Anda di halaman 1dari 7

EKSTENSIBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT

Laporan Praktikum

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia

Yang Dibina Oleh bapak Hendra Susanto, M.Kes., Ph.D. dan bapak Wira Eka
Putra, S.Si., M.Med.Sc.

Disusun oleh:

Kelompok 5, Offering H 2018

1. Adinda Permatasari (180342618050)


2. Aghits Laily Rizqiyah (180342618021)
3. Erina Nur Amalia (180342618072)
4. Nadila Sekar Zahida (180342618074)
5. Neila Salma Kumala (180342618090)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2019
A. Tujuan Kegiatan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui meningkatkan pemahaman
mahasiswa tentang sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot polos dan otot
lurik, serta mampu mengembangkan melalui penelitian.
B. Dasar Teori
Otot merupakan alat gerak aktif yang memiliki kemampuan berkontraksi
apabila diberi rangsangan. Sel-sel otot memiliki sifat khusus diantaranya
yaitu ekstensibilitas dan elastisitas. Ekstensibilitas yaitu dapat merenggang
apabila diberi gaya tarikan beban. Sedangkan, elastisitas yaitu dapat kembali
pada ukuran semula apabila gaya tarikan beban dihilangkan.
Pada tubuh vertebrata terdapat tiga jenis jaringan otot, yaitu otot polos,
otot lurik dan otot jantung. Pada praktikum ini bagian tubuh dari Renna sp
diamati bagian otot lurik dan otot polos saja. Otot lurik terletak melekat pada
rangka berfungsi sebagai pergerakan tubuh secara sadar. Pada praktikum ini
otot lurik yang digunakan pada Renna sp adalah otot rektus abdominis.
Sedangkan, otot polos terletak dalam dinding saluran pencernaan, kandung
kemih, arteri dan organ internal lainnya. Pada praktikum ini otot lurik yang
digunakan pada Renna sp adalah otot dari usus halus. Otot polos berkontraksi
lebih lambat dibandingkan dengan otot rangka dan bertanggung jawab atas
aktivitas tubuh secara tidak sadar (Campbell, 2002).
Perbedaan struktur jaringan otot polos dengan otot lurik berpengaruh
terhadap kemampuan ekstensibilitas dan elastisitasnya. Beberapa prinsip yang
harus dilakukan pada praktikum ini, diantaranya:
 Serabut saraf dan otot harus selalu dibasahi dengan larutan Ringer agar
tetap dalam keadaan segar.
 Serabut saraf dan otot harus diistirahatkan selama 2-3 menit setiap
setelah diberi rangsangan.
 Penampang dan ukuran otot yang digunakan harus relatif sama.
 Diamati perubahan ukuran otot setiap ditambah dan dikurangi beban.
 Otot dapat dikatakan memiliki sifat ekstensibilitas apabila bertambah
panjang ukurannya setelah diberi beban lebih dari cukup.
 Otot dapat dikatakan memiliki sifat elastisitas apabila ukurannya dapat
kembali pada ukuran semula setelah dihilangkan beban yang diberikan.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah:
Papan dan alat seksi, gelas arloji, tiang penggantung, benang besar, larutan
ringer untuk katak, katak hijau, beban logam, atau anak timbangan @10
gram, plastik dan statif.
D. Prosedur Kerja
1. Membuat Sediaan Otot Lurik
Dirusak otak katak dengan single pith
Dipisahkan dengan hati-hati kulit pada daerah abdomen, sehingga nampak
otot rektus abdominisnya.
Ditetesi otot dengan larutan Ringer.
Dibuat potongan longitudinal dengan hati-hati pada otot rektus abdominis
dengan panjang 3 cm dan lebar sama.dengan lebar ususnya (buat 2-3
potongan).
Direndam otot-otot tersebut dalam larutan Ringer pada gelas arloji, dan
diistirahatkan selama 2-3 menit.
2. Membuat Sediaan Otot Polos
Dikeluarkan usus katak (dari katak yang sama) dari dalam rongga
abdomennya.
Dibersihkan usus katak dengan mengeluarkan kotorannya. Setelah itu buat
potongan-potongan usus sepanjang 3 cm (buat 2-3 potongan).
Dimasukkan potongan-potongan usus tersebut ke dalam larutan Ringer pada
gelas arloji, dan diistirahatkan selama 2-3 menit.
3. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot Lurik
Diikat kedua ujung potongan otot rektus abdominis dengan seutas tali,
diusahakan ikatan tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.
Diikatkan benang yang satu pada penggantung, sedangkan benang yang lain
pada tempat beban.
Diukur panjang otot antara dua ikatan sebelum diberi beban (beri kode pO1),
kemudian berturut-turut ditambahkan 10 gram beban sampai 50 gram (beri
kode pO50).
Diukur panjang otot pada setiap kali penambahan beban 10 gram dan dicatat
hasilnya pada tabel.
Diukur panjang otot pada setiap kali pengurangan beban 10 gram sampai
akhirnya tanpa beban (beri kode pO2) dan dicatat hasilnya pada tabel.
Diingat bahwa otot harus selalu dibasahi dengan larutan Ringer
4. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot Polos
Diikat kedua ujung potongan usus katak dengan seutas tali, diusahakan
ikatan tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.
Diikatkan benang yang satu pada penggantung, sedangkan benang yang lain
pada tempat beban.
Diukur panjang usus antara dua ikatan sebelum diberi beban (beri kode pO1),
Kemudian berturut-turut ditambahkan 10 gram beban sampai 50 gram (beri
kode pO50).
Diukur panjang usus pada setiap kali penambahan beban 10 gram dan dicatat
hasilnya pada tabel.
Diukur panjang usus pada setiap kali pengurangan beban 10 gram sampai
akhirnya tanpa beban (beri kode pO2) dan dicatat hasilnya pada tabel.
Diingat bahwa otot harus selalu dibasahi dengan larutan Ringer.
E. Data Pengamatan

F. Analisis Data

G. Pembahasan
1. Ekstensibilitas dan elastisitas pada otot lurik
Otot polos memiliki bentuk menyerupai gelendong, bagian ujungnya
meruncing dan bagian tengahnya yang besar. Setiap sel otot polos
memiliki satu inti yang terletak di tengah dan berbentuk pipih. Otot polos
atau yang biasa disebut otot involunter karena pada aktivitas otot polos
tidak dipengaruhi oleh kehendak (otot tidak sadar) dan pada sel nya
dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom. Pada praktikum
ini, otot polos yang digunakan berasal dari pencernaan katak (Rana sp.).
Jaringan pada otot polos memiliki kemampuan ekstensibilitas yang berarti
sel-sel otot dapat meregang (memanjang) sampai pada batas tertentu
apabila diberikan beban/tarikan. Dan memiliki kemampuan elastisitas
yaitu sel-sel otot dapat kembali pada bentuk semula apabila beban/tarikan
dihilangkan.
Pada percobaan ekstensibilitas pada otot polos, hasil pengamatan otot
polos pada organ usus katak (Rana sp.) mengalami kontraksi ketika
diberikan beban 10 gr hingga 50 gr. Panjang semula usus katak ketika
sebelum diberikan beban yaitu 2 cm, setelah diberikan beban 10 gr usus
mengalami pemanjangan menjadi 3,5 cm, kemudian ditambah lagi beban
yang diberikan 20 gr dan usus mengalami pemanjangan menjadi 4 cm,
selanjutnya ditambah lagi beban yang diberikan 30 gr dan usus mengalami
pemanjangan menjadi 4,5 cm, ditambah lagi beban yang diberikan 40 gr
dan usus mengalami pemanjangan menjadi 4,7 cm, hingga ditambahkan
beban 50 gr panjang usus mencapai 5 cm. Hasil perhitungan ekstenbilitas
otot polos mencapai 150%. Hal ini menunjukkan otot polos yang diambil
dari saluran pencernaan dapat mengalami ekstensibilitas artinya sel dapat
meregang sampai batas tertentu apabila diberikan gaya (beban/tarikan)
(Gofur, dkk. 2016).
Ketika beban beban tersebut satu persatu dilepas, maka usus akan
mengalami elastisitas dengan panjang pertama 5 cm, panjang kedua 5 cm,
panjang ketiga 5 cm, panjang keempat 5 cm, dan panjang terakhir ketika
sudah tidak ada beban usus tersebut memiliki panjang 4,5 cm. Hasil
perhitungan elastisitas otot polos mencapai 14,3%, lebih rendah dari
elastisitas otot lurik. Elastisitas pada otot polos tidak sama dengan panjang
semula ketika belum diberikan beban, hal ini duga terdapat kesalahan
kelompok dalam mengikat kedua ujung otot sehingga otot tidak lentur dan
pada panjang pertama hingga panjang keempat tetap konstan 5 cm.
Adanya kontraksi otot menyebabkan pemanjangan otot, sehingga otot
dapat meregang dan dapat kembali pada ukuran semula. Kontraksi otot
terjadi karena adanya interaksi antara aktin & myosin yang mana filamen-
filamen disorongkan satu terhadap filamen-filamen yang lain. Pergeseran
dari filamen-filamen tebal dan filamen-filamen yang halus dapat
menyebabkan bertambah panjang dan pendeknyan suatu otot. Proses yang
mendasari pemendekan elemen-elemen kontraktil diotot adalah pergeseran
filamen-filamen tipis pada filamen-filamen tebal. lebar pita A tetap,
sedangkangaris-garis Z bergerak saling mendekat ketika otot berkontraksi
dan salingmenjauh bila otot diregang. Saat otot memendek filamen tipis
dari kedua ujungsarkomer yang berhadapan akan saling mendekat, pada
pemendekan otot yangkuat filamen-filamen tersebut saling tumpang tindih
(Rahmatullah, 2005) .
2. Ekstensibilitas dan elastisitas pada otot lurik
Otot lurik memiliki kemampuan ekstensibilitas yang berarti sel-sel
otot dapat meregang (memanjang) sampai pada batas tertentu apabila
diberikan beban/tarikan dan memiliki kemampuan elastisitas yaitu sel-sel
otot dapat kembali pada bentuk semula apabila beban/tarikan
dihilangkan. Pada praktikum ini, otot lurik yang digunakan berasal dari
daerah abdomen katak (Rana sp.) tepatnya pada otot rektus abdominis.
Pada percobaan ekstensibilitas otot lurik, hasil pengamatan
mengalami kontraksi ketika diberikan beban 10 gr hingga 50 gr. Panjang
semula otot rektus abdominis ketika sebelum diberikan beban yaitu 2 cm,
setelah diberikan beban 10 gr usus mengalami pemanjangan menjadi 3,2
cm, kemudian ditambah lagi beban yang diberikan 20 gr dan usus
mengalami pemanjangan menjadi 3,4 cm, selanjutnya ditambah lagi
beban yang diberikan 30 gr dan usus mengalami pemanjangan menjadi
3,6 cm, ditambah lagi beban yang diberikan 40 gr dan usus mengalami
pemanjangan menjadi 3,8 cm, hingga ditambahkan beban 50 gr panjang
usus mencapai 4 cm. Hasil perhitungan ekstenbilitas otot lurik (otot
rektus abdominis) sebesar 100%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan
ekstenbilitas otot polos.
Pada percobaan elastisitas otot lurik, beban-beban tersebut satu
persatu dilepas. Sehingga memperoleh hasil pengamatan: pada panjang
otot pertama 3,9 cm, panjang otot kedua 3,8 cm, panjang otot ketiga 3,7
cm, panjang otot keempat 3,6 cm, hingga panjang otot yang kelima 3,5
cm. Hal ini dapat disimpulkan jika setiap satu beban (10 gr) dilepas,
maka otot akan mengalami elastisitas 0,1 cm. Ditinjau dari perhitungan
elastisitas otot lurik diperoleh elastisitas 25% yang berarti otot tidak
dapat kembali pada panjang awal.
H. Kesimpulan

I. Daftar Pustaka
Rahmatullah, 2005. Perbedaan Pengaruh Pemberian Strenghthening
Exercise Jenis Kontraksi Concentric dengan Eccentric terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Biceps Brachii, Jurnal Fisioterapi
Indonesia, V(2), 2.
Gofur, A. Dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan dan Manusia.
Malang: Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai