Anda di halaman 1dari 12

Studi Perfomansi Jaringan Lokal Akses Fiber Optik Menggunakan

Metode Perhitungan Optical Link Power Budget dan Rise Time Budget
Oleh :
Jaenal (033 2010 0063)
Fakultas Teknik, Jurusan Elektro, Universitas Muslim Indonesia,Makassar
Email : enhalmadridista19@gmail.com

Abstrak
Serat optik merupakan media transmisi yang banyak digunakan untuk jaringan lokal.
Serat optik sebagai media transmisi mampu meningkatkan pelayanan sistem komunikasi data, suara,
dan video seperti peningkatan jumlah kanal, kemampuan mengirim data dengan kecepatan yang
tinggi, terjaminnya kerahasiaan data yang dikirimkan dan tidak terganggu oleh pengaruh gelombang
elektromagnetik, petir dan cuaca.
Akan tetapi pada saat serat optik dipilih sebagai media transmisi, maka perlu dilakukan
suatau perhitungan dan analisis Power Link Budget dan Rise Time Budget sebelum serat optik
digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu sistem komunikasi optik dapat berjalan
dengan lancar dan baik, seperti adanya rugi-rugi transmisi (loss) pada kabel serat optik yang dapat
menurunkan kualitas transmisi.Perhitungan link power budget redaman total pada jarak terjauh
mempunyai toleransi sebesar 28 dB. Umumnya degradasi total waktu transisi dari link digital tidak
melebihi 70 % dari satu periode bit NRZ (Non-retum-to-zero) atau 35 % dari satu periode bit untuk
data RZ (return-to-zero). Satu periode bit didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate. Hal ini
sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu jaringan, biaya, dan prediksi lamanya usia
suatu jaringan telekomunikasi serta mengetahui kelayakan suatau jaringan dalam mengirim
informasi..

Kata kunci : Fiber optik, Power Link Budget,Rise time Budget

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Serat optik sebagai media transmisi
untuk sistem telekomunikasi kecepatan
tinggi. Dengan Bit Eror Rate (BER) yang
rendah, Bandwidth yang lebar, derau pada
saluran yang rendah, serta peredaman
sinyal yang kecil maka serat optik
dikatakan sebagai media transmisi yang
baik. Kebutuhan akan serat optik yang
tinggi serta kompleksitas peralatan
penunjang menuntut adanya integritas
serat optik dengan elemen-elemen yang
lain seperti serat itu sendiri beserta
peralatan-peralatan telekomunikasi.
Dalam prakteknya integrasi itu berupa
penyambungan serat secara permanen,
atau nonpermanen.
Fiber optik digunakan juga untuk
jaringan transmisi yang menghubungkan
sentral lokal ke arah terminal pelanggan
yang disebut dengan Jaringan Lokal
Akses Fiber (JARLOKAF). Performansi
Jaringan Lokal Akses Fiber dianalisis
untuk mengetahui kinerja Jaringan Lokal
Akses Fiber mulai dari perangkat OLT
(titik pengirim) sampai perangkat ONU
(titik penerima), untuk itu perlu diketahui
parameter-parameter performansi Desain
Jaringan Lokal Akses Fiber yang
digunakan yaitu: Lf (Loss fiber), Ls (Loss
splice/sambungan permanen), Lc (Loss
konektor), Lsp (Loss splitter pada
Teknologi PON), Pr (daya sinyal yang
diterima), M (Loss margin), L (jarak
transmisi) dan S/N

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui Perfomansi
jaringan local akses fiber optic dengan
menggunakan metode Link Power
Budget dan Rise Time Budget.
2. Untuk mengetahui fungsi link power
budget dan rise time budget.

1.3 Batasan Masalah
Dalam jurnal ini,study di lakukan dengan
beberapa batasan,Yaitu :
1. Analisa berdasarkan teori Link Power
budget dan Rise time budget
2. Perhitungan tidak menggunakan data
suatu lokasi tapi berdasarkan rumus-
rumus dari beberapa referensi yang ada.


II.TEORI DASAR
2.1 Konsep Dasar
Sistem transmisi serat optik memilki tiga
komponen, yaitu sumber cahaya, media
transmisi dan fotodetektor. Dengan
memasang sumber cahaya di salah satu
ujung serat optik dan sebuah fotodetektor
di ujung yang lainnya maka akan
diperoleh sistem tranmisi, seperti yang
terlihat pada gambar. [Schott, 2002]


.



Gambar 2.1 Konfigurasi Sistem Komunikasi Optik
Media optik sebagai media transmisi
memiliki banyak kelebihan dibandingkan
dengan kabel tembaga maupun
gelombang radio. Media serat optik
memiliki bandwidth yang lebih lebar
dibandingkan dengan kabel tembaga,
sehingga memiliki bit rate yang lebih
tinggi. Serat optik memiliki redaman yang
rendah dibandingkan dengan redaman
pada kabel tembaga, sekalipun pada
frekuensi tinggi. Media transmisi serat
optik tahan terhadap interferensi
elektromagnetik sehingga tidak
menyebabkan distorsi. Kelebihan yang
lain dari media transmisi serat optik
adalah ukurannya kecil, ringan dan aman
atau tidak mudah disadap. Tujuan dari
sebuah sistem komunikasi adalah
mengirimkan sinyal pesan dari sebuah
sumber informasi dalam bentuk yang
telah dikenal oleh user. Untuk
melakukannya, transmitter memodifikasi
sinyal pesan ke dalam bentuk yang cocok
sesuai dengan kanal yang dilaluinya yaitu
sinyal pembawa (sinyal carrier). Proses
ini pada akhirnya kita sebut sebagai
modulasi. Receiver kemudian
mengembalikan sinyal pesan yang sudah
ditransmisikan melalui kanal menjadi
sinyal pesan seperti bentuk yang semula.
Proses yang terjadi pada receiver ini
disebut dengan demodulasi. Kanal
transmisi merupakan medium yang
melewatkan informasi dari transmitter ke
receiver. Sistem komunikasi optik secara
konsep sama dengan sistem komunikasi
jenis lain pada umumnya, namun yang
membedakannya adalah pada sistem
komunikasi optik, sinyal informasi
dibawa oleh cahaya.
2.2 . Serat Optik
Serat optik merupakan suatu dielektrik
pandu gelombang yang digunakan untuk
merambatkan energi elektromagnetik.
Serat optik terdiri dari inti(core), selubung
yang mengelilingi inti(cladding) dan
pembungkus yang mengelilingi
cladding(coating), seperti yang ditunjukan
oleh gambar.






Gambar 2.2 Struktur Fiber Optik
2.3 . Karakteristik Serat Optik
Performansi sistem komunikasi serat
optik dipengaruhi oleh parameter
redaman yang menentukan jarak tempuh
sinyal optik yang dapat ditransmisikan
dan dispersi yang menentukan besarnya
laju data.(meyer,jurgen,1989)
Redaman
Dalam merancang sistem transmisi
serat optik, redaman mempunyai peranan
yang sangat penting. Redaman
menentukan jarak trasmisi maksimum
antara transmitter dan receiver, dan juga
menentukan banyaknya repeater dan
margin daya yang diperlukan dalam
sebuah link. Redaman sinyal dalam serat
optik dinyatakan dalam decibel. Redaman
pada serat optik disebabkan oleh tiga
mekanisme, yaitu absorpsi, hamburan
Rayleigh dan Bending.
2.4 . Parameter Unjuk Kerja Sistem
2.4.1 Power Link Budget
Power Budget adalah perhitungan daya
yang dilakukan pada suatu sistem
transmisi yang didasarkan pada
karakteristik saluran(redaman), sumber
optik dan sensitivitas fotodetektor.
Perhitungan daya sinyal diformulasikan
dengan persamaan:
Ptx Prx = Ms + total






Gambar 2.3 Power Link Budget
Daya diterima detektor :
PR = PS AT
AT = 2 c + n sp + f L + MS
PS : daya optik dipancarkan dari sumber
ujung fiber [dBm]
PR : daya diterima detektor [dBm]
AT : redaman total [dB]
c : loss konektor [dB/bh]
sp : loss splice [dB/bh]
f : konstanta redaman fiber [dB/Km]
L : panjang link [Km]
MS : margin sistem [dB]
Anggaran daya terpenuhi jika :
daya diterima didetektor/fotodetektor
>=sensitivitas penerima
detektor/fotodetektor
2.4.2 Rise Time Budget
Rise Time Budget bertujuan untuk
menganalisis kemampuan komponen
sistem yang menjamin bahwa sistem
yang didesain dapat melayani bit rate
transmisi yang ditrasmisikan, maka
dilakukan perhitungan rise time budget
ini. Dalam persamaan berikut ini
dituliskan perhitungan untuk rise time
budget sistem yang didesain,
Untuk menentukan pembatasan dispersi
link fiber optik.
Rise time sistem keseluruhan :
Ttotal =



Ttotal : Rise time sistem keseluruhan
ti : rise time kontributor
ttx : rise time sumber optik/pemancar
tmat : rise time dispersi material fiber
tmod : rise time dispersi modus fiber
twg : rise time dispersi pandu
gelombang
trx : rise time detektor optik/penerima
Rise time dispersi = pelebaran pulsa
karena dispersi
Ttotal =



Ttotal = rise time total sistem (ns).



III. PERHITUNGAN
3.1 Perhitungan Link power budget.
Power link bugdet merupakan
perhitungan daya yang dilakukan pada
suatu sistem transmisi yang didasarkan
pada karakteristik saluran redaman serat
optik, sumber optik dan sensitivitas
detektor.Perhitungan daya penerima
diformulasikan dengan persamaan :

Loss Fiber (L
f
)

f
= L x L
f

Loss Splice (L
s
)

f
= N
s
x L
s
Loss Konektor (L
c
)

c
= N
c
x L
c

total
=
f
-
s
-
c

P
r
= P
t

f

s

c
Keterangan :
P
r
= Daya Transmit (dBm)
P
r
= Daya penerima (dBm)

c
= Redaman Konektor (dB)

s
= Redaman Splice (dB)

f
= Redaman Fiber (dB)










Link Power budget :
Loss daya total :
L
T
= P
s
- P
R

L
T
= 2 l
c
+ n l
SP
+
f
L + M
s

P
s
: daya optis dipancarkan dari
sumber ujung fiber (dBm)
P
R
: Sensitifitas detector (dBm)
l
c
: loss konekor (dB)
l
SP
: loss splice

f
: konstanta redaman fiber (dB/Km)
L : Panjang link (Km)
M
s
: Margin system (dB)
Untuk mencari perhitungan link power
budget,terhadap nilai daya receiver,
menggunakan persamaan :

P
RX
= P
TX
( Loss + M arg in )
Dimana :
PS = Loss daya Total (total) yang
diperbolehkan pada sistem.
P (Rx) = Daya pada receiver.
P (Tx) = Daya Transmitter pada perangkat
Loss = jumlah loss yang terjadi di sepanjang
kabel serat optik.
Margin = nilai yang digunakan untuk
mengkompensasi redaman yang
terjadi pada kabel serat optik.

Bentuk persamaan untuk perhitungan
redaman total untuk konfigurasi point to
multipoint :

tot
= L
serat
+ Nc
konektor
+ Ns
splice
+


Bentuk persamaan untuk perhitungan margin
daya adalah :
M = ( Pt Pr ) - total 6

Margin daya disyaratkan harus memiliki
nilai lebih dari 0 (nol), margin daya adalah
daya yang masih tersisa dari power transmit
setelah dikurangi dari loss selama proses
pentransmisian, pengurangan dengan nilai
safety margin dan pengurangan dengan nilai
sensitifitas receiver. Data-data yang digunakan
pada perhitungan antara lain :
- Daya keluaran sumber optik : - 4 dBm
- Sensitivitas daya minimum detektor : - 21
dBm
- Redaman Serat optik (1330/1550): 0,33
dB/Km / 0,2 dB/Km
- Redaman Splice : 0,1 dB/Km
- Konektor : 0,3 dB
- Jenis PS 1:2 : 3 dB

Perhitungan power budget dilakukan
berdasarkan keadaan jaringan seperti :
a. Daya minimum transmiitter (PS) (dBm)
b. Sensitivitas minimum receiver (PR)
(dBm)
c. Atenuasi () (dB/km)
d. Rugi-rugi penyambungan seperti rugi
konektor (Lossconn)) dan splice (Losssplice)
(dB)
e. Margin saluran (Loss margin)(dB)
f. Jarak sambungan (l) (km)
g. Jumlah konektor dan splice



Perhitungan power budget adalah sebagai
Berikut :
System Gain (Gs) = Pt MRP dB
Lo = D.Lf + Nc.Lc + Ns.Ls + Lps dB
M = (Pt-MRP)-Lo dBm

3.1.1. Parameter Transmisi SKSO (Link
Budget Power)
Kinerja jaringan SKSO ditentukan
oleh parameter transmisi jaringan seperti: daya
sinyal yang diterima (Pr), kualitas transmisi
(S/N) dan laju kesalahan bit (BER).
1. Daya sinyal yang diterima (Pr)
Perhitungan daya sinyal yang diterima
di penerima dapat ditunjukan dalam
persamaan berikut (Zanger, 1991):


Dimana :
Pr = daya sinyal yang diterima (dBm)
Pt = daya optis yang dipancarkan dari sumber
cahaya (dBm)
- Lc
total
= rugi yang terjadi pada
konektor (dB), dapat dirumuskan:


- Ls
total
= rugi yang terjadi pada
splice/sambungan permanen (dB),
dapat dirumuskan:



- Lf
total
= rugi yang terjadi pada serat
optic (dB), dapat dirumuskan:


Dimana :
L = Panjang saluran (Km)
= Redaman kabel serat optik
(dB/Km)
M = Loss margin sistem diambil harga 6 dB
2. Kualitas Transmisi (S/N)
Dalam menentukan kualitas transmisi
digunakan parameter signal to noise ratio
(S/N) atau Bit Error Rate (BER). S/N
merupakan perbandingan antara daya
sinyal tehadap daya noise pada satu titik
yang sama, dapat dirumuskan sebagai
berikut:
(

)



Perhitungan daya sinyal (signal power)
dan daya noise (noise power) adalah
sebagai berikut:
a. Daya Sinyal (Signal power)
Daya sinyal merupakan kuat daya
sinyal yang diterima pada receiver. Besar
daya sinyal di penerima ditujukan dengan
persamaan berikut (Freeman, 1998):
(

))


Dimana :
P
opt
= daya sinyal yang diterima detector (W)
(q)/(hv)=R = responsivitas (A/W)
= efisiensi quantum (%)
h = konstanta Plank (6,626.10
-34
Js)
hv = energi photon (kWh)
q = 1,6.10
-19
C
M= tambahan daya sinyal padadetector cahaya
(apabila yang digunakan adalah APD).
b. Derau (noise)
Derau adalah sinya-sinyal yang tidak
diinginkan yang selalu ada dalam suatu system
transmisi. Level noise yang cukup besar akan
terasa menggangu pada sisi penerima.
Sumbangan daya noise di detector cahaya
(receiver) pada system komunikasi serat optic
ada 3 macam yaitu: thermal noise, noise dark
current dan shot noise (Zanger, 1991).
1) Arus gelap (dark current)
Arus gelap yaitu arus balik (reverse
current) kecil yang mengalir melalui persikap
balik (reverse bias diode) (Widodo, 1995: 87).
Arus gelap ini terjadi pada setiap diode yang
dikenal dengan arus bocor balik (reverse
leakge current). Sumbangan arus gelap
terhadap daya noise dirumuskan sebagai
berikut:



Dimana :
Q = muatan elektron (1,6 10
-19
C)
i
D
= arus gelap (A)
B = bandwidth detektor cahaya (Hz)


2) Derau termal (Thermal Noise)
Derau termal adalah arus yang berasal
dari struktur gerak acak elektron bebas pada
komponen-komponen elektronik. Biasanya
level noise ini sebanding dengan temperatur
pada sistem komunikasi serat optik. Besar
daya noise terminal dirumuskan sebagai
berikut:


Dimana,
k = konstanta Boltzman (1,38 10
-23

Joule/
o
K)
B = bandwidth (Hz)
T
eff
= effective noise temperatur (
o
K)
R
1
= equivalent resistance ()
3) Derau tembakan/tumbukan (Shot
Noise)
Derau tembakan terjadi karena adanya
ketidaklinearan pada sistem. Sumbangan shot
noise pada total noise sistem komunikasi serat
optik dirumuskan sebagai berikut (Freeman,
1998):
(

()
Dimana,
P
opt
= daya sinyal yang diterima di
detektor (W)
(qq)/(hv) = R = responsivitas (A/W)
M = tambahan daya sinyal pada detektor
cahaya (apabila yang
digunakan adalah APD)
F(M) = noise figure, menunjukkan kabaikan
penguat dalam memproses sinyal.
Pada sistem komunikasi serat optik,
F(M) = M

dimana adalah exces faktor dari


gain (0 < < 1)
Jadi :
Total Noise = Noise dark current + thermal
noise + shot noise
3. Laju Kesalahan Bit / BER (Bit Error
Rate)
Merupakan laju kesalahan bit yang
terjadi dalam mentransmisikan sinyal digital.
Dimana BER dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
(S/N) pk/rms = 20 Log 2Q
(Hoss, 2000 & Keiser, 2000).
Sehingga diperoleh nilai pendekatan:
()


Dimana, Q = Quantum noise dan Pe =
Probability Error
Makin tinggi S/N, makin baik mutu
komunikasinya. Oleh karena itu, ada suatu
batasan minimum dari S/N dalam hubungan
telekomunikasi untuk dapat memuaskan
konsumen pemakai jasa telekomunikasi.
Standar S/N untuk Sistem Komunikasi Serat
Optik adalah 21,5 dB (BER = 10
-19
) (Freeman:
1998).
3.2 Perhitungan Rise Time Budget
Rise time budget merupakan metoda
untuk menentukan batasan dispersi pada
saluran transmisi, tujuannya adalah untuk
menganalisis kerja sistem secara keseluruhan
dan memenuhi kapasitas kanal yang
diinginkan. Rise time budget sistem secara
keseluruhan diberikan dengan persamaan
sebagai berikut :
tf = D.. Lsist

tsist
2
= ttx
2
+ trx
2
+ tf
2

tsist =
Dengan :
ttx = Rise time sumber optik(ps)
trx = Rise time detectoroptik(ps)
tf =Rise time fiber (ps)
D = Koefisiendispersi (ps/nm.km)
= Lebar spektral (nm)
L = Jarak (km)
Nilai Rise Time Budget sistem untuk
line coding berbeda dapat dirumuskan sebagai
berikut :
t
sist

Untuk NRZ
t
sist

Untuk RZ

Rise time budget
Untuk menentukan pembatasan disperse link
fiber optic.
Rise time budget secara keseluruhan :
t
sys
=


t
i
:rise time kontributor
t
tx
: rise time sumber optic/pemancar
t
mat
: rise time disperse material fiber
t
mod
: rise time disperse modusl fiber
t
wg
: rise time disperse pandu gelombang
t
rx
: rise time detector material optic/penerima
Rise time disperse = pelebaran pulsa karena
disperse






Ada 4 elemen dasar yang membatasi
kecepatan sistem adalah rise-time transmitter
tTX, rise time dispersi material (bahan) serat
optik tmat, rise time dispersi intermodal tmod
dan rise-time penerima tRX.

Secara umum, degradasi waktu
transisi total sebuah link digital tidak
melebihi 70 % dari sebuah perioda bit NRZ
(Non-Return to Zero) atau 35 % sebuah
perioda bit RZ (Return to Zero).



- tTX adalah rise-time transmitter, yaitu
bergantung dari sumber cahaya dan
rangkaian drive-nya.
- tRX adalah rise-time receiver
dihasilkan oleh respon fotodetector
dan bandwidth 3 dB penerima.

t
RX
=

ndetik

BRX adalah bandwidth listrik 3 dB
penerima (MHz)
tmat adalah dispersi material. Untuk
sumber laser, dispersi ini dapat
diabaikan.
t
mat
2
= D
mat
2

2
L
2
Dmat adalah faktor dispersi material
serat (ns/nm.km), o adalah lebar
spektral sumber optik (nm) dan L
adalah panjang serat (km).
tmod adalah rise-time dispersi modal.
t
mod
=


B0 adalah Bandwidth pada panjang
kabel optik 1 km, q adalah parameter
panjang serat yang bernilai antara 0,5
sampai 1.

IV.Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
- Performansi sistem komunikasi serat
optik dipengaruhi oleh parameter
redaman yang menentukan jarak
tempuh sinyal optik yang dapat
ditransmisikan dan dispersi yang
menentukan besarnya laju data.
seperti: daya sinyal yang diterima
(Pr), kualitas transmisi (S/N) dan laju
kesalahan bit (BER).
- Dengan menghitung Power
LinkBudget, maka akan dapat
diketahui kelayakan performansi
Sistem Komunikasi Serat Optik
(SKSO).
- Perhitungan Rise time budget untuk
menganalisis kerja sistem secara
keseluruhan dan memenuhi kapasitas
kanal yang diinginkan.

Transmitter Receiv er
t
TX
t
mat
t
mod
t
RX
( )
2
1
2 2
mod
2 2
RX mat TX sys
t t t t t + + + =
4.2 Saran
- Sebaiknya menggunakan beberapa
referensi perhitungan yang
menggunakan contoh data yang sudah
ada .


DAFTAR PUSTAKA
1. Siswanto Utomo Oktavianto,Analisis
Perhitungan Rugi-Rugi Pada Serat
Optik,Universitas
Diponegoro,Semarang,2005
2. Praja Guntara Fazar, Lidyawati,Dwi
Aryanta,Lita, Analisis Perhitungan
dan Pengukuran Transmisi J aringan
Serat Optik Telkomsel Regional J awa
Tengah,Jurnal Reka Elkomika,2337-
439X Institut Teknologi
Nasional,Bandung,2013
3. Endy Kusuma Wadhana,Heru
Setijono,Analisa Redaman Serat
Optik Terhadap Kinerja Sistem
Komunikasi Serat Optik
Menggunakan Metode Optical Power
Link Budget,Institut Teknologi
Sepuluh November,Surabaya,2009
4. Ramadhan Muhammad, Hambali
Akhmad, Uripno
Bambang,Perancangan J aringan
Akses Fiber To The Home (FTTH)
Menggunakan Teknologi GI GABI T
PASSI VE OPTI CAL NETWORK
(GPON) Di Perumahan Setraduta
Bandung,Institut Teknologi
Telkom,Bandung,2012
5. Zulfajri,Rhiza,Yulius Zet ,J aringan
Lokal Akses Fiber Dengan
Konfigurasi J aringan Fiber To The
Home,Universitas
Hasanuddin,Makassar,2009

Anda mungkin juga menyukai