Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGUKURAN DAYA MENGGUNAKAN


WATTMETER

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik


Dosen Pengampu : Tri Watiningsih, S.T., M.T.

Oleh:

BANGUN ISTIARTO
NIM : 1441030118

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA PURWOKERTO
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengukuran daya
dengan menggunakan Wattmeter”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu
tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pengukuran Besaran
Listrik yang diampu oleh Tri Wartiningsih, S.T., M.T.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang memotivasi dalam menyelesaikan penulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Purwokerto,2 Januari 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C.Tujuan Penulisan Makalah.................................................................. 1
D.Manfaat Penulisan Makalah................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengukuran Daya Rangkaian DC .................................................... 5
2. Pengukuran Daya Rangkaian AC........................................................ 7
3. Wattmeter ........................................................................................... 10
4. Prosedur pengoperasian....................................................................... 14

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan ......................................................................................... 18
B.Saran ................................................................................................... 18

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam makalah ini, saya akan membahas Pengukuran daya dengan
menggunakan wattmeter. Alat ukur ini, sekarang sudah banyak di pakai,
terutama pada kelistrikan.
Seorang teknisi biasanya memiliki alat ukur wajib yang mereka gunakan
untuk keperluan teknis yaitu Wattmeter, dan lainnya. Alat tersebut biasanya
digunakan untuk melakukan pekerjaan Listrik, seperti mengetahui besaran
pemakaian Listrik. Karena alat ukur ini kita akan mengetahui :

1. Metoda pengukuran daya


2. Jenis-jenis wattmeter dan cara penggunaan
3. Prinsip kerja wattmeter jam (WH)

wattmeter jam (WH Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Daya
disebut Watt Meter, sedangkan alat ukur tegangan disebut Volt Meter dan alat
ukur resistansi disebut Ohm Meter.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini yaitu:
1. Apa Alat Ukur Listrik itu?
2. Bagaimana cara pengukuran alat ukur listrik?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini
bertujuan untuk:
1. Mendiskripsikan jenis dan prinsip pengukuran daya
2. Menggunakan wattmeter sebagai alat ukur daya
3. Menjelaskan prinsip kerja watt meter

1
D. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat dari tugas makalah yang saya buat adalah untuk memberi
pangetahuan kepada para pembaca agar mengetahui alat ukur listrik secara
mendalam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
PENGUKURAN DAYA MENGGUNAKAN WATTMETER

Ada beberapa istilah dan definisi pengukuran listrik yang harus dipahami,
diantaranya alat ukur, akurasi, presisi, kepekaan, resolusi, dan kesalahan.
 Alat ukur, adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari kuantitas
atauvariabel.
 Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel
yang diukur.
 Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat
untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
 Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
 Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh
alat ukur.
 Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.

Pada awal perkembangan teknik pengukuran mengenal dua sistem satuan,


yaitu sistem metrik (dipelopori Prancis sejak 1795). Amerika Serikat dan Inggris juga
menggunakan sistem metrik untuk kepentingan internasional, tapi untuk kebutuhan
lokal menggunakan sistem CGS (centimeter-gram-second). Sejak tahun 1960
dikenalkan Sistem Internasional (SI Unit) sebagai kesepakatan internasional.
Ukuran standar dalam pengukuran sangat penting, karena sebagai acuan
dalam peneraan alat ukur yang diakui oleh komunitas internasional. Ada enam
besaran yang berhubungan dengan kelistrikan yang dibuat sebagai standar, yaitu
standar amper, resistansi, tegangan, kapasitansi, induktansi, kemagnetan, dan
temperatur.

3
 Standar amper
Menurut ketentuan Standar Internasional (SI) adalah arus konstan yang
dialirkan pada dua konduktor dalam ruang hampa udara dengan jarak 1 meter, di
antara kedua penghantar menimbulkan gaya = 2 × 10-7 newton/m panjang.
 Standar resistansi
Menurut ketentuan SI adalah kawat alloy manganin resistansi 1 yang
memiliki tahanan listrik tinggi dan koefisien temperatur rendah, ditempatkan dalam
tabung terisolasi yang menjaga dari perubahan temperatur atmosfer.
 Standar tegangan
Ketentuan SI adalah tabung gelas Weston mirip huruh H memiliki dua
elektrode, tabung elektrode positip berisi elektrolit mercury dan tabung elektrode
negatip diisi elektrolit cadmium, ditempatkan dalam suhu ruangan. Tegangan
elektrode Weston pada suhu 20°C sebesar 1.01858 V.
 Standar Kapasitansi
Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standart resistansi SI dan standar
tegangan SI, dengan menggunakan sistem jembatan Maxwell, dengan diketahui
resistansi dan frekuensi secara teliti akan diperoleh standar kapasitansi (farad).
 Standar Induktansi
Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standar resistansi dan standar
kapasitansi, dengan metode geometris, standar induktor akan diperoleh.

Alat Ukur Listrik adalah peralatan yang memungkinkan untuk mengamati


besaran-besaran listrik,seperti hambatan listrik (R), kuat arus listrik (I), beda
potensial listrik (V), daya listrik (P), dan lainnya. Terdapat dua jenis alat ukur
yaitu alat ukur analog dan alat ukur digital.

4
1. Pengukuran Daya Rangkaian DC
Daya arus searah dapat diukur dengan alat pengukur volt dan alat
pengukur amper, yang dihubungkan seperti terlihat pada gambar 4-1. Dalam
hal ini penting untuk diperhitungkan kerugian kerugian daya yang terjadi,
olah adanya alat-alat pengukuran.

Misalkan, bila beban adalah R, tegangan beban adalah V dan arus beban
adalah I, sedangkan voltmeter dan ampermeter mempunyai tahanan dalam
Rv dan Ra. Tegangan pada voltmeter adalah Vv dan arus pada ampermeter
adalah Ia .Dengan mempergunakan rangkaian pada gambar 4-1, akan
didapatkan :

5
Pada gambar (1b), bila dimisalkan tahanan dalam dari voltmeter adalah 10 K?,
sedangkan voltmeter menunjukkan 100 V, dan ampermeter menunjukkan 5 A, maka
daya pada beban adalah :

Ada dua cara penyambungan pengukuran daya dengan menggunakan voltmeter


dan ampermeter seperti ditunjukkan pada gambar 1 diatas. Pada gambar (a)
Ampermeter terhubung antara beban dan Voltmeter. Maka voltmeter tidak hanya
mengukur tegangan VL yang ada di beban tetapi juga mengukur tegangan yang drop
di Ampermeter. Jika Ra merupakan tahanan dari Ampermeter, drop tegangan

Pada gambar (b) Voltmeter terhubung antara beban dengan Ampermeter. Maka
ampermeter tidak hanya menunjukkan arus yang melewati beban tetapi juga arus
yang melewati voltmeter. Arus yang melalui voltmeter.

6
Dalam kedua kasus, daya yang ditunjukkan oleh instrumen sama dengan
konsumsi daya pada beban ditambah konsumsi alat ukur daya. Untuk
memperoleh besarnya daya pada , perlu dilakukan koreksi pada kerugian daya
yang disebabkan oleh alat ukur. Dalam kondisi normal nilai kerugian daya
pada alat ukur cukup kecil bila dibandingkan dengan daya beban.
Bagaimanapun juga ampermeter dan voltmeter akan membebani rangkaian
yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengukuran daya.

2. Pengukuran Daya Rangkaian AC


Dalam arus bolak-balik daya yang ada setiap saat berubah sesuai dengan
waktu. Daya dalam arus bolak-balik merupakan daya rataratanya. Jika sedang
dalam kondisi steady state, daya yang ada pada saat itu dirumuskan P = V I.

Jika sinyalnya adalah sinusoidal, maka arus akan tertinggal dengan tegangan
dalam fasanya dengan sudut ? , kemudian:

7
Daya rata-rata untuk tiap periode adalah :

Dimana V dan I merupakan harga rms dari tegangan dan arus. Cos? Merupakan
faktor daya dari beban. Dari hasil yang diperoleh didapatkan bahwa faktor daya (cos
f ) berpengaruh dalam penentuan besarnya daya dalam sirkit AC, ini berarti bahwa
wattmeter harus digunakan dalam pengukuran daya dalam sirkuit AC sebagai
pengganti Ampermeter dan Voltmeter.

a. Metoda tiga Voltmeter dan metode tiga Ampermeter


Daya satu fasa dapat diukur dengan menggunakan tiga Voltmeter atau
tiga Ampermeter. Gambar 4-2 memperlihatkan pengukuran daya dengan
menggunakan metode tersebut.

8
Dalam metoda tiga Voltmeter, masing-masing alat pengukur volt menunjukkan V1,
V2 dan V3, maka:

Dalam menggunakan metode tiga Ampermeter, masing-masing alat pengukur


amper menunjukkan I1,I2, I3 maka:

9
3. Wattmeter
Wattmeter digunakan untuk mengukur daya listrik searah (DC) maupun
bolak-balik (AC). Ada 3 tipe Wattmeter yaitu Elektrodinamometer, Induksi
dan Thermokopel. Jika ditinjau dari fasanya ada 2 yaitu wattmeter satu fasa
dan wattmeter tiga fasa.
a. Wattmeter satu fasa
Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya,
wattmeter tipe Elektrodinamometer dapat dipakai untuk mengukur daya
searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap bentuk
gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus
saja. Wattmeter tipe elektrodinamometer terdiri dari satu pasang kumparan
yaitu kumparan tetap yang disebut kumparan arus dan kumparan berputar
yang disebut dengan kumparan tegangan, sedangkan alat penunjuknya
akan berputar melalui suatu sudut, yang berbanding lurus dengan hasil
perkalian dari arus- arus yang melalui kumparan-kumparan tersebut.
Gambar 4-3 menunjukkan susunan wattmeter satu fasa.

10
Arus sesaat didalam kumparan yang berputar (kumparan tegangan) adalah
Ip, besarnya Ip=e/Rp dimana e adalah tegangan sesaat pada jala – jala dan
Rp adalah tahanan total kumparan tegangan beserta tahanan serinya.
Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian Ic dan Ip , defleksi
ratarata selama satu perioda dapat dituliskan :

dimana: rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan


K = konstanta instrumen
Ic = arus sesaat dalam kumparan arus
Ip = Arus sesaat di dalam kumparan tegangan

Dengan menganggap sementara Ic sama dengan arus beban I (secara


aktual Ic = Ip + I) dan menggunakan nilai Ip = e/Rp didapatkan :

Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :

Elektrodinamometer yang dihubungkan dalam konfigurasi gambar 4-3


mempunyai defleksi yang sebanding dengan daya ratarata. Jika f dan I
adalah besaran sinus dengan bentuk e = Em sin wt dan I = Im sin (wt + f )
maka persamaan (*) berubah menjadi :

dimana E dan I menyatakan nilai - nilai rms tegangan dan arus f


menyatakan sudut fasa antara tegangan dan arus. Wattmeter

11
elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk mempertahankan
medan magnetnya, tetapi ini biasanya sangat kecil dibandingkan daya
beban sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang
tepat, arus kumparan harus sama dengan arus beban, dan kumparan
potensial harus dihubungkan diantara terminal beban. Kesulitan dalam
menempatkan sambungan kumparan tegangan diatasi dengan wattmeter
yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan,
masingmasing mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan
menggunakan kawat lebih besar yang membawa arus beban
ditambah arus untuk kumparan tegangan. Kumparan lain menggunakan
kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan tegangan.
Tetapi arus ini berlawanan dengan arus didalam kumparan besar,
menyebabkan fluks yang berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I
dihilangkan dan wattmeter menunjukkan daya yang sesuai.

b. Wattmeter tiga fasa


Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak, memerlukan
pemakaian dua atau lebih wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh
dengan menjumlahkan pembacaan masing-masing wattmeter secara
aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur
dengan mengurangi satu elemen wattmeter dan sejumlah kawat-kawat
dalam setiap fasa banyak, dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat
dibuat common terhadap semua rangkaian potensial. Gambar 4-4
menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran konsumsi daya
oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang dihubungkan secara
delta. Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan
kumparan tegangan dihubungkan antara (jala-jala, line) A dan C.
Kumparan arus wattmeter 2 dihubungkan dalam jaringan B , dan
kumparan tegangannya antara jaringan B dan C. Daya total yang dipakai
oleh beban setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari
kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor gambar 4-5 menunjukkan
tegangan tiga fasa VAC, VCB, VBA dan arus tiga fasa IAC, ICB dan

12
IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dan dihubungkan secara
induktif dan arus fasa ketinggalan dari

Kumparan arus wattmeter 1 membawa arus antara IA’A yang merupakan


penjumlahan vektor dan arus-arus fasa IAC dan IAB. Kumparan potensial
wattmeter 1 dihubungkan ke tegangan antara VAC. Dengan cara sama
kumparan arus wattmeter 2 membawa arus antara IB’B yang merupakan
penjumlahan vektor dari arus-arus fasa IBA dan IAC, sedang tegangan pada
kumparan tegangannya adalah tegangan antara VBC. Karena beban adalah
setimbang, tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya dan dituliskan :

Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter adalah:


W1 = VAC.IA’A Cos (30°-?) = VI Cos (30°-?)
W2 = VBC.IB’B Cos (30°+?) = VI Cos (30°+?)
dan
W1+W2 = VI Cos (30°-?) + VI Cos (30°+?)
= VI Cos 30°Cos ? + Sin 30°Sin? + Cos30°Cos? -Sin30°sin?)
= 3 VI Cos?

13
Persamaan diatas merupakan besarnya daya total dalam sebuah rangkaian tiga
fasa, dan karena itu kedua wattmeter pada gambar secara tepat mengukur
daya total tersebut. Dapat ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari
pembacaan kedua wattmeter akan memberikan nilai daya yang benar untuk
setiap kondisi yang tidak setimbang. Jika kawat netral dari system tiga fasa
juga tersedia seperti halnya pada beban yang tersambung dalam hubungan
bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema Blondel, diperlukan tiga wattmeter
untuk melakukan daya nyata total.

4. Prosedur Pengoperasian
Pada makalah ini kami hanya akan menuliskan pengoperasian daya AC
dan DC hanya untuk satu fasa.
a. Pengukuran daya DC atau AC satu fasa.
Hubungkan kumparan arus secara seri terhadap beban. Dengan cara
menghubungkan terminal kumparan arus (.± ) ke sumber tegangan,
sedangkan ujung kumparan arus yang lain (A) dihubungkan ke beban.
Hubungkan kumparan tegangan secara parallel dengan beban. Dengan cara
menghubungkan terminal kumparan tegangan (±) ke beban sedangkan ujung
terminal tegangan yang lain (V) dihubungkan ke ujung beban yang lainnya.
Jika jarum penunjuk bergerak kearah kiri, tuka ujung-ujung kumparan
tegangannya.

14
b. Pengukuran daya satu fasa jika arus melebihi nilai perkiraan

Seperti pada gambar 4-15, sambungkan trafo arus (CT) ke rangkaian arus.
Kalikan rasio transformasi arus dengan W (nilai terukur dikalikan konstanta)
untuk mendapatkan daya beban. Jangan membuka rangkaian arus sampai
pengukuran selesa

c. Pengukuran daya satu fasa tegangan melebihi nilai perkiraan

Seperti pada gambar 4-16, sambungkan trafo tegangan (P.T) ke


rangkaian tegangan. Untuk mendapatkan daya beban, kalikan rasio lilitan dari
transformator dengan W (nilai terukur dikalikan konstanta). Jika
dimungkinkan hubungkan grounding konduktor dari sumber daya ke
rangkaian arus.

15
d. Pengukuran daya satu fasa jika tegangan dan arus melebihi nilai
perkiraan
Seperti pada gambar 4-17, hubungkan trafo tegangan (P.T) ke
rangkaian tegangan, dan trafo arus ( C.T ) ke rangkaian arus. Daya beban
ditentukan dengan rumus :

W = ( nilai yang terindikasi x konstanta perkalian ) x rasio C.T x rasio P.T


Contoh, nilai terindikasi = 120,

konstanta perkalian =5 ( 120V,5A)


Rasio P.T= 6600/110
Rasio CT= 50/5
W = 120x5x6600/110x50/5=360.000=360kW

16
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan yang ada pada makalah ini maka simpulan yang
dapat diambil adalah alat ukur listrik adalah suatu alat yang dapat mengetahui
besarnya nilai yang  digunakan dalam sebuah alat ukur listrik berdasarkan tingkat
ketelitian tertentu.

B. Saran
Mengukur tidaklah susah jika kita tidak membuatnya susah.Yang harus kita
perhatikan ketika ingin memulai suatu pengukuran adalah bagaimana langkah-
langkahnya atau prosedur pengukuran tersebut. Apabila dalam melakukan suatu
pengukuran kita telah melaksanakannya sesuai prosedur,maka hasilnya pun akan
sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Maka dari itu, janganlah pernah takut untuk melakukan sebuah pengukuran
menggunaakan alat ukur listrik. Mudah-mudahan makalah ini bisa menjadi suatu
referensi untuk kita untuk mulai mencoba melakukan pengukuran menggunakan alat
ukur listrik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Muslimim ,M. 1984. Alat-alat Ukur Listrik dan Pengukuran Listrik.


Bandung : CV.Armico.
Phase Squence Indoicator . tesco dua kawat . http://www.tescoadvent.
com/tesco-phase-sequence.html
R.S. Panti Rapih. MRI ( Magnetik Resonance Imaging ) Instalasi
Radiologi.R.S. Panti Rapih .
http://health.howstuffworks.com/mri1.htm
Soedjana, S., Nishino, O. 1976. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

19

Anda mungkin juga menyukai