Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi

Oleh:
Nama : Mico Ardiyan Savendra
NIM : 211710201016
Kelas : Instrumentasi B
Acara : II (Pengukuran Tahanan Dalam Amperemeter dan
Asisten : Jembatan Wheatstone)
Asisten : Muhamad Farit Afiful Hayat

LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI DAN INSTRUMENTASI


PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini manusia sangat ketergantungan pada teknologi sehingga teknologi
merupakan sebuah hal yang berperan penting dalam kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini dapat memudahkan kegiatan
manusia dalam berbagai bidang (Damayanti et al., 2020). Adapun energi listrik
yang berfungsi untuk mentenagai teknologi tersebut. Dalam perkembangannya
semua peralatan yang mendukung kehidupan manusia membutuhkan energi listrik
sebagai tenaga utama.
Instrumentasi merupakan sebuah inovasi dibidang pertanian yang berkaitan
dengan integrasi sensor dan perkembangan teknologi di berbagai bidang yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi. Perkembangan teknologi telah
menciptakan inovasi baru yaitu alat dan mesin dengan sistem kontrol otomatis.
Tujuan dari diciptanya inovasi teknologi tersebut untuk mengubah kegiatan yang
bersifat manual beralih ke sistem kontrol otomatis yang saling terintegrasi
(Widyaningrum et al., 2022). Dengan adanya inovasi teknologi tersebut dapat
menciptakan sebuah alat ukur dan telah berkembang dari segi bentuk maupun
kegunaannya.
Pemahaman mengenai praktikum pengukuran tahanan dalam amperemeter
dan jembatan wheatstone sangat penting untuk diketahui, karena alat ukur
merupakan rangkaian elektronika yang terdapat komponen-komponen elektronika.
Oleh karena itu alat ukur memiliki tegangan (hambatan dalam=Rd). Dengan
demikian diperlukan sebuah jembatan wheatstone yang digunakan untuk mengukur
nilai suatu hambatan dan konduktivitas listrik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, dapat diketahui rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana prinsip kerja amperemeter?
2. Bagaimana mencari besarnya tahanan dalam amperemeter?
3. Bagaimana prinsip kerja rangkaian jembatan wheatstone?
4. Bagaimana karakteristik tahanan dan tegangan pada rangkaian jembatan
wheatstone?
1.3 Tujuan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, tujuan praktikum ini yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui prinsip kerja amperemeter.
2. Untuk mengetahu cara mencari besarnya tahanan dalam amperemeter.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja rangkaian jembatan wheatstone.
4. Untuk mengetahui karakteristik tahanan dan tegangan pada rangkaian jembatan
wheatstone.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amperemeter
Amperemeter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur nilai
arus listrik yang ada pada sebuah rangkaian listrik. Besarnya tahanan dalam suatu
Amperemeter sangat kecil dan idealnya mendekati nol. Tahanan dalam pada
Amperemeter dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang terbaca pada suatu
rangkaian. Tingkat ketelitian amperemeter adalah 0,5 A, jadi setiap 1 skala
menunjukkan 0,5 A (Devita, 2021). Terdapat dua jenis amperemeter yaitu
amperemeter analog dan digital. Amperemeter analog menggunakan jarum sebagai
penunjuk nilai hasil pengukuran, sedangkan pada amperemeter digital
menggunakan display lcd dalam menunjukkan hasil pengukuran.
Menurut Ratnasari & Senen (2017) Prinsip kerja amperemeter merupakan
dengan menggunakan arus yang mengalir melalui kumparan yang diselubungi oleh
medan magnet, kemudian terciptalah gaya Lorentz yang dapat menggerakkan jarum
penunjuk menjadi menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka
gaya yang timbul juga akan besar maka penyimpangan jarum penunjuk juga lebih
besar. Adapun kelebihan dan kekurangan dari amperemeter yaitu dapat mendeteksi
arus kecil yang melaluinya dan memiliki hambatan yang sangat kecil sehingga
hanya sedikit perubahan yang terjadi pada arus yang diukur. Sedangkan
kekurangannya adalah memiliki kemampuan mengukur kuat arus sampai batas
tertentu (Mufarid, 2018).
2.2 Rangkaian Jembatan Wheatstone
Rangkaian jembatan wheatstone merupakan salah satu konfigurasi
rangkaian resistor yang berfungsi untuk mengukur perubahan resistansi (hambatan)
yang sangat kecil, dan digunakan pada rangkaian sensor. Rangkaian terdiri dari
empat buah resistor (R1, R2, R3 dan R4) yang disusun secara paralel dan satu buah
sumber tegangan DC. Jembatan Wheatstone pada dasarnya terdiri dari dua
rangkaian pembagi tegangan, dengan masing-masing output disebut sebagai
tegangan A (VA) dan tegangan B (VB). Dalam keadaan setimbang, VA = VB
sehingga tidak ada arus yang melewati galvanometer (Pratiwi et al., 2021).
Berdasarkan fungsinya fungsinya jembatan wheatstone digunakan untuk
mengukur tahanan R pada suatu objek yang tidak diketahui nilainya. Pada
rangkaian jembatan Wheatstone mempunyai 2 terminal input dan 2 terminal output
yang terdiri atas 4 resistor yang dikonfigurasi dalam rangkaian. Adapun prinsip
kerja dari rangkaian jembatan wheatstone yaitu jika tidak ada arus listrik yang
mengalir melewati Galvanometer, artinya VBD=0. Hal ini mengakibatkan Vab=Vad
dan Vbc=Vdc serta i1=13 dan i2=ix sehinggga VBD=0 (Juwariyah & Djaya, 2016).
2.3 Hambatan Dalam
Hambatan dalam merupakan suatu besaran yang menghambat arus yang
mengalir dalam suatu penghantar listrik. Hambatan yang dimiliki oleh suatu bahan
penghantar dapat mempengaruhi kuat arus yang mengalir pada penghantar tersebut.
Besar kecilnya tahanan yang ada pada sebuah penghantar ditentukan oleh jenis
penghantar, panjang penghantar, penampang penghantar dan suhu penghantar.
Setiap alat pengukuran atau komponen alat instrumen memiliki tahanan dalam
(hambatan dalam = Rd) (Kasli et al., 2016).
Satuan hambatan adalah Ohm (Ω) merupakan satuan SI dari impedansi
listrik. Karakteristik output hambatan adalah jenis penghantar dan nilai resistansi.
Semakin panjang penghantar atau kawat semakin besar nilai resistansinya dan
sebaliknya. Semakin luas penampang penghantar atau kawat maka akan semakin
kecil nilai resistansinya. Perbedaan nilai hambatan kawat penghantar tersebut
dipengaruhi tensile stress. Tensile stress yang diperlakukan pada kawat
mengakibatkan kawat mengalami deformasi bentuk sehingga menimbulkan cacat
pada struktur kristal kawat yang akan menghambat aliran elektron-elektron bebas
(Haryanti et al., 2022).
2.4 Hukum Kirchoff I
Hukum kirchoff I merupakan suatu hukum kekelan muatan listrik yang
menyatakan bahwa jumlah muatan listrik yang mengalir tidak mengalami
perubahan. Sehingga pada suatu rangkaian, kuat arus listrik listrik yang menuju titik
cabang memiliki nilai yang sama dengan kuat arus listrik output. Bunyi hukum
kirchoff I yaitu jumlah kuat arus yang masuk pada setiap titik cabang sama dengan
jumlah kuat arus yang keluar dari titik tersebut. Hukum kirchoff 1 memiliki
persamaan ΣIMasuk (Jumlah arus masuk) = ΣIKeluar (Jumlah arus keluar) (Nurholipah,
2020).
Hukum kirchoff I digunakan untuk rangkaian yang multisimpal dan terdapat
titik-titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada kondisi konstan akumulasi
listrik berhenti pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan demikian jumlah muatan
listrik yang masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dengan
jumlah yang sama tanpa ada pengurangan dan penambahan (Telaumbanua, 2022).
Karena pada dasarnya jumlah nilai yang masuk dan yang keluar memiliki nilai yang
sama.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum instumentasi acara 2 mengenai pengukuran tahanan
dalam amperemeter dan jembatan wheatstone di laksanakan pada tanggal 22
Oktober 2022. Praktikum dimulai pada pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul
17.00 WIB. Kegiatan praktikum ini dilakukan di Laboratorium Energi, Otomatisasi
dan Instrumentasi Pertanian, Gedung G, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum acara 2 (Pengukuran tahanan dalam amperemeter dan
jembatan wheatstone) menggunakan alat dan bahan sebagai berikut.
3.2.1 Alat
1. Power supply DC
2. Avometer digital
3. Avometer analog
4. Multimeter digital
5. Project board
6. Tang potong
7. Saklar
3.2.2 Bahan
1. Resistor fixed (2K2Ω; 1KΩ; 100KΩ; 22KΩ)
2. Potensio (B10KΩ dan B500KΩ)
3. Jepit buaya
4. Jumper
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Diagram Alir Praktikum
1. Prosedur kerja pengukuran tegangan hambatan dalam amperemeter
Berikut merupakan prosedur kerja pengukuran tegangan hambatan dalam
amperemeter disajikan pada Gambar 3.1.
Mulai

Mempersiapkan alat dan


bahan

Membuat rangkaian sesuai modul pada


project board

Mengatur P1 hingga tahanan


maksimum dan P2 sampi tahanan
minimum, pada S1 dan S2 terbuka

Mengatur P1 hingga tahanan minimum,


pada S1 tertutup dan S2 terbuka

Mengatur P2 hingga tahanan


maksimum, pada S1 dan S2 tertutup

Mengulangi prosedur diatas pada


sumber tegangan 5, 7, dan 12 volt

Menggunakan R1 dengan nilai 100KΩ


2KΩ pada tegangan yang berbeda

Amati dan catat data hasil


pengukuran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir pengukuran tahanan dalam amperemeter


Diagram alir pada Gambar 3.1 menunjukkan langkah-langkah kegiatan
praktikum pengukuran tahanan dalam amperemeter. Dengan urutan sebagai
berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
2. Membuat rangkaian pengukuran tahanan dalam amperemeter pada project
board.
3. Mengatur P1 hingga mencapai nilai tahanan maksimum, dan P2 diatur hingga
mencapai tahanan minimum, Pada keadaan S1 dan S2 terbuka.
4. Mengatur P1 hingga mencapai nilai tahanan minimum, pada keadaan S1 tertutup
dan S2 terbuka.
5. Mengatur P2 hingga tahanan maksimum, pada keadaan S1 dan S2 tertutup,
dalam kondisi ini dapat dikatakan I1 = 0.5 x I dan nilai P2 diukur dengan Ohm
Meter.
6. Mengulangi prosedur diatas dengan menggunakan sumber tegangan 5, 7, 12
volt.
7. Menggunakan R1 dengan nilai 100 KΩ dan 2K2Ω pada masing-masing
tegangan.
8. Amati dan catat nilai hambatan pada P2 yang didapatkan.
2. Prosedur kerja pengukuran tegangan jembatan wheatstone
Berikut merupakan prosedur kerja pengukuran tegangan jembatan
wheatstone disajikan pada Gambar 3.2.

Mulai

Mempersiapkan alat dan


bahan

Membuat rangkaian jembatan


wheatstone sesuai modul
pada project board

Mengamati dan mencatat keluaran


tegangan pada VBD, VB, dan VB
menggunakan multimeter digital

Mengulangi prosedur diatas pada


sumber tegangan 5, 7, dan 12 volt

Amati dan catat data hasil


pengukuran

Selesai

Gambar 3.2 Diagram alir pengukuran tegangan pada jembatan wheatstone


Diagram alir pada Gambar 3.2 menunjukkan langkah-langkah kegiatan
praktikum pengukuran tegangan pada jembatan wheatstone. Dengan urutan sebagai
berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
2. Membuat rangkaian jembatan wheatstone dengan menggunakan project board.
3. Mengamati dan mencatat keluaran tegangan pada VBD, VD, dan VB dengan
menggunakan multimeter.
4. Mengulangi prosedur diatas dengan menggunakan tegangan 5, 7, 12 volt.
5. Amati dan catat hasil pengukuran.
3.3.2 Skema Rangkaian
Berikut merupakan skema rangkaian pengukuran tahanan dalam
amperemeter disajikan pada Gambar 3.3.

P1 R1

S2 P2

S1

Gambar 3.3 Skema rangkaian pengukuran tahanan dalam amperemeter

Berikut merupakan skema rangkaian jembatan wheatstone disajikan pada


Gambar 3.4.
Vs

R1 R2

D VBD B

R3 R4

Gambar 3.4 Skema rangkaian jembatan wheatstone


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Hambatan Dalam Amperemeter


Berikut merupakan Tabel 4.1 Data hasil pengukuran hambatan dalam
amperemeter dan Gambar 4.1 Grafik pengukuran hambatan dalam amperemeter
didapat data sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran hambatan dalam amperemeter
R1 Imax 0,5 E R2=Rd
P1 (kΩ)
(kΩ) (mA) Imax (volt) (kΩ)
0-500 100 0,05 0,03 5 0,01
0-500 100 0,07 0,04 7 0,014
0-500 100 0,12 0,06 12 0,018
0-500 2,2 0,45 0,23 5 0,01
0-500 2,2 0,53 0,27 7 0,014
0-500 2,2 1,05 0,53 12 0,018

0,02
0,018
0,016
Hambatan (ohm)

0,014
0,012
100
0,01
0,008 2,2
0,006
0,004
0,002
0
5 7 12
Tegangan (volt)

Gambar 4.1 Grafik pengukuran hambatan dalam amperemeter


Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 Dapat diketahui bahwa hasil
pengukuran pada tegangan 5, 7 dan 12 volt menunjukkan ketika nilai tegangan
semakin besar maka nilai hambatan juga mengalami kenaikan. Dengan demikian
dapat diketahui pada Gambar 4.1 Menunjukkan hubungan antara hambatan dan
tegangan adalah berbanding lurus dan linear. Hal ini karena untuk mencari
tegangan, nilai hambatan resistor yang diberikan juga berpengaruh, dimana
semakin besar nilai hambatannya maka tegangan yang dihasilkan semakin besar
(Jauharah, 2013).
Nilai resistor dengan hambatan dalam adalah selaras dengan hukum kirchoff
1. Yaitu setiap tegangan yang masuk dalam suatu rangkaian dengan resistor yang
berbeda menghasilkan nilai hambatan dalam yang sama. Seperti pada Tabel 4.1
menunjukkan pada resistor 100KΩ dengan tegangan 5 volt memiliki nilai hambatan
dalam sebesar 0,01KΩ. Sedangkan pada resistor 2K2Ω dengan tegangan 5 volt
memiliki nilai hambatan dalam sebesar 0,01KΩ. Dengan demikian jumlah muatan
listrik yang masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dengan
jumlah yang sama tanpa ada pengurangan dan penambahan (Telaumbanua, 2022).
Karena pada dasarnya jumlah nilai yang masuk dan yang keluar memiliki nilai yang
sama.
4.1.1 Problema 1
I i1 = 0.5 I
A

P1 R1

i2 = 0.5 I

S2 P2

S1

Gambar 4.2 Problema 1


Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Keadaan S1 tertutup dan S2 terbuka.
Arus I mengalir pada P1, R1, dan i1
2. Keadaan S1 dan S2 tertutup.
Arus I mengalir pada P1 dan R1, kemudian masuk percabangan menjadi i1
(mengalir pada Amperemeter) dan i2 (mengalir pada P2). Berdasarkan HK.
Khirchoff maka I = i1 + i2
P2 diset sedemikian rupa sehingga pada amperemeter arus i1 mengalir sebesar
0,5 I.
Maka persamaan menjadi I = 0,5 + i2, sehingga i2 = I – 0,5 = 0,5
Dengan demikian i1 = i2
Berdasarkan V = I / R dan tegangan yang mengalir pada suatu cabang
rangkaian paralel sama dengan cabang yang lain V1 = V2 = VC, maka :
Pada amperemeter Rd = V /0,5 I
Pada P2(RP2) = V / 0,5 I
Sehingga terbukti Rd = P2
4.1.2 Problema 2
E E

R1 R1

I’
A
Rd
I

Gambar 1 Gambar 2
Gambar 4.3 Problema 2

1. Gambar 1 menunjukkan arus I mengalir pada R1


Besar I =E / R1
2. Gambar 2 menunjukkan arus I’ mengalir pada R1 dan Rd
Besar I’ = E / (R1 +Rd)
Pada Gambar 1 dan 2 jika pengukuran kuat arus benar-benar ingin didapatkan
nilai kuat arus yang sesungguhnya melewati R1 maka I’ harus sama dengan I,
sehingga untuk mendapatkan hal tersebut:
E / R1 = E / (R1+Rd) karena nilai E sama, maka:
R1 = R1 + Rd Jika Rd dibuat  0
R1 = R1
Sehingga didapatkan nilai Rd  0 atau diusahakan mendekati 0
(karena jika Rd = R1 maka arus tidak mengalir). Jadi pada pengukuran kuat arus
diharapkan menggunakan amperemeter yang mempunyai tahanan dalam yang
kecil.
4.1.3 Problema 3

E E

I I’

R1 R1

i2
R2 R2 V
V i1
Rd

Gambar 1 Gambar 2
Gambar 4.4 Problema 3

1. Gambar 1 menunjukkan arus I mengalir pada ........ dan .........

Besar I = E / (R1+R2) sehingga besar tegangan;

E pada R1 = I * (R1+R2) dan

E pada R2 = I * (R1+R2)

2. Gambar 2 menunjukkan arus I’ mengalir pada R1 dan Rd

Besar kuat arus rangkaian 2 (I’);

I’ = E / (R1 +RC) RC = Tahanan total percabangan

I’ = E / (R1+(( R2 * Rd )/( R2 + Rd ))

Pada percabangan ; 11 + 12 = I’

Pada Gambar 1 dan 2 jika pengukuran tegangan benar-benar ingin


didapatkan nilai tegangan yang sesungguhnya melewati R2 maka I harus sama
dengan I’, sehingga tegangan pada R2 (ER2) gambar 1 sama dengan tegangan pada
R2 (ER2) gambar 2 untuk mendapatkan hal tersebut:

1. I = E / (R1+R2)
2. I’ = E / (R1+((R2*Rd)/(R2+Rd))) Untuk mendapat I = I’
maka;

E / (R1+R2) = E / (R1+((R2*Rd)/(R2+Rd))) Karena E dan R1 sama


maka;

R2 = (R2*Rd)/(R2+Rd)

R2 = R2 / (1+(R2/Rd)) Jika Rd  ~, maka;

R2 = R2 / (1+(R2/Rd))/~))

R2 = R2 / (1+(R2/~))

R2 = R2/1

Dengan demikian arus yang mengalir pada R2 Gambar 2 akan sama dengan
arus yang mengalir pada gambar 1, sehingga nilai tegangan pada R2 Gambar 2 akan
sama dengan E = 1x(R1(Rd+R2)+(R2xRd))/(R2+Rd) untuk itu diperlukan
pengukur tegangan dengan tahanan dalam yang besar.
Sehingga didapatkan nilai Rd  ~ atau diusahakan menjadi tak terhingga
Jadi pada pengukuran tegangan diharapkan menggunakan Voltmeter yang
mempunyai tahanan dalam yang besar.
4.2 Pengukuran Tegangan Pada Jembatan Wheatstone
Berikut merupakan Tabel 4.2 Data hasil pengukuran tegangan pada jembatan
wheatstone didapat data sebagai berikut.
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran tegangan pada jembatan wheatstone
E Tahanan (kΩ) Pengukuran (volt) Teoritis (volt)
No Scenario
(V) R1 R2 R3 R4 VBD VD VB VBD VD VB
1 R2=R4 10 22 1 22 2,05 0,45 2,50 2,05 0,45 2,50
2 R2>R4 10 22 1 2,2 0,00 0,45 0,45 0,00 0,45 0,45
3 R2<R4 10 2,2 1 22 4,11 0,45 4,56 4,09 0,45 4,55
5
4 R1=R3 10 2,2 10 22 2,00 2,45 4,45 2,05 2,50 4,55
5 R1>R3 10 2,2 1 22 4,05 0,45 4,50 4,09 0,45 4,55
6 R1<R3 1 2,2 10 22 0,00 4,55 4,55 0,00 4,55 4,55
7 R2=R4 10 22 1 22 2,85 0,65 3,50 2,86 0,64 3,50
8 R2>R4 10 22 1 2,2 0,00 0,65 0,65 0,00 0,64 0,64
9 R2<R4 10 2,2 1 22 5,75 0,65 6,40 5,73 0,64 6,36
7
10 R1=R3 10 2,2 10 22 2,90 3,50 6,40 2,86 3,50 6,36
11 R1>R3 10 2,2 1 22 5,55 0,65 6,15 5,73 0,64 6,36
12 R1<R3 1 2,2 10 22 0,00 6,25 6,25 0,00 6,36 6,36
13 R2=R4 10 22 1 22 5,05 1,10 6,15 4,91 1,09 6,00
14 R2>R4 10 22 1 2,2 0,00 1,05 1,05 0,00 1,09 1,09
15 R2<R4 10 2,2 1 22 9,80 1,10 10,90 9,82 1,09 10,91
12
16 R1=R3 10 2,2 10 22 4,85 5,90 10,75 4,91 6,00 10,91
17 R2>R3 10 2,2 1 22 9,75 1,05 10,95 9,82 1,09 10,91
18 R3<R4 1 2,2 10 22 0,00 10,85 10,89 0,00 10,91 10,91

Berdasarkan Tabel 4.2 Dapat diketahui bahwa hasil pengukuran


menggunakan jembatan wheatstone pada praktikum yang telah dilaksanakan.
Dilakukan 18 percobaan dengan menggunakan tegangan yang berbeda yaitu
tegangan 5, 7, dan 12 volt. Pada Tabel 4.2 Dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis
pengukuran, yaitu pengukuran secara langsung dan pengukuran menggunakan
teoritis. Pada pengukuran secara langsung didapat hasil yang tidak berbeda jauh
dengan pengukuran secara teoritis. Hal tersebut terjadi karena pada saat pengukuran
secara langsung tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran karena hasil nilainya
memiliki perbedaan yang sangat kecil dengan pengukuran secara teoritis. Dalam
pengukuran teori didapat nilai VBD, nilai VBD diperoleh dari nilai VB-VD.
Sehingga VBD (Vout) merupakan beda potensial antara VB dengan VD. Arus total
(ITot) yang mengalir pada rangkaian jembatan Wheatstone berpengaruh terhadap
pengubahan posisi nilai resistor untuk R1, R2, dan R3 meskipun dalam keadaan
setimbang dan tegangan sumber yang sama. Hal ini karena letak R1, R2, R3, dan
R4 menghasilkan hitungan resistor seri atau paralel yang berbeda sehingga REq
berbeda. REq merupakan resistansi equifalen atau tahanan dari semua resistor seri
(Pratiwi et al., 2021).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Prinsip kerja amperemeter merupakan dengan menggunakan arus yang mengalir
melalui kumparan yang diselubungi oleh medan magnet, kemudian terciptalah
gaya Lorentz yang dapat menggerakkan jarum penunjuk menjadi menyimpang.
Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka gaya yang timbul juga akan
besar maka penyimpangan jarum penunjuk juga lebih besar.
2. Cara mencari besarnya tahanan dalam amperemeter adalah menggunakan
rangkaian pengukuran tahanan dalam amperemeter. Untuk memperoleh nilai
hasil pengukuran dilakukan dengan mengukur rangkaian menggunakan
amperemeter.
3. Prinsip kerja dari rangkaian jembatan wheatstone yaitu jika tidak ada arus listrik
yang mengalir melewati Galvanometer, artinya VBD = 0. Hal ini mengakibatkan
Vab=Vad dan Vbc=Vdc serta i1=13 dan i2=ix sehinggga VBD = 0.
4. Karakteristik tahanan dan tegangan pada rangkaian jembatan wheatstone adalah
pada saat VB=VD atau Vout (VBD) = 0, atau dalam keadaan setimbang akan
berlaku persamaan R2*R3=R1*R4.
5.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan praktikum yang dilakukan, saran yang diberikan
yaitu dalam merangkai rangkaian pengukuran tahanan dalam ampere dan rangkaian
tegangan pada jembatan wheatstone sebaiknya dirangkai terlebih dahulu oleh
asisten, kemudian para praktikan diberi percobaan untuk merakit ulang, sehingga
praktikan dapat lebih memahami. Serta sebelum praktikum sebaiknya praktikan
terlebih dahulu mencari informasi terkait praktikum yang akan dilaksanakan untuk
meningkatkan kelancaran dalam kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti., H. Sulistiani, B. Permatasari, dan E. F. G. S. Umpu. 2020. Penerapan


Teknologi Tabungan Untuk Siswa Di SD Ar Raudah Bandar Lampung.
Prosiding Seminar Nasional Darmajaya. 26 Agustus 2020. Universitas
Teknokrat Indonesia: 25-30.

Devita, R. 2021. Analisis variansi galat mutlak data hasil pengukuran arus untuk
beberapa besaran tegangan pada suatu resistansi. Jurnal Otomasi. 1(2): 43-
52.

Haryanti, M. dan M. A. Romadhoni. 2022. Analisa perubahan temperatur


konduktor dan tegangan squib terhadap nilai resistansi konduktor pada
rangkaian emergency upperdeck door pesawat boeing 747-300. Jurnal
Teknologi Industri. 11(2): 1-6.

Jauharah, W. D. 2013. Analisis Kelistrikan Yang Dihasilkan Limbah Buah Dan


Sayuran Sebagai Energi Alternatif Bio-Baterai. Skripsi. Jember: Universitas
Jember.

Juwariyah T., dan Y. Djaya. 2016. Analisa resistivitas kawat penghantar ditinjau
dari metode jembatan wheatstone dan metode hukum ohm pada modul
praktikum fisika. Jurnal Bina Teknika. 12(2): 239-244.

Kasli, E., Mustofa, dan S. Apriani. 2016. Identifikasi nilai hambatan jenis pada mata
pensil. Jurnal Pendidikan Geosfer. 1(2): 57-62.

Mufarid, M. G. A. 2018. Analisis Faktor Daya Pada Berbagai Lampu Dengan


Menggunakan Inverter. Skripsi. Medan: Progam Studi Teknik Elektro.

Nurholipah. 2020. Pengaruh Kit Listrik Mainboard Terhadap Keterampilan Proses


Sains Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis. Skripsi. Jakarta: Progam Studi
Tadris Fisika.

Pratiwi, W., S. Fuada, F. W. Zanah, dan N. Restyasari. 2021. Analisis rangkaian


wheatstone bridge menggunakan simulator circuit wizard, proteus, dan
multisim. Jurnal Telekomunikasi. 1(1): 1-13.

Ratnasari, T., dan A. Senen. 2017. Perancangan prototipe alat ukur arus listrik ac
dan dc berbasis mikrokontroler arduino dengan sensor arus acs-712 30
ampere. Jurnal Sutet. 7(2): 28-33.

Telaumbanua, M. 2022. Listrik Dan Elektronika Dasar. Pekalongan: PT. Nasya


Expanding Management.
Widyaningrum., Y. A. Purwanto, S. Widodo, Supijatno, dan E. S. Iriani. 2022.
Portable/handheld nir sebagai teknologi evaluasi mutu bahan pertanian
secara non-destruktif. Jurnal Keteknikan Pertanian. 10(1): 59-68.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengukuran


Tabel 1. Pengukuran hambatan dalam amperemeter

Tabel 2. Pengukuran tegangan pada jembatan wheatstone

Lampiran 2. Rangkaian Pengukuran

Gambar 1. Rangkaian pengukuran hambatan dalam


Gambar 2. Rangkaian pengukuran jembatan wheatsone

Anda mungkin juga menyukai