Anda di halaman 1dari 74

BAB III

ANALISA HIDROLOGI

3.1. KETERSEDIAAN DATA


3.1.1. Data Hujan Harian
Data hujan yang dibutuhkan untuk perencanaan adalah data curah hujan
harian yang diperoleh dari stasiun-stasiun hujan yang berpengaruh pada DAS
Kali Ciliwung. Pada tabel 3.1 berikut adalah beberapa stasiun hujan yang
dapat mewakili kondisi hujan pada daerah aliran sungai (DAS) Kali Ciliwung
yang memeiliki ketersediaan data yang cukup lengkap (10 tahun). Untuk
perhitungan hujan rancangan digunakan data hujan harian maksimum
tahunan dari beberapa stasiun hujan tersebut.
Tabel 3.1.
Ketersediaan Data Curah Hujan

Ketersediaan
No. Stasiun Hujan Lokasi
Data
1. Cawang 1998-2007 Jakarta Timur
2. FT UI Depok 1998-2007 Kota Depok
3. Gunung Mas 1998-2007 Kab. Bogor
4. Bendung Gadog 1998-2007 Kec. Megamendung Kab. Bogor

3.1.2. Estimasi Data Hujan Yang Tidak Tersedia


Dalam pengumpulan data hujan sering ditemui ketidaklengkapan data
khususnya record data hujan. Hal ini dapat mengurangi keakuratan hasil
perhitungan yang akan dilakukan nantinya.
Pengestimasian data hujan bulanan yang kosong dapat digunakan beberapa
metode diantaranya adalah dengan metode Rasio Normal, dengan rumus
sebagai berikut :

dimana:
rx = Curah hujan ½ bulanan atau bulanan yang dicari (mm)
N = Banyaknya pos hujan pembanding yang digunakan
RA s/d RN = Hujan tahunan pos pembanding (mm)
R = Hujan tahunan dari pos yang dicari (mm)
rA s/d rN = Curah hujan ½ bulanan atau bulanan dari pos pembanding
(mm)

III / 1
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
ba

Pe

Le

iu
as
St
m

ta
ta
G

H
3.
1.

n
a

III / 2
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
3.2. CURAH HUJAN RERATA DAERAH

III / 3
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebaran hujan di seluruh daerah, di
beberapa tempat tersebar pada DAS Kali Ciliwung dipasang alat penakar hujan. Pada
daerah aliran yang kecil kemungkinan hujan terjadi merata di seluruh daerah, tetapi
tidak pada daerah aliran yang besar. Hujan yang terjadi pada daerah aliran yang
besar tidak sama, sedangkan pos-pos penakar hujan hanya mencatat hujan di suatu
titik tertentu, sehingga akan sulit untuk menentukan berapa hujan yang turun di
seluruh areal. Hal ini akan menyulitkan dalam menentukan hubungan antara debit
banjir dan curah hujan yang mengakibatkan banjir tersebut.
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah atau curah hujan daerah yang dinyatakan dalam satuan
millimeter (Sosrodarsono, 2003 : 27).
Terdapat tiga macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata-
rata pada daerah tertentu di beberapa titik pos penakar atau pencatat hujan, yaitu :
3.2.1. Metode Rata-Rata Aljabar
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata
hitung (arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan di
daerah tersebut. Curah hujan rerata daerah metode rata-rata aljabar dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Soemarto, 1999:10) :

dengan :
d = tinggi curah hujan rata-rata daerah
d1,d2,…dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,…n
n = banyaknya pos penakar

Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos
penakarnya ditempatkan secara merata di daerah tersebut, dan hasil
penakaran masing-masing pos penakar tidak menyimpang jauh dari nilai
rata-rata seluruh pos di seluruh areal (Soemarto, 1999 : 10).

3.2.2. Metode Poligon Thiessen


Cara ini digunakan jika titik-titik pengamatan di dalam daerah tersebut tidak
tersebar merata. Cara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average).
Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
di antara dua buah pos penakar. Curah hujan rerata daerah metode poligon
Thiessen dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Soemarto,
1999:11) :

III / 4
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
dengan :
A = luas areal
d = tinggi curah hujan rata-rata areal
d1,d2,…dn = tinggi curah hujan di pos 1,2,…n
A1, A2, A3,…An = luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3, …, n

Gambar 3.2. Metode Poligon Thiessen


Sumber : Soemarto, 1999 :10

3.2.3. Metode Garis Isohyet


Dengan cara ini, maka harus digambar dulu kontur dengan tinggi hujan yang
sama (isohyet), seperti pada gambar 3.3.

Gambar 3.3. Metode Garis Isohyet


Sumber : Soemarto, 1999 : 11

III / 5
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Kemudian luas bagian di antara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan
nilai rata-ratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang hitung nilai kontur,
sebagai berikut :

dengan :
A = luas areal total
d = tinggi hujan rata-rata areal
d0, d1, …dn = curah hujan pada isohyet 0,1,2, …,n
A1, A2, A3,…An = luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet
yang bersangkutan

Menurut Suyono Sosrodarsono, pada umumnya untuk menentukan metode


curah hujan daerah yang sesuai adalah dengan menggunakan standar luas
daerah, sebagai berikut (Sosrodarsono, 2003 : 51) :
▪ Daerah tinjauan dengan luas 250 ha dengan variasi topografi kecil, dapat
diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan.
▪ Untuk daerah tinjauan dengan luas 250-50.000 ha yang memiliki dua atau
tiga titik pengamatan dapat menggunakan metode rata-rata aljabar.
▪ Untuk daerah tinjauan dengan luas 120.000-500.000 ha yang mempunyai
titik-titik pengamatan tersebar cukup merata dan di mana curah hujannya
tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara
rata-rata aljabar. Jika titik-titik pengamatan itu tidak tersebar merata maka
digunakan cara poligon Thiessen.
▪ Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500.000 ha dapat digunakan
cara isohyet atau metode potongan antara (inter-section method).
Berdasarkan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Ciliwung dari titik tinjau
terendah studi yaitu Pintu Air Manggarai sampai dengan ke hulu, yang
memiliki luas area 330,224 km2 atau 33.022,40 ha, maka metode perhitungan
yang sebaiknya digunakan adalah metode poligon thiessen, namun melihat
kondisi DAS Kali Ciliwung yang memiliki kecenderungan luas DAS yang lebi
besar pada bagian hulu hasil sebaran hujan rancangan yang didapatkan
kurang merata (terlalu besar) diakibatkan curah hujan di daerah hulu yang
cukup tinggi. Sehingga pada perhitungan kali ini digunakan metode
pendekatan rerata aljabar, dimana pererataan disesuaikan dengan tanggal
hujan maksimum pada setiap stasiun pengamatan untuk direratakan. Tabel
3.2 berikut menunjukkan hasil perhitungan hujan rerata dengan metode rerata
aljabar.

III / 6
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Tabel 3.2. Hasil Pererataan Dengan Metode Rerata Aljabar

III / 7
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
3.3. ANALISA HUJAN RANCANGAN (DESIGN RAINFALL)
Curah hujan rencana adalah curah hujan terbesar tahunan yang terjadi pada periode
ulang tertentu. Pada daerah studi, pemilihan metode perhitungan hujan rencana
ditetapkan berdasarkan parameter dasar statistiknya.
3.3.1. Pemilihan Metode Perhitungan Hujan Rancangan
Pada daerah studi, pemilihan metode perhitungan hujan rancangan
ditetapkan berdasarkan parameter dasar statistiknya. Berikut perhitungan
parameter dasar statistik, sebagai berikut :
1. Nilai rata – rata

dimana :
= nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = banyaknya data
2. Standar deviasi

dimana :
Sd = standar deviasi
X = nilai rata-rata

III / 8
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Xi = nilai varian ke i
n = banyaknya data
3. Koefisien skewness

dimana :
Cs = Koefisien Skewness
Sd = Standar Deviasi
X = Nilai Rata-Rata
Xi = Nilai Varian ke i
n = Banyaknya Data
4. Koefisien kurtosis

dimana :
Ck = Koeffisien Kurtosis
Sd = Standar Deviasi
X = Nilai Rata-Rata
Xi = Nilai Varian ke i
n = Banyaknya Data
Untuk menentukan metode yang sesuai, maka terlebih dahulu harus
dihitung besarnya parameter statistik yaitu koefisien kepencengan
(skewness) atau Cs, dan koefisien kepuncakan (kurtosis) atau Ck.
Persyaratan statistik dari beberapa distribusi, sebagai berikut :

▪ Distribusi normal
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hampir sama
dengan nol (Cs  0 atau -0.05 < Cs < 0.05) dengan nilai kurtosis (Ck) =
2.7 < Cs < 3.0.
▪ Distribusi Gumbel
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetisnya (skewness) Cs  1,1396 dan
nilai kurtosisnya Ck  5,4002.
▪ Distribusi Log Peason Tipe III
Tidak mempunyai sifat khas yang dapat dipergunakan untuk
memperkirakan jenis distribusi ini.

III / 9
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Adapun perhitungan parameter dasar statistik hujan harian maksimum
untuk Kali Ciliwung adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Tabel Perhitungan untuk Penentuan Metode Analisis Frekuensi

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut :


▪ Nilai Koefisien Kepencengan (Skewness) Cs = -0,116
▪ Nilai Koefisien Kurtosis Ck = 3,528
Tabel 3.4. Syarat Analisis Data untuk Menggunakan Analisa Frekuensi

Sehingga perhitungan analisa curah hujan digunakan metode log pearson


tipe III dengan hasil perhitungan sebagai berikut :
Persamaan distribusi Log Pearson Type III, adalah sebagai berikut (C.D.
Soemarto, 1987 : 243) :
Mengubah data hujan sebanyak n buah X1, X2, .... Xi menjadi log X1, X2,
..... log Xi.
Nilai Rata – rata :

III / 10
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Standar Deviasi :

Koefisien Skewness :

dimana :
Log X = nilai rata-rata
Log Xi = nilai varian ke i
n = banyaknya data
Sd = standar deviasi
Cs = koefisien Skewness
Sehingga nilai X bagi setiap tingkat probabilitas dapat dihitung dari
persamaan:

Log Xt = log + G . Sd
Harga-harga G dapat diambil dari tabel hubungan antara koefisien
skewness dengan kala ulang. Nilai Xt didapat dari anti log dari log Xt.

Tabel 3.5. Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson Type III

III / 11
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
3.3.2. Uji Kesesuaian Distribusi
Pemeriksaan uji kesesuaian distribusi ini dimaksudkan untuk mengetahui
suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi. Dengan pemeriksaan uji ini
akan diketahui :

III / 12
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang
diharapkan atau yang diperoleh secara teoritis.
2. Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).
Adapun pemeriksaan/pengujian dstribusi frekuensi dipakai dengan 2 metode
sebagai berikut :
1. Uji horizontal dengan metode Smirnov-Kolmogorof
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering juga disebut uji kecocokan
non parametrik (non parametrik test), karena pengujiannya tidak
menggunakan fungsi distribusi tertentu, maka uji ini dapat digunakan
pada daerah studi.
Prosedurnya adalah :
a. Data diurutkan dari besar ke kecil dan juga ditentukan masing-masing
peluangnya.
X1 P(X1)
X2 P(X2)
Xm P(Xm)
Xn P(Xn)
b. Setelah itu ditentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari
penggambaran persamaan distribusinya.
X1 P'(X1)
X2 P'(X2)
Xm P'(Xm)
Xn P'(Xn)
c. Selisih kedua nilai peluang dapat dihitung dengan persamaan
Δmaks = nilai maksimum [P(Xm) - P(Xn)]
d. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test), dapat
ditentukan nilai Δkritis. Dimana tabel kritis ini dapat dilihat pada
Lampiran.
e. Apabila Δmaks < Δkritis distribusi teoritis diterima.
Δmaks > Δkritis distribusi teoritis ditolak.

Tabel 3.6. Perhitungan Uji Kesesuaian Distribusi Smirnov-Kolmogorof

III / 13
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 14
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Berdasarkan tabel harga Δ kritis untuk derajat kepercayaan 5% didapatkan
nilai Δkritis sebesar 0,41 %. Karena nilai Δkritis > Δmaks maka hipotesa
log pearson tipe III diterima.

2. Uji vertikal dengan metode Chi Square


Uji chi kuadrat digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal
apakah distribusi pengamatan dapat diterima oleh distribusi teoritis.

III / 15
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Perhitungannya dengan menggunakan persamaan (Shahin, 1976 : 186) :

Jumlah kelas distribusi dihitung dengan rumus (Harto, 181 : 80) :


K = 1 + 3,22 log n
dimana :
OF = nilai yang diamati (observed frequency)
EF = nilai yang diharapkan (expected frequency)
k = jumlah kelas distribusi
n = banyaknya data
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X2 < X2cr.
Harga X2cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikasi  dengan
derajat kebebasannya (level of significant) seperti yang disajikan pada
Lampiran.
Berikut perhitungan metode chi square
▪ Penentuan jumlah kelas (k)
K = 1 + 3,22 log n = 1 + 3,22 Log 10
= 4,2 ~ 4 kelas
▪ Sehingga probalilitas antar kelas adalah 25 %
▪ Penentuan batas antar kelas

Tabel 3.7. Perhitungan Uji Kesesuaian Distribusi Chi Square

III / 16
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
3.4. DISTRIBUSI CURAH HUJAN JAM-JAMAN
Pada perencanaan sungai, untuk memperkirakan hidrograf banjir rancangan dengan
cara hidrograf satuan (unit hydrograph) perlu diketahui dahulu sebaran hujan jam-
jaman dengan suatu interval tertentu.
Dalam studi ini untuk perhitungannya digunakan rumus Mononobe, sebagai berikut
:

= *
dimana :

= intensitas curah hujan rerata dalam T jam

= curah hujan dalam 1 hari (mm)


T = waktu konsentrasi hujan (jam)
Perkiraaan distribusi hujan menggunakan rumus mononobe disajikan pada tabel 3.8.
sebagai berikut :
Tabel 3.8. Distribusi Hujan Netto Jam-jaman

III / 17
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.4. Pola Distribusi Hujan Netto Jam-jaman

3.5. KOEFISIEN PENGALIRAN

III / 18
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Koefisien limpasan/pengaliran adalah variabel untuk menentukan besarnya
limpasan permukaan tersebut dimana penentuannnya didasarkan pada kondisi
daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.
Koefisien pengaliran atau koefisien limpasan mempunyai 2 definisi yaitu (Suyono
Sosrodarsono, 144) :

Rumus (1) disebut koefisien pengaliran puncak untuk membedakan dari rumus (2).
Bagi sungai-sungai biasa, digunakan rumus (2).
Dr. Kawakami menyusun sebuah rumus yang mengemukakan bahwa untuk sungai
tertentu, koefisien ini tidak tetap, tergantung dari curah hujan.

f=1- =1 – f’
dimana :
f = Koefisien pengaliran
f’ = Laju kehilangan
Rt = Jumlah curah hujan
R’ = Kehilangan curah hujan

Tabel 3.9. Pendekatan Angka Koefisien Pengaliran


Curah
Rumus Koefisien
No. Daerah Kondisi Sungai Hujan
Pengaliran
(Rt)
1. Hulu Sungai Biasa f = 1 – 15.7/Rt 3/4
2. Tengah Sungai Biasa f = 1 – 5.65/Rt 1/2
3. Tengah Sungai di zone lava f = 1 – 7.20/Rt 1/2
4. Tengah > 200 mm f = 1 – 3.14/Rt 1/3
5. Hilir < 200 mm f = 1 – 6.60/Rt 1/2
Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980), hal 146

Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi karakteristiknya,


yaitu :
a. Kondisi hujan
b. Luas dan bentuk daerah pengaliran
c. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
d. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
e. Suhu udara dan angin serta evaporasi
f. Tata guna lahan
Berdasarkan pertimbangan bahwa koefisien ini tergantung dari faktor-faktor fisik.
Seperti keadaan di atas, maka besarnya angka koefisien pengaliran pada suatu daerah
dapat dilihat pada tabel berikut :

III / 19
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Tabel 3.10. Koefisien Limpasan (oleh Dr. Mononobe)
Daerah pegunungan yang curam 0.75 – 0.90
Daerah pegunungan tersier 0.70 – 0.80
Daerah bergelombang dan hutan 0.50 – 0.75
Daerah dataran yang ditanami 0.45 – 0.60
Persawahan yang diairi 0.70 – 0.80
Sungai di daerah pegunungan 0.75 – 0.85
Sungai kecil di daerah dataran 0.45 – 0.75
Sungai yang besar dengan wilayah pengaliran yang lebih 0.50 – 0.75
dari seperduanya terdiri dari dataran
Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980) hal 145

Pada studi ini disajikan pula nilai koefisien pengaliran untuk perhitungan debit banjir
rancangan berdasarkan kondisi tata guna lahan (land use). Hal ini dimaksudkan
supaya dalam menentukan nilai koefisien limpasan perlu dipertimbangkan pula
faktor tata guna lahannya (land use).
Untuk menentukan harga koefisien pengaliran adalah (Subarkah,1980:51) :

dengan :
Cm = koefisien pengaliran rata-rata
Ai = luas masing-masing tata guna lahan
Ci = koefisien pengaliran masing-masing tata guna lahan
n = banyaknya jenis penggunaan tanah dalam suatu pengaliran

Tabel 3.11. Harga Koefisien Runoff (C)

Type daerah aliran Harga C


Rerumputan tanah pasir, datar 2 % 0.05 - 0.10
tanah pasir, rata-rata 2 - 7 % 0.10 - 0.15
tanah pasir, curam 7 % 0.15 - 0.20
tanah gemuk, datar 2 % 0.13 - 0.17
tanah gemuk, rata-rata 2 - 7 % 0.18 - 0.22
tanah gemuk, curam 7 % 0.25 - 0.35
Bisnis daerah kota lama 0.75 - 0.95
daerah pinggiran 0.50 - 0.70
Perumahan daerah 'single family' 0.30 - 0.50
multi units', terpisah-pisah 0.40 - 0.60
multi units', tertutup 0.60 - 0.75
sub urban 0.25 - 0.40
daerah rumah apartemen 0.50 - 0.70
Industri daerah ringan 0.50 - 0.80
daerah berat 0.60 - 0.90
Pertamanan 0.10 - 0.25
Tempat Bermain 0.20 - 0.35
Halaman Kereta Api 0.20 - 0.40
Sumber : Banjir Rencana Untuk Bangunan Air, Ir. Joesron Loebis, M.Eng, hal IV-2, 1984

III / 20
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
3.6. ANALISA CURAH HUJAN EFEKTIF
Hujan netto adalah bagian hujan total yang menghasilkan limpasan langsung (direct
run-off).
Dengan asumsi bahwa proses transformasi hujan menjadi limpasan langsung
mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh waktu (linear and time invariant
process), maka hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut :

dimana :
Rn = hujan netto (mm)
C = koefisien limpasan
R = intensitas curah hujan
Perhitungan selengkapnya sebaran Hujan Netto Jam-jaman disajikan pada tabel
berikut :

Tabel 3.12. Nisbah Hujan Netto Jam-jaman

3.7. ANALISA DEBIT BANJIR RANCANGAN (DESIGN DISCHARGE)


Dalam perencanaan dan perhitungan bangunan air, hidrologi merupakan bagian dari
analisis yang amat penting, dari sini dapat dianalisis besaran-besaran nilai ekstrim
yang terjadi baik itu debit terkecil maupun yang terbesar, karena banyak perhitungan
teknis bangunan-bangunan teknis yang didasarkan atas frekuensi nilai-nilai tertentu
dari peristiwa-peristiwa ekstrim.
Berdasarkan hasil perumusan seminar Rainfall Relation dan Design Flood yang
diselenggarakan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) pada tahun 1974, dihasilkan
kriteria debit banjir rancangan untuk desain bangunan air seperti tabel dibawah
ini :
Tabel 3.13. Kriteria Penggunaan Debit Banjir Rancangan

III / 21
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Untuk Desain Bangunan Air
Periode Ulang (Tr)
No. Bangunan
(Years)
1 Earth/Rockfill Dam 1.000
2 Bendungan Beton 500 – 1.000
3 Bendung 50 - 100
4 Saluran Pengelak Banjir 20 – 50
5 Tanggul 5 – 20
6 Saluran Drainase Sawah 5 – 10

Selain itu pemilihan periode ulang untuk desain sebuah bangunan umumnya
didasarkan pada potensial kerusakan, bahaya bagi kehidupan, dan kerugian dari
sektor ekonomi seperti gangguan di sektor perdagangan. Suatu standar praktis yang
melibatkan pemilihan suatu kala ulang, kemudian perancangan struktur pada
kondisi terburuk yang diharapkan terjadi pada periode ulang tersebut. Dimana
bencana bagi kehidupan dilibatkan, terdapat sejumlah besar kontroversi di atas
standar desain yang sesuai. Tabel berikut memperlihatkan kriteria desain hidrologi
pada sistem drainase perkotaan sebagai dasar pemilihan metode perhitungan debit
banjir rancangan yang optimal untuk digunakan dalam perencanaan :

Tabel 3.14. Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan


Luas DAS Periode Ulang Metode Perhitungan Debit
No.
(km2) (ha) (tahun) Banjir
1. < 0,10 < 10 2 tahun Rasional
2. 0,10 – 1,00 10 – 100 2 - 5 tahun Rasional
3. 1,01 – 5,00 101 – 500 5 - 20 tahun Rasional
4. > 5,00 > 500 10 - 25 tahun Hidrograf Satuan
Sumber : Suripin, 2004:241

Penggunaan metode ini, memerlukan beberapa karakteristik parameter daerah


alirannya, seperti :
▪ Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time of peak)
▪ Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
▪ Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
▪ Luas daerah aliran sungai
▪ Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel)
▪ Koefisien pengaliran.

3.7.1. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :

dengan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
R0 = Hujan satuan (mm)

III / 22
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai
30% dari debit puncak
A = Luas daerah pengaliran sampai outlet
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus sebagai
berikut :
Tp = tg + 0,8 tr
T0,3 =  tg
Tr = 0,5 tg sampai tg
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam).
tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
▪ Sungai dengan panjang alur L  15 km : tg = 0,4 + 0,058 L
▪ Sungai dengan panjang alur L  15 km : tg =0,21 L0,7
dengan :
tr = Satuan Waktu hujan (jam)
 = Parameter hidrograf, untuk :
 = 2 => Pada daerah pengaliran biasa
 = 1,5 => Pada bagian naik hydrograf lambat, dan turun cepat
 = 3 => Pada bagian naik hidrograf cepat, turun lambat

Gambar 3.5. Sketsa HSS Nakayasu


Pada waktu naik : 0 < t < Tp

dimana :
Q(t) = Limpasan sebelum mencari debit puncak (m3/dt)
t = Waktu (jam)
Pada kurva turun (decreasing limb)
a. Selang nilai : 0  t  (Tp+T0,3)

III / 23
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
b. Selang nilai : (Tp + T0,3)  t  (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)

c. Selang nilai : t > (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)

Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, maka penerapannya


terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan suatu pemilihan
parameter-parameter yang sesuai yaitu Tp dan , dan pola distribusi hujan
agar didapatkan suatu pola hidrograf yang sesuai dengan hidrograf banjir
yang diamati.
Hidrograf banjir dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

dimana :
Qk = Debit Banjir pada jam ke - k
Ui = Ordinat hidrograf satuan (I = 1, 2, 3 ...... .n)
Pn = Hujan netto dalam waktu yang berurutan (n = 1,2,..n)
Bf = Aliran dasar (base flow)

3.7.2. Hidrograf Satuan Sintetik Gama-I


1. Tingkat Aliran
Menurut Horton, suatu klarifikasi tentang tingkat aliran sebagai ukuran
terhadap jumlah pencabangan dalam suatu basin. Aliran tingkat pertama
adalah aliran sungai kecil yang tidak bercabang. Aliran tingkat kedua hanya
mempunyai aliran anak sungai tingkat pertama. Aliran tingkat ketiga hanya
mempunyai aliran anak sungai tingkat pertama dan kedua. Tingkat suatu
basin drainase tertentu oleh tingkat dari aliran sungai utamanya.

Horton juga memperkenalkan nilai perbandingan dua cabang (bifurcation


ratio) untuk menggambarkan perbandingan jumlah aliran sungai dengan
tingkat (order) sembarang terhadap jumlah aliran tingkat terendah
berikutnya. Nilai-nilai perbandingan 2 cabang dalam suatu basin
cenderung menjadi hampir sama jumlahnya. Umumnya, nilai-nilai
perbandingan dua cabang dijumpai diantara 2 dan 4 dengan rata-rata
mendekati 3 dan 5. Pengamatan ini membawa kita pada hukum jumlah
aliran sungai (law of stream number) yang dinyatakan dengan rumus :

dimana :
III / 24
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Nu = Jumlah aliran sungai tingat u
rb = Perbandingan dua cabang (bifurcation ratio)
k = Tingkat (order) dari aliran sungai utama.
Dengan cara yang sama, Horton mengusulkan hukum panjang aliran
sungai (Law of stream lengths) dengan rumusan sebagai berikut :

Gambar 3.6. Sketsa Definisi Untuk Tingkat Aliran


dimana L adalah panjang rata-rata sungai tingkat u dan re adalah
perbandingan panjang (length ratio). Suatu persamaan ekivalen juga
berlaku untuk luas basin A rata-rata tingkat u.

Persamaan-persamaan diatas menunjukkan suatu deret ukur dari jumlah,


panjang atau luas. Secara grafis keduanyan menunjukkan suatu bidang
linear jumlah tingkat versus logaritma-logaritma dari jumlah panjang dan
luas. Hubungan-hubungan tersebut telah ditetapkan dibawah suatu
kondisi-kondisi yang mempunyai batas-batas yang leluasa. Persamaan-
persamaan itu dapat digunakan dengan mengukur N, L dan A pada 2
tingkat-tingkat tertinggi (2 highest orde) dalam basin, kemudian
menghitung nilai-nilai ini untuk tingkat-tingkat yang lebih rendah.
Beberapa ahli geomorfologi menyukai sistem pembalikan pemberian
angka, sehingga aliran sungai utama adalah tingkat satu dan aliran – aliran
kecil adalah tingkat-tingkat tinggi, namun nampaknya sistem Horton
merupakan prosedur yang paling banyak digunakan.

III / 25
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 26
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Karakteristik DAS Ciliwung Pada Titik
Tinjau
P.A. Manggarai :
Luas DAS = 330,224
km2
Panjang Sungai Utama =
109,71 km
Panjang Sungai Orde 1 =
316,72 km
Panjang Sungai Orde 2 =
146,25 km
Panjang Sungai Orde 3 =
74,98 km
Panjang Sungai Orde 4 =
19,16 km
Panjang Sungai Orde 5 =
109,71 km

Legenda :
Batas
DAS/Watersheed
Sungai Orde 1
Sungai Orde 2
Sungai Orde 3
U Sungai Orde 4
Sungai Orde 5

Gambar 3.7. Karaktersitik DAS dan Penentuan Orde/Tingkat Sungai


Pada Titik Tinjau P.A. Manggarai

2. Hidrograf satuan sintetik Gama-I

III / 27
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Hidrograf satuan sintetik ini dikembangkan oleh Sri Harto yang
diturunkan berdasarkan teori hidrograf satuan sintetik yang
dikemukakan oleh Sherman. Hidrograf satuan sintetik Gama-I merupakan
persamaan empiris yang diturunkan dengan mendasarkan pada
parameter-parameter DAS terhadap bentuk dan besaran hidrograf satuan
parameter-parameter DAS tersebut yaitu faktor sumber (SF), frekuensi
sumber (SN), faktor lebar (WF), luas relatif (RUA), faktor simetris (SIM)
dan jumlah pertemuan sungai.

Karakteristik hidrograf satuan sintetik Gama-I dapat dilihat pada gambar


berikut :

III / 28
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Satuan hidrograf sintetik Gama-I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu
waktu naik (TR), debit puncak (QP), waktu dasar (TB) dengan uraian
sebagai berikut :
▪ Waktu naik TR dinyatakan dalam persamaan :
TR = 0,43 (L/100 SF)3 + 1,0665 SIM + 1,2775
dimana :
TR = waktu naik (jam)
L = panjang sungai (km)
SF = faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang
sungai tingkat I dengan panjang sungai semua tingkat.
SIM = faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor
lebar (WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).
WF = faktor lebar yaitu perbandingan antara lebar DPS yang diukur
dari titik di sungai yang berjarak 3/4 L dan lebar DPS yang
diukur dari titik yang berjarak 1/4 L dari tempat pengukuran.
▪ Debit Puncak (QP) dinyatakan dengan rumus :
QP = 0,1836 . A 0,5886 . TR -0,4008 . JN 0,2381
dimana :
QP = Debit Puncak (m3/det)
JN = Jumlah Pertemuan Sungai
TR = Waktu naik
▪ Waktu dasar (TB) dinyatakan dengan rumus :
TB = 27,4132 . TR 0,1457 . S -0,0956 . SN 0,7344 .RUA0,2574
dimana :
TB = waktu dasar
TR = waktu Naik
S = landai sungai rata-rata
SN = frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen
sungai - sungai tingkat I dengan jumlah sungai semua
tingkat.
RUA = luas relatif DAS hulu.
▪ Koefisien Penampungan (K) dinyatakan dengan rumus :
K = 0,5617 . A 0,1798 . S -0,1446 . SF -1,0697 . D 0,0452
dimana :
K = Koefisien penampungan
A = Luas DAS (km2)
S = Landai sungai rata-rata

III / 29
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
SF = Faktor Sumber
D = Kerapatan drainase
▪ Recession Curve, dinyatakan dengan rumus :
Qt = Qp . e -(L/K)
dimana :
Qt = Debit pada waktu t (m3/det)
Qp = Debit puncak (m3/det)
t = Waktu dari saat terjadinya debit puncak (jam)
K = Koefisien tampungan.
Hasil akhir dari perhitungan debit banjir rancangan adalah informasi
kejadian banjir disertai probabilitas dan kala ulangnya (Return Period).
3.7.3. Hidrograf Satuan Sintetik Snyder-Alexeyev
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Snyder-alexeyev merupakan suatu metode
penghitungan hidrograf satuan buatan untuk membuat grafik hidrograf.
Metode ini biasanya dilakukan dalam menentukan grafik hidrograf pada
suatu DAS yang memiliki data karakteristik terbatas atau bahkan tidak ada
data sama sekali, oleh karena itu metode penghitungan ini hanya memakai
data geografis yang ada pada DAS tersebut.
Metode ini juga biasa digunakan sebagai data hidrograf pada perencanaan
suatu DAS sebagai acuan dasar. Parameter-parameter data perhitungan
Hidrograf Satuan Metode Snyder-Alexeyev yaitu :
▪ Parameter Hidrograf Satuan Sintetik Snyder
1. luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
2. panjang sungai utama (L)
3. panjang sungai dari bagian hilir ke titik berat (Lc)
4. koefisien n
5. koefisien Ct
6. koefisien Cp
▪ Parameter Bentuk Hidrograf
1. Waktu dari titik berat hujan ke debit puncak (tp)

2. Curah hujan efektif (te)

3. Waktu untuk sampai ke puncak (Tp)


▪ jika te > tr = 1 jam
maka koreksi tp’ = tp + 0,25.(te-tr)
time rise to peak (Tp) = tp’ + 0,5
III / 30
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
▪ jika te < tr = 1 jam
time rise to peak (Tp) = tp + 0,5tr
▪ jika te = tr
time rise to peak (Tp) = tp
4. Debit maksimum hidrograf satuan (Qp)

5. nilai absis (nilai x)

6. koefisien  dan 

7. besarnya ordinat y

8. Besarnya Qt

Hasil akhir dari perhitungan debit banjir rancangan adalah informasi kejadian
banjir disertai probabilitas dan kala ulangnya (Return Period) untuk masing-
masing titik peninjauan.
3.7.4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan
Rekapitulasi hasil perhitungan debit banjir rancangan (design flood) di tiap-tiap
titik tinjau DAS dengan Metode HSS Nakayasu, Gama-I dan Snyder-Alexeyev
dapat dilihat pada Tabel 3.15 s/d Tabel 3.25, sedangkan gambar hidrograf
banjir rancangannya disajikan pada Gambar 3.8 s/d Gambar 3.17.
Tabel 3.15.
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit banjir Rancangan

III / 31
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Tabel 3.16. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu
Untuk Titik Tinjau 1 (P.A. Manggarai)

III / 32
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 33
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 34
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.8. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu Untuk Titik Tinjau 1 (P.A. Manggarai)

III / 35
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Tabel 3.17. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu
Untuk Titik Tinjau 2 (Cawang)

III / 36
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 37
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 38
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.9. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu Untuk Titik Tinjau 2 (Cawang)

Tabel 3.18. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu
Untuk Titik Tinjau 3 (Tol T.B. Simatupang)

III / 39
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 40
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 41
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.10. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Nakayasu Untuk Titik Tinjau 3 (Jembatan Tol T.B. Simatupang)

III / 42
Tabel 3.19. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Gama-I
Untuk Titik Tinjau 1 (P.A. Manggarai)

III / 43
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 44
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 45
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.11. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Gama-I Untuk Titik Tinjau 1 (P.A. Manggarai)

III / 46
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Tabel 3.20. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Gama-I
Untuk Titik Tinjau 2 (Cawang)

III / 47
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 48
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 49
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.12. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Gama-I Untuk Titik Tinjau 2 (Cawang)

Tabel 3.21. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Gama-I
Untuk Titik Tinjau 3 (Tol T.B. Simatupang)

III / 50
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 51
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 52
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.13. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Gama-I Untuk Titik Tinjau 3 (Tol T.B. Simatupang)

III / 53
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Tabel 3.22. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Snyder-
Alexeyev Untuk Titik Tinjau 1 (P.A. Manggarai)

III / 54
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 55
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 56
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.14. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Snyder-Alexeyev Untuk Titik Tinjau 1 (P.A. Manggarai)

III / 57
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Tabel 3.23. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Snyder-
Alexeyev Untuk Titik Tinjau 2 (Cawang)

III / 58
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 59
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 60
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.15. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Snyder-Alexeyev Untuk Titik Tinjau 2 (Cawang)

Tabel 3.24. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Snyder-
Alexeyev Untuk Titik Tinjau 3 (Tol T.B. Simatupang)

III / 61
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 62
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 63
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.16. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Snyder-Alexeyev Untuk Titik Tinjau 3 (Tol T.B. Simatupang)

III / 64
Tabel 3.25. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode Gama-I
Untuk Titik Tinjau 4 (Hulu Akhir Pengukuran Pondok Cina/Depok)

III / 65
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 66
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 67
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.17. Grafik Debit Banjir Rancangan Metode Gama-I Untuk Titik Tinjau 4 (Pondok Cina/Depok)

3.7.5. Perbandingan Hasil Perhitungan Dengan Studi Terdahulu

III / 68
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Pada tabel 3.26 berikut dapat dilihat perbandingan hasil debit rencana dengan
beberapa studi terdahulu yang pernah dilakukan di wilayah Jabodetabek,
khususnya berhubungan dengan perencanaan Kali Ciliwung dan Banjir Kanal
Barat.
Tabel 3.26. Perbandingan Hasil Debit Banjir Rencana Dengan Studi Terdahulu

3.8. ANALISA DEBIT BANJIR RENCANA PADA ANAK SUNGAI/SALURAN


DRAINASE KOTA KALI CILIWUNG
Dalam optimalisasi Kali Ciliwung, salah satu aspek yang berpengaruh adalah
drainase lingkungan yang masuk ke Kali Ciliwung tersebut. Berdasarkan hsil
perhitungan debit anak sungai/saluran drainase yang masuk pada kali ciliwung
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.27. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangam Pada Tiap-tiap
Inlet Yang Masuk ke Kali Ciliwung

III / 69
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Sedangkan skema anak sungai/jaringan drainasi kota yang masuk pada kali
Ciliwung dapat digambarkan sebagai berikut :

III / 70
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
III / 71
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.18. Skema Sistem Drainase Kota Anak Sungai Kali Ciliwung

III / 72
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Saluran Drainase Kota
Manggarai

Sungai Condet

Sungai Cijantung

III / 73
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu
Gambar 3.19. Drainase/Anak Sungai Kali Ciliwung Utama

III / 74
LAPORAN AKHIR
Perencanaan dan Detail Desain Penataan Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai ke Hulu

Anda mungkin juga menyukai