2.3
software yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) ArcView 3.1 atau 3.2 (ESRI)
sebagai ekstensi (graphical user interface) di dalamnya. Program ini di keluarkan oleh
Texas Water Resources Institute, College Station, Texas, USA. ArcView sendiri adalah
salah satu dari sekitar banyak program yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).
Program AVSWAT 2000 merupakan perkembangan dari versi sebelumnya,
SWAT (Soil and Water Assessment Tool) yang tidak bekerja dalam software ArcView.
AVSWAT dirancang untuk memprediksi pengaruh manajemen lahan pada aliran air,
sedimen, dan lahan pertanian dalam suatu hubungan yang kompleks pada suatu Daerah
Aliran Sungai (DAS) termasuk di dalamnya jenis tanah, tata guna lahan dan manajemen
kondisi lahan secara periodik. Untuk tujuan pemodelan, program AVSWAT
memudahkan pengguna (user) dengan melakukan pembagian suatu wilayah DAS yang
luas menjadi beberapa bagian sub DAS-sub DAS untuk memudahkan dalam
perhitungan. Struktur data yang digunakan sebagai representasi dari kondisi asli
kenampakan objek yang ada di bumi. Di dalam pengolahan database, AVSWAT 2000
dibagi dalam dua kelompok database : jenis data spasial yaitu basis data dalam struktur
vektor dan basis data dalam struktur grid/raster. Berbagai aplikasi yang sering
memanfaatkan struktur data dalam bentuk grid antara lain adalah representasi kondisi
elevasi (DEM), kemiringan (slope), atau juga sebaran dari distribusi curah hujan.
2.3.1
komponen suatu DAS antara lain hujan, iklim,tata guna lahan, jenis tanah,dan topografi.
Informasi-informasi itu dihimpun dalam basis data masukan yang dinamakan input data.
Dalam AVSWAT data curah hujan harian selama 10 tahun dimasukkan dalam
file *.wgn (Weather Generation). Dalam Weather Generation berisi data statistic yang
dibutuhkan untuk membangkitkan data curah hujan harian dalam suatu subbasin.
Idealnya data yang tersedia paling sedikit 10 tahun yang digunakan untuk menghitung
parameter dalam file *.wgn (Weather Generation). Data curah hujan akan
membangkitkan dalam dua hal, dimana digunakan dalam simulasi dan untuk menelusuri
data yang salah.
Adapun penjelasan dalam mengolah input data Weather Generation adalah
sebagai berikut :
1.
5
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PCPMM
Rata-rata total presipitasi bulanan (mm), yang dirumuskan sebagai berikut :
N
R mon
R
d 1
day , yrs
dimana :
R mon = Hujan rata-rata bulanan (mm)
Rday, yrs = Jumlah hujan harian tahun ke-i bulan ke-b (mm)
N
b.
= Jumlah tahun
PCPSTD
Standar deviasi presipitasi bulanan (mm). Parameter ini menjumlahkan variabel
hujan tiap bulan, yang dirumuskan sebagai berikut :
mon
d 1
day , yrs
Rmon
N 1
dimana :
mon = Standar deviasi hujan harian dalam bulan (mm)
R mon = Hujan rata-rata bulanan (mm)
Rday, yrs = Jumlah hujan harian tahun ke-i bulan ke-b (mm)
N
c.
= Jumlah tahun
PCPSKW
Kepencengan presipitasi bulanan. Parameter ini menentukan suatu nilai ketidak
simetrisan suatu distribusi. Koefisien skewness dirumuskan sebagai berikut :
R
N
g mon
d 1
day , yrs
Rmon
N 1 N 2 mon 3
dimana :
g mon
Rday, yrs = Jumlah hujan harian tahun ke-i bulan ke-b (mm)
N
d.
PR_W1
Probabilitas hari hujan mengikuti hari kering dalam bulan, yang dirumuskan sebagai
berikut :
PR _ W 1
daysW / D 1
days dry , i
dimana :
PR _W 1 = Hari hujan yang mengikuti hari kering dalam bulan
daysW / D 1
= Jumlah waktu hari hujan yang mengikuti hari kering untuk data
tiap periode
days dry , i
Catatan :
Setiap hari kering dimana nilai curah hujan sama dengan 0 mm, sedangkan hari
hujan minimal curah hujan > 0 mm
e.
PR_W2
Probabilitas hari hujan yang mengukuti hari basah dalam bulan, yang dirumuskan
sebagai berikut :
PR _ W 2
daysW / W 1
days dry , i
dimana :
PR _W 2 = Hari hujan yang mengikuti hari basah dalam bulan
daysW /W
= Jumlah waktu hari hujan yang mengikuti hari basah untuk data
7
tiap periode
days dry , i
f.
PCPD
Jumlah rata-rata hujan harian dalam bulan, parameter ini dirumuskan sebagai
berikut :
d wet , i
days wet , i
yrs
dimana :
g.
d wet , i
days wet , i
yrs
= Jumlah tahun
RAINHHMX
Hujan harian maksimum seluruh periode dalam bulan, nilai ini mewakili dari satu
hari hujan maksimum dalam seluruh periode dalam bulan.
2.4
2.4.1
Automatic Deliniation
Automatic Deliniation digunakan untuk mendapatkan sungai sintetis dan definisi
outlet yang ada pada suatu DAS. Sungai Sintesis didapat dari pengolahan input data
peta kontur yang sudah dikonversi dalam bentuk grid dengan metode TIN (Triangulated
Irregular Network). Di Dalam menu ini terdapat perintah untuk membangkitkan sungai
sintesis lengkap dengan dimensinya (panjang, lebar, kedalaman sungai) dan menentukan
lokasi outlet secara otomatis oleh program berdasarkan percabangan anak sungai
sintesis untuk membagi DAS ke dalam sub-sub DAS. Program melambangkan lokasi
outlet dengan titik. Titik-titik outlet dapat ditentukan secara manual oleh pengguna.
Pengguna dapat memodifikasi (menambah atau mengurangi) titik outlet bahkan
menghapus titik outlet yang tidak dikehendaki dalam gambar. Pengguna dapat
mendefinisikan suatu titik outlet sebagai point source (waduk/dam/bendungan), atau
dapat pula juga didefinisikan sebagai inlet.
Untuk mempresentasikan bentuk permukaan bumi, software AVSWAT 2000
menggunakan model DEM (Digital Elevation Model). DEM atau DTM (Digital Terrain
Model) adalah salah satu metode pendekatan yang biasa dipakai untuk memodelkan
relief permukaan bumi dalam bentuk 3 dimensi. Penggunaan model permukaan digital
dalam proses analisis limpasan permukaan merupakan langkah yang tepat dimana
8
model permukaan digital yang mempresentasikan permukaan relief bumi akan
membantu ketelitian dan mengidentifikasi kemiringan lahan, arah aliran, akumulasi
aliran, panjang lintasan aliran, dan penentuan daerah aliran. Terdapat beberapa metode
untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi dalam model permukaan digital, yaitu
model grid dalam bentuk persegi, model TIN (Triangulated Irregular Network) dalam
bentuk segitiga yang tidak beraturan dan yang terakhir adalah CA (Cellular Automata)
yaitu dalam bentuk segitiga, segi empat atau segi enam beraturan. Dan berbagai metode
yang ada, metode persegi merupakan metode yang paling banyak digunakan, (Laurini
1992, dalam Sutan Haji) hal ini dikarenakan bentuk persegi mempunyai kemudahan
dalam perhitungan dan visualisasinya apabila dibandingkan dengan bentuk lainnya.
TIN
GRID
2.4.2
HRU Distribution
HRU (Hydrologic respon unit) digunakan untuk menghitung evapotranspirasi
pada lahan di DAS. Lahan DAS yang dimaksud adalah penutup lahan/ tanaman dan
9
jenis tanah. Pembagian DAS kedalam sub-sub DAS mengakibatkan setiap sub-sub DAS
mempunyai informasi tata guna lahan dan klasifikasi tanah yang berbeda-beda. Hal ini
memudahkan program untuk merefleksikan perbedaaan evapotranspirasi dan kondisikondisi hidrologi lainya untuk setiap tanaman/penutup lahan dan jenis tanah pada setiap
sub-sub DAS..
2.5
dari daerah yang lebih tinggi menuju daerah yang lebih rendah. Limpasan permukaan
terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi limpasan permukaan bisa dikelompokkan ke dalam faktor-faktor yang
berhubungan dengan curah hujan dan yang berhubungan karateristik daerah aliran
sungai. Lama waktu hujan, intesitas dan penyebaran hujan mempengaruhi laju dan
volume limpasan permukaan. Pengaruh DAS terhadap limpasan permukaan adalah
melalui bentuk dan ukuran DAS, topografi, geologi, dan keadaan tata guna lahan.
Ada banyak metode yang dapat dipakai untuk menganalisa dan memprediksi besaran
limpasan permukaan,dalam studi ini menggunakan persamaan Metode SCS, Metode
SCS berusaha mengaitkan karakteristik DAS seperti tanah, vegetasi, dan tata guna lahan
dengan bilangan kurva air larian CN (runoff curve number) yang menunjukkan potensi
air larian untuk curah hujan tertentu (Chay Asdak, 2002:182). Secara terinci perumusan
dari metode ini adalah sebagai berikut :
Qsurf
day
day
Ia
Ia S
dimana :
Qsurf
Ia
Rday
= 0,2 S
10
Untuk memudahkan perhitungan kelembaban awal (antecedent moisture condition),
tataguna guna lahan, dan konservasi tanah, Dinas Konservasi Tanah Amerika
menentukan besarnya S sebagai berikut :
1000
10
CN
= 25.4
S
dimana :
CN
Dengan mengeplotkan nilai dari Rday dan Qsurf pada kurva SCS maka nilai CN dapat
ditentukan. Metode SCS mengelompokkan jenis tanah dalam 4 (empat) jenis yaitu
berdasar tipe tanah dan tataguna lahannya (hydrology soil group).
Pada abstraksi awal, Ia biasanya menggunakan pendekatan 0.2 S sehingga persamaan
(2.5) menjadi :
Qsurf
R
R
day
0.2 S
day
0.8 S
Limpasan permukaan akan terjadi bila Rday > Ia. Grafik penyelesaian dari rumus diatas
untuk nilai CN yang berbeda dapat dilihat pada gambar 2.5
Gambar 2.4 Grafik hubungan limpasan permukaan dengan curah hujan pada
metode SCS Curve Number
Sumber : (AVSWAT Theoretical Documentation 2000, 2002:95)
2.5.1
Lahan/Land Use dan kondisi kandungan air dalam tanah.Tabel dibawah ini menunjukan
nilai-nilai dari CN
11
Tabel 2.1. Typikal Curve Number CN (SCS Engineering Division, 1986)
Tataguna Lahan
Tidak dikerjakan
Tanaman berjajar
Kontur ada bekas ditanami
Kontur dan teras
Kontur dan teras ada bekas
ditanami
Larikan lurus
Larikan lurus ada bekas ditanami
Kontur
Padi, Gandum
Kontur ada bekas ditanami
Kontur dan teras
Kontur dan teras ada bekas
ditanami
Larikan lurus
Tanaman Legum
Kontur
Kontur dan teras
Keadaan
Hidrologi
..
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Kelompok tanah
B
C
86
91
85
90
83
88
81
88
78
85
80
87
75
82
79
84
75
82
78
83
74
81
74
80
71
78
73
79
70
77
76
84
75
83
75
83
72
80
74
82
73
81
73
81
72
80
72
79
70
78
71
78
69
77
77
85
72
81
75
83
69
78
73
80
67
76
A
77
76
74
72
67
71
64
70
65
69
64
66
62
65
61
65
63
64
60
63
61
62
60
61
59
60
58
66
58
64
55
63
51
D
94
93
90
91
89
90
85
88
86
87
85
82
81
81
80
88
87
86
84
85
84
84
83
82
81
81
80
89
85
85
83
83
80
Tabel 2.2 Bilangan kurva air larian (CN) pada tanah pertanian yang lain (SCS
Engineering Division, 1986)
Tataguna Lahan
Padang rumput terus-menerus untuk tempat
penggembalaan ternak
Padang rumput - terlindung dari ternak, untuk
dipanen
Semak-semak - rerumputen dengan tumbuhan
semaksemaknya yang dominan
Keadaan
Kelompok tanah
Hidrologi
Buruk
Cukup
Baik
A
68
49
39
B
79
69
61
C
86
79
74
D
89
84
80
..
30
58
71
78
Buruk
Cukup
48
35
67
56
77
70
83
77
12
Baik
Buruk
Cukup
Baik
Buruk
Cukup
Baik
..
30
57
43
32
45
36
30
59
48
73
65
58
66
60
55
74
65
82
76
72
77
73
70
82
73
86
82
79
83
79
77
86
2.5.2
menjadi 4 kelas grup hidrologi tanah. Propertis tanah yang mempengaruhi potensi
runoff adalah tanah yang memiliki pengaruh kuat terhadap minimalnya besar infiltrasi
pada kondisi tanah jenuh. Propertis tanah tersebut adalah kedalaman tanah hingga batas
permukaan air tanah pada setiap musimnya, saturated hydraulic conductivity, dan
kedalaman lapisan permiable. Maka tanah dibagi menjadi kelas grup : A,B,C,D, atau
menjadi 3 kelas yaitu A/D, B/D, dan C/D, dengan definisi sebagai berikut :
Tabel 2.3 Kelompok tanah menurut NRCS
Kelompok Tanah
A
Keterangan
Potensi air larian paling kecil, termasuk tanah pasir dalam dengan
Laju Infiltrasi
(mm/jam)
8 12
Potensi air larian kecil, tanah berpasir lebih dangkal dari A. Tekstur
48
Potensi air larian sedang, tanah dangkal dan mengandung cukup liat.
14
0-1
yang terjadi karena disebabkan oleh intensitas hujan yang turun. Nilai ini merupakan
indikator dari kekuatan erosi yang dapat ditimbulkan pada lahan dan dapat digunakan
untuk memprediksi angkutan sedimen. Perhitungan SWAT untuk nilai debit puncak ini
adalah dengan menggunakan modifikasi metode rasional.
13
Metode rasional dapat digunakan untuk mendesain saluran dengan bentang yang
lebar dan sistem saluran pengendali banjir. Metode rasional bedasar pada anggapan
bahwa hujan yang jatuh dengan intensitas i pada waktu t = 0 secara kontinu akan terus
meningkat sampai pada waktu konsentrasi t = tconc, anggapan ini dengan melibatkan
seluruh daerah pengaliran yang mengarah pada badan sungai (outlet).
Debit puncak dihitung berdasarkan rumus Rasional (CD, soemarto 1986:15).
Persamaan metode rasional adalah sebagai berikut:
Q
= 0.278 C . I . A
dengan:
Q
= koefisien limpasan
2.7
suatu sub DAS sampai air tersebut mengalir ke outlet dari sub DAS tersebut. Waktu
kosentrasi adalah waktu perjalanan yang dibutuhkan oleh air dari tempat yang paling
jauh (hulu sub DAS) sampai ke outlet sungai dari sub DAS tersebut. Waktu kosentrasi
dihitung dengan menjumlahkan lamanya waktu yang dilalui oleh air hujan yang jatuh
pada suatu titik kemudian mengalir di lahan sampai ke sungai dan akhirnya mengalir di
sungai sampai ke outlet sungai dari sub DAS tersebut. Persamaannya sebagai berikut :
t conc = tov + tch
dimana :
tconc
tov
tch
1.
Lslp
3600.Vov
dimana :
tov
Lslp
Vov
14
3600
Kecepatan aliran di lahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning untuk
setiap 1 meter panjang sepanjang garis miring permukaan lahan :
Vov =
dimana :
Vov
qov
slp
Tabel 2.4 Angka kekasaran manning (n) untuk aliran di lahan (Engman,1983)
Karakteristik Permukaan Lahan
Tanah kosong, gundul-tanpa sisa tanaman
Median
0.010
Range
0.008-0.012
0.090
0.060-0.120
0.190
0.160-0.220
0.090
0.060-0.120
0.130
0.100-0.160
0.400
0.300-0.500
0.070
0.040-0.100
0.120
0.070-0.170
0.300
0.170-0.470
0.600
0.150
0.100-0.200
Rumput tebal
0.240
0.170-0.300
0.410
0.300-0.480
Rumput bermuda
Sumber : AVSWAT Theoretical Documentation 2000, 2002:105
2.
le
3,6 . vc
dimana :
tch
Lc
Vc
15
3,6
L. Lcen
dimana :
Lc
= Panjang saluran dari titik terjauh sampau ke outlet sub DAS (km)
Lcen
= Jarak antara sepanjang saluran dengan titik tengah sub DAS (km)
Diasumsikan Lcen = 0,5 L, maka panjang rata-rata saluran di sub DAS adalah :
Lc = 0,71 . L
Kecepatan rata-rata dapat dihitung dengan rumus manning, dengan asumsi
penampang melintang saluran terbentuk trapesium, kemiringan tebing saluran 2:1, dan
rasio perbandingan lebar dasar saluran dengan tinggi saluran adalah 10:1, sehingga akan
di dapatkan persamaan :
0.25
0,489 . q ch . slp ch
Vc =
n 0, 75
0 , 375
dimana :
Vc
qch
slpch
qch . Area
3,6
dimana :
Area
qch
qch merupakan debit yang terjadi pada unit satuan luas (unit satuan luas = 1 ha),dihitung
dengan persamaan :
qch = q0 . (100 . Area)-0,5
dimana :
q0
100
2.8
Koefisien Aliran
16
Angka koefisien aliran (C) merupakan bilangan perbandingan laju debit puncak
dengan intensitas hujan dan merupakan bilangan tanpa satuan. Dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
C=
Qsurf
Rday
dimana :
2.9
Qsurf
Rday
Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan persatuan waktu, dihitung dengan rumus :
i=
Rtc
tconc
dimana :
i
Rtc
tconc
Suatu analisa data curah hujan yang dikumpulkan oleh Hershfield (1961) dalam
jangka waktu dan frekwensi yang berbeda-beda menunjukkan bahwa jumlah hujan yang
jatuh sepanjang waktu konsentrasinya sebanding dengan hujan yang jatuh selama
periode 24 jam.
Rtc = tc . Rday
dimana :
tc
Rday
Untuk durasi hujan pendek, semua hujan yang jatuh sepanjang waktu
konsentrasinya menyebabkan tc mendekati batas atasnya 1. Nilai minimum tc terjadi
jika intensitas hujan yang terjadi seragam (i24 = i).
Nilai minimum ini dapat didefinisikan dengan mensubstitusikan persamaan Rumus i
dan i24 = i ke dalam persamaan Rtc :
Rtc
i . tconc
t
tc, min = R
= i 24 = conc
24
day
24 .
17
AVSWAT memperkirakan fraksi dari curah hujan yang terjadi dalam waktu
kosentrasi tertentu sebagai fungsi fraksi dari durah hujan harian dengan waktu setengah
jam dari itensitas hujan maksimumnya :
tc = 1 - exp[2 . tconc . ln(1 0.5)]
dimana :
tconc
= Fraksi curah hujan harian selama waktu setengah jam dari itensitas
hujan tertingginya.
0.5
2.10
tc . Q surf . Area
3.6 . t cone
2.11
Area
tconc
3.6
= Faktor konversi
Qsurf
suatu tempat yang terangkut ke tempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air
ataupun angin. Proses erosi bermula dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat
tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar dari pada
daya tahan tanah.
Sedimen merupakan hasil proses erosi yang tejadi akibat erosi permukaan, erosi
parit,atau erosi lainya. Hasil sediment tergantung pada besarnya erosi total di suatu
DAS atau Sub-DAS dan tergantung pula pada traspor partikel-partikel tanah yang
tererosi tersebut keluar dari daerah tangkapan air suatu DAS atau Sub-DAS. Hanya
sebagian saja dari sedimen yang akan sampai dan masuk ke dalam sungai dan terbawa
ke luar dari DAS. Nisbah jumlah sedimen yang betu-betul terbawa oleh sungai dari
suatu daerah terhadap jumlah tanah yang tererosi dari daerah tersebut, disebut Nisbah
Pelepasan Sedimen (NPS) atau disebut Sediment Delivery Ratio (SDR). Oleh sebab itu
18
kita perlu melihat beberapa persamaan SDR yang berbeda-beda sesuai dengan faktor
pendukungnya
Tabel 2.5 Contoh beberapa persamaan Sediment Delivery Ratio (SDR)
No
1
Pengarang
Maner (1958)
Daerah Studi
Kansas, USA
Rohl (1962)
Rohl
Brushy Creek, Texas.,
USA
Piegeon Roost Creek,
Miss., USA
William and
Berndt(1972)
Mutchler and
Bowie (1975)
10. Boyce (1975)
Williams (1977)
Texas, USA
Williams (1977)
10
Auerwald (1992)
Barvarian Watersheds
11
Suripin (2002)
Upper Solo
2
3
4
Persamaan
log SDR = 2962+0.869 Log Rb - 0,854 Log L
log SDR = 4.5 - 0.23 Log A - 0,0.510 colog
(Rb/L) - 2.786 Log B
SDR = 0.627 Slp^0.403
SDR = 0.488 - 0.006 A + 0.010 Qwa
SDR =0.41 a^-0.3
SDR = 1.366 x 10^(-11) x A^(-009981) x
(rb/L)^(0.3629) x (CN)^(5.444)
SDR = 4.4 x 10^(-12) x A^(-0.217) x
(rb/L)^(0.3940) x (CN)^(5.680)
SDR = -0.02 + 0.385 A ^ (-0.2)
Log SDR = 2,31 + 3,07 Log Rb + 0,41 Log S 1,26 Log (fl+Fw)
Besarnya SDR sangat bervariasi antara satu DAS dengan DAS lainnya dan
bervariasi dari tahun ke tahun. SDR tidak hanya dipengaruhi oleh faktor luas DAS
tetapi juga faktor-faktor lain, diantaranya geomorfologi, faktor lingkungan, lokasi
sumber sedimen, karakteristik relief dan kemiringan pola drainase dan kondisi saluran,
penutup lahan, tata guna lahan, dan tekstur tanah.
Begitu air hujan mengenai kulit bumi, maka secara langsung hal ini akan
menyebabkan hancurnya agregat tanah. Pada keadaan ini, penghancuran agregat tanah
dipercepat dengan adanya daya penghancuran dan daya urai dari air itu sendiri.
Hancuran dari agregat tanah ini akan menyumbat pori-pori tanah, sehingga kapasitas
infiltrasi akan berkurang. Sebagai akibat lebih lanjut, akan mengalir di permukaan
tanah, yang disebut sebagai limpasan permukaan tanah (run off). Air yang mengalir
pada permukaan kulit bumi ini mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut
partikel-partikel yang telah hancur, baik oleh air hujan maupun oleh adanya limpasan
permukaan itu sendiri. Mengingat bahwa harga nisbah pengangkutan sedimen
(Sediment Delivery Ratio = SDR) tidak menentu dan harganya bervariasi dari satu
tempat ke tempat lainnya (Suripin 2002:84). Maka pada studi ini besaran erosi dihitung
berdasarkan rumus Modifikasi USLE (AVSWAT Theoretical Documentation 2000, 2002:216)
:
sed
dimana
sed
19
Qsurf
= erodibilitas tanah
= faktor tanaman
LS
= faktor lereng
CFRG
dimana :
KUSLE
OM
csoilstr
(100 - % liat)
20
M m silt mvfs 100 mc
dimana :
msilt
mvfs
mc
dimana :
orgC = persentase karbon organik
Pembagian kelas tanah berdasarkan kriteria ukuran partikel tanahnya dapat berbedabeda sesuai dengan struktur tanahnya, ringkasannya dapat dilihat pada Tabel 2.6 Kode
yang dimaksud pada faktor csoilstr adalah sebagi berikut :
Platy
Very fine
Fine
Medium
Coarse
Very coarse
< 1 mm
1-2 mm
2-5 mm
5-10 mm
> 10 mm
Bentuk Struktur
Prismatic dan
Blocky
Columnar
< 10 mm
< 5 mm
10-20 mm
5-10 mm
20-50 mm
10-20 mm
50-100 mm
20-50 mm
> 100 mm
> 50 mm
Granular
< 1 mm
1-2 mm
2-5 mm
5-10 mm
> 10 mm
Agak cepat
6,25 12,5
Permeabilitas (mm/jam)
(SWAT 2000, 2003)
> 150
50-150
21
3
Sedang
2,00 6,25
15-50
Agak lambat
0,50 2,00
5-15
Lambat
0,125 0,50
1-5
Sangat lambat
0,125
<1
fcl-si
forgc
fhisand
dimana :
fcsand
fcl-si
forgc = faktor penurun erodibilitas tanah, untuk tanah dengan kdar karbon
organik tinggi
fhisand
m
0.2 0.3 * exp 0.256 * m s * 1 silt
100
fcsand
fcl-si
forgc =
0.25 * orgC
fhisand
0.3
m silt
mc m silt
0.7 * 1 s
100
m
m
dimana :
ms
msilt
mc
orgC
22
Tabel 2.9. Perkiraan besarnya nilai K pada beberapa tanah di Jawa
Tanah
Regosol, Jatiluhur
Litosol, Jatiluhur
Latosol Merah, Jatiluhur
Latosol Merah Kuning
Latosol Coklat
Grumosol, Jatiluhur
Glay Humic, Jatiluhur
Aluvial Kelabu
Mediteran, Yogyakarta
Litosol, Yogyakarta
Nilai K
0.23 0.31
0.16 0.29
0.12
0.26 0.31
0.31
0.21
0.2
0.2
0.26
0.19
Grumosol, Yogyakarta
Mediteran, Caruban
Grumosol, Caruban
Andosol, Batu
Andosol, Pujon
Kambisol, Pujon
Mediteran, Ngantang
Litosol, Malang Selatan
Regosol, Malang Selatan
Kambisol, Malang Selatan
Mediteran, Dampit
Latosol, Malang Selatan
0.24 0.31
0.21 0.32
0.26
0.08 0.10
0.04 0.10
0.12 0.16
0.20 0.30
0.26 0.30
0.16 0.28
0.17 0.30
0.21 0.30
0.14 0.20
Sumber
Ambar
Dan Syarifudin, 1979
23
CUSLE exp ln(0.8) ln CUSLE ,mn exp 0.00115 rsd surf lnCUSLE ,mn
dimana :
CUSLE , mn
rsd surf
Nilai minimum faktor pengelolaan tanaman dapat dihitung dari nilai rata-rata tahunan
faktor C dengan menggunakan persamaan (Arnold and Williams, 1995) :
CUSLE , mn 1.463 ln CUSLE , aa 0.1034
dimana :
CUSLE , aa
Pada Tabel 2.10 di bawah ini ditunjukkan beberapa angka C yang diperoleh dari
hasil penelitian Pusat Penelitian Tanah, Bogor di beberapa daerah di Jawa. Pada
penelitian tersebut, pengelolaan tanaman, pemilihan bibit, pengolahan tanah, waktu
tanam, dan pemeliharaan semuanya sesuai dengan anjuran Dinas Pertanian.
Tabel 2.10. Nilai C Untuk Berbagai Jenis Tanaman dan Pengolahan Tanaman
No.
Nilai Faktor C
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kacang tanah
12
13
Padi gogo
Tebu
0,561
0,2
14
15
16
17
18
19
Pisang
Akar wangi (sereh wangi)
Rumput bede (tahun pertama)
Rumput bede (tahun kedua)
Kopi dengan penutup tanah buruk
Talas
Kebun campuran
- Kerapatan tinggi
- Kerapatan sedang
- Kerapatan rendah
Perladangan
0,6
0,4
0,287
0,002
0,2
0,85
20
21
1
0,001
0,01
0,1
0,01
0,7
0,8
0,7
0,399
0,4
0,2
0,1
0,2
0,5
0,4
24
24
25
26
27
28
Hutan alam
-Seresah banyak
-Seresah sedikit
Hutan produksi
-Tebang habis
-Tebang pilih
Semak belukar, Padang rumput
Ubi kayu + Kedelai
Ubi Kayu + kacang tanah
Padi-Sorgum
Padi-Kedelai
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Kacang tanah-Gude
Kacang tanah + kacang tunggak
Kacang tanah + mulsa jerami 4 t/ha
Padi + mulsa jerami 4 t/ha
Kacang tanah + mulsa jagung 4t/ha
Kacang tanah + mulsa clotalaria 3t/ha
Kacang tanah + mulsa kacang tunggak
kacang tanah + mulsa jerami 2t/ha
Padi + mulsa clotalaria 3t/ha
Pola tanaman tumpang gilir + mulsa jerami
Pola tanaman berurutan + mulsa sisa tanaman
Alang-alang murni subur
Padang rumput (stepa) dan savana
22
23
42 Rumpur Brachiaria
Sumber : Suripin, 2002 :79
0,001
0,005
0,5
0,2
0,3
0,181
0,195
0,345
0,417
0,495
0,571
0,049
0,096
0,128
0,136
0,256
0,377
0,387
0,079
0,357
0,001
0,001
0,002
25
cara kerja traktor dan mesin-mesin pertanian lainnya. Besarnya faktor P yang telah
berhasil ditentukan berdasarkan penelitian di Pulau Jawa adalah seperti tersebut pada
Tabel 2.11 dibawah ini :
Tabel 2.11. Nilai Faktor P Pada Berbagai Aktifitas Konservasi Tanah di Jawa
Teknik Konservasi Tanah
1. Teras bangku :
a. Konstruksi baik
b. Konstruksi sedang
c. Konstruksi kurang baik
d. Teras Tradisional
2. Strip tanaman rumput Bahia
3. Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur :
a. kemiringan 0-8 %
b. kemiringan 9-20 %
c. kemiringan >20 %
4. Tanpa tindakan konservasi
Sumber : Arsyad, 2000 : 259
Nilai P
0,04
0,15
0,35
0,40
0,40
0,50
0,75
0,90
1,00
22.1
LS USLE
dimana :
Lhill
= syarat eksponensial
hill
= sudut lereng
dimana :
slp
tergantung pada transport partikel-partikel tanah yang tererosi tersebut keluar dari
daerah tangkapan air DAS/sub-DAS. Produksi sedimen umumnya mengacu kepada
26
besarnya laju sedimen yang mengalir melewati satu titik pengamatan tertentu dalam
suatu sistem DAS. Tidak semua tanah yang tererosi di permukaan daerah tersebut akan
terdeposisi di cekungan-cekungan permukaan tanah, di kaki-kaki lereng dan bentukbentuk penampungan sedimen lainnya. Oleh karenanya, besarnya hasil sedimen
biasanya bervariasi mengikuti karakteristik fisik DAS/sub DAS.
2.11.5 Faktor Pecahan Batuan Kasar (Croarse Fragment Factor)
Faktor pecahan batuan kasar ini dihitung dengan persamaan sebagi berikut (AVSWAT
Theoretical Documentation 2000, 2002:220) :
- SYLD
- FLOW_OUT
- SED_IN
- SED_OUT
- SEDCONC
27
- SYLD
- USLE
2.13.
ditoleransikan, adalah perlu karena tidak mungkin menekan laju erosi menjadi nol dari
tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada tanah-tanah yang berlereng
(Arsyad, 2000).
Laju erosi yang dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/ha/thn yang terbesar yang
masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang
cukup bagi pertumbuhan tananaman yang memungkinkan tercapainya produktivitas
yang tinggi secara lestari disebut erosi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan
disebut nilai T.
Beberapa cara menetapkan nilai T dikemukaan,dan besarnya nilai T tanah pada
beberapa negara telah ditetapkan. Arsyad (1989) menyarankan sebagai pedoman
penetapan nilai T di indonesia,seperti yang tertera pada tabel 2.12 dibawah ini ;
Tabel 2.12 Pedoman Penetapan Nilai T berdasarkan Arsyad
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Catatan :
Nilai T
(arsyad 1989)
(mm/th)
(ton/ha/thn)
0,0
0
0,4
4
0,8
8
1,2
12
1,4
14
1,6
16
2,0
20
2,5
25
28
ton / h / th
mm / th
berat volume soil x 10
Berat volume tanah berkisar antara 0,8 sampai 1,6 gr/cc akan tetapi pada umumnya tanah
tanah berkadar liat tinggi mempunyai berat volume antara 1,0 sampai 1,2 gr/cc
Aluvial Tanah ini merupakan tanah-tanah yang berkembang dari bahan alluvium
muda (recen), mempunyai susunan berlapis tidak teratur dengan kedalaman
(kecuali tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru) pada kedalaman antara 25
90cm dari permukaan tanah mineral (Pusat Penelitian Tanah, 1993).
Mediteran : Tanah dengan penimbunan liat dengan kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur
keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata.
Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
Rendzina : Tanah dengan warna gelap kandunga norganik lebih dari 1%,
kejenuhan basa lebih 50%, di bawahnya terdiri atas batun kapur.
2.14
lahan, yang didefinisikan sebagai berikut ( Hammer 1981 dalam Arsyad, 2000) ;
Indeks Bahaya Erosi =
Dengan T adalah besarnya erosi yang masih dibiarkan. Indeks bahaya erosi dapat
ditentukan sebagaimana tertera pada tabel 2. 13
Tabel 2.13 Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi Menurut Hammer
Nilai Indeks Bahaya Erosi
<1,0
1,01 - 4,0
4,01 - 10,0
> 10,01
Harkat
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
29
Sumber : Arsyad, 2000
2.15
Usaha Konservasi
Konservasi tanah adalah usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kembali
tanah-tanah
gundul
di
daerah
hutan
dengan
30
Metode mekanik adalah adalah metode yang digunakan untuk mengurangi daya
rusak hujan yang jatuh sehingga menyebabkan aliran permukaan dan erosi dengan
perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan.
Termasuk dalam metode ini adalah :
a. SPA (saluran pembuang air)
Saluran yang digunakan untuk menampung dan mengalirkan limpasan
permukaan, saluran ini dibangun searah lereng. agar saluran tidak terkikis oleh
air hujan maka dasar saluran dilengkapi dengan pasangan batu (utomo,
1989:89)
b. Terrasering
Terras berfungsi mengurangi panjang lereng serta menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, sehingga memungkinkan
penyerapan air oleh tanah
c.
d. Sumur resapan
Sumur yang terbuat dari beton, besi, tanah dibuat dengan kedalaman tertentu
sehingga dapat menyerap air limpasan permukaan ke dalam tanah.
e.
Waduk
Waduk adalah bangunan yang terbuat dari beton, besi atau gundukan tanah
pada suatu sungai untuk menyimpan air dan digunakan sesuai kebutuhan.
31
Larutan atau emulsi zat kimia pemantap tanah pada pengenceran yang
dikehendaki disemprotkan ke dalam tanah, kemudian tanah tersebut dicampur
dengan bahan kimia tadi sampai merata, biasanya sampai kedalaman 0 25
cm.
c.