Anda di halaman 1dari 16

ARUS SEARAH

1.1 Tujuan Praktikum


1. Memahami sifat arus listrik searah dalam rangkaian
2. Memahami perilaku komponen listrik dalam rangkaian
3. Mampu menggunakan alat ukur listrik dan mengubah batas ukurnya

1.2 Alat-alat yang digunakan


1. Sumber potensial (DC Power Suply)
2. Kabel-kabel penghubung
3. Baterai
4. Multimeter
5. Amperemeter
6. Voltmeter
7. Berbagai hambatan
8. Bangku hambatan

1.3 Dasar Teori


Elektronika menjadibagian favorit dalam fisika terutama pada bagian instrumentasi yang
akhir-akhir ini menjadi mengalami perkembangan pesat. Hampir semua peralatan modern
tertumpu pada prinsip elektronika dari pencukur rambut elektronik hingga pesawat ulang alik.
Namun perlu diakui bahwa untuk melakukan pengembangan teknologi yang berguna bagi umat
manusia tidaklah mudah melainkan harus melewati berbagai percobaan dasar yang menjadi
modal awal bagi seorang pereka cipta untuk memulai percobaannya. Dibangku kuliah mulai
diperdalam tentang proses kerja, langka pembuatan rangkaian, hingga pada proses pembuatan
instrumentasi yang banyak digunakan di berbagai bidang seperti kedokteran dan industry. Oleh
karena itu sangatlah penting bagi mahasiswa jurusan fisika agar mampu mengetahui dan
memahami teknologi elektronika, sehingga penguasaan elektronika dasar tentang berbagai
komponen dan alat ukur listrik amat diperlukan sebagai dasar untuk pembelajaran lebih lanjut.
Arus dapat didefinisikan sebagai total muatan yang mengairi suatu kawat penghantar dalam
satu waktu tertentu. Selanjutnya, dikenal juga besaran rapat arus listrik yang merupakan besaran
vector menyatakan arus listrik persatuan luas. Arus listrik merupakan besaran scalar, sebab arus
listrik merupakan hasil dari proyeksi besaran rapat arus terhadap vector luas penampang.

1.3.1 Arus dan Potensial Listrik


Muatan listrik yang dalam ini adalah electron, mengalir dalam rangkaian karena adanya beda
potensial diantara dua titik dalam rangkaian yang bersangkutan. Aliran listrik dalam rangkaian
tersebut disebut sebagai arus listrik. Aliran muatan pada suatu kawat, dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 7.1
Besarnya arus listrik, (I) didefinisikan sebagai jumlah muatan yang melewati suatu penampang
kawat persatuan waktu, dengan satuan amepere (A). perumusan arus listrik pada suatu tempat
adalah :
∆𝑞
𝐼= [𝐴]
∆𝑡
Karena satuan banyaknya muatan listrik [q] adalah coulomb [C], maka :
𝐶
1𝐴 = 1 Dengan sifat arus yang demikian, maka pengukran arus dilakukan dengan
𝑑𝑒𝑡
menempatkan amperemeter pada titik dalam jalur rangkaian tersebut, secara deret (seri). Beda
potensial dinyatakan dalam satuan Volt [V], dan besarnya arus sebanding dengan beda potensial ;
maka berlaku : 𝑉 = 𝑖. 𝑅
Dengan R adalah nilai hambatan, dan dianggap sebagai suatu komponen listrik yang disebut
sebagai resistor.
Pengukuran nilai potensial suatu titik senantiasa dilakukan dengan membandingkan terhadap nilai
potensial suatu titik tertentu titik oleh karena itu dinyatakan sebagai beda potensial antara kedua
titik dalam rangkaian. sering dilakukan titik tertentu yang dipakai sebagai acuan adalah bumi yaitu
menghubungkan titik tersebut dengan tanah atau ground titik yang dihubungkan dengan tanah
sering disebut dengan ground dan memiliki potensial sebesar 0 volt.
1.3.2 Rangkaian Seri dan Pararel
Resistor dalam rangkaian dapat digandengkan dalam bentuk seri ataupun paralel, analogi
dengan saluran air nilai hambatan suatu resistor bersifat menghambat arus. Oleh karena itu pada
susunan resistor secara berderet atau seri seperti ditunjukkan dalam gambar 7.2, maka nilai
hambatannya adalah Jumlah, sehingga arus akan mengecil.

Pada susunan resistor secara berjajar atau paralel, seperti ditunjukkan dalam gambar 5.3, maka
nilai hambatannya adalah lebih kecil dari yang terkecil, sehingga arus akan menjadi lebih besar .
1.3.3 Batas Alat Ukur Listrik
Alat ukur listrik, amperemeter maupun voltmeter, memiliki batas daerah pengukuran titik
batas daerah pengukuran Bukan semata dalam arti ketidakmampuan alat mengukur di luar daerah
yang tertera: akan tetapi juga bila alat ini digunakan di luar daerah batas pengukurannya akan
berakibat rusak atau terbakar.

Batas bawah daerah pengukuran merupakan nilai skala terkecil alat ukur, yaitu kemampuan nilai
terkecil yang dapat terukur dengan baik. sebagai contoh: misal amperemeter mempunyai nilai
skala terkecil 1 ampere maka bila alat ini dipergunakan untuk mengukur arus 1 ma kesalahan
pengukuran menjadi sangat besar. batas atas daerah pengukuran merupakan kemampuan tertinggi
alat ukur. apabila alat dipergunakan mengukur besaran yang lebih tinggi Maka alat akan rusak
atau terbakar

Dalam setiap alat ukur listrik terdapat hambatan dengan nilai tertentu titik nilai hambatan ini
disebut sebagai "hambatan dalam", (rD). Hambatan dalam inilah yang menentukan batas ukur alat
tersebut. hambatan dalam voltmeter dinyatakan sebagai hambatan yang terpasang paralel, dan
hambatan dalam amperemeter dinyatakan sebagai hambatan yang terpasang deret titik keadaan
ini ditunjukkan dalam gambar 7.4 berikut.

Batas pengukuran Kedua jenis alat ukur listrik tersebut dapat dilakukan dengan cara
menambahkan hambatan luar RL, yang ditempatkan berderet untuk voltmeter dan berjajar untuk
amperemeter. secara skematik penempatan RL ditunjukkan oleh gambar 7.5.

1.4 Tugas Pendahuluan


Kerjakan di rumah serahkan kepada asisten Anda sebelum praktikum dimulai.
1. Hambatan jenis kawat penghantar adalah Jelaskan arti hambat jenis dan makna
yang terkandung dalam persamaan tersebut
▪ Hambatan jenis adalah besar hambatan dari sebuah
kawat penghantar yang panjangnya 1 m dan
luas penampangnya 1 𝑚2 .
2. Apabila diberikan rangkaian listrik seperti gambar 7.6 berikut ini, Tunjukkan bahwa:

▪ Dalam hal ini besar tegangan pada masing-masing relatif terhadap Terminal negatif
sumber yaitu:

𝑅3
𝑉𝑎 = 𝑉
𝑅𝑋 + 𝑅3 𝑆
𝑅2
𝑉𝑏 = 𝑉
𝑅2 + 𝑅1 𝑆

Beda potensial antara terminal A dan B akan bernilai nol yakni ketika keduanya
bernilai sama.

𝑉𝑎 − 𝑉𝑏 = 0
𝑉𝑎 = 𝑉𝑏
𝑅3 𝑅2
𝑉𝑆 = 𝑉
𝑅𝑋 + 𝑅3 𝑅2 + 𝑅1 𝑆

Dengan sedikit manipulasi persamaan matematika di atas kita dapatkan

𝑅3 𝑅2
=
𝑅𝑋 + 𝑅3 𝑅2 + 𝑅1

𝑅2 𝑅3 + 𝑅1 𝑅3 = 𝑅𝑋 𝑅2 + 𝑅2 𝑅3

𝑅1 𝑅3 = 𝑅𝑋 𝑅2

𝑅1 𝑅3
𝑅𝑋 =
𝑅2
3. Buktikan perumusan untuk memperbesar batas ukur alat yang dibahas pada butir 7.3 dalam
persamaan a dan b tersebut.
▪ Untuk menaikkan batas ukur baik untuk amperemeter maupun voltmeter perlu
ditambahkan komponen resistor (hambatan, atau tahanan) pada rangkaian.

Pada amperemeter.
• Ditambahkan suatu resistor dengan cara dipasang paralel dengan galvanometer
• Resistor atau hambatan tambahan dinamakan hambatan cabang atau hambatan shunt
(Rsh)
• Cara menggunakan amperemeter yang sudah dinaikkan batas ukurnya tadi adalah
dengan cara dipasang secara seri pada komponen yang akan diukur kuat arus
listriknya.

Pada voltmeter
• Ditambahkan suatu resistor dengan cara pasang seri dengan galvanometer.
• Resistor atau hambatan yang ditambahkan tadi dinamakan hambatan muka atau
hambatan depan
• Cara menggunakan voltmeter yang sudah dinaikkan batas ukurnya tadi adalah
dengan cara dipasang secara paralel pada komponen yang akan diukur tegangan
listriknya.

4. Apa yang harus dilakukan bila dari suatu sumber potensial 12 volt ingin ditarik arus 200 Ma
saja dengan potensial tetap 12 volt? Gambarkan skema rangkaiannya:
▪ Untuk menarik arus 200 Ma dari sumber potensial 12 volt dengan potensial tetap 12
volt, kita dapat menggunakan resistor. resistor akan mengurangi tegangan dan
membatasi arus yang mengalir pada sirkuit.

___
| |
12V _____ | |
| |___| |___ GND
| R |
|_______|

Di sini, R adalah resistor yang akan digunakan untuk membatasi arus Yang mengalir
pada sirkuit. kita dapat menggunakan Hukum Ohm untuk menghitung nilai resistansi
yang diperlukan. dengan R = v/i maka r = 12v/0,2 a = 60 Ohm.

Jadi, kita dapat menggunakan resistor 60 Ohm pada rangkaian di atas untuk menarik
arus 200 Ma dari sumber potensial 12 volt dengan potensial tetap 12 volt.

5. Gambarkan skema rangkaian dan cantumkan pula nilai-nilai komponen yang dipakai untuk
mengambil arus 100 Ma dengan potensial 8 volt dari suatu baterai 12 volt.

V
▪ Untuk menarik arus 100 Ma dari sumber potensial 12 volt dengan potensial tetap 8
volt, kita dapat menggunakan resistor. resistor akan mengurangi tegangan dan
membatasi arus yang mengalir pada sirkuit.

Di sini R adalah resistor yang akan digunakan untuk membatasi arus yang mengalir
pada sirkuit. kita dapat menggunakan Hukum Ohm untuk menghitung nilai resistansi
yang diperlukan titik dengan R = v/i maka r = 8v/0,1 a = 80 Ohm.

Jadi, kita dapat menggunakan resistor 80 Ohm pada rangkaian di atas untuk menarik
arus 100 Ma dari sumber potensial 12 volt dengan potensial tetap 8 volt.

1.5 Diagram Alur Proses Praktikum

Mulai

Penyiapan alat

Merangkai resistor sesuai dengan percobaan

Mengukur arus dan tegangan pada titik tertentu

Mencatat hasil pengukuran

Mengubah tegangan sumber dan mengukur


kembali arus dan tegangan pada titik tertentu

Menyusun rangkaian berbeda sesuai dengan


percobaan dengan penambahan bangku
hambatan pada rangkaian

Mengukur arus dan tegangan pada titik


tertentu rangkaian

Mengerjakan kuis dari asisten


praktikum

Selesai
1.6 Data Hasil Percobaan Proses Praktikum
1. Buat rangkaian seperti gambar 7.7 berikut ini, dengan R : Resitor, V : Voltmeter, E : Sumber
potensial / Batere, A : Amperemeter dan S : Saklar. Ukurlah tegangan V dengan multimeter
pada titik – titik X , Y , dan Z terhadap titik G, setelah saklar S dihubungkan. Lakukan
percobaan anda beberapa kali agar memberikan keyakinan nilai eksperimental

Tabel 7.1. Pengukuran Tegangan (Volt)


Percobaan E_G X_G Y_G Z_G E_X X_Z X_Y
1
2
3
4
5
Rata -
rata

2. Putuskan hubungan dengan melepas saklar S. Letakkan amperemeter pada titik – titik X ,
sambungkan saklar S dan ukurlah arus pada titik ini. Demikian pula lakukan cara yang sama
untuk mengukur arus yang melewati titik-titik Y , dan Z .

Tabel 7.2. Pengukuran Arus (Ampere)


Percobaan S_X X_Y X_Z Z_G G_E E_S S_X
1
2
3
4
5
Rata -
rata
3. Ulangi percobaan pada butir 1, dan 2 dengan mengganti nilai batere E yang anda miliki,
sebanyak 2 harga E.
Tabel 7.3. Pengukuran Tegangan (Volt)
E = 12 Volt
Percobaan E_G X_G Y_G Z_G E_X X_Z X_Y
1 12,90 V 9,47 V 9,50 V 9,50 V 3,50 V 9,37 V 9,37 V
2 12,93 V 9,47 V 9,49 V 9,49 V 3,49 V 9,40 V 9,39 V
3 12,91 V 9,50 V 9,50 V 9,50 V 3,50 V 9,38 V 9,40 V
4 12,89 V 9,49 V 9,48 V 9,49 V 3,49 V 9,39 V 9,38 V
5 12,87 V 9,47 V 9,50 V 9,50 V 3,50 V 9,37 V 9,37 V
Rata - 12,90 V 9,48 V 9,48 V 9,49 V 3,49 V 9,38 V 9,38 V
rata

Tabel 7.4. Pengukuran Arus (Ampere)


E =12 Volt
Percobaan S_X X_Y X_Z Z_G G_E E_S S_X
1 65 mA 54 mA 11,2 mA 11,5 mA 65 mA 65 mA 65 mA
2 65 mA 54 mA 11,2 mA 11,5 mA 65 mA 65 mA 65 mA
3 65 mA 54 mA 11,2 mA 11,5 mA 65 mA 65 mA 65 mA
4 65 mA 54 mA 11,2 mA 11,5 mA 65 mA 65 mA 65 mA
5 65 mA 54 mA 11,2 mA 11,5 mA 65 mA 65 mA 65 mA
Rata - 65 mA 54 mA 11,2 mA 11,5 mA 65 mA 65 mA 65 mA
rata

Tabel 7.5. Pengukuran Tegangan (Volt)


E = 8 Volt
Percobaan E_G X_G Y_G Z_G E_X X_Z X_Y
1 8,63 V 6,66 V 6,32 V 6,33 V 2,32 V 6,25 V 6,26 V
2 8,65 V 6,68 V 6,33 V 6,34 V 2,30 V 6,23 V 6,25 V
3 8,64 V 6,69 V 6,35 V 6,33 V 2,31 V 6,24 V 6,26 V
4 8,63 V 6,66 V 6,32 V 6,35 V 2,33 V 6,23 V 6,23 V
5 8,65 V 6,67 V 6,33 V 6,32 V 2,34 V 6,25 V 6,24 V
Rata - 8,63 V 6,67 V 6,32 V 6,34 V 2,33 V 6,24 V 6,25 V
rata

Tabel 7.6. Pengukuran Arus (Ampere)


E = 8 Volt
Percobaan S_X X_Y X_Z Z_G G_E E_S S_X
1 43,3 mA 36,2 mA 7,5 mA 7,6 mA 43,2 mA 43,5 mA 43,3 mA
2 43,3 mA 36,2 mA 7,5 mA 7,6 mA 43,2 mA 43,5 mA 43,3 mA
3 43,3 mA 36,2 mA 7,5 mA 7,6 mA 43,2 mA 43,5 mA 43,3 mA
4 43,3 mA 36,2 mA 7,5 mA 7,6 mA 43,2 mA 43,5 mA 43,3 mA
5 43,3 mA 36,2 mA 7,5 mA 7,6 mA 43,2 mA 43,5 mA 43,3 mA
Rata - 43,3 mA 36,2 mA 7,5 mA 7,6 mA 43,2 mA 43,5 mA 43,3 mA
rata
4. Buat rangkaian seperti pada gambar 7.8 berikut ini, dengan B adalah Bangku hambat , V adalah
voltmeter dan simbol – simbol huruf yang lain sama dengan rangkaian gambar 7.7.

Pasanglah bangku hambat pada suatu nilai anda kehendaki , kemudian sambungkan saklar
S dan bacalah nilai arus A , dan nilai potensial V.

Tabel 7.7. Pengukuran Tegangan (Volt) dan Arus Ampere


E = 12 Volt

Bangku
Perc R1 R2 R3 R4 Arus Tegangan (
hambatan
. (ohm) (ohm) (ohm) (ohm) (Ampere) volt)
(ohm)
1 10 ohm / 20 W 50 Ω 50 Ω 500 Ω 100 Ω 25 mA 12,9 V
2 10 ohm / 20 W 50 Ω 50 Ω 500 Ω 100 Ω 25 mA 12,9 V
3 10 ohm / 20 W 50 Ω 50 Ω 500 Ω 100 Ω 25 mA 12,9 V
4 10 ohm / 20 W 50 Ω 50 Ω 500 Ω 100 Ω 25 mA 12,9 V
5 10 ohm / 20 W 50 Ω 50 Ω 500 Ω 100 Ω 25 mA 12,9 V

5. Lakukan kembali percobaan 4 untuk harga amperemeter berbeda (arus yang keluar dari E)
dengan memilih nilai pada B. Lakukan untuk 3 harga B berbeda .
Tabel 7.8. Pengukuran Tegangan (Volt) dan Arus (Ampere)

Bangku hambat
Percobaan Arus (A) Tegangan (V)
(ohm)
1 10 ohm / 10 W 25 mA 12,9 V
2 10 ohm / 10 W 25 mA 12,9 V
3 10 ohm / 10 W 25 mA 12,9 V
4 10 ohm / 10 W 25 mA 12,9 V
5 10 ohm / 10 W 25 mA 12,9 V
Rata-rata 10 ohm / 10 W 25 mA 12,9 V

Bangku hambat
Percobaan Arus (A) Tegangan (V)
(ohm)
1 10 ohm / 5 W 25 mA 12,9 V
2 10 ohm / 5 W 25 mA 12,9 V
3 10 ohm / 5 W 25 mA 12,9 V
4 10 ohm / 5 W 25 mA 12,9 V
5 10 ohm / 5 W 25 mA 12,9 V
Rata-rata 10 ohm / 5 W 25 mA 12,9 V
6. Buat pula rangkaian seperti gambar 7.9a , dan lakukan pengukuran nilai potensial V dan A.
Untuk mendapatkan hasil pengamatan sebaik-baiknya , lakukan pada beberapa nilai berbeda
dengan mengubah nilai hambatan dari bangku hambat B.

Tabel 7.9.Pengukuran Tegangan (Volt) dan Arus (Ampere) gambar a


Resistor 50 Ω
Bangku hambat
Percobaan Arus (A) Tegangan (V)
(ohm)
1 10 ohm / 20 W 0,4 A 2900 mV
2 10 ohm / 10 W 0,2 A 148 mV
3 10 ohm / 5 W 212,5 mA 420 mV

7. Lakukan percobaan 6 dengan mengacu pada gambar 7.9b., dan upayakan pengamatan anda
untuk mendapatkan nilai V yang sama seperti percobaan 6. Pada nilai – nilai V (tegangan)
tersebut catatlah nilai A arusnya. Anda lakukan beberapa kali percobaan 6 , dan7 ini.

Tabel 7.10. Pengukuran Tegangan (Volt) dan Arus (Ampere) gambar b


Resistor 100 Ω
Bangku hambat
Percobaan Arus (A) Tegangan (V)
(ohm)
1 10 ohm / 20 W 0,4 A 2980 mV
2 10 ohm / 10 W 0,2 A 1540 mV
3 10 ohm / 5 W 212,5 mA 1100 mV

8. Buat rangkaian seperti pada gambar 7.10 dan amati beberapa nilai V dengan mengganti
nilai R dalam beberapa harga yang anda miliki, tanpa mengubah-ubah nilai hambatan pada
B.
Tabel 7.11. Pengukuran Tegangan (Volt)
Resistor 50 Ω
Percobaan Bangku hambatan (ohm) Tegangan (V)
1 10 ohm / 20 W 13,04 V
2 10 ohm / 20 W 13,04 V
3 10 ohm / 20 W 13,04 V
4 10 ohm / 20 W 13,04 V
5 10 ohm / 20 W 13,04 V
Rata-rata 10 ohm / 20 W 13,04 V

9. Buat rangkaian seperti pada gambar 5.11 dan amati beberapa nilai A dengan mengganti
nilai R dalam beberapa harga yang anda miliki, tanpa mengubah-ubah nilai hambatan pada
B.

Tabel 7.12. Pengukuran Arus (Ampere)


Resistor 100 Ω
Percobaan Bangku hambatan (ohm) Arus(A)
1 10 ohm / 20 W 0,06 mA
2 10 ohm / 20 W 0,06 mA
3 10 ohm / 20 W 0,06 mA
4 10 ohm / 20 W 0,06 mA
5 10 ohm / 20 W 0,06 mA
Rata-rata 10 ohm / 20 W 0,06 mA

Resistor 50 Ω
Percobaan Bangku hambatan (ohm) Arus(A)
1 10 ohm / 20 W 0,042 mA
2 10 ohm / 20 W 0,042 mA
3 10 ohm / 20 W 0,042 mA
4 10 ohm / 20 W 0,042 mA
5 10 ohm / 20 W 0,042 mA
Rata-rata 10 ohm / 20 W 0,042 mA
1.7 Pengolahan Data dan Laporan
A. Berikan analisis hubungan arus dan potensial listrik dari hasil percobaan pada butir 1 , sampai
dengan percobaan 5.

Konsep penting dalam dunia listrik terdiri dari arus listrik dan potensial listrik. Arus listrik
merupakan aliran elektron dalam sebuah konduktor, sedangkan potensial listrik adalah
kemampuan suatu benda untuk melakukan kerja listrik terhadap benda lain. Hubungan
keduanya dapat dinyatakan melalui hukum Ohm yang menyatakan bahwa terdapat
proporsionalitas antara arus listrik dan beda potensial listrik pada suatu konduktor, dengan
konstanta proporsionalitas yang disebut resistansi. Formula hukum Ohm dapat ditulis
sebagai berikut :

V=I*R
V adalah beda potensial listrik, I adalah arus listrik, dan R adalah resistansi. Jika resistansi
dan beda potensial diketahui, maka arus listrik yang mengalir dapat dihitung dengan
menggunakan rumus tersebut. Demikian juga, jika resistansi dan arus listrik diketahui, maka
beda potensial listrik dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sama.
Dalam suatu rangkaian listrik, arus dan potensial listrik saling terkait secara kontinu. Arus
listrik mengalir dari sumber, melewati berbagai komponen rangkaian, dan kembali ke
sumber. Potensial listrik atau tegangan listrik, di sisi lain, merupakan energi listrik yang
dipindahkan dari sumber ke berbagai komponen rangkaian.
Tergantung pada susunan rangkaian listriknya, hubungan antara arus dan potensial listrik
dapat bervariasi. Berikut beberapa contoh rangkaian listrik dan analisis tentang hubungan
antara arus dan potensial listrik di masing-masing rangkaian tersebut:
1. Rangkaian seri
Pada rangkaian seri, komponen-komponen rangkaian disusun secara berurutan. Arus listrik
yang mengalir pada setiap komponen harus sama besar, sedangkan potensial listrik terbagi
secara merata pada setiap komponen. Hal ini berarti, jika terdapat resistansi yang berbeda
pada masing-masing komponen, maka resistansi total pada rangkaian seri adalah jumlah dari
resistansi-resistansi tersebut. Dengan demikian, apabila salah satu komponen rusak atau
terputus, maka arus pada seluruh rangkaian akan terhenti.
2. Rangkaian paralel
Pada rangkaian paralel, komponen-komponen rangkaian disusun secara paralel atau sejajar.
Arus listrik terbagi secara merata pada setiap komponen, sedangkan potensial listrik yang
sama besar diberikan pada setiap komponen. Hal ini berarti, jika terdapat resistansi yang
berbeda pada masing-masing komponen, maka resistansi total pada rangkaian paralel dapat
dihitung menggunakan rumus: Rtotal = (R1 * R2) / (R1 + R2), dan seterusnya untuk lebih
dari dua resistansi yang dihubungkan secara paralel. Dengan demikian, apabila salah satu
komponen rusak atau terputus, maka arus masih dapat mengalir pada rangkaian yang tersisa.
3. Rangkaian campuran
Pada rangkaian campuran, komponen-komponen rangkaian disusun secara kombinasi antara
rangkaian seri dan paralel. Analisis hubungan antara arus dan potensial listrik pada rangkaian
campuran dapat lebih kompleks, dan tergantung pada susunan komponen-komponen
rangkaian.
Demikianlah, hubungan antara arus dan potensial listrik dalam suatu rangkaian listrik dapat
berbeda-beda tergantung pada susunan rangkaian tersebut. Namun, prinsip dasar yang harus
diingat adalah arus listrik dan potensial listrik selalu berhubungan secara terus-menerus
dalam rangkaian listrik.
Dalam rangkaian listrik, hambatan bangku adalah besaran yang mempengaruhi arus listrik
dan potensial listrik yang mengalir melaluinya. Dalam hal ini, terdapat hubungan matematis
antara hambatan bangku (R), arus listrik (I), dan potensial listrik (V) yang dijelaskan oleh
Hukum Ohm, yaitu:
V=IxR
Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial listrik yang dihasilkan oleh sebuah hambatan
bangku (V) berbanding lurus dengan arus listrik yang mengalir melaluinya (I), dan
berbanding terbalik dengan nilai hambatan bangku tersebut (R).
Artinya, semakin besar nilai hambatan bangku, maka semakin besar pula potensial listrik
yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik yang sama. Sebaliknya, semakin kecil nilai
hambatan bangku, maka semakin kecil pula potensial listrik yang diperlukan untuk
menghasilkan arus listrik yang sama.
Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus yang sama di atas, tetapi mengalikan
kedua sisi dengan R sehingga menjadi:
I = V/R
Rumus di atas menunjukkan bahwa arus listrik (I) berbanding lurus dengan potensial listrik
(V) dan berbanding terbalik dengan nilai hambatan bangku (R). Dengan kata lain, semakin
besar potensial listrik yang diberikan pada hambatan bangku, semakin besar pula arus listrik
yang mengalir melaluinya jika nilai hambatan bangku tetap.

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa hambatan bangku mempengaruhi arus listrik
dan potensial listrik dalam sebuah rangkaian listrik. Oleh karena itu, untuk merancang
rangkaian listrik yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan, perlu memperhatikan nilai
hambatan bangku yang digunakan agar arus dan potensial listrik dapat terjaga secara optimal.
B. Berikan analisa, dan perhitungan hambatan dalam voltmeter dan amperemeter yang anda
gunakan dari hasil percobaan 6 dan 7 yang anda lakukan .

Nilai hambatan dalam amperemeter memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai tegangan
dan arus yang terukur. Secara umum, hambatan dalam amperemeter berbanding lurus
dengan nilai tegangan dan berbanding terbalik dengan nilai arus yang terukur. Oleh karena
itu, semakin besar nilai hambatan dalam amperemeter, maka nilai tegangan yang terukur
juga semakin besar, namun nilai arus yang terukur semakin kecil. Penting untuk
memperhatikan nilai hambatan dalam amperemeter saat melakukan pengukuran, karena
kesalahan dalam nilai hambatan dapat menyebabkan kesalahan besar dalam hasil
pengukuran tegangan dan arus.

No I (A) V (volt) RA (Ω)


1 0,4 A 2900 mV 7,25 Ω
2 0,2 A 148 mV 0,74 Ω
3 212,5 mA 420 mV 1,97 Ω

Tegangan listrik dapat diukur menggunakan voltmeter, yang memiliki hambatan


dalamnya. Besar hambatan voltmeter berbanding lurus dengan tegangan yang diukur dan
berbanding terbalik dengan arus yang mengalir dalam rangkaian. Semakin besar hambatan
voltmeter, semakin besar pula tegangan yang terukur dan semakin kecil arus yang
mengalir dalam rangkaian.
Hambatan Dalam Voltmeter

𝑅𝐵 = 50𝛺
No V1 (V) V2 (V) 𝑅𝑉 (Ω)
1 2980 mV 2900 mV 1,37 Ω
2 1540 mV 148 mV 470 Ω
3 1100 mV 420 mV 80 Ω

Untuk mengubah batas ukur pada amperemeter dan voltmeter, perlu adanya hambatan
tambahan. Pada amperemeter, hambatan tambahan disusun paralel , sedangkan pada
voltmeter, hambatan tambahan disusun secara seri
C. Berikan analisa anda pada hasil percobaan 8 dan 9 yang dihubungkan dengan percobaan
sebelumnya.
Performansi suatu rangkaian elektronika dapat dipengaruhi oleh hambatan bangku atau
resistansi material yang digunakan. Semakin tinggi nilai resistansi material yang digunakan
dalam rangkaian, semakin besar hambatan yang diberikan pada rangkaian..
Berikut adalah beberapa analisis pengaruh hambatan bangku pada suatu rangkaian:
Pengaruh pada arus listrik
Hambatan bangku akan mengurangi aliran arus listrik dalam rangkaian. Semakin besar
nilai resistansi hambatan, maka semakin kecil pula aliran arus listrik yang dapat melalui
rangkaian. Hal ini dapat menyebabkan kinerja rangkaian menjadi kurang optimal atau
bahkan tidak berfungsi sama sekali.
Pengaruh pada potensial listrik
Nilai hambatan pada bangku dapat memengaruhi jumlah potensial listrik yang terdistribusi
pada setiap komponen rangkaian. Semakin besar nilai hambatan, maka semakin besar pula
potensial listrik yang akan terdistribusi pada hambatan tersebut. Akibatnya, potensial listrik
pada komponen lain dalam rangkaian juga akan menurun, sehingga dapat mengurangi
kinerja keseluruhan rangkaian.
Pengaruh pada daya yang diserap
Penggunaan hambatan bangku yang memiliki nilai yang tinggi akan menyebabkan
rangkaian menyerap daya yang besar. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan
pada rangkaian dan mempersingkat masa pakai rangkaian. Oleh karena itu, pemilihan
hambatan bangku yang sesuai dengan kebutuhan sangat penting untuk menjamin kinerja
rangkaian yang optimal dan mencegah kerusakan pada rangkaian.
Pengaruh pada stabilitas rangkaian
Hambatan bangku yang fluktuatif dapat menyebabkan instabilitas pada rangkaian. Hal ini
dapat mengganggu kinerja rangkaian dan bahkan menyebabkan kerusakan pada rangkaian.
Oleh karena itu, pemilihan material hambatan yang stabil dan berkualitas sangat penting
untuk menjaga stabilitas rangkaian. Secara keseluruhan, hambatan bangku memegang
peran penting dalam perancangan dan pembuatan rangkaian elektronika, sehingga
pemilihan hambatan bangku yang tepat harus dilakukan untuk memastikan kinerja
rangkaian yang baik.
1.8 Analisis Data

Hasil pengukuran arus dan potensial listrik dipengaruhi oleh hambatan yang digunakan dan
susunan rangkaian. Arus listrik dan potensial listrik saling berhubungan secara proporsional.
Pengukuran dengan multimeter harus dilakukan dengan benar agar data yang diperoleh akurat.
Arus listrik searah (DC) mengalir dari potensial yang lebih tinggi ke potensial yang lebih
rendah, dan susunan rangkaian listrik mempengaruhi pembagian arus pada setiap komponen.
Semakin besar hambatan atau resistor, semakin besar pula penurunan tegangan.
Bangku hambatan dapat digunakan untuk mengatur distribusi arus listrik dari sumber
tegangan ke rangkaian listrik. Nilai hambatan pada bangku dapat diatur untuk mengontrol
potensial dan arus listrik.
Kesalahan pengukuran dan analisis data dapat disebabkan oleh kondisi alat yang tidak
optimal, komponen rangkaian yang rusak, atau kesalahan praktikan dalam melakukan instruksi
praktikum.

1.9 Kesimpulan
1. Arus listrik searah biasanya memerlukan sumber tegangan yang tidak terlalu besar atau
berkisar di angka 12 volt.
2. Arus listrik searah bergerak dari potensial tinggi (+) ke potensial rendah (-).
3. Susunan rangkaian menntukan besar arus dan potensial pada masing masing komponen.
4. Amperemeter digunakan untuk mengukur arus listrik.
5. Voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan atau potensial listrik.
6. Multimeter dapat digunakan untuk mengukur arus dan tegangan dan juga hal-hal lain yang
berhubungan dengan listrik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Suparno Satira, Fisika Pembahasan Terpadu, Penerbit ITB, in press
2. William David Cooper ,and Abert D Helfrick, Electronic Instrumentation and
Measurement Techniques, Prentice – Hall Inc , New Yersey ,1987
3. C.S Rangan et coll , Instrumentation Devices and Systems, Mc Draw-Hill Publ, New
Delhi , 1992
4. F.W. Sears , M. W. Zemasky , and H. D. Young , University Physics , Addison – Wesley
Publ. Co. 1987

Anda mungkin juga menyukai