Anda di halaman 1dari 11

DARAH

Gayu Indrisulistyoningrum1, Wahyu Amin Pratiwi1, Septika Augis Ulmi Kaan1, Kamila Nur
Afifah1, Astri Yohana Putri1

1
Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta

Abstrak

Darah memiliki komposisi yang terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit.untuk
mengamati komponen darah diperluka pewarnaan pada darah menggunakan senyawa kimia.
Untuk mengamati eritrosit menggunakan Bromo Timol Biru (BTB), leukosit menggunakan
larutan Turk, fibrin menggunakan larutan metal violet, kristal hemin menggunakan larutan
hemin (KCL 0,1 gram, KI 0,1 gram, dan Asam Asetat Glacial 100 ml), dan konsentrasi sel-sel
darah dengan larutan NaCl 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1%. Eritrosit dapat lihat dengan pewarnaan
BTB memiliki bentuk bikonkaf, pipih, tidak terdapat ini (pada kodok, eritrositnya memilki inti)
dan berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Sel darah putih tidak memilki warna,
memiliki inti, bentuknya tidak beraturan, dan ukurannya lebih besar daripada eritrosit. Fibrin
merupakan benang-benang pada proses pembekuan darah. Kristal hemin untuk melihat struktur
hemoglobin pada darah, berbentuk Kristal dengan warna kuning setelah diberi reagen larutan
hemin. Darah memilki konsentrasi sehingga bila ditambhakan larutan hipotonis akan
membengkak dan pecah (deplasmolisis) sedangka bila ditambahkan larutan hipertonis akan
mengerut (krenasi). Perubahan konsentrasi darah ini dapat diamati dengan menggunakan
larutan dengan konstrasi berbeda.
Kata Kunci : Darah, Eritrosit, Fibrin, Hemin, Leukosit

Abstract

Blood has a composition consisting of erythrocytes, leukocytes, and thrombocytes. To observe


the blood component is injected staining in the blood using a chemical compound. To observe
erythrocytes using Bromo Thymol Blue (BTB), leukocytes used Turk solution, fibrin using
metal violet solution, hemin crystals using hemin solution (KCL 0.1 gram, KI 0.1 gram and
100 ml Glacial Acetic Acid), and concentration blood cells with 0.4% NaCl solution, 0.6%,
0.8%, and 1%. Erythrocytes can be seen by coloring BTB having a bikonkaf shape, flat, none
of these (in frogs, erythrocytes have a nucleus) and red in color because they contain
hemoglobin. White blood cells do not have color, have a core, irregular shape, and size larger
than erythrocytes. Fibrin is the thread in the blood coagulation process. Hemin crystals to see
the structure of hemoglobin in the blood, shaped crystals in yellow after the reagent of hemin
solution. Blood has concentration so that when added hypotonic solution will swell and rupture
(deplasmolisis) sedangka when added hypertonic solution will shrink (krenasi). This change in
blood concentration can be observed by using different constricted solutions.
Keywords: Blood, Erythrocyte, Fibrin, Hemin, Leucocytes
PENDAHULUAN

Sel darah merah (eritrosit) pada Mamalia dibuat dalam sumsum tulang. Eritrosit muda
(eritroblast) Mamalia masih mempunyai inti, tidak mempunyai hemoglobin, dan terdapat
dalam sumsum tulang merah. Ketika eritrosit mulai dewasa meninggalkan sumsum tulang,
maka inti sel dikeluarkan dan diganti dengan hemoglobin sehingga berwarna merah dan tidak
berinti, kecuali pada unta dan ilama, sedangkan pada vetebrata lain, eritrosit dewasa tetap
berinti.

Eritrosit meninggalkan sumsum tulang melalui saluran volkman dan saluran harvers di tulang,
komponen darah yang lain adalah :

1. Leukosit (sel darah merah), yang terdiri dari atas monosit, limfosit, eosinofil, basogil,
dan netrofil, tiga inti terakhir memiliki inti dengan berbagi bentuk sehingga
polimorfonuklear (PMN)
2. Trombosit (keping darahpembeku)
3. Fibrinogen (protein serabut)
4. Plasma darah
5. Hemin, dll

Konsentrasi protoplasma darah merah manusia adalah 0,89% sedangkan sel darah merah katak
adalah sekitar 0,69%. Keadaan ini mempengaruhi pengaturan metabolisme air dan mineral
pada organisme tersebut. Dalam praktikum ini maka kita akan mengetahui struktur sel darah
katak dan manusia, menguji konsentrasi sel darah katak dan manusia, mengetahui adanya
hemin dan fibrin dalam sel darah manusia.

Secara fisiologi, kepentingan darah yang utama pada hewan untuk mengangkut bahan makanan
dan gas pernafasan, dari bagian permukaan hewan ke berbagai sel yang melaksanakan
metabolism didalam tubuhnya. Fungsi lain peredaran darah untuk mengangkut hormone dan
bahan lain, serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Fungsi darah yang berhubungan
dengan sistem perlundungan, berperan dalam reaksi imunitas. Secara keseluruhan darah juga
harus mampu melaksanakan pencegahan agar tidak terjadi kehilangan sejumlah volume darah
karena luka atau sebab lain sehingga harus ada mekanisme pembekuan darah. Pada heawan
vertebrata memiliki sistem peredaran darah tertutup, darah mengalir ke pembuluh yang
sinambung. Pada avertebrata, sistem peredaran darahnya masih belum sempurna sehingga
darah sering mengalir tidak melalui pembuluh darah atau terdapat pembuluh darah yang putus;
sistem ini dikenal sebagai sistem peredaran darah terbuka. (Darmadi Goenarso. 2005)

Sel darah merah ( red blood cell ) atau eritrosit ( erythrocyte) sejauh ini merupakan sel darah
yang paling banyak jumlahnya jauh melebihi yang lain. Setiap milliliter kubik darah
mengandung 5 sampai 6 juta sel darah merah, dan terdapat sekitar 25 triliun jenis sel ini
didalam keseluruhan 5 liter darah dalam tubuh. Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram
bikonkaf. Bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepinya, erittrosit mamalia tidak
mengandung nucleus( inti) semua sel darah merah merah tidak memiliki mitokondria dan
menghasilkan ATP secara eksklusif melalui metabolisme anaerobic. Fungsi utama eritrosit
adalah membawa oksigen, dan sangat tidak efisien metabolisme eritrosit bersifat aerobik dan
mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa. Ukuran eritrosit yang kecil ( berdiameter
sekitar 12 µm ) juga sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut oksigen harus segera
berdisfusi melalui membrane plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin
besar pula luas permukaan membrane plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf juga
menambah luas permukaanya. Terdapat 5 sel utama darah putih ( white blood cell) atau
leoklosit yaitu monosit,neotrofil, basofil, eoinofil, dan limfosit. Fungsinya secara kolektif
adalah untuk melawan dan memerangi infeksi dengan berbagai cara sebagai contoh monosit
dan neotrofil adalah pagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan serpihan sel-sel mati dari
tubuh kita sendiri. Limposit akan terspesialisasi menjadi sel B dan sel T yang menghasilkan
respon kekebalan melawan zat-zat asing. Sel darah putih menghabiskan sebagian besar
waktunya diluar sistem sirkulasi berpatroli dalam cairan interstisial dan sisitem limpatik.
Dimana sebagian besar pertempuran melalui pathogen dilakukan. Secara normal satu milliliter
kubik darah manusia mempunyai sekitar 5000 samapi 10000 leokolsit. Jumlah ini akan
meningkat sementara waktu ketika tubuh sedang perang melawan suatu infeksi. Keping darah
(patelet) atau trombosit adalah fragmen-fragmen sel dalam diameter 2 sampai 3 µm. Keping
darah tidak mempunyai nucleus dan bermula sebagai fragmen sitoplamatik yang memisah dari
sel besar dari sunsum tulang. Keping darah kemudian memasuki darah yang berfungsi proses
penting dalam penggumpalan

(Campbell, 2004)
METODOLOGI

1. Pengamatan Struktur Sel Darah


Darah Manusia :
Diambil 2 gelas objek dan masing-masing gelas objek tersebut ditetesi dengan 1-2 tetes
darah. Pada gelas objek pertama diberi 2-3 tetes bromo timol biru dan pada gelas objek
kedua diberi 2-3 tetes larutan Turk. Kemudian ditambhakan 1 tetes larutan NaCl 0,9%.
Lalu gelas objek tersebut ditutup dengan kaca penutup dan diamati dengan mikroskop.

Darah Katak :
Diambil 2 gelas objek dan masing-masing gelas objek tersebut ditetesi dengan 1-2 tetes
darah. Pada gelas objek pertama diberi 2-3 tetes bromo timol biru dan pada gelas objek
kedua diberi 2-3 tetes larutan Turk. Kemudian ditambhakan 1 tetes larutan NaCl 0,7%.
Lalu gelas objek tersebut ditutup dengan kaca penutup dan diamati dengan mikroskop.

2. Konsentrasi Sel-sel darah


Pada percobaan konsentrasi sel darah ini, ditetesi 2 tetes sel darah yang kita miliki dan
ditambahkan dengan larutan NaCl 0,9%. Lalu diamati dengan mikroskop. Percobaan
diulangi seperti yang dilakukan diatas, hanya saja larutan NaCl diganti konsentrasinya
secara berturut-turut sebagai berikut : 0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%.

3. Kristal Hemin
Darah Manusia :
Pada gelas objek, ditetesi 2-3 tetes darah. Kemudian darah diratakan dengan ujung gelas
objek(dibuat preparat gosok). Lalu dipanasi sebentar diatas nyala api kecil. Diteteskan
larutan yang mengandung KCl 0,1 gram dan asam asetat glacial 100 ml. Lalu ditutupi
dengan kaca penutup dan dipanaskan kembali diatas nyala api yang kecil sampai larutan
tersebut mendidih. Kemudian ditambahkan lagi beberapa tetes larutan diatas pada preparat
tersebut dan diamati dibawah mikroskop.

Darah Katak :
Pada darah katak, perlakuannya sama seperti yang dilakukan pada darah manusia. Pada
gelas objek, ditetesi 2-3 tetes darah. Kemudian darah diratakan dengan ujung gelas
objek(dibuat preparat gosok). Lalu dipanasi sebentar diatas nyala api kecil. Diteteskan
larutan yang mengandung KCl 0,1 gram dan asam asetat glacial 100 ml. Lalu ditutupi
dengan kaca penutup dan dipanaskan kembali diatas nyala api yang kecil sampai larutan
tersebut mendidih. Kemudian ditambahkan lagi beberapa tetes larutan diatas pada preparat
tersebut dan diamati dibawah mikroskop.

4. Fibrin
Pada gelas objek, diteteskan 3-4 tetes darah manusia. Darah tersebut dibiarkan sampai
membeku. Ditambahkan beberapa tetes zat warna metal violet dan ditutup dengan kaca
penutup. Lalu diamati dibawah mikroskop.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengamatan Struktur Sel Darah

Gambar darah katak+ BTB


Gambar darah manusia+ BTB

Pada pengamatan sel darah merah (eritrosit) d i g u n a k a n l a r u t a n b r o m o


timol biru untuk mempermudah pengamatan karena bromo timol biru
bereaksi positif dengan eritrosit. S e t e l a h diamati dengan bantuan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x, terlihat eritrosit katak berbentuk oval dan memiliki
inti. Berbeda dengan eritrosit manusia yang bentuknya bikonkaf dan tidak
berinti. Sel darah merah manusia yang terlihat pada preparat berupa sel yang berukuran
kecil dan tak berinti. Hal ini sesuai dengan teori pada Junqueira (2007), dimana eritrosit
pada manusia merupakan cakram bikonkaf yang tidak memiliki inti, dipenuhi oleh protein
hemoglobin pembawa O2, pada awal pembentukannya, eritrosit manusia memiliki inti, tapi
inti tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan saat eritrosit menjadi dewasa
untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. Bentuk bikonkaf pada eritrosit
manusia bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan untuk difusi gas (Miller,
2001). Ukuran eritrosit katak tiga kali lebih besar dari pada eritrosit manusia. Miller (2001)
mengatakan bahwa eritrosit pada hewan vertebrata berbeda dalam hal bentuk, ukuran dan
jumlahnya. . Eritrosit katak mempunyai inti sel dikarenakan kebutuhan oksigen yang
dibutuhkan oleh katak dapat diikat tidak hanya melalui pengikatan oleh sel darah merah
namun oksigen dapat berdifusi melalui kulit katak tersebut. Dengan alasan itu, katak tidak
memerlukan adaptasi yang rumit lagi untuk mendapatkan oksigen yang optimal. Juga
karena dengan adanya inti dan organel lainnya, eritrosit dewasa mengandung DNA dan
dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit bisa membelah atau memperbaiki
diri mereka sendiri (Junqueira, 2007). Kebanyakan vertebratamemiliki eritro sit
yang berinti, tetapi eritrosit m a m a l i a tidak berinti. Selain itu,
u m u m n y a , vertebrata rendah cenderung memiliki sel darah merah lebih sed ikit
tetapi lebih besar dari invertebrata yang lebih tinggi.

Gambar sel darah putih manusia + turk Gambar sel darah putih katak+ BTB
Pada larutan turk, leukosit tidak memiliki hemogloblin sehingga tidak berwarna (yaitu
“putih”) kecuali jika secara spesifik diwarnai agar dapat dilihat di bawah mikroskop
(Sherwood, 2013). Larutan turk memberikan warna pada sel darah putih sehingga dapat
diamati bahwa di dalam darah terdapat sel darah putih tersebut. Sel darah putih ygang
terwarnai masih bersifat umum, artinya tidak dapat dibedakan jenis-jenis leukositnya
tersebut. Leukosit pada manusia dan katak masing-masing memiliki inti dan bentuknya
lebih besar daripada sel darah merah dengan bentuk tidak beraturan. Sel-sel yang diamati
kurang jelas karena sel darah yang sudah menggumpal akibat tidak langsungnya sel darah
diamati dibawah mikroskop. Apabila teramati dengan baik maka akan ditemukan sel darah
yang berlobus yang biasa ditemukan saat pengamatan sel darah putih, sel darah tersebut
diantaranya adalah Eosinofil dan Basofil. Eosinofil adalah leukosit yang termasuk
kedalam leukosit bergranula yang jumlah intinya 2 buah dan berfungsinya untuk
membunuh bibit penyakit (Junqueira, 2007). Basofil adalah leukosit bergranula Intinya
terbagi dalam lobuli yang tak teratur dan sering terhalangi oleh granul-granul spesifik di
atasnya, fungsinya untuk meningkatkan reaksi peradangan, anti alergi, dan perpindahan
leukosit lain (Junqueira, 2007).

2. Konsentrasi Sel-Sel Darah


Pada praktikum ini membahas tentang keadaan sel darah pada konsentrasi garam.
Konsentrasi garam yang digunakan adalah konsentrasi 0,4 %, 0,6%, 0,8%, dan 1%.
Adapun sel darah yag digunakan adalah sel darah merah manusia. Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk memperhatikan ada tidaknya kejadian krenasi atau hemolisis pada sel
darah merah manusia, serta konsentrasi manakah yang merupakan kondisi isotonis pada
sel darah manusia.

Hemolisis adalah peristiwa pecahnya atau membesarnya sel darah merah akibat cairan di
lingkungan hipotonik masuk ke dalam sel darah, sehingga Hb bebas ke dalam medium
sekelilingnya. Sedangkan krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal
di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik karena kehilangan
air akibat osmosis sehingga akan terlihat sel menjadi lebih kecil. Namun perlu diketahui,
bahwa membran eritrosit memiliki tolenrasi osmotik, artinya sampai batas konsentrasi
medium tertentu sel tidak akan mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi
larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolisis, hal menunjukkan bahwa
toleransi osmotis membran eritrosit berbeda-beda. NaCl Fisiologis merupakan larutan
yang isotonis terhadap plasma darah.
Gambar sel darah manusia + NaCl 0,4%

Gambar sel darah manusia + NaCl 0,6%

Gambar sel darah manusia + NaCl 1%

Pada manusia konsentrasi NaCl yang isotonis adalah pada konsentrasi 0,8%. Seperti yang
terlihat pada saat pengamatan, sel darah merah tidak mengalami krenasi ataupun hemolisis.
Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi lingkungan sama dengan konsentrasi pada sel
eritrosit. Secara klinis, isotonis memiliki arti yang penting karena dapat diinfuskan ke
dalam darah tanpa mengganggu keseimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan
intrasel.

Pada konsentrasi NaCl yang lebih rendah yaitu pada konsentrasi 0,6% dan 0,4% , sel
eritrosit yang teramati mengalami peristiwa krenasi, dimana sel darah merah menjadi lebih
kecil dibandingkan dengan kondisi pada konsentrasi NaCl 0,8%. Hal ini dikarenakan
larutan lebih hipotonik dibandingkan konsentrasi darah tersebut, sehingga pada kondisi
tersebut air memasuki sel secara osmosis dan menyebabkan pembengkakan pada sel
eritrosit. Sedangkan pada NaCl dengan kosentrasi 1%, sel mengalami peristiwa krenasi.
Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan lebih hipertonik dibandingkan di dalam sel,
menyebabkan air keluar dari sel secara osmotik dan mengakibatkan sel mengkerut dan
menjadi lebih kecil sebelumnya.

3. Kristal Hemin

Gambar hasil uji kristal hemin pada darah manusia

Uji hemin , penggunaan larutan KCl bertujuan untuk membuat sel darah merah mengecil
atau mengkerut hingga sel darah merah lisis dan sitoplasma keluar. Lisisnya sel darah
merah diakibatkan oleh transduksi sinyal yang melibatkan ion K+. Penggunaan larutan
asam asetat glacial mengakibatkan terjadinya denaturasi protein pada sitoplasma yang
telah keluar dan membentuk Kristal hemin berwarna coklat( R u s t y a d i , 2 0 0 9 ) .
Penambahan asam asetat bertujuan untuk memisahkan hemin dan globin. Penggunaan KI
atau lugol bertujuan utntuk memberi warna pada hemin. Setelah penambahan laturan KCl,
asam asetat, dan KI, preparat dipanaskan diatas api spirtus, hal ini bertujuan untuk
mendenaturasi globin sehingga pada preparat harus ada yang dikobarbankan. Biasaya
Kristal hemin berbentuk belah ketupat atau batang yang berwarna cokelat.. Pada preparat
yang telah dibuat terlihat Kristal hemin yang terbentuk berwarna cokelat. Kristal hemin
adalah zat penyusun hemoglobin yang mengandung besi dan bukan protein (kelompok
heme). “ Sebuah molekul hemoglobin memiliki dua bagian: (1) globin, yang terdiri dari 4
polipeptida yang masing-masing berikatan berpasangan dan (2) empat bagian yang
mengandung besi merupakan kelompok-kelompok non protein yang dikenal sebagai
kelompok heme yang masing-masing terikat pada satu molekul polipeptida” (Sherwood,
2013). Berdasarkan literatur, kristal hemin adalah zat penyusun hemoglobin yang
mengandung zat besi dan bukan protein (kelompok heme). Kristal hemin berwarna cokelat.
Fungsi dari kristal Hemin adalah sebagai pengikat atom O2 karena atom O2 sukar larut
dalam plasma darah maka O2 berikatan dengan hemoglobin. Pada molekul hemoglobin
terdapat empat polipeptida yang masing-masing mengikat satu kristal hemin, sehingga
dapat diketahui atu molekul hemoglobin dapat berikatan dengan 4 atom oksigen.

4. Fibrin
Pada praktikum ini kami menggunakan darah segar manusia yang ditetesi di atas objek
glass sebanyak 3-4 tetes, kemudian didiamkan hingga darah membeku. Hal ini bertujuan
agar fibrin dapat diamati di bawah mikroskop, karena fibrin merupakan protein non-
globular yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Kemudian ditetesi dengan zat warna
metil violet yang bertujuan untuk mempermudah pengamatan, ditutup dengan cover glass.
Lalu diolesi dengan minyak emersi untuk memperjelas hal yang ingin diamati. Pada uji
fibrin, terdapat benang-benang yang merupakan proses pembentukan bekuan darah dengan
perubahan menjadi fibrinogen, suatu protein plasma yang dapat larut dan berukuran besar
yang dihasilkan oleh hati dan secara normal selalu ada di dalam plasma, menjadi fibrin,
suatu molekul tak larut berbentuk benang (Sherwood, 2013).

Peristiwa utama yang terjadi pada pembekuan darah adalah perubahan protein plasma yang
larut fibrinogen menjadi protein plasma yang tidak larut, fibrin (Shier,2010) Fibrin
merupakan agregat trombosit pada tempat-tempat cedera vaskular dan merubah sumbat
trombosit primer yang tidak stabil menjadi sumbat hemostatik akhir yang padat dan stabil.
Terdapat 2 jalur pembentukan fibrin, yaitu jalur intrinsic dan ekstrinsik (Murray et al.
2003). Akhir dari kedua jalur ini akan terkontroversi pada jalur umum pengaktifan trombin
menjadi trombin dan pengaktifan fibrinogen menjadi fibrionogen yang akan dikatalisis
trombin.
KESIMPULAN

1. Eritrosit katak berbentuk oval dan mempunyai inti. Eritrosit manusia yang
bentuknya bikonkaf dan tidak berinti. Leukosit pada manusia dan katak masing-masing
memiliki inti dan bentuknya lebih besar dari pada sel darah merah dengan bentuk tidak
beraturan.
2. Sel darah apabila diberi NaCl 0,4% akan mengalami deplasmolis Sel darah apabila
diberi NaCl 1% akan mengalami plasmolisis. Pada konsentrasi NaCl 0,9% dan
0,7% sel darah merah mengalami isotonis artinya tidak terjadi perbedaan
gradien konsentrasi zat terlarut di dalam maupun di luar sel.
3. Hemin merupakan penyusun hemoglobin (pigmen warna merah) pada sel darah
merah. Fibrin adalah pro tein plasma yang berperan dalam proses pembekuan
darah.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Darmadi, dkk. 2005. Fisiologi Hewan. Jakart: UT

Miller, Stephen A. 2001. Zoology, Fifth Edition. NewYork: McGraw-Hill Companies


https://www.scribd.com/doc/97483259/Jurnal-Fishew-Darah. Diakses pada 22 Oktober
2016

Rusdi dkk. 2016. Praktikum Fisiologi Hewan. Jakarta: FMIPA UNJ

Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia, dari Sel Ke Sistem. Terjemahan Brahm U.
Pendit. EGC. Jakarta

Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana. Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai