Laporan Praktikum
Yang Dibina Oleh bapak Hendra Susanto, M.Kes., Ph.D. dan bapak Wira Eka
Putra, S.Si., M.Med.Sc.
Disusun oleh:
F. Analisis Data
G. Pembahasan
1. Ekstensibilitas dan elastisitas pada otot lurik
Otot polos memiliki bentuk menyerupai gelendong, bagian ujungnya
meruncing dan bagian tengahnya yang besar. Setiap sel otot polos
memiliki satu inti yang terletak di tengah dan berbentuk pipih. Otot polos
atau yang biasa disebut otot involunter karena pada aktivitas otot polos
tidak dipengaruhi oleh kehendak (otot tidak sadar) dan pada sel nya
dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom. Pada praktikum
ini, otot polos yang digunakan berasal dari pencernaan katak (Rana sp.).
Jaringan pada otot polos memiliki kemampuan ekstensibilitas yang berarti
sel-sel otot dapat meregang (memanjang) sampai pada batas tertentu
apabila diberikan beban/tarikan. Dan memiliki kemampuan elastisitas
yaitu sel-sel otot dapat kembali pada bentuk semula apabila beban/tarikan
dihilangkan.
Pada percobaan ekstensibilitas pada otot polos, hasil pengamatan otot
polos pada organ usus katak (Rana sp.) mengalami kontraksi ketika
diberikan beban 10 gr hingga 50 gr. Panjang semula usus katak ketika
sebelum diberikan beban yaitu 2 cm, setelah diberikan beban 10 gr usus
mengalami pemanjangan menjadi 3,5 cm, kemudian ditambah lagi beban
yang diberikan 20 gr dan usus mengalami pemanjangan menjadi 4 cm,
selanjutnya ditambah lagi beban yang diberikan 30 gr dan usus mengalami
pemanjangan menjadi 4,5 cm, ditambah lagi beban yang diberikan 40 gr
dan usus mengalami pemanjangan menjadi 4,7 cm, hingga ditambahkan
beban 50 gr panjang usus mencapai 5 cm. Hasil perhitungan ekstenbilitas
otot polos mencapai 150%. Hal ini menunjukkan otot polos yang diambil
dari saluran pencernaan dapat mengalami ekstensibilitas artinya sel dapat
meregang sampai batas tertentu apabila diberikan gaya (beban/tarikan)
(Gofur, dkk. 2016).
Ketika beban beban tersebut satu persatu dilepas, maka usus akan
mengalami elastisitas dengan panjang pertama 5 cm, panjang kedua 5 cm,
panjang ketiga 5 cm, panjang keempat 5 cm, dan panjang terakhir ketika
sudah tidak ada beban usus tersebut memiliki panjang 4,5 cm. Hasil
perhitungan elastisitas otot polos mencapai 14,3%, lebih rendah dari
elastisitas otot lurik. Elastisitas pada otot polos tidak sama dengan panjang
semula ketika belum diberikan beban, hal ini duga terdapat kesalahan
kelompok dalam mengikat kedua ujung otot sehingga otot tidak lentur dan
pada panjang pertama hingga panjang keempat tetap konstan 5 cm.
Adanya kontraksi otot menyebabkan pemanjangan otot, sehingga otot
dapat meregang dan dapat kembali pada ukuran semula. Kontraksi otot
terjadi karena adanya interaksi antara aktin & myosin yang mana filamen-
filamen disorongkan satu terhadap filamen-filamen yang lain. Pergeseran
dari filamen-filamen tebal dan filamen-filamen yang halus dapat
menyebabkan bertambah panjang dan pendeknyan suatu otot. Proses yang
mendasari pemendekan elemen-elemen kontraktil diotot adalah pergeseran
filamen-filamen tipis pada filamen-filamen tebal. lebar pita A tetap,
sedangkangaris-garis Z bergerak saling mendekat ketika otot berkontraksi
dan salingmenjauh bila otot diregang. Saat otot memendek filamen tipis
dari kedua ujungsarkomer yang berhadapan akan saling mendekat, pada
pemendekan otot yangkuat filamen-filamen tersebut saling tumpang tindih
(Rahmatullah, 2005) .
2. Ekstensibilitas dan elastisitas pada otot lurik
Otot lurik memiliki kemampuan ekstensibilitas yang berarti sel-sel
otot dapat meregang (memanjang) sampai pada batas tertentu apabila
diberikan beban/tarikan dan memiliki kemampuan elastisitas yaitu sel-sel
otot dapat kembali pada bentuk semula apabila beban/tarikan
dihilangkan. Pada praktikum ini, otot lurik yang digunakan berasal dari
daerah abdomen katak (Rana sp.) tepatnya pada otot rektus abdominis.
Pada percobaan ekstensibilitas otot lurik, hasil pengamatan
mengalami kontraksi ketika diberikan beban 10 gr hingga 50 gr. Panjang
semula otot rektus abdominis ketika sebelum diberikan beban yaitu 2 cm,
setelah diberikan beban 10 gr usus mengalami pemanjangan menjadi 3,2
cm, kemudian ditambah lagi beban yang diberikan 20 gr dan usus
mengalami pemanjangan menjadi 3,4 cm, selanjutnya ditambah lagi
beban yang diberikan 30 gr dan usus mengalami pemanjangan menjadi
3,6 cm, ditambah lagi beban yang diberikan 40 gr dan usus mengalami
pemanjangan menjadi 3,8 cm, hingga ditambahkan beban 50 gr panjang
usus mencapai 4 cm. Hasil perhitungan ekstenbilitas otot lurik (otot
rektus abdominis) sebesar 100%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan
ekstenbilitas otot polos.
Pada percobaan elastisitas otot lurik, beban-beban tersebut satu
persatu dilepas. Sehingga memperoleh hasil pengamatan: pada panjang
otot pertama 3,9 cm, panjang otot kedua 3,8 cm, panjang otot ketiga 3,7
cm, panjang otot keempat 3,6 cm, hingga panjang otot yang kelima 3,5
cm. Hal ini dapat disimpulkan jika setiap satu beban (10 gr) dilepas,
maka otot akan mengalami elastisitas 0,1 cm. Ditinjau dari perhitungan
elastisitas otot lurik diperoleh elastisitas 25% yang berarti otot tidak
dapat kembali pada panjang awal.
H. Kesimpulan
I. Daftar Pustaka
Rahmatullah, 2005. Perbedaan Pengaruh Pemberian Strenghthening
Exercise Jenis Kontraksi Concentric dengan Eccentric terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Biceps Brachii, Jurnal Fisioterapi
Indonesia, V(2), 2.
Gofur, A. Dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan dan Manusia.
Malang: Universitas Negeri Malang