Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan
darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen
pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke
jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.
Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh.
Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang
belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein
pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan
terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung
tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau
muda, biru, atau kuning oranye).
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yangberfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-
sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan :
Alat pengambil sampel darah untuk sampel darah manusia
Cutter
Mikroskop dan objek glass

Bahan yang diperlukan :


Darah manusia dari relawan
Darah ikan
Darah katak

Prosedur kerja :
1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan
2. Siapkan sukarelawan yang akan diambil darahnya
3. Teteskan darah manusia pada 4 objek glass berbeda lalu masing-masing ditetesi dengan larutan Nacl dengan
konsentrasi 0.1% , 0.65% , 0.95% dan 2%
4. Masing-masing objek diamati di bawah mikroskop
5. Lakukan hal yang sama untuk darah ikan dan darah katak
6. Ikan diambil darah dengan menyayat pada bagian dekat insang lalu ambil darahnya. Lakukan pengamatan
7. Katak diambil darah dengan menyayat pada bagian paha katak lalu ambil darahnya. Lakukan pengamatan
8. Catat hasilnya

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan data pengamatan
SEL DARAH NaCl 0.1% NaCl 0.65% NaCl 0.9% NaCl 2%
Manusia Hipotonis. Sel Hipotonis. Isotonis. BentukHipertonis.
darah merah Bentuk bulat normal yaitu
Bentuk tidak
mengembang. tidak beraturan, bulat tidak
beraturan dan
Tidak ada inti tidak ada inti beraturan tidak mengkerut,
sel , bentuk sel. Dinding sel ada inti sel. tidak ada inti
bulat beraturan. lebih tebal. sel.
Ikan Hipotonis. Hipotonis. Isotonis. Hipertonis. Sel
Bentuknya lebih Bentuknya tetap darah merah
kecil dari atau bentuk tidak
konsentrasi normal. mengkerut.
0.1%
Katak Hipotonis. Sel Hipotonis. Sel Isotonis. Bentuk Hipertonis. Sel
darah merah darah merah normal atau darah merah
membengkak. membengkak. tetap. mengkerut.

Pembahasan
A. Struktur sel darah
a. Sel darah merah manusia
Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir
separuh dari volume darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru
dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan
diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
Sel darah merah pada manusia ukuranye lebih kecil, lebih bulat dan tidak memiliki inti sel, konsentrasi lebih
pekat dan termasuk homoiterm.
Eritrosit pada mamalia tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk cakram dengan garis tengah dengan
bentuk bikonkaf menyebabkan eritrosit memiliki permukaan yang luas sehingga mempermudah pertukaran gas.
Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika metabolisme eritrosit sendiri
bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter
sekitar 12 m) juga sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran
plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma
dalam suatu volume darah.
B. KONSENTRASI SEL DARAH
Sel-sel darah aka membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis dan akan mengkerut bila
dimasukkan kedalam cairan hipertonis. Sedangkan dalam larutan isotonis sel-sel darah tidak mengalami perubahan
apapun.
Pada larutan isotonis NaCl 0,9%, darah akan tetap stabil dan bentuk yang sama seperti biasa karna larutan
isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh.
Pada larutan hipotonis 0,65%, sel darah akan membengkak, yang di sebabkan oleh turunnya tekanan osmotik
plasma darah yang menyebabkan pecahnya dinding eritrosit, hal ini mnyebabkan amsuknya air secara osmosis
melalui dinding yang semipermiabel sehingga sel darah membengkak.
Pada larutan hipertonis 2%, sel darah akan mengkerut. Kerutan yang terjadi pada darah ini dikarenakan NaCl
dengan konsentrasi 1, 2 tergolong pekat. Tergolong pekat jika dibanding dengan cairan isi sel darah merah, sehingga
menyebabkan air yang ada didalam sel darah merah akan banyak keluar dan akibatnya sel darah merah akan
mengkerut.
Pada konsentrasi 1 % sel darah katak (eritrositnya) memang benar-benar sudah mengkerut dan sudah nampak
agak mengecil, demiian juga halnya dengan eritrosit ikan. Pada manusia darah pada dengan diberi larutan NaCl
dalam konsntrasi ini juga mengalami pengkerutan atau krenasi. Pada konsentrasi 0, 9% sel darah merah pada objek
yang diamati secara umum normal, bentuknya bikonkaf
C. Perbedaan larutan hipotonis, isotonis & Hipertonis

Larutan Hipotonis
Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lain. Bahasa
mudahnya, suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang lainnya lebih banyak. Jika ada larutan
hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari
yang hipotonis ke larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah
setengah normal saline (1/2 NS). Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah,
sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel
darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel
sel darah merah. Peristiwa demikian disebut Hemolisa

Larutan Isotonis
suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi
pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis ( ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl ).
Larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik yang sama

Larutan Hipertonis
Turunn Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang lainnya. Bahasa
mudahnya, suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang lainnya.
Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel)
maka akan terjadi perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan.
Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena konsentrasi larutan
tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien.
ya titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari sel
darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel sel darah merah.
Peristiwa demikian disebu Plasmolisa.
Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO.

Mekanisme Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya
tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau
semi permeabel. Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang
dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan
glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air
dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya
tinggi melalui selaput permeabel. jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju
kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya
lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan .sebagai larutan hipertonis. sedangkan larutan yang
konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel,
konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis.
Apakah yang terjadi jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah merah ditempatkan dalam suatu tabung
yang berisi larutan dengan sifat larutan yang berbeda-beda? Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah
akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran normalnya dan
mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel
darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah /lisis, hal
irri karena sei hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor
dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hew'an/sel darah merah dalam
larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merah
mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air.
Mekanisme Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari tempat dengan konsentrasi tinggi ke tempat dengan konstrasi rendah (yaitu
dengan atau sepanjang gradien konsentrasi). Difusi terjadi akibat molekul memiliki energi bebas yang membuatnya
senantiasa bergerak. Molekul molekul dalam benda padat bergerak dengan senantiasa lambat sedangkan pada benda
cair molekul bergerak lebih cepat demikian juga ketika mengabsorbsi benda panas, es akan mencair kemudian
menguap.
Difusi merupakan proses yang berjalan sangat lambat, tetapi merupakan mekanisme tranfor yang efektif dalam
melintasi jarak dalam ukuran mikroskopis. Di dalam tubuh, gas oksigen dan karbon dioksida bergerak secara difusi.
Misalnya pada paru paru, terdapat konsentrasi oksigen tinggi dalam alveoli (kantong udara) dan konsentrasi oksigen
yang rendah di dalam darah di sekeliling kapiler pulmonalis. Keadaan sebaliknya terjadi pada karbon dioksida,
konsentrasi karbon dioksida yang rendah dalam udara di dalam alveoli dan konsentrasi karbon dioksida yang tinggi
terdapat dalam darah di kapiler pulmonalis. Gas- gas ini akan berdifusi dalam arah yang berlawanan, masing masing
bergerak dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah. Oksigen berdifusi dari udara ke dalam darah untuk
kemudian disirkulasikan ke seluruh tubuh. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke udara untuk kemudian
diekshalasikan.

H. Hemolisis
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma).
Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke
dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan,
serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena
penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi
menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke
dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
A. Hemolisa Darah dan Krenasi
Hemolisa adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin besar di dalam medium dapat bebas dan berada di
sekelilingnya. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis, hipertonis ke dalam
aliran darah. Penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan
akan menyebabkan rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-lain. Apabila medium disekitar wajah atau
permukaan eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl), maka medium tersebut akan masuk
kedalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermeabel dan dapat berakibat sel eritrosit mengembang. Bila
membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel itu akan pecah dan
akibatnya hemoglobin akan bebas melalui sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit akan menuju keluar eritrosit,
akibatnya eritrosit akan keriput atau krenasi. Keriput ini dapat dikembalikkan dengan cara menambahkan cairan
isotonis (Anonima, 2009).
Bila sel dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut disebut larutan
isotonis, oleh karena tidak terjadi perubahan osmosis, yang terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel.
Larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5% merupakan contoh larutan isotonis. Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang
penting karena dapat diinfuskan kedalam darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis antara cairan
ekstrasel dan intrasel ( Siregar, 1995).
Larutan yang bila sel dimasukkan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi bengkak disebut larutan hipotonis, oleh
karena osmolaritas cairan ekstrasel akan berkurang, dan cairan ekstrasel akan masuk kedalam sel. Larutan NaCl yang
konsentrasinya kurang dari 0,9% disebut larutan hipotonis (Yusuf, 1995).
Larutan hipertonis merupakan larutan yang bila sel dimasukkan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi
mengkerut oleh karena osmolalitas cairan ekstrasel akan meningkat dan menyebabkan osmosis air keluar dari sel
menuju ke cairan ekstrasel. Larutan NaCl yang konsentrasinya lebih dari 0,9% merupakan larutan hipertonis (Gani,
1995).
Berbagai jenis cairan didalam klinik sering diberikan secara intravena untuk memenuhi kebutuhan nutrisi penderita
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi penderita yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara oral. Yang
sering digunakan dalah larutan glukose dan asam amino. Bila larutan ini diberikan, konsentrasi dari bahan-bahan yang
aktif secara osmotic akan diusahakan untuk mendekati isotonis, tau diberikan secara perlahan-lahan sehingga tidak
terganggu keseimbangan osmotic cairan tubuh. Namun, setelah glukose atau asam amino dimetabolisme akan terjadi
kelebihan air. Dalam hal ini, ginjal akan mengekskresi kelebihan air tersebut dalam bentuk urine yang encer
(Anonima, 2009).
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam
larutan hipertonik karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi krenasi berasal dari bahasa yunani yakni
Crenatus. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan larutan disekitar luar sel. Osmosis menyebabkan pergerakan air keluar dari sel yang dapat menyebabkan
sitoplasma berkurang volumenya, sebagai akibat sel mengecil atau mengkerut (Anonima, 2009).
Pada manusia yang sehat derajat hemolisa darahnya dapat disebabkan oleh kinain pada konsentrasi 10-9m dengan level
darah 5 x 10-5. Hal ini mungkin juga berlaku bagi darah penderita malaria. Pada konsentrasi 10 -6 metabolik kinin
menimbulkan derajat hemolisis yang lebih tinggi daripada kinin dengan konsentrasi 10-2 (Anonima, 2009).
Krenasi adalah proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan hipotonis dan hipertonis. Faktor penyebab krenasi
yaitu adanya peristiwa osmosis yang menyebabkan adanya pergerakan air dalam sel sehingga ukuran sel menjadi
berkurang atau mengecil. Proses yang sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu plasmolisis dimana sel tumbuhan juga
mengecil karena dimasukkan dalam larutan hipertonik. Krenasi ini dapat dikembalikkan dengan cara menambahkan
cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (Watson, 2002).
Hemolisis adalah pemecahan sel-sel darah sedemikian rupa sehingga terlepas dalam plasma. Hal ini disebabkan oleh
toksis bakteri, bias ular, dan parasit darah serta zat-zat lainnya. Hemoglobin yang berada didalam plasma memberikan
warna merah dan keadaan tersebut dinamakan hemoglobinemia. Apabila hemoglobin dieksresikan di dalam urine,
keadaan ini disebut hemoglobinuria (Frandson, 1999).
Penghancuran sel-sel darah merah terjadi setelah mengalami tiga sampai empat bulan. Sel-sel darah merah mengalami
disintegrasi, melepaskan Hb ke dalam darah dan debris sel yang rusak itu disisihkan dari sirkulasi oleh system
makrofag yang terdiri dari sel-sel khusus di dalam hati, limpa, sum-sum tulang dan nod limfa. Sel-sel makrofag ini
melakukan fagositosis debris. Fragmennya dicerna dan dilepaskan ke dalam darah. Unsur protein globin dari
hemoglobin mengalami degradasi menjadi asam amino (Watson, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hemolisa dan Krenasi
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa gelas arloji yang dilihat dengan cara
makroskopis terlihat bahwa darah dengan perlakuan kontrol tidak mengalami perubahan dan dibawah miskroskop
terlihat bentuk sel darah merah yang tidak jelas. Perlakuan yang berbeda terlihat bentuk sel darah merah yang tidak
jelas. Perlakuan yang berbeda terlihat pada gelas arloji dan diberi NaCl, setelah diletakkan di bawah miskroskop
larutan terdapat bentuk sel yang kabur. NaCl merupakan larutan yang hipertonis yang mempunyai konsentrasi tinggi
sehingga menyebabkan sel darah mengalami krenasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang
menyatakan bahwa larutan yang berkonsentrasi tinggi akan menyebabkan sel darah akan mengalami krenasi
sedengkan air yang masuk ke dalam sel darah akan menyebabkan pembengkakan dan kemudian sel darah merah akan
mengalami hemolisa.
Adapun faktor-faktor yang mengalami hemolisa yaitu plasma dan hipotonis, pengocokan dan lain-lain, sedangkan
krenasi disebabkan oleh zat yang bersifat hepertonis. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (2002), yang menyatakan
bahwa krenasi disebabkan oleh plasma yang hipertonis, pengocokan bergantian dibekukan oleh pemanasan kurang
dari 640C, dinding sel yang rusak oleh zat kimia atau tegangan permukaan plasma yang diperendah.
Pada larutan B, larutan tidak keruh atau menembus pandangan. Hal ini disebabkan oleh membran yang terlalu banyak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), yang menyatakan bahwa hemolisis adalah peristiwa keluarnya
hemoglobin dari sel darah yang disebabkan oleh medium atau plasma hipotonis.
Osmolaritas adalah pelarut zat melalui membran dari daerah yang kadar zat pelarutnya lebih tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sonjaya (2005) yang menyatakan bahwa osmolaritas adalah gerakan molekul pelarut (air) melalui
membran yang hanya permeabel untuk air, tetapi tidak untuk zat terlarut ke arah daerah yang mengandung kadar zat
terlarut yang lebih pekat.
Hipertonis merupakan larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih besar daripada tekanan osmosis SDA. Larutan
hipertonis merupakan larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih kecil daripada tekanan osmosis SDM dan
isotonis merupakan larutan yang memiliki tekanan osmosis yang sama dengan tekanan osmosis SDM. Hal ini sesuai
dengan pendapat Syaifuddin (2002), yang menyatakan bahwa larutan hipertonis merupakan larutan NaCl yang
konsentrasinya kurang dari 0,9%, larutan hipotonis merupakan larutan yang konsentrasinya NaClnya kurang dari 0,9%
dan larutan isotonis merupakan larutan yang konsentrasi NaClnya sama atau sebanyak 0,9%.
B. Tekanan Osmotik Eritrosit
Berdasarkan Praktikum Fisologi Ternak Dasar, yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisioloigi Ternak Dasar, 2009
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tabung I terdapat endapan dn berwarna
merah bata dan merngalami hemolisa, pada tabung II dan III berwarna merah terang dan merah yang mengalami
hemolisa, sedangkan pada tabung IV tidak mengalami hemolisa dan merupakan isotonis terhadap larutan dimana
konsentrasi NaClnya diatas dari dari 0,9% sehingga dikatakan sebagai larutan hipertonis, sehingga masih tetap
berwarna merah, hal ini dikarenakan hemoglobin masih utuh dan tetap dapat mempertahankan warna merah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), yang menyatakan bahwa larutan isotonis merupakan larutan yang sifatnya
netral atau seimbang antara zat dan cairan dalam darah sehingga darah masih bisa tetap berwarna merah.
Pada tabung V terjadi krenasi sempurna, hal ini ditandai dengan perubahan warna dan bentuk sel yang mengkerut jika
diperhatikan lebih jelas dibawah miskroskop dengan perbesaran 40X. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan adanya
larutan yang hipertonik. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyatakan bahwa adanya pergerakan
air keluar dari sel dan terjadinya pengkerutan pada sel dapat disebabkan karena adanya cairan atau larutan yang
bersifat hipertonik yang ada dalam darah tersebut.
Krenasi adalah proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan hipotonis dan hipertonis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Watson (2002) yang menyatakan bahwa krenasi merupakan peristiwa dimana sel terjadi pengkerutan akibat
adanya cairan atau larutan yang memiliki sifat yang hipotonik dan hipertonis. Faktor penyebab krenasi yaitu adanya
peristiwa osmosis yang menyebabkan pergerakan air di dalam sel sehingga ukuran sel menjadi berkurang atau
mengecil. Proses yang sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu plasmolisis dimana tumbuhan juga akan mengecil
karena dimasukkan dalam larutan yang hipertonik. Krenasi ini dapat dilakukan penggembalian sehingga dapat
kembali seperti semula dengan cara menambahkan cairan atau larutan ke dalam intermediater luar eritrosit.
Hemolisis adalah suatu proses dimana sel-sel darah merah terlepas dalam plasma atau dengan kata lain keluar dari
plasma. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999) yang menyatakan bahwa hemolisis merupakan suatu
peristiwa dimana pada sel-sel darah merah terjadi karena adanya toksis bakteri, bisa ular dan parasit darah serta zat-zat
lainnya. Hemoglobin yang berada di dalam darah serta zat-zat lainnya. Hemoglobin yang berada di dalam plasma
menyebabkan warna merah dan keadan tersebut dapat dikatakan sebagai hemoglobinemia.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah perpindahan pelarut melalui membran ke arah
daerah yang mengandung kadar zat terlarut yang lebih pekat. Osmosis adalah gerakan molekul pelarut air melalui
membran ke arah daerah yang mengandung kadar zat terlarut yang lebih pekat sedangkan difusi adalah gerakan
molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005) yang
menyatakan bahwa Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah perpindahan pelarut melalui
membran ke arah daerah yang mengandung kadar zat terlarut yang lebih pekat. Osmosis adalah gerakan molekul
pelarut air melalui membran ke arah daerah yang mengandung kadar zat terlarut yang lebih pekat sedangkan difusi
adalah gerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Sifat membran sel yaitu semipermeabel. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005) yang menyatakan bahwa
membran sel tidak hanya semipermeabel, membiarkan zat-zat tertentu merembes melintasinya dan menahan zat-zat
tertentu, akan tetapi daya perembesan dapat pula berubah-ubah.

Anda mungkin juga menyukai