FRAGILITAS ERITROSIT
OLEH:
KELOMPOK 3
1. Arvantsa Raihan Rahman Putra 2109511088 C
2. Fidella Luthfia Qotrunnada 2109511089 C
3. Rani Adistia 2109511090 C
4. Clarissa Devina Coaniago 2109511091 C
5. Gisella Louisa 2109511092 C
6. I Gede Pande Krisnha Dharma 2109511093 C
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
II. MATERI DAN METODE ........................................................................ 2
III. HASIL PRAKTIKUM .............................................................................. 3
IV. PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
V. SIMPULAN .............................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 8
iii
I. PENDAHULUAN
1
II. MATERI DAN METODE
A. Alat dan Bahan
1. Darah sapi dan antikoagulan
2. NaCl fisiologis 0,9% (larutan isotonis)
3. Larutan NaCl 3% dan 5%
4. Spuit atau pipet
5. Mikroskop
6. Tabung reaksi dan raknya
B. Metode
Fragilitas:
Tekanan osmosis tegangan permukaan dinding eritrosit
C. Tata Kerja
1. Membuat seri larutan NaCl (membuat larutan dari isotonis ke hipotonis)
dengan kadar 0,8%;0,7%;0,6%;0,5%;0,4%;0,3% dengan memnggunakan 6
buah tabung.
2. Berilah nomor 1- 6 pada tabung reaksi lalu diletakkan pada rak reaksi.
Setelah diletakkan pada rak sesuai urutan lalu memasukkan larutan NaCl
5% sebanyak 0,8 ml pada tabung nomor 1 hingga nomor 6 dengan selisih
0,1 ml. Larutan diambil menggunakan pipet hisap dengan kapasitas 0,1ml.
3. Kemudian tambahkan aquades pada tabung nomor 1 hingga nomor 6. Pada
tabung nomor satu ditambahkan aquades sebanyak 4,2 ml. Hingga pada
tabung ke enam ditambahkan aquades lebih banyak dengan selisih tiap
tabung adalah 0,1 ml. Larutan aquades diambil menggunaan pipet hisap
dengan kapasitas 0,5ml. Sehingga volume pada tiap tabung menjadi 5ml.
Lalu homogenisasi larutan dengan membolak balik tabung reaksi.
Letakkan kembali ke rak tabung
4. Setelah terdapat larutan seri dengan kadar yang berbeda. Teteskan darah
sapi kedalam larutan yang sudah seri sebanyak 5 tetes. Lalu campurkan
(dibolak balik) antara darah dan larutan seri. Letakkan kembali pada rak
2
dengan posisi vertikal. Tunggu selama minimal 1 jam agar eritrosit
bereaksi secara osmosis dengan larutan.
5. Tunggulah selama 1 jam lalu amati pada lapisan atas setiap tabung. Jika
tidak terjadi hemolisis atau pecah eritrosit maka larutan atas terlihat jernih.
Namun jika eritrosit pecah maka akan mewarnai larutan NaCl menjadi
merah. Pada tabung nomor 1 tampak 2 lapis, dimana lapis atas berwarna
jernih (ini berarti darah tidak mengalami pecah membran/tidak hemolisis).
Selanjutnya amatilah pada tabung mana yang lapis atas mulai berwarna
merah (disinilah mulai terjadinya pecah membran = titik fragilitas
eritrosit). Pada tabung nomor 6 terjadi hemolisis total yang ditandai warna
merah transparan pada semua bagian.
6. Lalu tentukan pada tabung nomor berapa yang terjadi fragilitas.
Nomor 1 2 3 4 5 6
NaCl (5%) 0,8 ml 0,7 ml 0,6ml 0,5ml 0,4ml 0,3ml
Aquades 4,2 ml 4,3 ml 4,4 ml 4,5 ml 4,6 ml 4,7ml
Total 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
3
Titik fragilitas darah sapi setara dengan 0,5 % NaCl dan terdapat pada
tabung nomor 4. Pada tabung nomor 6 terjadi hemolisis total atau semua
eritrosit pecah.
4
tabung sebelummnnya.
Pada cairan yang berada di atas
berwarna merah, lebih terang dari
6 0,3 %
tabung sebelumnya.
Tidak terdapat endapan.
5
4. Tabung pereaksi keempat
• 0,5 ml Nacl 5% + 4,5 ml aquades + 5 tetes darah
N1.V1 = N2.V2
5%.0,5 = N2. 5
2,5 = 5.N2
0,5 =N2
Hasil yang didapatkan, kadar Nacl sebanyak 0,5%
6
IV. PEMBAHASAN
Pada percobaan tes fragilitas tersebut hasil yang dapat kami amati ialah
eritrosit mengalami hemolysis dimulai dari tabung keempat yang diberi Nacl
sebanyak 0,5 ml hingga tabung keenam yang mengalami hemolysis paling
sempurna dari semua tabung dengan diberi Nacl sebanyak 0,3 ml. Pada lapisan
keenam sudah tidak terdapat endapan dan cairannya sudah berwarna merah
terang, berbeda dengan tabung – tabung sebelumnya yang masih tidak berwarna
dan ada yang berwarna merah pucat. Hal tersebut dikarenakan eritrosit yang sudah
mengalami pecah total.
Hemolisis sendiri bisa terjadi pada test ini karena adanya larutan
hipotonid, oleh karena hal tersebut eritrosit pada tabung pereaksi menjadi rapuh
lalu akan pecah, dan hemoglobinnya sendiri akan tumpah. Perbedaan endapan dan
warna pada larutan pada tabung pereaksi diatas ialah karena perbedaan
konsentrasi Nacl dan aquades pada setiap tabung. Hal-hal yang juga bisa membuat
perbedaan hasil test ialah metode dan alat yang digunakan, nutrisi yang didapat
dari hewan ternak yang kita uji, temperature dari lingkungan, serta genetik dapat
mempengaruhi tonisitas eritrosit. Hewan yang mengkonsumsi pakan yang
mengandung miyak nabati akan mempunyai fragilitas yang berbeda dengan
hewan yang mengonsumsi makanan yang tidak mengandung minyak nabati.
Hewan yang hidup di lingkungan yang bersuhu panas memiliki tingkat fragilitas
yang lebiih rendah dari hewan yang hidup di lingkungan bersuhu dingin
berdasarkan Oyewale (1991). Menyimpan darah di dalam refrigerator, serta
menggunakan antikoagulan Ethylene Diamine Tetra Aceticacid (EDTA) juga
dapat meningkatkan fragilitas eritrosit (Oyewale, 1993).
VI. SIMPULAN
Tes fragilitas pada darah sapi dilakukan dengan membuat larutan seri
(larutan yang kosentrasinya dari isotonis sampai hipotonis) yang kemudian
ditetesi darah sapi di setiap tabung yang berisi larutan yang telah dibuat. Setelah
di diamkan selama 1 jam, teramati pada tabung ke-1 dimana lapisan atas berwarna
jernih yang artinya eritrosit tidak mengalami hemolisis, pada tabung ke-4 mulai
teramati adanya warna merah di lapisan atas yang artinya eritrosit mulai
7
mengalami hemolisi. Semakin ke tabung akhir warna lapisan atasnya semakin
merah yang menandakan semakin banyak eritrosit yang mengalami hemolisis.
Hemolisis total terjadi di tabung terakhir percobaan, yaitu tabung ke-6. Hemolisis
sendiri bisa terjadi pada test ini karena adanya larutan hipotonis, oleh karena hal
tersebut eritrosit pada tabung pereaksi menjadi rapuh lalu akan pecah.
Dapat disimpulkan bahwa titik fargilitas (eritrosit mengalami hemolisis)
pada darah sapi ada di tabung ke-4 dengan kadar 0,5 % NaCl (hipotonis). Untuk
mengitung kadar setiap tabung dapat menggunakan rumus menghitung kadar
larutan, yaitu N1.V1 = N2.V2.
DAFTAR PUSTAKA
Swenson MJ. (2005). Duke’s Physiology of Domestic Animals. Los Angeles.
ComstockPub. Asso. A Division of CornellUniv. Press
Oyewale, JO. 1993. Effect of storage of blood on the osmotic fragility of
mammalian erythrocytes. Journal of Veterinary Medicine Series A40(4): 258-264.
Oyewale, JO. 1991. Osmotic Fragility of Erythrocyte of West African Dwarf Sheep and
Goats : Effect of Temperature and pH. Britist Veterinary Journal 147(2):163-170.
Oyewale, JO. 1992. Effects of temperature and pH on osmotic fragility of erythrocytes of
the domestic fowl (Gallus domesticus) and guinea fowl (Numida maleagridis). Res Vet Sci
52(1): 1-4