Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN SIMULASI ANTENA PEMANCAR KE

PENERIMA TERMINAL GENUK (SEMARANG)-


BINTORO (DEMAK) MENGGUNAKAN SOFTWARE
PATHLOSS 4.0

Disusun Oleh :

Mochammad Dwi Ari Wibowo

TE-4B / 12

NIM 4.31.14.1.13

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018
A. LANDASAN TEORI

Radio Wireless adalah salah satu alternatif media dalam jaringan telekomunikasi.
Saat ini kebutuhan masyarakat akan komunikasi semakin bertambah, hal ini secara tidak
langsung menuntut penyediaan media penyalur telekomunikasi yang semakin cepat.
Solusi jaringan lokal akses radio (wireless access) yang memiliki kemampuan layanan pita
lebar ( broadband ) adalah pilihan pertama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
tersebut.
Path Loss adalah selisih antara daya yang ditransmisikan dengan daya yang
diterima (dB). Path Loss menunjukkan level sinyal yang melemah yang disebabkan oleh
propagasi free space seperti refleksi, difraksi, dan scattering. Namun demikian path loss
sangat penting dalam perhitungan Link Budget, ukuran cell, ataupun perencanaan
frekuensi .
Meskipun tidak akurat, namun model propagasi yang biasa digunakan di lapangan
biasanya adalah model empiris. model ini berdasar pada pengukuran data, bersifat
sederhana, dan menggunakan data olahan sederhana pula. Model propagasi ini adalah
yang paling mudah didapat, karena pada kenyataannya memang belum ada data tentang
informasi path loss di suatu daerah.
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara
modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini
melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang
hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti
molekul udara).
Gelombang radio adalah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik, dan terbentuk
ketika objek bermuatan listrik dimodulasi (dinaikkan frekuensinya) pada frekuensi yang
terdapat dalam frekuensi gelombang radio (RF) dalam suatu spektrum elektromagnetik,
dan radiasi elektromagnetiknya bergerak dengan cara osilasi elektrik maupun magnetik.
Gelombang radio digunakan sebagai alat komunikasi yang memiliki daerah
frekuensi antara 104 sampai 107 Hertz. Gelombang tersebut digunakan sebagai pembawa
informasi dari suatu tempat ke tempat lain yang berjauhan, karena memiliki sifat mudah
dipantulkan oleh lapisan ionosfer bumi.

Gelombang radio dapat dihasilkan oleh rangkaian elektronika yang disebut


osilator. Gelombang radio ini dipancarkan dari antena dan diterima oleh antenna pula.
Luas daerah yang hendak dicakup dan panjang gelombang yang akan dihasilkan dapat
ditentukan dengan tinggi rendahnya antenna. Kita tidak dapat mendengar gelombang
radio secara langsung, tetapi radio penerima akan mengubah terlebih dahulu energy
gelombang ini menjadi energi bunyi.

Pengelompokkan gelombang radio berdasarkan frekuensi dan panjang gelombangnya.

EIRP adalah total energi yang di keluarkan oleh sebuah access point dan antena.
Saat sebuah Access Point mengirim energinya ke antena untuk di pancarkan, sebuah
kabel mungkin ada diantaranya. Beberapa pengurangan besar energi tersebut akan
terjadi di dalam kabel. Untuk mengimbangi hal tersebut, sebuah antena menambahkan
power / Gain, dengan demikian power bertambah. Jumlah penambahan power tersebut
tergantung tipe antena yang digunakan. FCC dan ETSI mengatur besar power yang bisa
dipancarkan oleh antena. EIRP inilah yang digunakan untuk memperkirakan area
layanan sebuah alat wireless. Rumus dari EIRP adalah :

EIRP = Power Output Transmitter (AP) - Cable loss + Antenna Gain

Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi transmisi sinyal wireless di udara,
seperti Free Path Loss, Penyerapan Sinyal, Pemantulan Sinyal, Pemecahan Sinyal,
Pembelokan Sinyal dan Line of Sight (LOS).

 Free Path Loss

Model dimana sebuah sinyal yang menjauhi sumbernya makin lama akan menghilang.
Ilustrasinya seperti saat anda menjatuhkan batu secara vertikal ke sebuah kolam air,
akan terbentuk gelombang yang menjauhi titk batu dijatuhkan dan semakin jauh
semakin menghilang, namun tidak berhenti, hanya menghilang. Sama halnya seperti
sinyal Gelombang Radio

 Absorption ( Penyerapan/Peredaman Sinyal )

Seperti diketahui semakin besar Amplitudo gelombang (Power) semakin jauh sinyal
dapat memancar. Ini baik karena dapat menghemat acess point dan menjangkau lebih
luas. Dengan mengurangi besar amplitudo (Power) suatu sinyal, maka jarak jangkauan
sinyal tersebut akan berkurang. Faktor yang mempengaruhi transmisi wireless dengan
mengurangi Amplitudo (Power) disebut Absorption (Penyerapan sinyal). Efek dari
Penyerapan adalah panas. Masalah yang dapat dihadapi ketika signal di serap
seluruhnya adalah, sinyal berhenti. Namun efek ini tidak mempengaruhi/ merubah
panjang gelombang dan frekuensi dari sinyal tersebut.

 Pemantulan Sinyal

Sinyal radio bisa memantul bila menemui cermin/kaca. Biasanya banyak terjadi pada
ruangan kantor yang di sekat. Pemantulan pun tergantung dari frekuensi signalnya. Ada
beberapa frekuensi yang tidak terpengaruh sebanyak frekuensi yang lainnya. Dan salah
satu efek dari pemantulan sinyal ini adalah terjadinya Multipath. Multipath artinya
signal datang dari 2 arah yang berbeda. Karakteristiknya adalah penerima kemungkinan
menerima signal yang sama beberapa kali dari arah yang berbeda. Ini tergantung dari
panjang gelombang dan posisi penerima. Karakteristik lainnya adalah Multipath dapat
menyebabkan sinyal yang = nol, artinya saling membatalkan, atau dikenal dengan
istilah Out Of Phase Signal.

 Pemecahan Sinyal / Scattering

Isu dari pemecahan sinyal terjadi saat sinyal dikrim dalam banyak arah. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa objek yang dapat memantulkan signal dan ujung yang lancip,
seperti partikel debu di air dan udara. Ilustrasinya adalah menyinari lampu ke pecahan
kaca. Cahaya akan dipantulkan ke banyak arah dan menyebar. Dalam skala besar adalah
bayangkan saat cuaca hujan. Hujan yang besar mempunyai kemampuan memantulkan
sinyal. Oleh karena itu disaat hujan , sinyal wireless dapat terganggu.

 Pembelokan Sinyal / Refraction

Refraction adalah perubahan arah, atau pembelokan dari sinyal disaat sinyal melewati
sesuatu yang beda massanya. Sebagai contoh sinyal yang melewati segelas air. Sinyal
ada yang di pantulkan dan ada yang dibelokkan.

 LOS (Line of Sight)

Line of Sight artinya suatu kondisi dimana pemancar dapat melihat secara jelas tanpa
halangan sebuah penerima. Walaupun terjadi kondisi LOS, belum tentu tidak ada
gangguan pada jalur tersebut. Dalam hal ini yang harus diperhitungkan adalah -
Penyerapan sinyal, pemantulan sinyal, pemecahan sinyal. Bahkan dalam jarak yang
lebih jauh bumi menjadi sebuah halangan, seperti kontur bumi, gunung, pohon, dan
halangan lingkungan lainnya.

Untuk menentukan pengaruh dari kekuatan sinyal wireles, ada beberapa hal dan metoda
yang dapat digunakan yaitu :

a. Fresnel Zone

Augustin-Jean Fresnel adalah seorang fisikawan Prancis dan sarjana sipil yang hidup
di tahun 1788 ~ 1827. Beliau secara tepat mengasumsikan bahwa cahaya bergerak
seperti gelombang. Dan karena penemuan beliau, sebuah metoda untuk menentukan
dimana pemantulan akan terjadi di antara pengirim dan penerima, dan diberi nama
seperti namanya. Inilah yang disebut Fresnel Zone. Rumus Fresnel Zone ini dapat
menentukan posisi ketinggian antena dengan jarak yang dapat di tembus oleh sinyal
Wireless. Dengan perhitungan yang tepat akan didapatkan hasil yang memuaskan dan
tentunya diperhitungkan. Namun penerapan di Indoor sinyalnya terlalu pendek
sehingga tidak terlalu berefek dalam jaringan wifi indoor.

b. Received Signal Strength Indicator (RSSI)

RSSI ini menggunakan nilai yang spesifik untuk tiap vendor. Oleh karena itu penilaian
vendor A belum tentu sama dengan vendor B. RSSI biasa diukur dalam besaran dBm.
Salah satu alat untk menentukan RSSI adalah software Network Stumbler.

c. Signal to Noise Ratio (SNR)

SNR adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seberapa kuat sinyal
dibandingkan dengan gangguan di sekeliling yang menggangu sinyal. Bila Sinyal lebih
kuat daripada gangguan / Noise maka sinyal dapat di tankap oleh receiver lebih baik,
dan sebaliknya demikian. Bila Noise sekitar terlalu besar, maka yang akan di tangkap
oleh receiver adalah sinyal yang samar-samar dan transmisi data tidak dimengerti. Bila
Aplikasi yang anda gunakan dapat melaporkan pengukuran SNR, lebih baik bila
mendapatkan angka yang lebih tinggi, namun juga dibuat berdasar nilai RSSI nya,
sehingga juga ditentukan sendiri oleh vendor.
d. Link Budget

Link Budget adalah nilai yang menghitung semua gain dan loss antara pengirim dan
penerima, termasuk atenuasi, penguatan / gain antena, dan loss lainnya yang dapat
terjadi. Link Budget dapat berguna untuk menentukan berapa banyak power yang
dibutuhkan untuk mengirimkan sinyal agar dapat di mengerti oleh penerima sinyal.

Berikut adalah rumus sederhana untuk menentukan Link Budget :

Received Power (dBm) = Transmitted Power (dBm) + Gains (dB) - Losses (dB)

Dengan memahami beberapa hal yang dapat mempengaruhi sinyal wireless dan
karakteristiknya, maka kita akan dapat membangun jaringan Wireless yang lebih
reliable dan diperhitungkan secara keseluruhan. Namun hal tersebut belum tentu tidak
berubah karena seiring dengan waktu, pasti faktor-faktor yang ada akan berubah,
misalnya tiba tiba dibangun sebuah bangunan yang menghalangi antena pemancar dan
penerima, maka sinyal akan terganggu. Perhitungan link budget merupakan
perhitungan level daya yang dilakukan untuk memastikan bahwa level daya penerimaan
lebih besar atau sama dengan level daya threshold. Tujuannya untuk menjaga
keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan di receiver.
Parameter-parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi suatu kanal wireless
adalah sebagai berikut :

a. Lingkungan propagasi

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio. Gelombang radio dapat


diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan interferensi. Tingkat peredaman
tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi redaman juga semakin besar.
Parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi yaitu rugi-rugi propagasi, fading,
delay spread, noise, dan interferensi

b. Rugi-rugi propagasi

Dalam lingkungan radio, konfigurasi alam yang tidak beraturan, bangunan, dan
perubahan cuaca membuat perhitungan rugi-rugi propagasi sulit. Kombinasi statistik
dan teori elektromagnetik membantu meramalkan rugi-rugi propagasi dengan lebih
teliti.

c. Fading

Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal. Fading margin adalah level daya yang harus
dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara daya rata-rata yang sampai di
penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan
peluang level fading yang terjadi., yang nilainya tergantung pada kondisi lingkungan
dan sistem yang digunakan. Nilai fading margin minimum agar sistem bekerja dengan
baik sebesar 15 dBm.

d. Noise

Noise dihasilkan dari proses alami seperti petir, noise thermal pada sistem penerima,
dll. Disisi lain sinyal transmisi yang mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan
sebagai interferensi

Pathloss 4.0 merupakan aplikasi yang digunakan untuk melakukan RF Planning, yang
sangat berguna untuk pra survey penempatan antenadengan kata lain merupakan modal
utama dalam analisa dan desain link budget pada sistem telekomunikasi. Aplikasi ini
memiliki beberapa beberapa fitur utama yaitu :
1. Membuat link profile (terrain data dari peta digital, *.txt or manual)
2. Kalkulasi performa link.
3. Analisa reflection dan multipath.
4. Optimasi ketinggian antena.
5. Administrasi peta digital dalam format raster.
6. Administrasi geo-referentiated orthophotos.
7. Analisa interferensi.
8. Impor/export data melalui format text.
B. PERENCANAAN RUTE SITE
Pada Simulasi Perencanaan ini, dilakukan pada lokasi Pemancar berada di Terminal Genuk
(Semarang) dan Penerima di Bintoro (Demak) dengan:

 Semarang (Genuk) : 110°28'31.17" BT & 6°57'52.04" LS

 Demak (Bintoro) : 110°38'31.55" BT & 6°53'25.60"LS

Pada aplikasi Pahtloss 4.0, hasil perencanaan rute site ditampilkan sebagai berikut lengkap
dengan perwarnaan contour tanah yang dihasilkan pada file SRTM:

Gambar 1. Site Terminal Genuk - Bintoro

C. KEBUTUHAN ALAT
Berdasarkan dari perhitungan rekomendasi aplikasi Pathloss 4.0 yang tertampil, berikut
adalah alat yang dibutuhkan pada perencanaan ini:
1. Antena Pemancar dan Penerima
a. Perhitungan Ketinggian Antena

d1 = 9,35 km
d2 = 10,65 km
= 10,489 m
𝑑1 𝑥 𝑑2 clearance = 0,6 F1 + h corrected
= 17,3 √ clearance = 0,6(17,26) + 10,489
𝑓𝑥𝑑
= 20,845 m
9,35𝑥 10,65
= 17,3 √ = 17,26
5 𝑥 20
Tinggi antenna A = Tinggi
h ≥ 0,6F1 + tinggi pohon antenna B
h ≥ (0,6 x 17,26) + 7 = h + clearance TA=TB
h ≥ 17,56 = 10,489 + 20,845 = 31,334 m
h = 20 m

0,079 𝑥 𝑑1 𝑥 𝑑2
ℎ 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 =
𝑘
0,079 𝑥 9,35 𝑥 10,65
=
3
4

Gambar 3. Spesifikasi Antena Penerima dan Pemancar

b. Perhitungan Arah Antena


XA : 110,475°
YA : -6,964°
XB : 110,642°
YB : -6,890°

Dari Arah A :
G = XA – XB
= 110,475O – 110,642O = -0,167O

L = YA – YB
= -6,964O –(-6,890O) = -0,074O
tan −0,167°
𝛼1 = 180° + arc [ ] = 246,10°
tan − 0,074°
Dari Arah B :
tan −0,167°
𝛼1 = 360° + arc [ ] = 426,10° = 66,1°
tan− 0,074°

66,1°

246,10°

Arah Antena A-B

2. Kabel Transmisi

Gambar 5. Spesifikasi Kabel Transmisi

D. LINK BUDGET
1. Perhitungan EIRP (Daya yang dipancarkan)

Pada Genuk (Semarang)


Lb (Connector Loss) = 1 dB
Lf (Tx Line Loss) = 0,91 dB
Pt (TX Power) = 27,80 dBm
Gt (Gain Antenna) = 37 dBi
EIRP = Pt – Lb – Lf + Gt = 27,80 – 1 – 0,91 + 40,50 = 66,39 dBm
2. Perhitungan RSSI (Daya yang diterima)

Pada Bintoro (Demak)


Fading Margin = 46 dB
Lb (Connector Loss) = 1 dB
Lf (Tx Line Loss) = 0,91 dB
Gr = 40,50
Jarak = 20,17 km
FSL = 32,45 + 20 log f + 20 log d
= 32,45 + 20 log 5000 + 20 log 20,17
= 132,52 dB
RSSI = EIRP – FSL + Gr – Lb – Lf – FM
RSSI = 66,39 – 132,52 + 40,50 – 1 – 0,91 - 46 = -73,53 dB
Sedangkan pada aplikasi Pathloss 4.0, perhitungan Link Path Calculation/Link Budgetnya
dapat dihasilkan secara detail dan lengkap dengan worksheet full report dan berikut
tertampil:

Gambar 2. Link Budget pada Pathloss 4.0


E. INSTALASI ALAT
Sebelum melakukan instalasi alat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
menyiapkan kebutuhan alat intalasi, survey lokasi dan pemasangan konektor.
1. Peralatan yang dibutuhkan dalam instalasi ini adalah sebagai berikut:
 Kompas dan peta topografi
 Penggaris dan busur derajat
 Pensil, penghapus, alat tulis
 GPS, altimeter, klinometer
 Kaca pantul dan teropong
 Radio komunikasi (HT)
 Orinoco PC Card, pigtail dan PCI / ISA adapter
 Multimeter, SWR, cable tester, solder, timah, tang potong kabel
 Peralatan panjat, harness, carabiner, webbing, cows tail, pulley
 Kunci pas, kunci ring, kunci inggris, tang (potong, buaya, jepit), obeng set, tie
rap, isolator gel, TBA, unibell
 Kabel power roll, kabel UTP straight dan cross, crimping tools, konektor RJ45
 Software AP Manager, Orinoco Client, driver dan AP Utility Planet, firmware
dan operating system (NT, W2K, W98 / ME, Linux, FreeBSD + utilitynya)

2. Survey Lokasi
 Tentukan koordinat letak kedudukan station, jarak udara terhadap BTS dengan
GPS dan kompas pada peta
 Perhatikan dan tandai titik potensial penghalang (obstructure) sepanjang path
 Hitung SOM, path dan acessories loss, EIRP, freznel zone, ketinggian antena
 Perhatikan posisi terhadap station lain, kemungkinan potensi hidden station,
over shoot dan test noise serta interferensi
 Tentukan posisi ideal tower, elevasi, panjang kabel dan alternatif seandainya
ada kesulitan dalam instalasi
 Rencanakan sejumlah alternatif metode instalasi, pemindahan posisi dan alat
3. Pemasangan Konektor
 Kuliti kabel coaxial dengan penampang melintang
 Jangan sampai terjadi goresan berlebihan karena perambatan gelombang mikro
adalah pada permukaan kabel
 Pasang konektor dengan cermat dan memperhatikan penuh masalah kerapian
 Solder pin ujung konektor dengan cermat dan rapi, pastikan tidak terjadi short
 Perhatikan urutan pemasangan pin dan kuncian sehingga dudukan kabel dan
konektor tidak mudah bergeser
 Tutup permukaan konektor dengan aluminium foil untuk mencegah kebocoran dan
interferensi, posisi harus menempel pada permukaan konektor
 Lapisi konektor dengan aluminium foil dan lapisi seluruh permukaan sambungan
konektor dengan isolator TBA (biasa untuk pemasangan pipa saluran air atau kabel
listrik instalasi rumah)
 Terakhir, tutup seluruh permukaan dengan isolator karet untuk mencegah air
 Untuk perawatan, ganti semua lapisan pelindung setiap 6 bulan sekali
 Konektor terbaik adalah model hexa tanpa solderan dan drat sehingga sedikit
melukai permukaan kabel, yang dipasang dengan menggunakan crimping tools,
disertai karet bakar sebagai pelindung pengganti isolator karet

Setelah melakukan menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk instalasi, survey lokasi dan
pemasangan konektor, kemudian dapat melakukan Pembuatan POE. Power Over Ethernet
diperlukan untuk melakukan injeksi catu daya ke perangkat Wireless in a Box yang
dipasang di atas tower. POE bermanfaat mengurangi kerugian power loss akibat
penggunaan kabel dan konektor.

4. Pembuatan POE
 POE menggunakan 2 pair kabel UTP yang tidak terpakai, 1 pair untuk injeksi +
(positif) power dan 1 pair untuk injeksi – (negatif) power, digunakan kabel pair
(sepasang) untuk menghindari penurunan daya karena kabel loss.
 Perhatikan bahwa permasalahan paling krusial dalam pembuatan POE adalah
bagaimana cara mencegah terjadinya short, karena kabel dan konektor power
penampangnya kecil dan mudah bergeser atau tertarik, tetesi dengan lilin atau
isolator gel agar setiap titik sambungan terlindung dari short.
 Sebelum digunakan uji terlebih dahulu semua sambungan dengan multimeter.

Setelah melakukan pembuatan POE kemudian baru dapat melakukan perakitan antena,
instalasi perangkat antena, pointing antena dan instalasi perangkat radio.

5. Perakitan Antena
 Antena microwave jenis grid parabolic dan loop serta yagi perlu dirakit karena
terdiri dari sejumlah komponen, berbeda dengan jenis patch panel, panel sector
maupun omni directional
 Rakit antena sesuai petunjuk (manual) dan gambar konstruksi yang disertakan
 Kencangkan semua mur dan baut termasuk konektor dan terutama reflektor
 Perhatikan bahwa antena microwave sangat peka terhadap perubahan fokus, maka
pada saat perakitan antena perhatikan sebaik-baiknya fokus reflektor terhadap
horn (driven antena), sedikit perubahan fokus akan berakibat luas seperti misalnya
perubahan gain (db) antena
 Beberapa tipe antena grid parabolic memiliki batang extender yang bisa merubah
letak fokus reflektor terhadap horn sehingga bisa diset gain yang diperlukan

6. Instalasi Antena
 Pasang pipa dengan metode stack minimum sampai ketinggian 1st freznel zone
terlewati terhadap obstructure terdekat
 Perhatikan stabilitas dudukan pipa dan kawat strenght, pasang dudukan kaki
untuk memanjat dan anker cows tail
 Cek semua sambungan kabel dan konektor termasuk penangkal petir bila ada
 Pasang antena dengan rapi dan benar, arahkan dengan menggunakan kompas dan
GPS sesuai tempat kedudukan BTS di peta
 Pasang kabel dan rapikan sementara, jangan sampai berat kabel menjadi beban
sambungan konektor dan mengganggu gerak pointing serta kedudukan antena
 Perhatikan dalam memasang kabel di tower / pipa, jangan ada posisi menekuk
yang potensial menjadi akumulasi air hujan, bentuk sedemikian rupa sehingga air
hujan bebas jatuh ke bawah
7. Intalasi Perangkat Radio
 Instal PC Card dan Orinoco dengan benar sampai dikenali oleh OS tanpa konflik
dan pastikan semua driver serta utility dapat bekerja sempurna
 Instalasi pada OS W2K memerlukan driver terbaru dari web site dan ada di CD
utility kopian, tidak diperlukan driver PCMCIA meskipun PNP W2K
melakukannya justru deteksi ini menimbulkan konflik, hapus dirver ini dari
Device Manager
 Instalasi pada NT memerlukan kecermatan alokasi alamat IO, IRQ dan DMA,
pada BIOS lebih baik matikan semua device (COM, LPT dll.) dan peripheral
(sound card, mpeg dll.) yang tidak diperlukan
 Semua prosedur ini bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 30 menit tidak
termasuk instalasi OS, lebih dari waktu ini segera jalankan prosedur selanjutnya
 Apabila terus menerus terjadi kesulitan instalasi, untuk sementara demi efisiensi
lakukan instalasi dibawah OS Win98 / ME yang lebih mudah dan sedikit masalah
 Pada instalasi perangkat radio jenis Wireless In A Box (Mtech, Planet, Micronet
dlll.), terlebih dahulu lakukan update firmware dan utility
 Kemudian uji coba semua fungsi yang ada (AP, Inter Building, SAI Client, SAA2,
SAA Ad Hoc dll.) termasuk bridging dan IP Addressing dengan menggunakan
antena helical, pastikan semua fungsi berjalan baik dan stabil
 Pastikan bahwa perangkat Power Over Ethernet (POE) berjalan sempurna

8. Pengujian Noise
 Bila semua telah berjalan normal, install semua utility yang diperlukan dan
mulai lakukan pengujian noise / interferensi, pergunakan setting default
 Tanpa antena perhatikan apakah ada signal strenght yang tertangkap dari
station lain disekitarnya, bila ada dan mencapai good (sekitar 40 % – 60 %)
atau bahkan lebih, maka dipastikan station tersebut beroperasi melebihi EIRP
dan potensial menimbulkan gangguan bagi station yang sedang kita bangun,
pertimbangkan untuk berunding dengan operator BTS / station eksisting
tersebut
 Perhatikan berapa tingkat noise, bila mencapai lebih dari tingkat sensitifitas
radio (biasanya adalah sekitar – 83 dbm, baca spesifikasi radio), misalnya –
100 dbm maka di titik station tersebut interferensinya cukup tinggi, tinggal
apakah signal strenght yang diterima bisa melebihi noise
 Perhitungan standar signal strenght adalah 0 % – 40 % poor, 40 % – 60 %
good, 60 % – 100 % excellent, apabila signal strenght yang diterima adalah 60
% akan tetapi noisenya mencapai 20 % maka kondisinya adalah poor
connection (60 % – 20 % – 40 % poor), maka sedapat mungkin signal strenght
harus mencapai 80 %
 Koneksi poor biasanya akan menghasilkan PER (packet error rate – bisa dilihat
dari persentasi jumlah RTO dalam continous ping) diatas 3 % – 7 % (dilihat
dari utility Planet maupun Wave Rider), good berkisar antara 1 % – 3 % dan
excellent dibawah 1 %, PER antara BTS dan station client harus seimbang
 Perhitungan yang sama bisa dipergunakan untuk memperhatikan station lawan
atau BTS kita, pada prinsipnya signal strenght, tingkat noise, PER harus
imbang untuk mendapatkan stabilitas koneksi yang diharapkan
 Pertimbangkan alternatif skenario lain bila sejumlah permasalahan di atas tidak
bisa diatasi, misalkan dengan memindahkan station ke tempat lain, memutar
arah pointing ke BTS terdekat lainnya atau dengan metode 3 titik (repeater)
dll.

F. HASIL PRINT PROFILE DAN MULTIPATH PADA PATHLOSS

Multipath
Print Profile

G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan kalkulasi pada Pathloss, sehingga dapat disimpulkan:
1. Ketinggian Antena yang dibutuhkan pada perhitungan sebesar ≥ 17,56 m
2. Daya pancar Antena TX pada Genuk (Semarang) sebesar 66,39 dB
3. Daya terima Antena RX pada Bintoro (Demak) sebesar -73,53 dB
4. Kondisi geografis suatu wilayah memengaruhi pemancaran sinyal

Anda mungkin juga menyukai