Nim : 1810115120020
RESUMAN BAB X
Data angkutan sedimen diperoleh untuk pengembangan sumber- sumber air. Data sedimen
dapat diperoleh dengan berbagai cara. Data sedimen harian dapat diperoleh dengan cara
mengukur setiap hari atau dengan cara membuat lengkunagn sedimen.
Berdasarkan rumus 9,7,9,14, dan 9,16 maka rata-rata konsentrasi sedimen melayang
seluruh penampang pengukuran secara umum dapat dirumuskan sebagaiberikut:
∑ Cgq
C= p
∑ qp
Keterangan :
Hubungan antara debit sedimen dan debit ini mempunyai nilai koreksi maksimum = 1,0
semakin tinggi tingkat hubungan itu muka koefiseien kofisiennya mendekati satu.
Lengkung debit tidak dapat digunakan secara langsung untuk menghitung debit sedimen rata-
rata harian dari data debit harian kecuali apabila debitnya relatip tetap sepanjang hari.
Qs = 1/T ∫ mQn dt
0
Keterangan:
M = konstanta
Q = debit ( m3/det)
Hasil perhitungan cara sl 5 divsion setiap jam (a) mempunyai selisih 42,98 % jika
dibandingkan cara (b) yang langsung menggunkan data debit rata-rata harian utuk
menghitung debit sedimen rata – rata harian. Dengan demikian perhitungan debit sedimen
rata- rata harian dengan cara sub devision hasilnya akan lebih teliti. Perhitungan dapat
dilakukan dengan program komputer. Tabel 10.4 menyajikan contoh data debit sedimen rata-
rata harian.
3. Metode perhitungan debit sedimen melayang berdasarkan kurva frekuensi lama aliran
Kurva frekuensi lama aliran (flow- duration curves) digunakan bersama-sama dengan
lengkung debit sedimen yang untuk menghitung debit sedimen melayang. Metode ini
berdasarkan data debit rata- rata pada pertambahan seri waktu tertentu dan gunakan data
tersebut bersama-sama dengan lengkung debit sedimen untuk menghitung konsentrasi
sedimen atau debit sedimen rata –rata tahunan.
Pengunaan metode kurva frekuensi lama aliran ini akan dapat mempercepat waktu
perhitungan akan tetapi kurang teliti apabila dibandingkan cara perhitungan debit sedimen
melayang seperti penjelasan bab sebelumya. Untuk menghidrari perkiraan yang terlalu
rendah debit sedimentasinya, maka interval debit aliranya harus dibuat sekecil mungkin
terutama pada debit yang besar.
4. PENGELOLAAN DATA DEBIT SEDIMEN DASAR
Pada sub bab 9.5.1 telah dijelakan pengukuran muatan sedimen dasar secara langsung
dilokasikan penyelidikan dan sub bab 9.5 telah dijelskan perkiraan muatan sedimen
dasar berdasarkan rumus- rumus empiris aliran sungai dipos duga air pada tinggi
muka air teretntu, sehingga diperoleh debit sedimen muatan dasar sesaat. Apabila
julahpengukuran telah mencukupi maka dapat dibuat lengkung debit sedimen
dasarnya. Gmbar 10.4 menunjukan seketsa lengkung debit sedimen dasar. Pengukuran
langsung di lakukan pada saat aliran rendah sampai sedang, sedangkan untuk aliran
sedangkan muka aliran tinggi dapat dihitung dengan rumus empiris.
Perhitungan debit sedimen dasar rata- rata harian adalah sama prosedurnya dengan
perhitungan debit sedimen melayang rata- rata harian. debit sedimen dasar rata - rata
harian yang hitung berdasarkan rumus empiris harus diberi tanda khusus.
a. Metode empiris
Akumulasi volume sedimen, diperkirakan dari laju sedimen, besarnya laju
sedimentasi waduk diperkirakan berdasarkan besarnya erosi daerah pengairan
sungai (DAS) besarnya erosi DPS ditentukan dengan rumus- rumus empiris yang
dikembangkan berdasarkan kondisi fisografi dan kimatologi dari DPS yang
bersangkutan.
Cara yang telh banyak diguankaan adalah berdasarkan rumus USLE perkiraan
akumulasi sedimendi waduk berdasarkan USLE hanyalah merupakan perkiraan
awal yang sangat kasar, di gunakan utuk penyediaan awal dan umumnya untuk
DPS yangluasnya kurang dari 10 km 2
Wischmeier dan smith (1960) mengemukakan persamaan USLE untuk menduga
laju erosi rata – rata tahunan dengan persamaan sebgai berikut :
E = R ×K×L×S×C×P
Keterangan :
E = laju erosi akutan rata- rata tahunan (ton / ha/ tahunan)
R = faktor erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereg ( m)
S = faktor kemrirngan lereng (%)
C = faktor pengelolaan tanaman
P = faktor konservasi tanah
Faktor erosivitas
Faktor erosivitas hujan dievaluasi dari kemampuan curah hujan menimbulkan
erosi pada tanah yang tidak terlindung. Kehilangan tanah dari pilot tanah yang di
berikan mempunyai.
Metode lain dikembangkan oleh Bols berdasarkan penelitiannya dibeberapa
tempat diindonesia, yaitu:
E130 bulan = 6.199 (Rb 1,211) (N – 0,474) (RM 0, 526 )
Keterangan :
Rh : curah hujan haria (cm )
Rb : curah hujan bulanan (cm)
N : jumlah hari hujan
Rm : curah hujan maksimu haria dalam sebulan
Harian hujan didifinisikan sebagai hari dmana ada hujan sebesar 0,5 mm atau
lebih untuk menetukan nilai indeks erosivitas hujan tahunan digunakan rumus :
R = 12 / £ ( e130) n . n = 1
Keterangan :
N : priode bulanan yang bersangkutan
Faktor kelerengan
Dua parameter yang berpengaruh paa faktor kelrengan, yaitu panjang lereng dan
persen kemiringan lereng faktor panjang lereng (L) dan kemiringan (S)
merupakan nilai perbandingan dengan nilai kehilangan tanah dari lahan dengan
panjang lereng 22 meter dan memliki kemiringan 9 persen. Dalam menghitung
nilai LS wischmeler.
Keterangan :
Panjang lereng diukur dari peta topografi dengan pengertian bawaherosi terjadi
karena adanya aliran permukaan. Dimana panjang lereng tersebut merupakan
panjang lereng dari ke titik air yang masuk ke dalam saluran pengumpul.
Sehingga untuk menetukan panjang lereng mengunakan rumus yang disajikan
oleh eyles sebagi berikut :
Menjujukan dataa elevasi luas dan olume dari waduk saguling yang beroperasi
sejak tahun 1985, dan waduk cirata yang berpotensi sejak tahun 1988
Waduk cirata
Elevasi muka air minimum = ( + 625 m) kapasitas tidak efektif waduk = kapasitas
mati = 1177 kita m 3 elevasi muka air normal = (+ 220 m) kaspasitasnya = 1973
kita m3, dengan demikian kapasita efekuasinya 796 juta m3.
Waduk saguling
Elevasi muka air minimum = ( + 625 m) kapasitas tidak efektif waduk = 271,9
juta m3 elevasi muka air normal = (+ 643m) kpasitasnya = 881 juta m3 degan
demikian kapasitas efektif 609 juta m3.