Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elektronika

Oleh:
Nama : Nur Izzah Afkarina
NIM : 221710201032
Kelas : A - Elektronika
Acara : II (Pengukuran Tahanan Dalam Amperemeter dan
Jembatan Wheatstone)
Asisten : Ferdinand Simanjuntak

LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI DAN INSTRUMENTASI


PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia di dunia saat ini tidak bisa luput dari penggunaan alat
elektronik. Dalam kesehariannya, manusia membutuhkan alat elektronik untuk
membantu mempermudah kegiatan yang dilakukan. Contoh alat elektronik yang
digunakan dalam sehari-hari oleh manusia ialah handphone. Selain itu, masih
banyak alat elektronika lainnya yang dibutuhkan manusia dalam menunjang hidup
mereka.
Di dalam rangkaian alat elektronika, pastinya terdapat aliran arus listrik yang
dapat membuat alat elektronik tersebut bisa menyala dan bisa digunakan. Arus
listrik sendiri dapat diartikan sebagai jumlah muatan yang bergerak melalui
penampang suatu penghantar listrik setiap satuan waktu yang dinyatakan dengan
(I) dan waktu (t) (Listiyarini, 2018). Untuk besarnya nilai arus atau jumlah muatan
yang mengalir dalam suatu rangkaian, dibutuhkan alat yang bernama amperemeter.
Alat ini berfungsi untuk mengukur nilai atau jumlah arus listrik yang mengalir pada
suatu rangkaian. Di dalam alat ukur amperemeter ternyata terdapat tahanan dalam
atau biasa yang disebut hambatan dalam amperemeter. Namun masih banyak
masyarakat yang tidak mengetahui bahwa di dalam ampere meter terdapat
hambatan, serta masih terdapat beberapa masyarakat yang tidak mengetahui prinsip
kerja dari amperemeter.
Oleh karena itu, tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah untuk
mengetahui prinsip kerja dari ampere meter. Serta cara mengetahui besarnya
tahanan atau hambatan dalam amperemeter. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan
untuk mengetahui prinsip kerja dari rangkaian jembatan Wheatstone beserta
karakteristik tahanan dan tegangannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana prinsip kerja dari amper meter?
2. Bagaimana cara mencari besarnya tahanan dalam amperemeter?
3. Bagaimana prinsip kerja rangkaian jembatan Wheatstone?
4. Bagaimana cara mengetahui karakteristik tahanan dan tegangan pada rangkaian
jembatan Wheatstone?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktikum pengukuran hambatan dalam amperemeter dan
jembatan wheatstone sebagai berikut.
1. Mengetahui prinsip kerja amperemeter.
2. Mencari besarnya tahanan dalam amperemeter.
3. Mengetahui prinsip kerja rangkaian jembatan Wheatstone.
4. Mengetahui karakteristik tahanan dan tegangan pada rangkaian jembatan
Wheatstone.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari diadakannya praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat memahami prinsip kerja dari amperemeter.
2. Dapat memahami besarnya tahanan dalam amper meter.
3. Dapat memahami prinsip kerja dari rangkaian jembatan Wheatstone.
4. Dapat memahami karakteristik tahanan dan tegangan pada rangkaian jembatan
Wheatstone.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amperemeter
Dalam dunia elektronika, pengukuran merupakan salah satu metode untuk
mendapatkan suatu data dan informasi yang bersifat kuantitatif dari objek yang
akan diukur (Nurkholis dkk. 2014). Pengukuran juga merupakan acuan dalam
penentuan data akhir dalam tiap penelitian serta menjadi acuan dalam peneletian
selanjutnya. Seorang peneliti harus menggunakan pengukuran supaya dapat
membuktikan suatu fenomena yang terjadi di alam. Dalam dunia elektronika
banyak sekali alat-alat pengukuran yang dapat dipelajari oleh mahasiswa.
Salah satu alat ukur yang terdapat dalam dunia elektronika adalah
amperemeter. Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus
listrik pada suatu rangkaian serta memiliki prinsip kerja gaya magnetic (gaya
Lorentz) (Hanif dkk., 2020:3). Gaya Lorentz yang timbul diakibatkan oleh arus
yang mengalir melaluli kumparan yang dilingkupi oleh meda magnet, sehingga
dapat menggerakkan jarus penunjuk. Dalam melakukan pengukuran, amperemeter
seharusnya dipasang secara seri agar arus yang diukur akan terbaca secara
keseluruhan. Selain itu rangkaian seri memiliki aliran arus yang sama pada setiap
titiknya, sehingga pengukuran dapat terbaca seluruhnya.
Amperemeter juga disebut sebegai ammeter yang tersusun atas
mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk mendeteksi arus pada rangkaian
baik arus yang kecil maupun besar, namun pada pengukuran arus yang besar perlu
adanya tambahan hambatan shunt. Dalam amperemeter, semakin besar arus yang
mengalir maka semakin besar pula simpangannya. Dalam ampere meter, terdapt
komponen yang dinamakan galvanometer yang dapat mengukur kuat arus listrik
yang sangat lemah dan tidak dapat digunakan untuk mengukur kuat arus maupun
beda potensial listrik yang relatif besar, karena komponen-komponen internalnya
tidak mendukung. Namun, ketika galvanometer ditambahkan dengan hambatan
shunt, maka menjadi amperemeter yang harus dihubungkan secara pararel dengan
sebuah hambatan shunt agar dapat meningkatkan batas ukur galvanometer
(Manurung & Sinambela, 2018:83).
2.2 Rangkaian Jembatan Wheatstone
Metode yang dapat digunakan dalam menentukan besarnya hambatan pada
suatu resistor ialah dapat menggunakan metode jembatan Wheatstone. Prinsip kerja
dari jembatan Wheatstone yaitu melakukan perbandingan antara besar hambatan
yang telah diketahui dengan besar hambatan yang tidak diketahui (Shech dkk.,
2020:94). Dan tentunya rangkaian tersebut dalam keadaan jembatan atau disebut
simbang, yang dimana jarum galvanometer yang terdapat dalam rangkaian
menunjukkan skala nol.
Terdapat empat buah hambatan yang terdapat dalam rangkaian jembatan
Wheatstone. Dua hambatan dalam rangkaian tersebut disebut hambatan variabel
dan 2 hambatan lainnya tidak diketahui besar nilai hambatannya. Empat hambatan
tersebut disusun secara seri satu sama lain dan terdapat tegangan pada dua titik
diagonal lainnya (Shech dkk., 2020:94). Persaman yang berlaku dalam rangkaian
jembatan wheatstone adalah R1 x R4 = R2 x R3 dan persamaan ini merupakan bentuk
umum dalam kesetimbangan jembatan Wheatstone.
Menurut Shech dkk. (2020:94) prinsip dari metode jembatan Wheatstone
anatar lain: 1) Hubungan antara resistivitas dan hambatan, yang berarti setiap
penghantar memiliki besar hambatan tertentu; 2) Hukum Ohm yang menjelaskan
tentang hubungan antara hambatan, tegangan dan arus listrik. Besar arus yang
mengalir pada galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan; 3) Hukum
Kirchoff 1 dan 2, yang mana sesuai dari hukum ini menjelaskan jembatan dalam
keadaan seimbang karena besar arus pada kedua ujung galvanometer sama besar
sehingga saling meniadakan.

2.3 Hambatan Dalam


Listrik dapat diartikan sebagai kondisi dari partikel subatomic tertentu, seperti
elektron dan proton yang menyebabkan penarikan dan penolajan gaya diantaranya.
Elekton-elektron yang bergerak melewati konduktor biasanya mengalami gerakan
berlawanan yang menyebabkan adanya hambatan. Hambatan dan arus memiliki
jumlah relative antara dua titik, dalam hal ini banyaknya tegangan dan hambatan
sering digunakan untuk menyatakan antara atau melewati titik tertentu (Dermawan
dkk., 2020:2). Terdapat beberapa jenis hambatan, salah satunya adalah hambtan
dalm. Menurut Lumbantobing (2019) hambatan dalam dapat diartikan sebagai
bilangan yang menyatakan nilai tahanan yang terdapat di dalam sebuah komponen.
Hambatan dalam juga akan menentukan kecepatan pertukaran ion dari anpda ke
katoda.
Untuk mengukur besaran standar dalam ampere meter diperlukan nilai
tegangan dan arus (Dermawan dkk., 2020:5). Jika tegangan bernilai V dan arus
bernilai I maka hambatan dalam amperemeter antara lain: RA = V/I. Pengukuran
arus harus dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saar hambatan belum dipasang
(I1) dan pada saat hambatan sudah terpasang (I2). Sehingga hambatan dalam
amperemeter dapat dihitung dengan: RA = (I1-I2)/I2 x RB.

2.4 Hukum Khircoff I


Hukum Kirchhoff dikemukakan oleh seorang fisikawan Jerman yang
bernama Gustav Robert Kirchhoff. Hukum Kirchhoff terbagi menjadi dua, yaitu
hukum Kirchhoff 1 tentang Kirchhoff Current Law (KCL). Hukum Kirchhoff 1
menyatakan bahwa jumlah arus yang masuk melalui suatu titik percabangan (node)
sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik percabangan (node) tersebut, dengan
kata lain jumlah seluruh arus pada suatu titik percabangan (node) sama dengan nol
(Arnas & Anam, 2019). Secara matematis hukum ini ditulis dengan ∑ I = 0.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pengukuran tahanan dalam amperemeter dan jembatan wheatstone
dilaksanakan pada Kamis, tanggal 11 Mei 2023 pada pukul 14.15 hingga selesai,
bertempat di Laboratorium Energi Otomasi dan Instrumentasi Pertanian, yang
terletak di Gedung G, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara 2
sebagai berikut.
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam pelaksnaan praktikum ini adalah sebagai
berikut.
1. Power supply DC
2. AVO meter digital
3. AVO meter analog
4. Project board
5. Tang potong

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum adalah
sebagai berikut.
1. Resistor fixed (2K2 Ω;1KΩ;100KΩ;22KΩ)
2. Potensio (B10KΩ,B500KΩ)
3. Jepit buaya
4. Jumper
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Diagram Alir Praktikum
1. Prosedur kerja pengukuran tegangan hambatan dalam
Berikut ini merupakan diagram alir dan penjelasan dari diagram alir pengukuran
tegangan hambatan dalam.
Mulai

Menyiapkan alat-alat

Membuat rangkaian pada project board

Memutar P1 dan P2

Memutar P1 pada tahanan min

Memutar P2 diputar ke arah nilai tahanan max

Melakukan dengan tegangan yang berbeda

Catat hasil pengamatan nilai hambatan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram alir prosedur kerja pengukuran tegangan hambatan dalam
Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram alir pada Gambar 1.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Lalu, membuat rangkaian melalui proteus sesuai dengan gambar yang telah
tersedia di modul.
3. Pada saat keadaan S1 dan S2 terbuka, POT 1 mencapai nilai tahanan maksimum
sedangkan POT 2 akan mencapai tahanan minimum.
4. Pada keadaan S1 dan S2 tertutup arus listrik selalu mencari lokasi yang bebas
hambatan, yaitu melewati cabang rangkaian POT 2.
5. Lalu lakukan prosedur diatas dengan menggunakan sumber tegangan 5, 7, 12
volt.
6. Gunakan R1 dengan nilai 100 KΩ dan 2K2Ω pada masing-masing tegangan.

7. Amati dan catat nilai hambatan pada POT 2 yang didapatkan.


2. Prosedur kerja pengukuran tegangan jembatan Wheatstone
Berikut ini merupakan diagram alir dari pengukuran tegangan jembatan
Wheatstone.
Mulai

Menyiapkan alat-alat

Membuat rangkaian jembatan wheatstone

Mencatat keluaran tegangan

Mengukur dengan tegangan berbeda

Catat hasil pengamatan

Selesai

Gambar 3.2. Diagram alir pengukuran tegangan jembatan Wheatstone

Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram alir pada pengukuran tegangan
jembatan Wheatstone.
1. Pertama-tama siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam merangkai
jembatan Wheatstone.
2. Lalu membuat rangkaian jembatan Wheatstone seperti pada gambar yang
terdapat dalam modul.
3. Amati dan catat keluaran tegangan pada VBD, VD, dan VB dengan
menggunakan proteus.
4. Aplikasikan prosedur diatas dengan menggunakan tengangan 5, 7, 12 volt pada
rangkaian tersebut.
5. Lengkapi catat hasil dan lengkapi tabel yang telah disediakan.

3.3.2 Skema Rangkaian


Berikut ini merupakan gambaran dari skema rangkaian pengukuran
tegangan hambatan dalam amperemeter dan pengukuran tegangan jembatan
Wheatstone yang telah dilakukan pada saat pelaksanaan praktikum.
Gambar 3.3. Rangkaian pengukuran tegangan hambatan dalam amperemeter pada proteus

Gambar 3.4. Rangkaian pengukuran tegangan jembatan Wheatstone pada proteus

Gambar 3.5. Rangkaian pengukuran tegangan hambatan dalam amperemeter

Gambar 3.6. Rangkaian pengukuran tegangan jembatan Wheatstone


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Hambatan Dalam Amperemeter


Tabel 4.1. Data hasil pengukuran hambatan dalam amperemeter
P1 R1 Imax 0,5 E R2=Rd
(kΩ) (kΩ) (mA) Imax (volt) (kΩ)
0-500 100 0.01 0.01 5 0.00005
0-500 100 0.02 0.01 7 0.0002
0-500 100 0.03 0.15 12 0.0045
0-500 2.2 0.02 0.01 5 0.0002
0-500 2.2 0.02 0.01 7 0.0002
0-500 2.2 0.04 0.02 12 0.0008

0.005
Hambatan (ohm)

0.0045
0.004 100
0.0035 2.2
0.003
0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
5 7 12
Tegangan (volt)

Gambar 4.1. Grafik data hasil pengukuran hambatan dalam amperemeter

Terlihat pada grafik di atas bahwa hasil pengukuran tahanan dalam (Rd) dari
Amperemeter menunjukkan hasil yang berbanding lurus berkisar pada 0.00005 kΩ
dan 0.0008 kΩ, hal ini sesuai dengan fakta bahwa tahanan dalam harus memiliki
nilai yang sesuai, sehingga tidak terdapat kesalahan pada saat proses pengukuran
walaupun tegangan maupun R1 yang diaplikasikan pada rangkaian yang diubah. Di
dalam data hasil pengukuran yang didapatkan tidak ada yang menunjukkan hasil
yang negative, sehingga tidak terdapat penyimpangan dalam melakukan
pengukuran. Jika nilai R1 yang didapatkan dirata-rata akan menghasilkan nilai
tahanan sebesar 51,1 kΩ sebagai tahanan Ohm meter. Jika terjadi kesalahan,
kemungkinan disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam melakukan pengukuran
tahanan dalam Ohm meter. Menurut Manurung & Sinambela (2018:84) suatu
amperemeter harus memiliki hambatan yang sangat kecil agar berkurangnya arus
listrik dalam rangkaian juga sangat kecil.
4.1.1 Problema 1

Gambar 4.2. Rangkaian pengukuran tahanan

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Keadaan S1 tertutup dan S2 terbuka.
Arus I mengalir pada P1, R1, dan A.
2. Keadaan S1 dan S2 tertutup.
Arus I mengalir pada P1 dan R1, kemudian masuk percabangan menjadi i1
(mengalir pada amperemeter) dan i2 (mengalir pada P2). Berdasarkan HK.
Khirchoff maka I = i1 + i2
P2 diset sedemikian rupa sehingga pada amperemeter arus i1 mengalir sebesar
0,5 I.
Maka persamaan menjadi I = 0,5i +i2 sehingga i2 = I – 0,5i = 0,5i. Dengan
demikian i1 = i2.
Berdasarkan V = I / R dan tegangan yang mengalir pada suatu cabang
rangkaian parallel sama dengan cabang yang lain V1 = V2 – VC, maka :
Pada amperemeter Rd = V / 0,5 I
Pada P2 (RP2) = V / 0,51 I
Sehingga terbukti Rd = P2.

4.1.2 Problema 2

Gambar 4.3. Rangkaian pengukuran arus Gambar 4.4. Rangkaian pengukuran arus
I I’
Berdasarkan Gambar 1 dan 2 diatas didapatkan hasil sebagai berikut.
1. Gambar 1 menunjukkan arus I mengalir pada R1.
Besar I = E/R1
2. Gambar 2 menunjukkan arus I mengalir pada R1 dan Rd.
Besar I’ = E / (R1+Rd)
Pada Gambar 1 dan 2 jika pengukuran kuat arus benar-benar ingin didapatkan
nilai kuat arus yang sesungguhnya melewati R1 maka I’ harus sama dengan I,
sehingga untuk mendapatkan hal tersebut:
E / R1 = E / (R1+Rd)
R1 = R1 + Rd
R1 = R1 + 0
Karena nilai E sama, maka :
Jika Rd dibuat = 0
Sehingga didapatkan nilai Rd  0 atau diusahakan minimum atau
mendekati nol (karena jika Rd = 0 maka arus tidak mengalir).
Jadi pada pengukuran kuat arus diharapkan menggunakan amperemeter
yang mempunyai tahanan dalam yang seminimal mungkin.

4.1.3 Problema 3

Gambar 4.5. Rangkaian pengukuran Gambar 4.6. Rangkaian pengukuran


tegangan I tegangan I’

Berdasarkan Gambar 1 dan 2 didapatkan hasil sebagai berikut.


1. Gambar 1 menunjukkan arus I mengalir pada R1 dan R2
Besar I = E / (R1 + R2) sehingga besar tegangan R1 dan R2 menjadi,
E pada R1 = I * R1
E pada R2 = I * R2
2. Gambar 2 menunjukkan arus I’ mengalir pada R1 dan Rd
Besar kuat arus rangkaian 2 (I’);
I’ = E / (R1 + RC) RC = Tahanan total percabangan
I’ = E / (R1 + ((R2*Rd)/(Rd + R2))
Pada percabangan ; I1 + I2= I’
Pada Gambar 1 dan Gambar 2 jika pengukuran tegangan benar-benar ingin
didapatkan nilai tegangan yang sesungguhnya melewati R2 maka I harus sama
dengan I’, sehingga tegangan pada R2 (ER2) Gambar 1 sama dengan tegangan pada
R2 (ER2) Gambar 2 untuk mendapatkan hal tersebut:
1. I = E / (R1 + R2)
2. I’ = E / (R1 + ((R2*Rd) / (Rd + R2)) untuk mendapat I = I’ maka;
E / (R1+R2) = E / (R1 + ((R2*Rd) / (Rd + R2)) karena E dan R1 sama sehingga,
R2 = (R2*Rd)/(Rd + R2) jika Rd = ~, maka;
R2 = (R2*~)/(~ + R2)
R2 = ~/~R2 = 1
Dengan demikian arus yang mengalir pada R2 Gambar 2 akan sama dengan
arus yang mengalir pada Gambar 1, sehingga nilai tegangan pada R2 Gambar 2 akan
sama dengan E = I (R1 + ((R2*Rd) / (Rd*R2)) / (R1+R2). Untuk itu diperlukan
pengukur tegangan dengan tahanan dalam yang besar.
Sehingga nilai Rd = ~ atau diusahakan mendekati tak terhingga. Jadi pada
pengukuran tegangan diharapkan menggunakan Voltmeter yang mempunyai
tahanan dalam yang besar.

4.2 Pengukuran Tegangan Pada Jembatan Wheatstone


Tabel 4.2. Pengukuran tegangan jembatan Wheatstone
E Tahanan (kΩ) Pengukuran (volt) Teoritis (volt)
No Scen
(V) R1 R2 R3 R4 VBD VD VB VBD VD VB
1 R2=R4 10 22 1 22 2.50 1.25 1.25 2.05 0.45 2.50
2 R2>R4 10 22 1 2.2 0.45 0.23 0.23 0.00 0.45 0.45
3 R2<R4 10 2.2 1 22 4.55 2.27 2.27 4.09 0.45 4.55
5
4 R1=R3 10 2.2 10 22 4.54 2.27 2.27 2.05 2.50 4.55
5 R1>R3 10 2.2 1 22 4.55 2.27 2.27 4.09 0.45 4.55
6 R1<R3 1 2.2 10 22 4.54 2.27 2.27 0.00 4.55 4.55
7 R2=R4 10 22 1 22 3.50 1.25 1.25 2.86 6.36 3.50
8 R2>R4 10 22 1 2.2 0.64 0.32 0.32 0.00 0.64 0.64
9 R2<R4 10 2.2 1 22 6.36 3.18 3.18 5.73 0.64 6.36
7
10 R1=R3 10 2.2 10 22 6.36 3.18 3.18 5.73 0.64 6.36
11 R1>R3 10 2.2 1 22 6.36 3.18 3.18 2.86 3.50 6.36
12 R1<R3 1 2.2 10 22 6.36 3.18 3.18 5.73 0.64 6.36
13 R2=R4 10 22 1 22 6.00 3.00 3.00 4.91 10.91 6.00
14 R2>R4 10 22 1 2.2 1.09 0.55 0.54 0.00 1.09 1.09
15 R2<R4 10 2.2 1 22 10.90 5.45 5.45 9.82 1.09 10.91
12
16 R1=R3 10 2.2 10 22 10.90 5.45 5.45 9.82 1.09 10.91
17 R2>R3 10 2.2 1 22 10.90 5.45 5.45 4.91 6.00 10.91
18 R3<R4 1 2.2 10 22 10.90 5.45 5.45 9.82 1.09 10.91

Hasil pengukuran yang terdapat pada tabel terlihat bahwa nilai yang didapatkan
tidak selalu sama dengan teori, akan tetapi perbedaan yang ditunjukkan relative
kecil sehingga tidak menimbulkan kesalahan yang besar. Kemungkin, kesalahan
yang terjadi disebabkan karena praktikan kurang stabil dalam memegang pena
multimeter, sehingga nilai yang keluar berubah-ubah dan tidak sama dengan
teorinya. Menurut Herlan (2014:2) ketelitian pengukuran jembatan Wheatstone
adalah langsung sesuai dengan ketelitian komponen yang tersedia pada rangkaian
jembatan, bukan bergantung pada detektor nolnya sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan Nilai VBD diperoleh dari VB – VD. Pada skenario
nomer 6 dan 8 didapatkan nilai VBD = 0. Pada saat tersebut ternyata VB = VD,
keadaan inilah yang dikatakan sebagai keadaan setimbang. Keadaan setimbang
pada jembatan Wheatstone terjadi ketika Vout (VBD) = 0 didapatkan pada saat
konfigurasi tahanan pada rangkaian jembatan menunjukkan R1*R4 = R2*R3, yaitu
pada scenario nomer 6 dan 8 secara teoritis. Jika diberikan contoh pada scenario 1
; R1=10, R2=22, R3=1, R4=2,2 jika dimasukkan dalam persamaan R1*R4 = R2*R3,
pada tegangan ukur tertulis = 0, sehingga sesuai dengan teori. Jembatan disebut
setimbang jika beda potensial pada galvanometer sama dengan 0 volt atau dengan
kata lain tidak ada arus yang terdeteksi galvanometer (Herlan, 2014:2).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan yang didapatkan dari praktikum yang telah
dilaksanakan.
1. Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus listrik pada
suatu rangkaian serta memiliki prinsip kerja gaya magnetic (gaya Lorentz).
Gaya Lorentz yang timbul diakibatkan oleh arus yang mengalir melaluli
kumparan yang dilingkupi oleh meda magnet, sehingga dapat menggerakkan
jarus penunjuk.
2. Keadaan setimbang pada jembatan Wheatstone terjadi ketika Vout (VBD) = 0
didapatkan pada saat konfigurasi tahanan pada rangkaian jembatan
menunjukkan R1*R4 = R2*R3, yaitu pada scenario nomer 6 dan 8 secara teoritis.

5.2 Saran
Kegiatan pelaksanaan praktikum elektronika pada acara 2 sudah baik dalam
teknik penyampaian informasi dan prosedur praktikum oleh asisten, saran saya
kepada asisten yaitu, sebelum melaksanakan praktikum alangkah baiknya
dilakukan pengecekan terhadap alat yang akan digunakan pada saat praktikum.
Sehingga tidak terjadi kesalahan atau terdapat kendala pada praktikan saal
melaksanakan praktikum. Dan kepada praktikan selanjutnya yang akan melakukan
praktikum acara 2 ini agar lebih teliti dan berhati-hati supaya tidak terjadi kesalahan
pada saat pelaksanaan pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Arnas, Y., & Anam, K. 2019. Metoda Cramer Untuk Solusi Analisa Rangkaian
Listrik Menggunakan Scilab. Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru. 12(1): 61–
68.

Darmawan, M. H., & Kusharjanta, S. D. P. 2020. Praktikum Amperemeter Dan


Voltmeter Berarus Searah (DC). 2-5.

Hanif, A., Prasetyo, S. D., & Kusharjanta, B. 2020. Penggunaan Amperemeter Dan
Voltmeter Dalam Pengukuran Listrik DC. Jurnal Universitas Sebelas
Maret. 3

Herlan, D. 2014. Studi Pengaruh Pengaman Galvanometer Terhadap Keakuratan


Hasil Pengukuran Resistor Pada Jembatan Wheatstone Sederhana.
Prosiding Semnastek, 1(1): 2.

Listiyarini, R. 2018. Dasar Listrik dan Elektronika. Deepublish.

Lumbantobing, R. F. 2019. Pengecas Handhone Berbasis Energi Surya Dengan


Sistem Pengujian Pada Baterai Lithium Ion Dan Baterai Polymer.

Manurung, S. R., & Sinambela, M. 2018. Perangkat pembelajaran IPA berbentuk


LKS berbasis laboratorium. INPAFI (Inovasi Pembelajaran Fisika).
6(1):83-84.

Nurkholis, Junaidi, Arif S. 2014. Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data Resonansi
gelombang Bunyi Menggunakan Transduser Ultrasonik Berbasis
Mikrokontroler ATmega85. JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika. 2(2).

Setiawan & Danang. 2014. Makalah kelistrikan.


LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengukuran


Tabel 1. Pengukuran hambatan dalam amperemeter
P1 R1 Imax 0,5 E R2=Rd
(kΩ) (kΩ) (mA) Imax (volt) (kΩ)
0-500 100 0.01 0.01 5 0.00005
0-500 100 0.02 0.01 7 0.0002
0-500 100 0.03 0.15 12 0.0045
0-500 2.2 0.02 0.01 5 0.0002
0-500 2.2 0.02 0.01 7 0.0002
0-500 2.2 0.04 0.02 12 0.0008

Tabel 2. Pengukuran tegangan jembatan Wheatstone


E Tahanan (kΩ) Pengukuran (volt) Teoritis (volt)
No Scen
(V) R1 R2 R3 R4 VBD VD VB VBD VD VB
1 R2=R4 10 22 1 22 2.50 1.25 1.25 2.05 0.45 2.50
2 R2>R4 10 22 1 2.2 0.45 0.23 0.23 0.00 0.45 0.45
3 R2<R4 10 2.2 1 22 4.55 2.27 2.27 4.09 0.45 4.55
5
4 R1=R3 10 2.2 10 22 4.54 2.27 2.27 2.05 2.50 4.55
5 R1>R3 10 2.2 1 22 4.55 2.27 2.27 4.09 0.45 4.55
6 R1<R3 1 2.2 10 22 4.54 2.27 2.27 0.00 4.55 4.55
7 R2=R4 10 22 1 22 3.50 1.25 1.25 2.86 6.36 3.50
8 R2>R4 10 22 1 2.2 0.64 0.32 0.32 0.00 0.64 0.64
9 R2<R4 10 2.2 1 22 6.36 3.18 3.18 5.73 0.64 6.36
7
10 R1=R3 10 2.2 10 22 6.36 3.18 3.18 5.73 0.64 6.36
11 R1>R3 10 2.2 1 22 6.36 3.18 3.18 2.86 3.50 6.36
12 R1<R3 1 2.2 10 22 6.36 3.18 3.18 5.73 0.64 6.36
13 R2=R4 10 22 1 22 6.00 3.00 3.00 4.91 10.91 6.00
14 R2>R4 10 22 1 2.2 1.09 0.55 0.54 0.00 1.09 1.09
15 R2<R4 10 2.2 1 22 10.90 5.45 5.45 9.82 1.09 10.91
12
16 R1=R3 10 2.2 10 22 10.90 5.45 5.45 9.82 1.09 10.91
17 R2>R3 10 2.2 1 22 10.90 5.45 5.45 4.91 6.00 10.91
18 R3<R4 1 2.2 10 22 10.90 5.45 5.45 9.82 1.09 10.91
Lampiran 2. Rangkaian Pengukuran

Gambar 1. Rangkaian pengukuran tegangan hambatan dalam amperemeter pada proteus

Gambar 2. Rangkaian pengukuran tegangan jembatan Wheatstone pada proteus

Gambar 3. Rangkaian pengukuran tegangan hambatan dalam amperemeter

Gambar 4. Rangkaian pengukuran tegangan jembatan Wheatstone

Anda mungkin juga menyukai