Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“Teori Belajar Albert Bandura Dan J.P. Guilford


Berdasarkan Psikologi Tingkah Laku”

Oleh :
ANNISA HULHUSNA YUSTI
FRISKA FALAH SIFA 20029120
SOFVIA HELMIDA YANTI
Pendidikan Matematika

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar Albert Bandura dan J.P Guilford
berdasarkan psikologi tingkah laku” tepat waktu. Makalah “Teori Belajar Albert Bandura dan
J.P Guilford berdasarkan psikologi tingkah laku” disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran Matematika di Universitas Negeri Padang. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Teori Belajar Albert
Bandura dan J.P Guilford.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Sri Elniati, MA dan Pak
Ronal Rifandi, S.Pd., M.Sc selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika yang
telah memberikan tugas ini. Karena tentu tugas ini akan menambah pengetahuan serta wawasan
penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih perlu perbaikan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................1

BAB II................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN....................................................................................................................................2
2.1 Hakikat Matematika....................................................................................................................2
2.2 Karakteristik Matematika.............................................................................................................5
2.3 Objek Dalam Kajian Matematika...................................................................................................7
2.4 Hakikat Matematika Sekolah........................................................................................................8
2.5 Tujuan Dan Fungsi Matematika Sekolah..........................................................................................9
2.6 Ruang Lingkup Matematika Sekolah...............................................................................................9

BAB III.............................................................................................................................................13

PENUTUP.........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep
dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran,
pemahaman dan evaluasi. Teori Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura
telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh
persekitaran melalui peneguhan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan
(observational learning), dan cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu maklumat
dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi persekitaran
dan menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh
orang lain (observational opportunity).

1.2 Rumusan Masalah

1. Siapakah Albert Bandura?


2. Apa saja teori perkembangan Albert Bandura?
3. Bagaimana teori pembelajaran sosial dan peniruan menurut Albert Bandura? 4.
Bagaimana dengan metodologi teori pembelajaran dari Albert Bandura?
5. Apa kelemahan dan kelebihan teori Albert Bandura?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui tokoh teori perkembangan Albert Bandura.


2. Untuk mengetahui apa saja teori perkembangan dari Albert Bandura.
3. Untuk mengetahui bagaimana teori pembelajaran sosial dan peniruan menurut
Albert Bandura.
4. Untuk mengetahui tentang metodologi teori dari Albert Bandura.
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan teori Albert Bandura.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar ALBERT BANDURA
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert
Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teoriteori belajar
perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada
perilaku, dan pada proses-proses mental internal.
Teori Belajar Sosial menurut Bandura adalah orang belajar dari yang lain, melalui
observasi, peniruan, dan pemodelan. Teori ini sering disebut jembatan antara behaviorist
dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi.
Teori Social Learning Theory ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang
psikolog kelahiran Mundare, Kanada, 4 Desember 1925. Bandura menerima gelar sarjana
muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia pada tahun 1949 dan
meraih gelar Ph.D tahun 1952 di Universitas Iowa. Pada tahun 1953, ia mulai mengajar
di Universitas Stanford.
Teori belajar sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Orang
belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut.
“Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari
mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.”
Salah satu asumsi paling awal mendasari teori pembelajaran sosial Bandura adalah
manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap
maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah pengalaman- penglaman
tak terduga (vicarious experiences). Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar
dari pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari dari aktivitas
mengamati perilaku orang lain.

Asumsi awal memberi isi sudut pandang teoritis Bandura dalam teori pembelajaran
sosial yaitu: (1) Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan
(imitation) atau pemodelan (modeling). (2) Dalam imitation atau modeling individu
dipahami sebagai pihak yang memainkan peran aktif dalam menentukan perilaku mana
yang hendak ia tiru dan juga frekuensi serta intensitas peniruan yang hendak ia jalankan.
(3) Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan
tanpa harus melalui pengalaman langsung. (4) Dalam Imitation atau modeling terjadi
penguatan tidak langsung pada perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan
langsung untuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan. Individu dalam penguatan
tidak langsung perlu menyumbangkan komponen kognitif tertentu (seperti kemampuan
mengingat dan mengulang) pada pelaksanaan proses peniruan. (5) Mediasi internal
sangat penting dalam pembelajaran, karena saat terjadi adanya masukan indrawi yang
menjadi dasar pembelajaran dan perilaku dihasilkan, terdapat operasi internal yang
mempengaruhi hasil akhirnya.
Fungsi penguatan dalam proses modeling, yaitu sebagai fungsi informasi dan fungsi
motivasi. Penguat memiliki kualitas informatif maksudnya, tindakan penguatan dan
proses penguatan itu sendiri bisa memberitahukan pada manusia perilaku mana yang
paling adaptif. Manusia bertindak dengan tujuan tertentu. Dalam pengertian tertentu,
manusia belajar melalui pengalaman mengenai apa yang diharapkan untuk terjadi, dan
demikian mereka bisa menjadi semakin baik dalam memperkirakan perilaku apa yang
akan memaksimalkan peluang untuk berhasil. Dengan demikian pengetahuan atau
kesadaran manusia mengenai konsekuensi perilaku tertentu bisa membantu
mengoptimalkan efektivitas suatu program pembelajaran.
Dengan demikian inti dari pembelajaran modeling adalah (1) Mencakup penambahan
dan pencarian perilaku yang diamati, untuk kemudian melakukan generalisasi dari satu
pengamatan ke pengamatan lain. (2) Modeling melibatkan proses-proses kognitif, jadi
tidak hanya meniru. Tetapi menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain dengan
representasi informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa
depan. (3) Karakteristik modeling sangat penting. Manusia lebih menyukai model yang
statusnya lebih tinggi daripada sebaliknya, pribadi yang berkompeten daripada yang tidak
kompeten dan pribadi yang kuat daripada yang lemah. Artinya konsekuensi dari perilaku
yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi pengamatnya.(4) Manusia bertindak
berdasarkan kesadaran tertentu mengenai apa yang bisa ditiru dan apa yang tidak bisa.
Tentunya manusia mengantisipasi hasil tertentu dari modeling yang secara potensial
bermanfaat.
Kajian asumsi penting lain yang perlu dibahas dalam teori belajar sosial Albert
Bandura adalah determinisme timbal balik (reciprocal determinism). Menurut pandangan
ini, pada tingkatan yang paling sederhana masukan indrawi (sensory input) tidak serta
merta menghasilkan perilaku yang terlepas dari pengaruh sumbangan manusia secara
sadar. Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga
variabel, lingkungan, perilaku dan kepribadian. Inti reciprocal determinism adalah
manusia memproses informasi dari model dan mengembangkan serangkaian gambaran
simbolis perilaku melalui pembelajaran yang bersifat coba-coba kemudian disesuaikan
dengan manusia. Ketiga faktor yang resiprok ini tidak perlu sama kuat atau memiliki
kontribusi setara.
Individu mengamati model bila ia percaya bahwa dirinya mampu mempelajari atau
melakukan perilaku yang dimodelkan. Pengamatan terhadap model yang mirip
mempengaruhi Self-efficacy (Kalau mereka bisa, saya juga bisa). Tinggi-rendahnya Self-
efficacy berkombinasi dengan lingkungan yang responsif dan tidak responsif untuk
menghasilkan empat variabel yang paling bisa diprediksi berikut ini:
1. Bila Self-efficacy tinggi dan lingkungan responsif, hasil yang paling bisa
diperkirakan ialah kesuksesan.
2. Bila Self-efficacy rendah dan lingkungan responsif, manusia dapat menjadi
depresi saat mereka mengamati orang lain berhasil menyelesaikan tugas-tugas
yang menurut mereka sulit.
3. Bila Self- efficacy tinggi bertemu dengan situasi lingkungan yang tidak responsif,
manusia akan berusaha keras mengubah lingkungannya. Mereka mungkin akan
menggunakan protes, aktivisme sosial, bahkan kekerasan untuk mendorong
perubahan. Namun, jika semua upaya gagal, Bandura berhipotesis bahwa manusia
mungkin akan menyerah, mencari laternatif lain, atau mencari lingkungan lain
yang lebih responsif. Akhirnya.
4. Bila Self-efficacy rendah berkombinasi dengan lingkungan yang tidak responsif,
manusia akan merasakan apati, mudah menyerah dan merasa tidak berdaya
(Bandura, 1997; 115-116).

Proses- prosesyang mengatur pembelajaran dengan modeling, yaitu:


 Perhatian
Apakah faktor-faktor yang mengatur perhatian ini? Pertama, mengamati model
yang padanya kita sering mengasosiasikan diri. Kedua, model-model yang aktraktif
lebih banyak diamati. Individu harus mampu memberi perhatian pada model, kejadian
dan unsur-unsurnya. Jika individu tidak bisa memberikan perhatian yang tepat pada
suatu model, maka tidak mungkin terjadi peniruan. Faktor-faktor penguatan, kapasitas
indrawi dan kompleksitas kejadian yang menjadi model merupakan faktor penting
dalam proses perhatian ini.
 Representasi
Agar pengamatan dapat membawa respons yang baru, maka pola-pola tersebut
harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori. Proses menyimpan ciri-ciri
terpenting dari suatu kejadian sehingga bisa dipanggil kembali dan digunakan ketika
diperlukan. Ciri-ciri yang tersimpan dapat dalam bentuk pengkodean yang membantu
kita mengujicobakan perilaku secara simbolis.
 Produksi perilaku
Setelah memberi perhatian kepada sebuah model dan mempertahankan apa yang
sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku. Individu mampu secara fisik
melaksanakan perilaku tersebut. Beberapa pertanyaan tentang perilaku yang dijadikan
model,(1) Bagaimana saya melakukan hal tersebut. (2) Sudah benarkah tindakan saya
ini?
 Motivasi dan Reinforcement
Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar
termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan. Meskipun pengamatan
terhadap orang lain dapat mengajarkan kita bagaimana melakukan sesuatu, tapi
mungkin kita tidak memiliki keinginan untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan.
Reinforcement dapat memainkan beberapa peran dalam modeling.Bila mengantisipasi
bahwa kita akan diperkuat untuk meniru tindakantindakan seorang model, kita
mungkin akan lebih termotivasi untuk memperhatikan, mengingat dan mereproduksi
perilaku itu. Bandura mengidentifikasi tiga bentuk reinforcement yang dapat
mendorong modeling. (1) Pengamat mungkin mereproduksi perilaku model dan
menerima reinforcement langsung. (2) Akan tetapi reinforcement tidak langsung bisa
berupa vicarious reinforcement. Pengamat mungkin hanya melihat perilaku orang lain
diperkuat dan produksi perilakunya meningkat. Dan bentuk (3) Self-reinforcement
atau mengontrol reinforcement sendiri. Bentuk reinforcement ini penting bagi guru
maupun siswa.

PENERAPAN TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA DALAM


PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH
Teori belajar sosial Albert Bandura memaknai bahwa peserta didik memiliki sifat:
1. Intensionalitas Peserta didik adalah perencana yang bukan hanya sekedar ingin
memprediksi masa depan, tetapi intens membangun komitmen proaktif dalam
mewujudkan setiap rencana.
2. Mem-prediksi Peserta didik memiliki kemampuan mengantisipasi hasil tindakan, dan
memilih perilaku mana yang dapat memberi keberhasilan dan perilaku yang mana
untuk menghindari kegagalan.
3. Reaksi-diri Peserta didik lebih daripada sekedar berencana dan merenungkan perilaku
ke depan karena manusia juga sanggup memberikan reaksi-diri dalam proses motivasi
dan meregulasi diri terhadap setiap tindakan yang dilakukan.
4. Refleksi diri Peserta didik adalah mahkluk yang dilengkapi dengan kemampuan
merefleksi- diri. Kemampuan manusia merefleksi-diri, membentuk kepercayaan-diri
dari manusia, bahwa manusia sanggup melakukan tindakan-tindakan yang akan
menghasilkan efek yang diinginkan.

Bandura menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses


pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan terhadap perilaku
orang lain terutama orang yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya.
Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan).Menurut
Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforcement yang nyata. Dalam
penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon
orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan
model yang diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari tingkahlakunya. Belajar
melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung.
Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya, yang
mungkin diikuti dengan hubungan dan penguatan.

Prinsip-prinsip teori belajar sosial Albert Bandura dalam proses belajar mengajar
cenderung berorientasi pada:
1. Kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, dimana orang
belajar melalui pengamatan. Seseorang belajar melalui proses observasi atau
pengamatan terhadap orang yang dianggap memiliki nilai lebih dibanding dirinya.
Isi teori belajar sosial ini, cenderung mendorong hasrat untuk terus belajar.
2. Belajar melalui proses pengamatan (modeling)terjadi proses pengamatan terhadap
segala yang dapat ditimba sebagai pengalaman sekarang dan merasakannya.
3. Determenisme resipokal dalam teori belajar sosial Bandura, sebagai pendekatan
yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk hubungan interaksi timbal
balik yang terus menerus, merupakan penerapan makna belajar mengajar dalam
fungsi dan daya pedagogis.
4. Tanpa reinforcement. Menurut Bandura reinforcement penting dalam menentukan
apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tapi itu bukan merupakan
satu-satunya pembentuk tingkah laku seorang individu.
5. Teori belajar sosial berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi
feedback yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah laku, dan faktor
lingkungan. Disinilah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi
nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self
direction).
6. Teori belajar sosial Bandura dapat menerapkan prinsip pertumbuhan, kontinuitas
dan rekonstruksi selama berlangsungnya proses belajar mengajar karena terjadi
upaya penyesuaian diri.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menerapkan teori belajar sosial Albert
Bandura dalam proses belajar mengajar adalah : 1) Mengaitkan pelajaran dengan
pengalaman atau kehidupan siswa 2) Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta
konsep, gambar, bagan, dan media-media pembelajaran visual lainnya. 3)
Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topik-topik yang
sudah dipelajari. 4) Menggunakan musik. 5) Menciptakan suasana riang. 6) Teknik
penyajian materi bervariasi. 7) Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.

B. TEORI J.P GUILFOLD


Teori Guilford banyak membicarakan struktur intelegensi seseorang yang banyak
mengarah pada kreativitas. Guilford melakukan penelitian tentang kecerdasan ini dengan
meneliti orang-orang genius pada tahun 1869. Ia mencoba memahami cara kerja fungsi
mental para pemimpin dan tokoh – tokoh yang berhasil mengetengahkan ide-ide
cemerlang. Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa
masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan datang. Dalam konteks ini maka belajar
adalah termasuk berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang
dihadapi. Konsepnya memang kompleks, karena setiap masalah akan berbeda cara
penanganannya bagi setiap orang. Untuk itu diperlukan perilaku cerdas/inteligen, yang
tentu sangat berbeda dengan perilaku noncerdas/inteligen. Yang pertama (perilaku
cerdas/inteligen) ditandai dengan adanya sikap dan perubahan kreatif, kritis, dinamis, dan
memiliki motivasi, sedangkan yang kedua keadaannya sebaliknya. Pengertian kebiasaan
juga mengandung arti kebiasaan kreatif, bukan kebiasaan pasif reaktif (mekanis) seperti
pada pandangan kaum behavioris.

Guilford mempublikasikan secara luas hasil risetnya yang diberinya nama Structure
of Intellect Theory. Dan riset pasca perang ini mengidentifikasikan kemampuan
intelektual diskrit yang berjumlah 90 dan 30 kemampuan perilaku. Penelitian Guilford ini
menyebabkan pengembangan Tes klasifikasi yang dimodifikasi dalam cara yang berbeda,
masuk dalam berbagai assesmen personil yang dikelola oleh semua cabang US Armed
Sevices. Dengan demikian secara umum, semua ujian kualifikasi Militer AS pada tahun
1950an, 1960-an dan an dapat dikatakan telah diturunkan menurut riset Guilford.
Guilford terus melakukan penelitian pada tes kecerdasan dengan fokus terutama pada
berpikir divergen dan kreativitas. Ia mendesain berbagai tes yang mengukur berpikir
kreatif. Guilford pensiun dari mengajar pada tahun 1967 tetapi terus menulis dan
mempublikasikan. Guilford meninggal pada tanggal 26 November 1987 di Los Angeles.
Teori Joy Paul Guilford Teori Guilford banyak membicarakan struktur intelegensi
seseorang yang banyak mengarah pada kreativitas. Guilford melakukan penelitian tentang
kecerdasan ini dengan meneliti orang-orang genius pada tahun Teori Guilford.

Teori Guilford menerangkan tentang inteligensi yang diartikan sebagai kemampuan


seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk semua peristiwa masa lalu dan
mengantisipasi masa yang akan datang. Guilford mengeluarkan satu model untuk
menjelaskan kreativitas manusia yang disebutnya sebagai Model Struktur Intelek
(Structure of Intellect). Dalam model ini, Guilford menjelaskan bahwa kreativitas
manusia pada dasarnya berkaitan dengan proses berpikir konvergen dan divergen.
Konvergen adalah cara berfikir untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar.
Sedangkan berpikir divergen adalah proses berfikir yang memberikan serangkaian
alternatif jawaban yang beraneka ragam. Kemampuan berfikir divergen dikaitkan dengan
kreativitas ditunjukkan oleh beberapa karakteristik berikut:
1. Kelancaran, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar ideide atau solusi
masalah dalam waktu singkat.
2. Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk secara bersamaan mengusulkan berbagai
pendekatan untuk masalah tertentu.
3. Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk memproduksi hal baru, ide-ide asli.
4. Elaborasi, yaitu kemampuan untuk melakukan sistematisasi dan mengatur rincian ide
di kepala dan membawanya keluar.

Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat
divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan. Guilford meyakini bahwa standar tes inteligensi yang ada pada
saat itu tidak mendukung proses berpikir divergen. Tes inteligensi tidak dirancang untuk
mengukur hal ini, tetapi tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir
yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau
kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari
pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses
berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai
kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.

Structure of Intellect terdiri dari teori hingga 150 kemampuan intelektual yang
berbeda yang dise Structure of Intellect mencakup enam operasi atau proses intelektual
umum, antara lain:
a. Kognisi yaitu kemampuan untuk mengerti, memahami, menemukan, dan menjadi
sadar akan informasi.
b. Memori rekaman yaitu kemampuan untuk mengkodekan informasi.
c. Memori retensi yaitu kemampuan untuk mengingat informasi.
d. Produksi yang berbeda yaitu kemampuan untuk menghasilkan beberapa solusi untuk
masalah kreativitas.
e. Produksi konvergen yaitu kemampuan untuk menyimpulkan satu solusi untuk
masalah.
f. Evaluasi yaitu kemampuan untuk menilai apakah informasi akurat, konsisten, atau
valid.

lenggarakan sepanjang tiga dimensi, yaitu operasi, isi, dan produk. Structure of
Intellect meliputi lima bidang luas informasi/ isi yang intelek, antara lain:
- Visual yaitu informasi dipersepsikan melalui melihat.
- Auditori yaitu informasi dirasakan melalui pendengaran.
- Simbolis yaitu informasi dianggap sebagai simbol atau tanda-tanda.
- Semantik yaitu informasi yang dipersepsikan dalam kata-kata atau kalimat, baik
secara lisan, tertulis, atau diam-diam da1am pikiran seseorang.
- Informasi perilaku yaitu perbuatan seorang individu.
Model Structure of Intellect mencakup enam produk dalam meningkatkan kompleksitas
yaitu:
a. Unit yaitu item single pengetahuan.
b. Kelas yaitu sets unit berbagi atribut umum.
c. Hubungan yaitu unit terkait sebagai pertentangan, asosiasi, urutan, atau analogi.

Model struktur intelektual (SI) diilustrasikan oleh Guilford dalam bentuk sebuah


kubus dengan masing-masing dimensi mewakili faktor-faktor intelektual yang
bersesuaian satu sama lain. Dimensi-dimensi tersebut ialah:
a) Dimensi Konten/Isi 
Dimensi konten atau isi ini mencakup bidang atau tipe informasi dalam operasi
yang diterapkan. Dimensi konten atau isi dibagi menjadi empat kategori, namun
dalam perkembangannya kemudian berubah menjadi lima, yaitu auditori dan visual
dipisahkan. Kategori-kategori yang berada pada dimensi konten adalah sebagai
berikut:
1. Figural
Informasi yang berupa figur, non-verbal, atau bentuk yang
menggambarkan keadaan suatu objek. Kategori figural ini kemudian dibagi
menjadi dua, yaitu:
a.       Auditory - Informasi dirasakan melalui pendengaran.
b.      Visual - Informasi dirasakan melalui melihat.
2. Simbolik
Informasi yang diproses di sini dapat mempunyai bentuk yang sama seperti
isi figural, akan tetapi arti yang dikehendaki merupakan penggambaran objek
lain, jadi memiliki maksud selain objek itu sendiri.
3. Semantik
Informasi yang harus diproses berupa input yang disajikan secara lisan.
4. Perilaku 
Informasi berupa  tindakan individu. Isi kemampuan inilah yang dapat
disamakan dengan konsep inteligensi sosial menurut  teori Thorndike.

b) Dimensi Produk
Seperti namanya dimensi ini berisi hasil penerapan operasi tertentu untuk isi
tertentu. Menurut tingkatan kompleksitasnya terdapat enam jenis produk yaitu:
 Unit/satuan, merupakan satu item informasi
 Kelas, merupakan satu set item yang berbagi beberapa atribut atau produk kelas
berupa respon dalam bentuk kelompok kelas.
 Hubungan, merupakan produk yang di dalamnya terdapat koneksi antara item atau
variabel, kemungkinan terkait sebagai bertentangan atau dalam asosiasi, urutan, atau
analogi.
 Sistem , merupakan sebuah organisasi item atau jaringan dengan bagian-bagian yang
berinteraksi, jadi strukturnya terorganisasikan secara keseluruhan.
 Transformasi, merupakan perubahan perspektif, konversi, atau mutasi ke
pengetahuan; seperti membalik urutan huruf dalam sebuah kata.
 Implikasi, merupakan prediksi, kesimpulan, konsekuensi, atau antisipasi pengetahuan.

c) Dimensi Operasi
Terdiri dari 5 jenis yaitu :
1) Kognisi, merupakan proses penemuan suatu informasi yaitu kemampuan
untuk mengerti, memahami, menemukan, dan menjadi sadar.
2) Memori, merupakan kemampuan untuk mengkodekan informasi dan
mengingat kembali informasi yang pernah diterima. Kategori memori ini
dibagi menjadi:
- Memori retensi, yaitu kemampuan untukmenahan atau mengingat
informasi.
- Memori reproduksi - Kemampuan untuk memproduksi kembali informasi.
3) Pemikiran divergen, merupakan proses pikiran terhadap arah yang berbeda-
beda dan beraneka ragam dari informasi yang telah ada.
4) Pemikiran konvergen, merupakan proses menyimpulkan solusi tunggal untuk
masalah.
5) Evaluasi, merupakan proses menilai apakah jawaban yang akurat, konsisten,
atau valid.

Kelebihan dan Kelemahan Teori Inteligensi Guilford


Joy Paul Guilford memberikan distribusi yang signifikan dalam ikut
mengembangkan teori kemampuan mental, terutama yang berkaitan dengan teori
inteligensi. Dalam model struktur yang disebutnya sebagai Structure of Intellect (SOI)
ini, Guilford berseberangan dengan konsep general factor yang dikemukakan oleh
Spearman. Seperti teori inteligensi lainnya, teori Guilford ini pun tidak luput dari
kontroversi dan kritikan dari beberapa pihak. Berikut ini akan diungkapkan beberapa
kelebihan dan kelemahan dari teori inteligensi Guilford.

Kelebihan-kelebihan teori inteligensi Guilford:


- Teori ini memberikan implikasi yang penting bagi teori psikologi umumnya, terutama
apabila dapat meletakkannya sebagai suatu kerangka pemikiran guna memperoleh
pandangan baru terhadap konsep-konsep psikologi, seperti proses belajar, pemecahan
masalah dan kreativitas.
- Dalam pembelajaran, teori ini memberikan implikasi positif berupa pembelajaran
yang kreatif.
- Model Guilford ini memberikan suatu jalan untuk mengorganisasikan kemampuan-
kemampuan dalam kurikulum, terutama pada penentuan kemampuan-kemampuan
mana yang perlu mendapat perhatian.
- Teori ini merupakan mata rantai studi inteligensi dengan menggunakan pengetahuan
tentang belajar, psikolinguistik, pikiran dan sebagainya sebagai pembagian tugas
intelektual.
- Teori ini meliputi bidang-bidang fungsi intelektual yang terlokalisasi dengan sedikit
sekali terwakili oleh tes-tes inteligensi standar. Sebagai contoh, banyak tes-tes
inteligensi yang hanya mengukur pemikiran konvergen yang hanya memiliki jawaban
yang benar.
- Teori ini mendapatkan penerimaan luas dari para pendidik dan beberapa pihak yang
memiliki pandangan kurang menyenangkan terhadap faktor ‘g’ Spearman.

Kelemahan-kelemahan teori inteligensi Guilford:


- Teori ini dianggap terlalu berlebihan/kompleks dan melanggar aturan parsimony.
- Kemampuan-kemampuan inteligensi dalam teori ini belum seluruhnya dapat
dibuktikan secara empiris.
- Guilford menggunakan metode rotasi ortogonal, meskipun data dan penelitian
sebelumnya jelas menuntut rotasi miring (oblique)
- Beberapa ahli tidak dapat mereplikasi hasil Guilford pada analisis ulang, mendorong
mereka mempertanyakan reliabilitas instrumen itu. Meskipun pada tahun 1985
Guilford merevisi model SOI untuk mengatasi kekurangan ini.

DAFTAR PUSTAKA
https://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura
file:///C:/Users/Acer%20Sofia/Downloads/67-90-1-SM.pdf
http://ertiana-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45656-Inteligensi-
JoyPaulGuilforddanTeoriInteligensi.html
https://docplayer.info/72976151-Teori-intelegensi-guilford.html

Anda mungkin juga menyukai