alami hidupan liar, yang memberikan
nilai tambah bagi penghuni dan meningkatkan apresiasi kepada alam.

Cara mengatasinya :

Menghadapi permasalahan tersebut, ujar Ria, sebagai lembaga nirlaba non pemerintah
yang bergerak di bidang konservasi dan merupakan bagian dari kemitraan global Bird Life
International. Burung Indonesia bekerja bersama masyarakat dalam upaya pelestarian jenis-
jenis burung di Indonesia.
Upaya yang dilakukan adalah menciptakan konsep hunian yang lebih dari sekadar hijau
harus dikedepankan, perancangan dan penataan kawasan sehingga lebih asri, alami dan kaya
keragaman hayati. Perancangan kawasan dengan mempertimbangkan kaidah ekologis akan
memungkinkan terciptanya habitat yang lebih baik dan mengundang kehadiran burung di
sekitar. "Burung-burung dan hidupan liar lainnya seperti kupu-kupu akan menjadi bagian
dari kualitas hidup kita sehari-hari di kawasan hunian yang alami di tengah Jakarta," ujarnya.
Adapun upaya lain yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian fauna di Indonesia
antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan Edukasi dan Sosialisasi : Hal pertama yang harus dilakukan yaitu
memberikan edukasi dan sosialisasi apa yang dapat masyarakat lakukan. Banyak
masyarakat yang tidak tahu jenis satwa apa saja yang dilindungi oleh pemerintah. Yang
harus mendapatkan edukasi dan sosialisasi ini adalah masyarakat yang tinggal di pesisir
laut dan juga yang ada di sekitar hutan untuk tidak membunuh atau memburu satwa
langka yang dilindungi tersebut.
2. Mendukung Upaya Pelestarian Lingkungan : Langkah selanjutnya yang dapat
dilakukan yaitu mendukung upaya pemerintah maupun lembaga lingkungan untuk
melakukan pelestarian lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
bantuan finansial maupun moril dalam setiap kampanye yang dilakukan.
3. Membuat Penangkaran : Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian fauna
di Indonesia antara lain mendirikan penangkaran. Penangkaran dapat membuat satwa
langka bisa berkembang biak agar tidak punah. Perkembangbiakan ini juga bertujuan
agar menjaga satwa dari kepunahan.
4. Membuat Papan Larangan : Cara melindungi fauna dari kelangkaan selanjutnya yaitu
membuat papan larangan berburu. Dalam papan tersebut dapat berisikan ancaman pidana
atau sanksi jika perburuan tetap dilakukan. Contohnya masyarakat di sekitar lereng
Muria Jepara sudah memasang papan larangan untuk tidak berburu satwa langka yang
ada di lereng tersebut terutama burung.

Sumber Referensi :
https://m.antaranews.com/berita/226916/ekosistem-burung-indonesia-terancam-punah

2. Aksi perburuan liar dan ancaman terhadap kepunahan Komodo


Sejumlah media massa nasional pada Agustus 2008 pernah menulis tentang punahnya
Komodo (Varanus Komodoensis), bintang purba langka raksasa di Pulau Padar, sebuah
pulau kecil dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) di ujung barat Pulau Flores,
Nusa Tenggara Timur.
Sejak tahun 2000, populasi Komodo di Pulau Padar tidak ditemukan lagi. Tidak ada lagi
kotoran Komodo yang ditemukan di atas pulau tersebut. "Komodo di Pulau Padar sudah
punah total," kata Ramang Isaka, salah seorang kepala seksi pengelolaan Balai TNK di
Pulau Padar, kala itu.
Belum diketahui pasti penyebab punahnya binatang langka tersebut, namun diduga kuat
akibat aksi perburuan liar terhadap mangsanya Komodo seperti rusa dan babi serta
perubahan lingkungan akibat pembakaran liar menjadi penyebab punahnya Komodo. Antara
tahun 1980-1990-an, populasi Komodo di Pulau Padar masih banyak, tetapi akibat ulah para
pemburu liar yang membakar hutan di kawasan itu membuat ruang gerak Komodo semakin
terjepit dan kemungkinan puluhan ekor Komodo ikut terbakar.
Secara keseluruhan, jumlah Komodo yang masih hidup diperkirakan 2.500 ekor yang
tersebar di Pulau Komodo, Pulau Rinca serta Pulau Gili Motang, dan biawak Komodo hanya
dapat bertahan hidup di lokasi yang memiliki ketersediaan air yang cukup, tempat
berlindungnya aman, banyak pohon rimbun serta makanan berlimpah. "Kami masih
melakukan penyelidikan tentang penyebab utama kepunahan Komodo di Pulau Padar. Kami
akan melakukan survei untuk mengetahui pasti kondisi alam Pulau Padar sekaligus
menginventarisir jenis-jenis makanan Komodo yang masih ada di kawasan itu," kata
Ramang Isaka.
Di sisi lain, arus kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke kawasan itu, terus
bertambah beberapa tahun terakhir. Sampai dengan semester pertama 2008, jumlah
wisatawan yang berkunjung mencapai 2.800 orang.Sebagian besar wisatawan menjadikan
kawasan Taman Nasional Komodo sebagai tujuan utama, seperti para wisatawan berasal dari
Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Perancis, Inggris, Australia, Rusia dan beberapa negara
Eropa lainnya.
Pada tahun 2012, populasi Komodo di TNK dilaporkan mencapai 4.647 ekor, yang
menyebar di Pulau Komodo sebanyak 2.065 ekor, Pulau Rinca sekitar 2.355 ekor, Pulau Gili
Motang 131 ekor dan di Pulau Nusa Kode hanya sekitar 95 ekor. Sementara di Pulau Padar
sudah tidak ditemukan lagi Komodo di sana. "Kami menduga makanan bagi binatang purba
yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia seperti rusa, kerbau, kera dan binatang sejenisnya
sudah habis," kata Kepala TNK (waktu itu) Sustyo Iriyono.

Cara mengatasinya :

Adapun sejumlah strategi yang telah dipersiapkan pemerintah provinsi di antaranya,


pemulihan habitat komodo seperti keadaan semula menjadi binatang liar, peningkatan
ekosistem komodo, dan peningkatan rantai pasoakan makanan.
Selain itu, akan dilakukan penataan pengelolaan berupa satu pintu masuk ke TNK serta
kemitraan pengelolaan antara pemerintah pusat dan daerah, maupun peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang menghuni pulau-pulau di dalam kawasan tersebut. Dengan
langkah itu, populasi Komodo diharapkan tetap lestari di Pulau Komodo, bahkan terus
bertambah agar tidak mengalami kepunahan seperti di Pulau Padar.
Adapun Upaya lain dalam mengatasi kepunahan ekosistem Komodo meliputi berbagai
upaya konservasi dan perlindungan. Beberapa upaya tersebut antara lain:
1. Melindungi hutan dan habitat: Menjamin kelestarian habitat alami komodo dan
mangsanya dengan menjaga ekosistem hutan dan pulau yang mendukungnya.
2. Pemantauan populasi : Pantau populasi komodo untuk mengetahui perubahan jumlah
dan kesehatan mereka yang mengkhawatirkan.
3. Sosialisasi dan edukasi: Mendidik masyarakat lokal dan wisatawan tentang pentingnya
melindungi komodo dan ekosistemnya, serta mendorong perilaku berkelanjutan.
4. Penegakan hukum: Menerapkan undang-undang dan peraturan yang melarang
perburuan dan perdagangan ilegal komodo.
5. Penelitian dan studi ekologi : Melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami
perilaku dan ekologi komodo, sehingga memberikan langkah konservasi yang lebih
efektif.
6. Pengelolaan Pariwisata: Menyelenggarakan wisata wisata agar tidak mengganggu
habitat komodo dan memberikan mereka sumber pendapatan untuk melindunginya.
7. Kebijakan perlindungan: Mengembangkan dan menerapkan kebijakan perlindungan
yang kuat untuk komodo dan habitatnya.
8. Kerjasama internasional: Bekerja sama dengan organisasi internasional dan negara
lain untuk mendukung upaya konservasi Komodo.

Semua upaya tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem Komodo dan
melindungi spesies tersebut dari kepunahan.

Sumber Referensi :
https://www.antaranews.com/berita/1013648/aksi-perburuan-liar-dan-ancaman-terhadap-
kepunahan-komodo

Anda mungkin juga menyukai