Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis Dasar II

PENGUAT GANDENGAN DC

DISUSUN OLEH:
NAMA : RESKI INDRAWATI USMAN HS
NIM : H21116007
KELOMPOK : IV (EMPAT)
TANGGAL PERCOBAAN : 26 FEBRUARI 2018
ASISTEN : HARDIANTI

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari berbagai komponen elektronika banyak di
ciptakan oleh para ilmuawan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Komponen-komponen tersebut dari bahan semikonduktor dengan ukuran dan
fungsi yang berbeda-beda, dimana komponen-komponen itu dibuat sesuai dengan
fungsinya masing-masing, selain itu juga pembuatan komponen-komponen itu di
sesuaikan dengan kebutuhan manusia. Perancangan elektronika itu sendiri
merupakan sebuah pekerjaan yang semestinya dapat dikerjakan oleh orang-orang
yang berkaitan dalam bidang elektro [1].
Dalam praktek sering kali kita harus menghubungkan suatu penguat
dengan suatu sumber dengan penguat lain, atau dengan beban secara langsung. Ini
perlu dilakukan bila isyarat berupa arus DC atau tegangan bolak balik dengan
frekuensi amat rendah. Dalam banyak hal kita perlu menghubungkan satu
transistor dengan transistor yang lain secara langsung yaitu apabila diinginkan
penguatan arus yang besar untuk isyarat DC maupun AC. Selain itu,
penggandengan langsung antara dua transistor juga dilakukan untuk membuat
rangkaian lebih sederhana, ringkas dan mempunyai titik operasi yang lebih
mantap, yaitu tidak mudah berubah [1].
Bila isyarat berupa arus atau tegangan DC atau bolak-balik dengan
frekuensi sangat rendah, maka diperlukan rangkaian penguat gandengan DC. Pada
penguat ini, antara transistor yang satu dengan yang lainnya dihubungkan secara
langsung. Ada beberapa cara untuk memperoleh penguat gandengan DC
diantaranya adalah penguat diferensial dan penguat hubungan Darlington [1].
Di dalam penulisan laporan ini, diharapkan agar dapat memahami dan
membedakan antara gandengan RC dengan gandengan DC yang akan kita bahas
dan mampu mengaplikasikan fungsi dari tiap-tiap rangkaian penguat gandengan
dalam kehidupan sehari-hari.
I.2 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup pada percobaan penguat gandengan DC ini adalah
bagaimana menentukan titik pada untai penguat, menentukan tegangan Vce pada
Q2 agar sebesar setengah dari Vcc, mengukur besar tegangan masukan dan
keluaran pada frekuensi yang berubah serta mengukur tegangan dan arus pada
kaki-kaki resistor.
I.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan untai pada titik penguat dimana perlu dilakukan pengukuran
2. Mengukur hilang tegangan pada penggandengan dua penguat
3. Mengukur tanggapan amplitudo penguat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gandengan DC
Dalam banyak hal sering kali kita perlu menghubungkan suatu penguat
dengan suatu sumber, dengan penguat lain, atau dengan suatu beban secara
langsung. Ini perlu dilakukan bila isyarat berupa arus DC atau dengan bolak-balik
dengan frekuensi amat rendah [1].
Dalam banyak hal kita perlu menghubungkan satu transistor dengan
transistor lain secara langsung yaitu apabila diinginkan penguatan arus yang besar
untuk isyarat DC maupun AC. Selain itu penggandeng langsung antara dua
transistor juga dilakukan untuk membuat rangkaian lebih sederhana, ringkasan
dan mempunyai titik operasi yang lebih mantap, yaitu tak mudah berubah [1].
Pada pembahasan ini akan dibahas penguat gandengan DC yang
biasa, yaitu kolektor transistor pertama dihubungkan dengan basis transistor
kedua [1].
B. Penguat dengan Dua Transistor Dihubungkan Langsung
Gambar 2.1 menunjukkan dua transistor NPN yang digandengkan langsung
secara biasa, dimana kolektor transistor pertama dihubungkan dengan basis
transistor kedua [1].

Gambar 2.1 Penguat dengan dua transistor bergandengan langsung [1].


Rangkaian diatas diambil dari satu majalah elektronik. Agar penguat
bekerja dengan baik, yaitu mampu menghasilkan isyarat keluaran yang besar
tanpa cacad, titik q haruslah ditengah garis beban. Penguat dengan tegangan
panjar seperti ini disebut penguat kelas A [1].
C. Tegangan Panjar Balikan
suatu variasi rangkaian tegangan panjar untuk penguat dengan dua
transistor yang digandengkan langsung dilukiskan pada gambar 2.3 dan variasi
lain lagi dilukiskan pada gambar 2.4 [1].

Gambar 2.3 Penguat dengan dua transistor bergandeng langsung dan tegangan
panjar balikan [1].

Gambar 2.4 Variasi penguat dengan dua transistor bergandeng langsung dan
tegangan panjar balikan [1].
Pada rangkaian gambar 2.3 dan gambar 2.4 arus panjang basis Q1 diambil
dari rangkaian pada gambar 2.3. misalkan arus IC2 pada Q2 bertambah besar,
tegangan DC pada titik a akan semakin naik. Akibatnya arus basis untuk Q1 akan
bertambah besar, arus kolektor IC1 pada transistor Q1 akan bertambah besar dan
tegangan DC pada kolektro C1 turun. Akibatnya VBE pada transistor Q2 akan
berkurang, mempemgaruhi arus kolektor IC2 pada transistor Q2 dan tegangan titik a
akan turun. Tampak bahwa dengan tegangan panjar balikan rangkaian akan
menekannya bila karena suatu hal tegangan pada titik a bertambah. Akibatnya
dengan tegangan panjar seperti ini dapat kita peroleh titik kerja yang mantap [1].
Subkrit Tunggal
Subskrit tunggal untuk menggunakan mode tegangan, tegangan antara
point subskrit dan ground. Untuk mempersingkat kita dapat menghitung subskrit
yang berpasangan dari perbedaan subskrit antara subskrit tunggal dengan suskrit
yang berpasangan [2].
VCE = Vc-VE (2.1)
VCB= Vc-VB (2.2)
VBE= VB-VE (2.3)
Disini kita dapat menghitung subskrit double tegangan untuk transistor
sirkuit, Kkarena nilai CE adalah nol maka tegangan dapat di sederhanakan
menjadi[2].
VCE = Vc (2.4)
VCB= Vc-VB (2.5)
VBE= VB (2.6)
Pengujian transistor
Kebutuhan energi terus mengalami peningkatan, karena pesatnya energi
setiap tahun selalu mengalami perkembangan teknologi di semua bidang. Dengan
kondisi tersebut akan menimbulkan masalah jika penyediaan energi kurang untuk
memenuhi kebutuhan. Bahkan bahan fosil dan gas bumi tidak mampu lagi
mencukupi, dikarenakan bahan fosil lama untuk memperbaharuinya [3].
Untuk transistor NPN, kaki basis memiliki hubungan forward dari basis ke
kolektor dan dari basis ke emitor serta hubungan reverse untuk posisi sebaliknya.
Untuk transistor PNP, kaki basis memiliki hubungan reverse dari basis ke
kolektor dan dari basis ke emitor serta hubungan forward untuk posisi sebaliknya.
Pada transistor secara umum antara kaki kolektor dan kaki emitor memiliki
resistansi tak berhingga pada saat basis tidak mendapat bias tegangan. Kemudian
pada saat basis diberikan bias maka antara kolektor ke emitor akan memiliki
resistansi rendah dengan hubungan forward untuk transistor NPN dan hubungan
reverse untuk transistor PNP [4].
Kapasitor decoupling memiliki fungsi yang banyak digunakan untuk
mrngatasi listrik suara. Penguat dari daya masukan suara tersebut terutama dari
radar yang akan menurun. Khusunya semua sirkuit pada IC akan berubah [5].
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin 26 Februari 2018 pukul 13.00-
16.00 WITA bertempat di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi,
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat Beserta Fungsinya
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah:
1. Papan Rangkaian

Gambar III.1 Papan Rangkaian


Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat perakitan rangkaian penguat
gandengan DC.
2. Multimeter Digital

Gambar III.2 Multimeter Digital


Multimeter berfungsi untuk mengukur arus dan tegangan keluaran.
3. Osiloskop

Gambar III.3 Osiloskop


Osiloskop berfungsi untuk menampilkan bentuk signal keluaran rangkaian
4. Kabel Jumper

Gambar III.4 Kabel Jumper


Kabel jumper berfungsi untuk menghubungkan komponen dalam rangkaian
pada papan rangkaian.
5. Catu Daya

Gambar III.5 Catu Daya


Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan pada penguat gandengan DC
III.2.2 Bahan Beserta Fungsinya
Bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah:
1. Resistor

Gambar III.6 Resistor


Resistor berfungsi sebagai pemberi hambatan/nilai resistansi pada
rangkaian.
2. Kapasitor

Gambar III.7 Kapasitor


Kapasitor befungsi menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara
3. Potensiometer

Gambar III.8 Potensiometer


Potensiometer berfungsi sebagai penghambat arus dalam penguat gandengan
DC.
4. Transistor

Gambar III.9 Transistor


Transistor befungsi sebagai penguat gandengan DC.
III. 3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Pengaturan Tegangan Vce (Q2) sebesar 𝟏⁄𝟐 Vcc
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Membuat rangkaian penguat gandengan DC seperti pada gambar III.10

(a) (b)
Gambar III.10 (a) Gambar skema rangkaian penguat gandengan DC, (b) foto
rangkaian penguat gandengan DC
3. Menghubungkan kabel catu daya pada rangkaian, yaitu probe merah pada VCC
dan probe hitam pada ground.
4. Menghubungkan kabel multimeter pada rangkaian, yaitu probe merah pada
kaki kolektor dan probe hitam pada kaki emiter transistor.
5. Mengukur besar VCC dengan menggunakan multimeter.
6. Mengatur potensiometer agar besar Vce = ½ Vcc yang ditunjukkan pada
multimeter.
7. Mengalibrasi osiloskop.
8. Mengatur input dan output osiloskop dimana Chanel 1 sebagai input dan
chanel 2 sebagai output.
9. Menghubungkan kabel osiloskop, signal generator dan catu daya pada
rangkaian.
10. Menghubungkan probe merah catu daya pada VCC dan probe hitam di ground.
11. Menghubungkan probe merah chanel 1 pada input dan probe hitam pada
ground.
12. Menghubungkan probe merah chanel 2 pada output dan probe hitam pada
ground.
13. Menghubungkan probe merah signal generator pada input dan probe hitam
pada ground.
14. Memutar potensiometer sehingga mendapatkan hasil 1⁄2 Vcc yang dapat
dilihat dari multimeter.
III.3.2 Pengukuran Besar Tegangan Masukan dan Tegangan Keluaran pada
Frkuensi yang Berubah.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Menghubungkan kabel catu daya pada rangkaian, yaitu probe merah pada VCC
dan kabel probe hitam pada ground.
3. Menghubungkan kabel multimeter pada rangkaian, yaitu probe merah pada
kaki kolektor dan probe hitam pada kaki emiter transistor.
4. Mengatur input dan output osiloskop dimana Chanel 1 sebagai input dan
chanel 2 sebagai output.
5. Mengamati bentuk isyarat masukan dan keluaran pada osiloskop dan
menghitung besar Vin dan Vout dengan nilai frekuensi 100 Hz, 200 Hz, 500 Hz,
1K, 2K dan 5K.
6. Mencatat data yang diperoleh pada tabel pengamatan.
III.3.3 Prosedur Percobaan Pengukuran Tegangan dan Arus pada Kaki-Kaki
Transistor
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Mengukur besar Ve, Vc danVb pada transistor pertama.
3. Menghitung besar Ve dengan menghubungkan kabel catu daya dan kabel
multimeter pada rangkaian.
4. Menghubungkan probe merah catu daya pada VCC dan probe hitam di ground.
5. Menghubungkan probe merah multimeter pada kaki emiter dan probe hitam di
ground.
6. Memerhatikan besar tegangan yang ditunjukkan multimeter.
7. Mencatat data yang diperoleh pada table pengamatan.
8. Menghitung besar Vc dan Vb dengan cara yang sama.
9. Mengatur multimeter untuk menghitung arus.
10. Menghitung arus Ic dan Ib pada transistor pertama dengan menghubungkan
kabel catu daya dan kabel multimeter pada rangkaian.
11. Mengangkat kaki resistor yang letaknya paling dekat dengan transistor yang
berhubungan dengan kaki kolektor transistor pertama.
12. Menghubungkan probe merah catu daya pada VCC dan probe hitam di ground
serta menghubungkan probe merah multimeter pada kaki resistor yang telah
diangkat sebelumnya probe hitam di ground.
13. Memerhatikan besar arus yang ditunjukkan multimeter.
14. Mencatat data yang diperoleh pada tabel pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sutrisno. Elektronika 2 Teori dan Penerapannya. Bandung: ITB, 1985.

[2] Malvino. Prinsip-Pinsip Elektronik (edisi Terjemahan). Erlangga, Jakarta,


1992.

[3] W.A. Ayara, C.C. Uhuegbu. "Power Transistor and Photodiode As A Solar
Cell Device", Internasional Journal of Engineering Science and Technology
(IJEST), Vol.3, No.3, 2011.

[4] Zulfutrawijaya. “Pembuatan Solar Cell Menggunakan Transistor Jenis NPN


Tipe 2N3055 untuk Menghasilkan Tegangan 12 Volt”, Jurusan Teknik
Elektro.

[5] Mao H.S, Yih H.L, Yin C.C,. “VLSI Implementation of 8051 MCU with
Decoupling Capacitor for ICEMC”. Journal of Electrical and Electronic
Engineering, Vol.5, No.1, hh.18, 2017.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data
1. Data Komponen
Tabel IV.1 Data Komponen pada Rangkaian Penguat DC

No Transistor Resistor Kapasitor

1 100K Ω
10 µF
2 10K Ω
3 20K Ω (Potensiometer)
BC 108 10 µF
4 68 Ω
5 470 Ω
330 µF
6 1K Ω

VCC = 8.94 V
VCE = 4.46 V
2. Tegangan
Tabel IV.2 Besar Tegangan Masukan dan Keluaran dengan Frekuensi Berubah
Frekuensi (Hz) 𝑉𝑖𝑛 (Volt) 𝑉𝑜𝑢𝑡 (Volt)
100 22 x 10-3 1050 x 10-3
200 22 x 10-3 1050 x 10-3
500 22 x 10-3 1100 x 10-3
1K 22 x 10-3 1100 x 10-3
2K 24 x 10-3 1100 x 10-3
5K 20 x 10-3 1100 x 10-3
10K 20 x 10-3 1100 x 10-3
20K 20 x 10-3 1100 x 10-3
50K 20 x 10-3 1100 x 10-3
100K 20 x 10-3 1100 x 10-3

200K 20 x 10-3 1100 x 10-3


3. Tegangan dan Arus Kaki Transistor
Tabel IV.3 Besar Tegangan dan Arus Transistor Q1 dan Q2

Transitor VC(V) VB(V) VE(V) IC(mA) IE(mA)


Q1 5.04 0.84 0.18 0.38 0.33
Q2 8.9 5.04 4.41 4.05

IV.1.2 Pengolahan Data


IV.1.2.1 Penguatan Saat Frekunsi Berubah
𝑉𝑖𝑛
𝐺1 =
𝑉𝑜𝑢𝑡
Keterangan :
𝐺1 = penguatan tegangan (kali)
𝑉𝑜𝑢𝑡 = tegangan output (V)
𝑉𝑖𝑛 = tegangan input (V)
1. Pada frekuensi 100 Hz
𝑉𝑖𝑛 22 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,021 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1050 x 10−3 𝑉
2. Pada frekuensi 200 Hz
𝑉𝑖𝑛 22 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,021 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1050 x 10−3 𝑉
3. Pada frekuensi 500 Hz
𝑉𝑖𝑛 22 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,02 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉
4. Pada frekuensi 1 KHz
𝑉𝑖𝑛 22 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,02 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉
5. Pada frekuensi 2 KHz
𝑉𝑖𝑛 24 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,022 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉
6. Pada frekuensi 5 KHz
𝑉𝑖𝑛 20 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,018 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉
7. Pada frekuensi 10 KHz
𝑉𝑖𝑛 20 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,018 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉
8. Pada frekuensi 20 KHz
𝑉𝑖𝑛 20 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,018 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉
9. Pada frekuensi 50 KHz
𝑉𝑖𝑛 20 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,018 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉
10. Pada frekuensi 100 KHz
𝑉𝑖𝑛 20 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,018 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉
11. Pada frekuensi 200 KHz
𝑉𝑖𝑛 20 x 10−3 𝑉
𝐺1 = = = 0,018 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑜𝑢𝑡 1100 x 10−3 𝑉

IV.1.3 Grafik
IV.1.3.1 Hubungan Frekuensi Terhadap Penguatan

Frekuensi Terhadap Penguatan


0.025

0.02
Penguatan (kali)

0.015

0.01

0.005

0
0 50000 100000 150000 200000 250000
Frekuensi (Hz)
IV.1.3.2 Hubungan Frekuensi Terhadap Vin

Frekuensi Terhadap Vin


30

25
Vin (1 x 10-3 Volt)

20

15

10

0
0 50000 100000 150000 200000 250000
Frekuensi (Hz)

IV.1.3.3 Hubungan Frekuensi Terhadap Vout

Frekuensi Terhadapa Vout


1110

1100
Vout (1 x 10-3 Volt)

1090

1080

1070

1060

1050

1040
0 50000 100000 150000 200000 250000
Frekuensi (Hz)

IV.2 Pembahasan
Rangkaian penguat gandengan DC ini meupakan rangkaian dimana
transistor dihubungkan secara langsunng tanpa ada kapasitor yang
mengantarainya. Dimana kolektor transistor pertama dihubungkan dengan basis
transistor kedua. Pada percobaan ini komponen yang digunakan yaitu transistor
BC108, resistor sebesar 100K Ω, 10K Ω, 68 Ω, 470 Ω, 1K Ω, Potensiometer
sebesar 20K Ω, dan kapasitor yang digunakan sebsar 10 µF dan 330 µF.
Pada percobaan dilakukan pengukuran terhadap tegangan kolektor-emitor
dan didapatkan 𝑉𝐶𝐸 = 1/2 𝑉𝐶𝐶 yaitu 6 Volt. Selain itu Pada percobaan ini
dilakukan pengukuran tegangan pada setiap kaki-kaki transistor dan didapatkan
hasil pengukuran pada Q1yaitu VC sebesar 5,04 V, VB sebesar 0,84 V dan VE
sebesar 0,18V. Sedangkan pada Q2 yaitu VC sebesar 8,9 V, VB sebesar 5,04 V dan
VE sebesar 4,41 V. Adapun pengukuran lain yang dilakukan adalah pengukuran
terhadap arus kolektor pada transistor pertama, dengan mengangkat kaki resistor
yang letaknya paling dekat dengan kolektor transistor. Pada pengukuran arus kaki
transistor Q1 didapatkan IE sebesar 0,33 mA dan IC sebesar 0,38 mA, sedangkan
pada transistor Q2 besar arus yang didapatkan yaitu IE sebesar 4,05 mA.
Perbedaan tersebut mungkin disebabkan karena tegangan berbanding lurus dengan
hambatan sehingga kaki kolektor memiliki tegangan yang lebih besar
dibandingkan kaki basis dan emitor.
Untuk pengukuran nilai tegangan masuk (Vin) dan tegangan keluar (Vout)
digunakan frekuensi sebesar 100 Hz, 200 Hz, 500 Hz, 1KHz, 2K Hz, 5K Hz, 10K
Hz, 20K Hz, 50K Hz, 100K Hz dan 200K Hz. Untuk frekuensi sebesar 100 Hz
didapatkan hasil pengukuran untuk Vin sebesar 22 x 10-3V dan Vout nya sebesar
1050 x 103V, frekuensi 200 Hz sebesar 22 x 10-3V dan Vout nya sebesar 1050 x
103V, frekuensi 500 Hz sebesar 22 x 10-3V dan Vout nya sebesar 1100 x 103V,
frekuensi 1K sebesar 22 x 10-3V dan Vout nya sebesar 1100 x 103V, frekuensi 2K
sebesar 24 x 10-3V dan Vout nya sebesar 1100 x 103V, frekuensi 2K sebesar 20 x
10-3V dan Vout nya sebesar 1100 x 103V, serta frekuensi 5K sebesar 20 x 10-3V
dan Vout nya sebesar 1100 x 103V. Sehingga penguatannya sebesar 0.021 kali,
0.021 kali, 0.02 kali, 0.02 kali, 0.022 kali, 0.018 kali. Percobaan ini menunjukkan
bahwa penguat dengan dua transistor bergandengan langsung akan memberikan
penguatan pada tegangan masukan yang kecil sehingga menghasilkan tegangan
keluaran yang besar.
Pada percobaan ini amplitudo yang dihasilkan yaitu semakin besar frekuensi
yang diberikan maka tingkat kerapatan gelombang semakin kecil. Sedangkan
frekuensi yang rendah maka tingkat kerapatan gelombang besar.
Dalam praktikum penguat gandengan DC ini, ada beberapa kendala yang
dihadapi praktikan, diantaranya adalah osiloskop dan signal generator yang tidak
berfungsi dengan baik sehingga komponen yang telah dirangkai juga tidak dapat
menampilkan bentuk gelombang yang diharapkan. Dengan adanya kendala ini,
bisa saja membuat praktikan kehabisan waktu untuk mengkalibrasi alat juga
membuat data yang diperoleh itu kurang akurat.

Anda mungkin juga menyukai