Anda di halaman 1dari 7

PERMASALAHAN PENGELOLAAN KONSERVASI DI INDONESIA

DAN UPAYA PENGELOLAAN KONSERVASI

TUGAS
EKOLOGI DAN LINGKUNGAN

OLEH:
Winda Ayu Fietri (20177023)

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Vauzia, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2020
A. Permasalahan Pengelolaan Konservasi di Indonesia
Hewan dan tumbuhan di dunia ini semakin hari semakin terdesak
kehidupannya oleh bebrapa aktivitas manusia, perubahan iklim. sehingga,
sedikit banyak terdapat hewan dan tumbuhan pun yang berkurang jumlahnya
dan lambat tahun mengalami kepunahan, Berikut beberapa penyebab
kepunahan hewan dan tumbuhan:
1. Bencana Alam
Gempa yang dahsyat, tsunami, gunung meletus bisa mengurangi jumlah
komunitas hewan dan tumbuhan. Adanya bencana super dahsyat seperti
tumbukan meteor seperti yang terjadi ketika jaman dinosaurus
memungkinkan banyak spesies yang mati dan punah tanpa ada satu pun
yang selamat untuk meneruskan keturunan di bumi. Sama halnya dengan
jika habitat spesies tertentu yang hidup di lokasi yang sempit terkena
bencana besar seperti banjir, kebakaran, tanah longsor, tsunami, tumbukan
meteor, dan lain sebagainya maka kepunahan mungkin tidak akan
terelakkan lagi.
Terbakarnya Hutan pada setiap musim kemarau baik yang terjadi secara
alami maupun akibat aktivitas pembukaan lahan oleh manusia, sangat
merusak habitat satwa liar tersebut. bahkan tak jarang satwa-satwa liar
tersebut yang ikut mati terbakar.

Gambar 6. Kebakaran Hutan (Sumber: Google)

2. Didesak Populasi Lain Yang Kuat


Kompetisi antar predator seperti macan tutul dengan harimau mampu
membuat pesaing yang lemah akan terdesak ke wilayah lain atau bahkan
bisa mati kelaparan secara masal yang menyebabkan kepunahan.

Gambar 7. Singa (Panthera leo) memangsa zebra (Equus quagga)


(Sumber: Google)

3. Aktivitas Manusia
Adanya manusia terkadang menjadi malapetaka bagi keseimbangan
makhluk hidup di suatu tempat. Manusia kadang untuk mendapatkan
sesuatu yang berharga rela membunuh secara membabi buta tanpa
memikirkan regenerasi hewan atau tumbuhan tersebut. Gajah misalnya
dibunuhi para pemburu hanya untuk diambil gadingnya, harimau untuk
kulitnya, monyet untuk dijadikan binatang peliharaan, dan lain sebagainya.
Perubahan areal hutan menjadi pemukiman, pertanian dan perkebunan
juga menjadi salah satu penyebab percepatan kepunahan spesies tertentu.
Mungkin di jakarta jaman dulu terdapat banyak spesies lokal, namun seiring
terjadinya perubahan banyak spesies itu hilang atau pindah ke daerah
wilayah lain yang lebih aman.

4. Perburuan Satwa Liar / Satwa Langka


Perburuan terhadap satwa liar sebenarnya telah dimulai dari jaman nenek
moyang kita. Namun pada jaman itu nenek moyang kita berburu binatang
untuk dikomsumsi. Berbeda dengan jaman sekarang, berburu binatang liar
tujuan utamanya tidak lagi untuk di komsumsi, tapi untuk di ambil bagian
tubuhnya untuk dibuat kerajinan seperti kerajinan kulit dan lain-lain. dan
yang lebih parah lagi ada juga yang berburu satwa liar hanya untuk hobi.

Gambar 8. Perburuan Satwa Liar (Sumber: Google)

5. Perdanganya Satwa Liar / Satwa Langka


Besarnya potensi keuntungan yang diperoleh dari perdangan satwa liar
khusunya satwa langka telah mendorong meningkatnya aktivitas
perdagangan satwa. Semakin langka satwa tersebut maka harganya akan
semakin mahal. Ini merupakan ancaman yang sangat serius bagi kelestarian
satwa liar terutama satwa-satwa yang sudah langka.

Gambar 9. Perdagangan hewan langka kakatua jambul kuning (Cacatua galerita)


(Sumber: Google)

6. Pembalakan Hutan
Hutan merupakan tempat tinggal (habitat alami) bagi sebagian besar
satwa liar, khusunya di daerah tropis seperti Indonesia. Tingginya aktivitas
pemalakan hutan (pembalakan liar) yan terjadi, telah menggangu dan
merusak serta menghilangkan habitat para satwa liar tersebut.

Gambar 10. Pembalakan liar/ilegal logging (Sumber: Google)

7. Pembangunan Pemukiman
Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan semakin sempitnya lahan
pemukiman yang tersedia maka sebagai konsekuensinya hutanlah satu-
satunya pilihan untuk disulap menjadi pemukiman. dengan begitu satwa liar
akan semakin tergusur dan terdesak dari habitatnya.

B. Upaya untuk Melakukan Konservasi Sumber Daya Alam


Indonesia merupakan salah negara yang memiliki keanekaragaman hayati
tinggi. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia selain harus dilindungi,
pemanfaatannyapun tetap harus dilakukan secara bijaksana dan tidak
berlebihan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan konservasi secara
bijaksana untuk menjaga kelestariannya dan menjaga keseimbangan ekosistem
sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan konservasi yang telah dilakukan di Indonesia antara lain adalah :
1. Penetapan Kawasan Konservasi
Berdasarkan UU No.5 Tahun 1990 pemerintah telah menetapkan kawasan
konservasi di Indonesia. Dengan ditetapkannya kawasan konservasi,
diharapkan sumberdaya alam yang ada saat ini terjamin kelestariannya dan
dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama.
2. Penetapan peraturan perundangan yang berhubungan dengan konservasi
Pengelolaan sumberdaya alam beserta ekosistemnya perlu diberi hukum
yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum bagi
upaya pengelolaannya. Peraturan tersebut diharapkan memberikan arah
yang jelas tentang permasalahan dan kebijakan dibidang konservasi.
3. Keterlibatan masyarakat dalam konservasi
Dalam upaya konservasi di Indonesia saat ini pengelolaan suatu kawasan
konservasi melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya, meskipun
pemerintah tetap sebagai pihak utama. Keterlibatan masyarakat sekitar
dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati berarti memberi kesempatan
untuk ikut berperan dalam usaha di kawasan tersebut.
4. Pengendalian perburuan dan perdagangan satwa
Pengendalian perburuan yang telah dilakukan di Indonesia antara lain
berdasarkan aspek legal, tata cara perburuan, pemungutan hasil perburuan,
dan penentuan daerah dan rotasi perburuan. Pegendalian perdagangan satwa
alami secara nasional otoritas pengelolaannya dilakukan oleh Dirjen PHKA,
sedangkan ootoritas ilmiahnya dilakukan LIPI. PHKA berwenang
menerbitkan izin ekspor sesuai kuota dan LIPI berperan sebagai penasehat
pada otoritas pengelola.
5. Pengembangan ekonomi alternative
Sebagai tindak lanjut dari keterlibatan masyarakat adalah pengembangan
ekonomi alternatif untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar
kawasan perlindungan. Misalnya budidadaya ikan di desa sekitar TN
Halimun, dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan turisme di daerah
sehingga tidak terjadi penjarahan atau eksploitasi sumberdaya alam secara
berlebihan.
6. Menghindari introduksi spesies eksotik
Masuknya spesies eksotik atau spesies asing akan menimbulkan masalah
bagi spesies lokal karena akan menimbulkan kompetisi atau membawa
penyakit.
7. Penetapan kawasan lindung dengan pendekatan spesies
Identifikasi spesies yang memerlukan prioritas utama merupakan langkah
awal untuk menjaga kelangsungan hidup spesies tersebut dari ancaman
kepunahan. Sebagai contoh penetapan Important Bird Areas (IBAs) atau
daerah penting burung di Indonesia dan Endemic Bird Area (EBA) atau
daerah endemik burung; prioritas berdasarkan Key Biodiversity Area
(KBA) berdasarkan prinsip kerentanan kawasan serta kerentanan spesies.
8. Pemanfaatan sains dan teknologi
Upaya perlindungan, pelestarian,dan pengelolaan keanekaragaman hayati
dapat dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang saat ini berkembang pesat. Sebagai contoh dengan
menggunakan analisis SIG (Sistem Informasi Geografis) dapat dilakukan
pemantauan lahan-lahan kritis, zona-zona habitat satwa, kerusakan habitat
dan mengenali daerah-daerah yang perlu dihindari dari proyek
pembangunan, penangkaran biota liar dengan memanfaatkan teknologi
reproduksi Artificial Insemination (AI), In-Vitro Fertilizatiion (IVF), dan
Embryo Transfer (ET).
9. Pemanfaatan Energi Terbarukan (waste for energy, biodisel, biogas, solar
cell, mass transportation, organic for agriculture)
KTT Bumi 1992 telah menghasilkan Deklarasi Rio, Agenda 21, Forests
Principles dan Konvensi Perubahan Iklim (Climate Change) dan
Keanekaragaman Hayati (Biodiversity). KTT Bumi juga menghasilkan
Konsep Pembangunan Berkelanjutan yang mengandung 3 pilar utama yang
saling terkait dan saling menunjang yakni pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan lingkungan hidup. Salah satu faktor yang harus
dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai