Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FIBER OPTIK

PERCOBAAN 2
PENGUKURAN REDAMAN KABEL FIBER OPTIK MENGGUNAKAN
OPYICAL LIGHT SOUCE (OLS) DAN OPTICAL POWER METER
(OPM)

Disusun Oleh:

Nama : Verina Mega Puspita

NIM : 4.31.16.1.23

Kelas : TE – 4B

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
PERCOBAAN II
1. Judul Percobaan
Pengukuran Redaman Kabel Fiber Optik Menggunakan Optical Light Source
(OLS) dan Optical Power Meter (OPM)

2. Tujuan Percobaan
a. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik kabel fiber optik.
b. Mahasiswa dapat mengukur redaman fiber optik menggunakan OLS dan
OPM.
c. Mahasiswa dapat mengukur redaman akibat penggunaan splitter dan
penambahan attenuator pada fiber optik.

3. Landasan Teori
Kabel Fiber Optic sangat bervariasi, mulai dari jenis fiber, konstruksinya dan
material pembungkusnya sampai dengan jumlah fiber core yang terkandung
didalamnya. Serat Optik adalah bahan yang sangat tipis dengan tingkat kemurnian
yang sangat besar seperti kaca, yang mana dapat menghantarkan cahaya dari suatu
asal sampai dengan tujuan tertentu dengan tingkat pembiasan yang sangat kecil.
Tipe dari fiber terdiri dari dua jenis tipe kabel fiber optic yaitu Multimode dan
Singlemode.
a. Multimode fiber dapat membawa beberapa sinar cahaya sekaligus dalam
jarak yang tidak terlalu panjang. Oleh karena batasan kemampuan
penggunaan kurang dari satu kilometer panjang, maka lebih banyak
dimanfaatkan untuk backbone jaringan, umumnya memiliki dua jenis
ukuran core yaitu 62.5 dan 50 micron.
b. Singlemode fiber memiliki core yang jauh lebih kecil dengan hanya 9
micron dan hanya memiliki satu jalur yang dapat membawa satu cahaya
dengan kemampuan jarak tempuh lebih dari 100 kilometer.
Power Meter Test dan Laser Source adalah alat yang dipakai untuk mengukur total
loss dalam sebuah link optik baik saat instalasi (uji akhir) atau pemeliharaan dan
juga untuk kelurusan core optik. Laser Source/ Optical Light Source (OLS) seperti
terlihat pada gambar 2.1 merupakan sumber laser (Signal Optik) atau cahaya untuk
ditransmisikan melalui kabel serat optik dengan panjang gelombang (l) yang
bermacam-macam dalam satuan nm.

Gambar 2.1 Optical Light Source

Gambar 2.2 Optical Power Meter

Power Meter/ Optical Power Meter (OPM) seperti pada gambar 2.2 merupakan alat
yang digunakan untuk mengetahui besarnya signal optik yang datang pada sisi
penerima (Rx). Redaman diukur dalam satuan Decibel (dB) atau dBm.

Attenuator fiber optik seperti pada gambar 2.3 merupakan komponen yang
berfungsi sebagai pelemah atau penurun level sinyal cahaya yang ditransmisikan
pada kabel fiber optik. Disamping sebagai pelemah sinyal, attenuator juga dapat
digunakan sebagai penyesuai (matching) impedansi. Sebagai penyesuai impedansi,
attenuator diharapkan dapat selalu mengikuti perubahan-perubahan besarnya
impedansi keluaran (output). Jenis-jenis bentuk attenuator fiber optik sama seperti
konektor pada kabel fiber optik. Attenuator fiber optik memiliki besaran redaman
yang bermacam-macam yaitu 3, 5, 10,15 dan 20 dB.

Gambar 2.3. Jenis-jenis attenuator fiber optic

4. Daftar Alat yang Digunakan


1. Optical Power Meter JW3208C : 1 buah
2. Optical Light Source WEIYU HY-19-3109 : 1 buah
3. Attenuator fiber optik FC 10 dB : 1 buah
4. Attenuator fiber optik SC 10 dB : 1 buah
5. Attenuator fiber optik FC 15 dB : 1 buah
6. Kabel fiber optik : 70 meter

5. Gambar Rangkaian
Gambar 2.4 merupakan topologi percobaan dengan OLS sebagai pemancar dan
OPM sebagai penerima dengan attenuator disambungkan ke penerima

Gambar 2.4. Topologi Percobaan


6. Langkah Kerja
Langkah kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bentangkan kabel fiber optik sepanjang 70 meter
2. Sambungkan ujung pertama pada Optical Light Source (OLS)
3. Sambungkan ujung kedua pada Optical Power Meter (OPM) tanpa
melakukan bending dan tanpa penambahan attenuator.
4. Atur frekuensi pada Optical Light Source (OLS) sesuai dengan table
percobaan yaitu 0 Hz, 270 Hz, 1000 Hz, dan 2000 Hz.
5. Atur juga panjang gelombang fiber optik sesuai dengan table percobaan
yaitu 1310 nm dan 1550 nm.
6. Amati daya dan rugi-rugi yang dihasilkan kemudian catat pada tabel tanpa
penambahan attenuator.
7. Ulangi langkah 3 namun dengan penambahan attenuator yaitu 10 dB dan 15
dB
8. Ulangi percobaan pengukuran daya dan rugi-rugi dengan melakukan
penambahan bending berdiameter 15 cm sebanyak 1 X dan 6 X
9. Catat hasilnya pada tabel hasil percobaan.

7. Hasil Percobaan
Tabel 2.1 Kondisi normal tanpa dibending Oleh Verina Mega Puspita
Tanpa Atenuator Atenuator 10 dB Atenuator 15 dB
F 1310 nm 1550 nm 1310 nm 1550 nm 1310 nm 1550 nm
No (Hz)
µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm
1 0 218,1 -6,61 169,6 -7,70 23,23 -16,33 17,48 -17,57 9,851 -20,06 5,276 -22,77
2 270 109,6 -9,60 87,84 -10,56 11,75 -19,25 9,015 -20,45 5,047 -22,96 2,692 -25,69
3 1000 107,8 -9,67 84,86 -10,71 11,64 -19,33 8,810 -20,54 4,944 -23,05 2,641 -25,78
4 2000 131,3 -8,81 101,8 -9,92 13,99 -18,54 10,58 -19,75 5.946 -22.25 3,169 -24,99

Tabel 2.2 Kondisi normal tanpa dibending Oleh Muhammad Shoqi Mu’allif
Tanpa Atenuator Atenuator 10 dB Atenuator 15 dB
F 1310 nm 1550 nm 1310 nm 1550 nm 1310 nm 1550 nm
No (Hz)
µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm
1 0 218,8 -6,59 169,5 -7,7 23,17 -16,35 17,52 -17,56 9,968 -20,01 5,230 -22,81
2 270 110,8 -9,55 84,95 -10,74 11,79 -19,28 9,038 -20,43 5,118 -22,94 2,659 -25,75
3 1000 108,3 -9,65 85,23 -10,89 11,61 -19.34 8,722 -20,59 4,984 -23,02 2,604 -25,84
4 2000 131,3 -8,81 101,5 -9,93 13,95 -18,55 10,39 -19,83 6,009 -22,21 3,141 -25,02

Tabel 2.3 Kondisi normal tanpa dibending Oleh Astrid Mellinda


Tanpa Atenuator Atenuator 10 dB Atenuator 15 dB
F 1310 nm 1550 nm 1310 nm 1550 nm 1310 nm 1550 nm
No (Hz)
µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm µW dBm
1 0 220.9 -6,55 170,5 -7,68 23,18 -16,34 17,53 -17,56 9,826 -20,07 5,261 -22,78
2 270 115,2 -9,38 84,61 -10,72 11,79 -19,28 8,969 -20,47 5,110 -22,91 2,707 -25,67
3 1000 111,9 -9,50 85,16 -10,69 11,64 -19,34 8,806 -20,55 4,936 -23,06 2,626 -25,80
4 2000 132,1 -8,78 102,1 -9,90 14,00 -18,53 10,56 -19,75 5,930 -22,26 3,166 -24,99

8. Analisa Data
Percobaan pengukuran redaman kabel fiber optik menggunakan OPM dan
OLS bertujuan untuk mengetahui performansi total redaman (total loss) pada link
fiber optic dan mengecek keadaan fisik dari kabel fiber optic yang meliputi
pengecekkan apakah kabel fiber optik dalam keadaan baik (tidak putus)
sambungannya atau malah sebaliknya sambungan dari kabel fiber optic tersebut
dalam keadaan tidak terkoneksi. Untuk itu pembacaan yang benar pada optical
power meter dan inputan yang sesuai pada optical light source perlu diperhatikan.
Daya keluaran dari OLS diukur dengan OPM sebagai Power input (Pin) sebelum
dimasukan pada salah satu ujung kabel FO yang akan diukur redamannya,
kemudian dilakukan pengukuran pada ujung kabel sisi satunya lagi (Pout).

Pada gambar 2.4 ditunjukkan topologi pengujian yang akan dilakukan yaitu
light source akan mengirimkan sinyal dalam bentuk cahaya melalui kabel fiber
optik yang diuji. Kemudian optical power meter akan mendapat nilai tertentu yang
juga mampu dibandingkan oleh data data pada tempat atau objek lain. Pada
percobaan kali ini setiap anggota kelompok diwajibkan untuk melakukan
pengukuran secara bergiliran yang akan dibandingkan hasilnya antar anggota
kelompok.

Langkah pertama percobaan ini yaitu mengukur kabel fiber optic dengan
mengubah frekuensinya saja, mulai dari 0 Hz, 270 Hz, 1 KHz, dan 2 KHz dengan
panjang gelombang yaitu sebesar 1310 nm dan 1550 nm. Kemudian diperoleh tiga
hasil pengukuran pada tabel 2.1, 2.2, dan 2.3. Pada ketiga tabel tersebut
diperlihatkan bahwa perubahan nilai frekuensi berpengaruh pada redaman.
Semakin tinggi frekuensi semakin besar juga redamannya.

Langkah percobaan ke dua yaitu menambahkan attenuator sebesar 10 dB,


pada tabel 2.1, 2.2 dan 2.3 didapatkan hasil yaitu nilai redaman awal akan
bertambah 10 dB. Sebagai contoh pada tabel 2.1 percobaan awal tanpa attenuator
pada λ= 1310 nm dan frekuensi 0 Hz didapatkan hasil -6.61 dB dan ditambah
attenuator sebesar 10 dB maka besar redaman menjadi -16,33 dB.

Langkah percobaan ke tiga yaitu menambahkan attenuator sebesar 15 dB,


pada tabel 2.1, 2.2 dan 2.3 didapatkan hasil yaitu nilai redaman awal akan
bertambah 15 dB. Sebagai contoh pada tabel 2.1 percobaan awal tanpa attenuator
pada λ= 1310 nm dan frekuensi 0 Hz didapatkan hasil -6.61 dB dan ditambah
attenuator sebesar 15 dB maka besar redaman menjadi -20,07 dB.

Setelah melakukan percobaan tersebut, ketiga praktikan mendapatkan hasil yang


hampir sama walaupun memiliki rentang nilai yang membuat hasil pengukuran
sedikit berbeda. Berikut adalah grafik hasil pengukuran ketiga praktikan.
Pengukuran Tanpa Attenuator
250

200
Daya (µW)

150

100

50

0
0 500 1000 1500 2000 2500
Frekuensi (Hz)

Verina Shoqi Astrid

Gambar 2.5 Pengukuran Tanpa Attenuator λ= 1310 nm

Pengukuran dengan Attenuator 10 dB


25

20
Daya (µW)

15

10

0
0 500 1000 1500 2000 2500
Frekuensi (Hz)

Verina Shoqi Astrid

Gambar 2.6 Pengukuran Dengan Attenuator 10 dB λ= 1310 nm


Pengukuran dengan Attenuator 15 dB
12
10
Daya (µW)

8
6
4
2
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Frekuensi (Hz)

Verina Shoqi Astrid

Gambar 2.7 Pengukuran Dengan Attenuator 15 dB λ= 1310 nm

Berdasarkan gambar 2.5, 2.6 dan 2.7 dapat dianalisa bahwa daya terbesar
dihasilkan ketika tidak ada attenuator dan nilai yang dihasilkan pada attenuator 10
dB dan 15 dB menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tanpa
attenuator.

9. Kesimpulan
Berdasarkan praktek percobaan tersebut dapat di simpulkan bahwa
1. OLS (Optical Light Source) berfungsi sebagai transmitter data sinyal fiber
sedangkan OPM (Optical Power Meter) berfungsi sebagai receiver sinyal data
dan media pengukuran rugi-rugi media transmisi kabel fiber optic.
2. Perubahan nilai frekuensi berpengaruh pada redaman yang dihasilkan.
Semakin tinggi frekuensi semakin besar juga redaman yang dihasilkan.
3. Semakin besar attenuator yang diberikan, attenuasi yang dihasilkan semakin
besar.

Anda mungkin juga menyukai