Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PERCOBAAN 2

PRAKTIK FIBER OPTIK

PENGUKURAN REDAMAN KABEL FIBER OPTIK MENGGUNAKAN OPTICAL


LIGHT SOURCE (OLS) DAN OPTICAL POWER METER (OPM)

DISUSUN OLEH :

MOCHAMMAD DWI ARI WIBOWO

TE-4B / 12

4.31.14.1.13

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2017
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip pengukuran redaman kabel fiber optik
menggunakan OPM dan OLS.
2. Mahasiswa dapat mengukur redaman pada fiber optik menggunakan OPM dan
OLS.
3. Mahasiswa dapat menganalisa pengaruh perubahan parameter frekuensi
gelombang, panjang gelombang, attenuator, dan bending terhadap redaman
fiber optik.
II. Dasar Teori
a. OLS (Optical Light Source)
OLS atau Optical Light Source adalah alat yang digunakan sebagai
pemancar cahaya dalam kegiatan pengecekan kelurusan node yang saling
terhubung melalui kebel serat optik antar OTB (Optical Terminal Box), ODF
(Optical Distribution Frame), maupun ODC(Optical Distribution Cabinet),
yang dihubungkan dengan kabel optik patchcore FC. Cahaya dipancarkan
melalui kabel optik kemudian diukur besarnya nilai redaman di sisi penerima
RX dengan Optical Power Meter.

b. OPM (Optical Power Meter)


OPM atau Optical Power Meter adalah alat yang berfungsi untuk
mengukur besaran nilai redaman pada sisi penerima dari daya sinar laser yang
dipancarkan oleh OLS (Optical Light Source) di sisi pengirim TX atau
perangkat router melalui SFP/XFP. Cara penggunaan OPM yaitu dengan
menghubungkan kabel patchcord SC/LC pada sisi OPM.

2
c. Attenuator
Attemuator adalah alay yang berfungsi sebagai pelemah sinyal atau
penurun level intensitas cahaya dari suatu output konektor optik. Attenuator
digunakan disisi RX dan akan mengurangi daya yang terpancar bila yang
diterima dari sumber terlalu besar.

III. Alat dan Bahan


1. Optical Light Source
2. Optical Power Meter
3. Kabel fiber optic
4. Attenuator fiber optic FC 10 dB
5. Attenuator fiber optic SC 10 dB
6. Attenuator fiber optic FC 15 dB

IV. Gambar Percobaan

3
V. Hasil Percobaan
Tabel 1 Hasil Pengukuran Redaman Kondisi Normal,  = 1300 nm
No  (nm) Frekuensi Hasil
(Hz) Pengukuran Gambar Pengukuran
(dBm)

1 0 -6,12

2 270 -8,95

1310

3 1000 -9,21

4 2000 -8,36

4
Tabel 2 Hasil Pengukuran Redaman Kondisi Normal,  = 1550 nm
No  (nm) Frekuensi Hasil
(Hz) Pengukuran Gambar Pengukuran
(dBm)

1 0 -7,25

2 270 -10,21

1550

3 1000 -10,36

4 2000 -9,46

5
Tabel 3 Hasil Pengukuran Redaman Kondisi ditambah Attenuator 15 dB,  =
1310 nm
No  (nm) Frekuensi Hasil
(Hz) Pengukuran Gambar Pengukuran
(dBm)

1 0 -20,34

2 270 -23,64

1310

3 1000 -23,74

4 2000 -22,94

6
Tabel 4 Hasil Pengukuran Redaman Kondisi ditambah Attenuator 10 dB +15 dB,
 = 1310 nm
No  (nm) Frekuensi Hasil
(Hz) Pengukuran Gambar Pengukuran
(dBm)

1 0 -29,64

2 270 -32,60

1310

3 1000 -32,70

4 2000 -31,90

7
Tabel 5 Hasil Pengukuran Redaman Kondisi 1 bending (8 gulungan) ,  = 1310
nm
No  (nm) Frekuensi Hasil
(Hz) Pengukuran Gambar Pengukuran
(dBm)

1 0 -6,63

2 270 -9,59

1310

3 1000 -9,75

4 2000 -8,87

8
Tabel 6 Hasil Pengukuran Redaman Kondisi 2 bending (16 gulungan) ,  = 1310
nm
No  (nm) Frekuensi Hasil
(Hz) Pengukuran Gambar Pengukuran
(dBm)

1 0 -16,76

2 270 -19,61

1310

3 1000 -19,74

4 2000 -18,94

9
Tabel 7 Hasil Pengukuran Redaman Kondisi ditambah Attenuator 10 dB,  =
1310 nm
No  (nm) Frekuensi Hasil
(Hz) Pengukuran Gambar Pengukuran
(dBm)

1 0 -16,66

2 270 -19,51

1310

3 1000 -19,65

4 2000 -18,85

10
VI. Analisa
Praktik pengujian redaman kabel fiber optic kali ini menggunakan alat
bernama Optical Light Source (OLS) yang fungsinya sebagai pengirim sinyal dan
alat Optical Power Meter (OPM). OLS adalah alat yang berfungsi untuk sumber
cahaya. Sedangkan OPM berfungsi untuk mengukur total loss atau nilai redaman
dari link transmisi. Pada pengujian ini, panjang kabel fiber optic yang akan diuji
nilai redamannya sepanjang kurang lebih 60km.
Percobaan pertama dilakukan untuk mengukur redaman fiber optic dalam
kondisi normal. Dengan panjang gelombang 1310 nm pada frekuensi 0 Hz,
redaman yang dihasilkan sebesar -6.12 dBm pada OPM. Saat frekuensi pada OLS
diubah menjadi 270 Hz, redaman yang dihasilkan sebesar -8.95 dBm pada OPM.
Setelah itu frekuensi diubah menjadi 1000 Hz, redaman yang terukur adalah -9.21
dBm pada OPM. Akhir percobaan pertama, frekuensi diubah menjadi 2000 Hz,
redaman yang terukur adalah -8.36 dBm pada OPM. Dari tabel 1, hasil
pengukuran redaman ini dapat dilihat bahwa redaman yang paling besar pada
frekuensi 1000 Hz sebesar -9.21 dBm.
Percobaan kedua langkah yang digunakan sama seperti percobaan pertama
dengan membedakan besar nilai panjang gelombangnya. Panjang gelombang yang
digunakan 1550 nm pada frekuensi 0 Hz, dan redaman yang dihasilkan -7.25
dBm pada OPM. Percobaan 2 ini juga diubah frekuensi pada OLS menjadi 270
Hz, dengan redaman -10.21 dBm pada OPM, lalu frekuensi diubah 1000 Hz,
redaman yang terukur adalah -10.36 dBm pada OPM. Akhir percobaan pertama,
frekuensi diubah menjadi 2000 Hz, redaman yang terukur adalah -9.46 dBm pada
OPM. Dari tabel 2, hasil pengukuran redaman ini dapat dilihat bahwa redaman
yang paling besar pada frekuensi 1000 Hz sebesar -10.36 dBm. Redaman pada
kabel fiber optic dipengaruhi nilai frekuensi dan panjang gelombang.
Percobaan ketiga dan keempat dilakukan penambahan attenuator sebesar 15
dB dan 10 dB + 15 dB pada salah satu ujung kabel fiber optic. Dari tabel 3 dan 4
kemudian dibandingkan hasilnya dengan tabel 1, attenuator berfungsi sebagai
penurun daya yang diterima dari sinyal pengirim untuk mendapatkan daya yang
optimal. Semakin besar nilai attenuator, maka semakin besar juga nilai redaman
yang dihasilkan.

11
Percobaan kelima dan keenam yaitu pengukuran redaman fiber optic dengan
kondisi 1 dan 2 kali bending, pada kelompok kami nilai 1 kali bending sama
dengan 8 kali gulungan. tabel hasil percobaan 5 dan 6 dibandingkan dengan tabel
1, dapat dilihat bahwa kondisi bending dapat mempengaruhi besarnya nilai
redaman pada fiber optic.
Pada percobaan kelima dan keenam terjadi macro bending karena
pembengkokan kabel terjadi ketika digulung dan dapat dilihat kasap mata. Pada
kondisi bending, fiber optic mengalami redaman/rugi-rugi sinyal ketika
dibengkokkan pada jari-jari tertentu. Terjadi peredaman sinyal di tengah
perjalanan menuju receiver yang akibatnya terjadi penurunan kualitas sinyal.
Semakin banyak bending yang terjadi pada kabel fiber optic, semakin besar nilai
redaman yang dihasilkan.
Pada percobaan ketujuh, pengukuran redaman fiber optic dengan kondisi
kembali normal setelah di-bending lalu ditambahkan attenuator 10 dB. Dari hasil
percobaan pada tabel 7 dan dibandingkan dengan hasil tabel 1, nilainya tentu
berbeda. Hal ini terjadi karena perbedaan penambahan attenuator 10 dB. Namun
ketika hasil tabel 7 dibandingkan dengan hasil tabel 6, nilai yang didapatkan
hampir sama. Dari kedua hasil tersebut, dapat diasumsikan bahwa nilai 2 kali
bending (16 kali gulungan) sama dengan nilai redaman attenuator 10dB dalam
kondisi normal atau tanpa bending.

VII. Kesimpulan
Dari percobaan ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Terjadi perbedaan nilai redaman pada percobaan pertama dan kedua yang
penyebabnya adalah besar kecilnya nilai frekuensi dan nilai panjang
gelombang dari OLS dan OPM.
2. Pada percobaan ketiga dan keempat, penyebab terjadinya perbedaan nilai
redaman adalah besar kecilnya nilai attenuator yang ditambahkan pada salah
satu ujung kabel fiber optic.
3. Pada percobaan kelima dan keenam, penyebab terjadinya perbedaan nilai
redaman adalah banyaknya bending yang terjadi pada kabel fiber optic.
4. Pada percobaan ketujuh, dianalogikan bahwa 2 kali bending memiliki nilai
yang sama dengan penambahan attenuator 10 dB dalam kondisi normal atau
tanpa bending
12

Anda mungkin juga menyukai