Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EVALUASI SUMBERDAYA ALAM DAN AIR

“KESESUAIAN LAHAN PERKEBUNAN TEH”


untuk memenuhi tugas Evaluasi Sumberdaya Alam Dan Air

(ABKA567)

Dosen Pengampu :

Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.

Dr. Sidharta Adyatma, M.Si

Di susun oleh:

Risnah (18 10115120020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
taufik, karunia, dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah
evaluasi sumberdaya alam dan air yang berjudul “Kesesuaian Lahan perkebunanTeh”.

Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini
sehingga saya dapat lebih mengerti, memahami, dan menambah wawasan mengenai Kesesuaian
Lahan perkebunan Teh. Saya berterimakasih kepada orang tua saya yang telah memberikan
dukungan moral dan morilnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dan penulis juga
berterimakasih kepada penulis-penulis buku dan jurnal yang telah mnejadi refrensi dalam
pembuatan makalah ini.

saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Kesesuaian Lahan Perkebunan Teh. saya juga menyadari sepenuhnya
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya
saran, kritik, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah mengenai
Kesesuaian Lahan Komoditi Teh ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi sendiri maupun orang lain yang membacanya.
Demikian saya sampaikan, terimakasih

Banjarmasin, 26 Maret 2021

Risnah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................5
BAB I...............................................................................................................................................6
PENDAHULUAN...........................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................6
1.2 tujuan penulisan.....................................................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................................................8
2.1 Lahan......................................................................................................................................8
2.2 Pemahaman Umum Kesesuaian Lahan..................................................................................8
2.3 Kriteria Kesesuaian Lahan.....................................................................................................9
2.4 pengertian Teh......................................................................................................................10
2.5 penyebab penurunan produksi teh........................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
METODE PENELITIAN..............................................................................................................11
3.1 Pengumpulan Data...............................................................................................................11
BAB IV..........................................................................................................................................12
PEMBAHASAN............................................................................................................................12
4.1 Teh di jawa tengah...............................................................................................................12
4.2 Kesesuaian Lahan Teh Di Banjarnegara Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan
Sistem Informasi Geografis.......................................................................................................14
4.3 Kesesuaian Lahan Perkebunan Teh Kabupaten Banjarnegara Dengan Metode Matching..15
4.4 Tanaman Teh Provinsi Jawa Barat......................................................................................16
4.5 evaluasi kesesuaian lahan perkebunan teh di kabupaten tasikmalaya.................................16
4.6 Kesesuaian Lahan Perkebunan Teh di Sub DAS Pasui, Hulu DAS Saddang Dengan
Metode Matchig.........................................................................................................................18
4.7 status hara tanah dan tanaman di perkebunan teh jawa barat dan sumatera utara...............19

3
4.8 Evaluasi Kesehatan Tanah untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan di Perkebunan Teh
Tritis, Kulon Progo....................................................................................................................19
4.9 potensi sumber daya lahan untuk pengembangan jarak pagar(jatropha curcas l.) di
Indonesia....................................................................................................................................20
BAB V...........................................................................................................................................22
PENUTUP.....................................................................................................................................22
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Teh di Kabupaten Banjarnegara.......................................14


Gambar 4. 2 Kesesuaian lahan Teh metode maching................................................................................16
Gambar 4. 3 Peta kesesuaian lahan untuk tanaman teh di Kabupaten Tasikmalaya...................................17
Gambar 4. 4 Peta kesesuaian lahan aktual untuk potensi budidaya tanaman teh....................................18

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkebunan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan daerah,
terutama untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan daerah,
penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah, daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi,
dan bahan baku industri dalam negeri, serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, pengertian
perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media
tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil
tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan, serta
manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat[ CITATION Dia16 \l 1057 ].
Salah satu perkebunan yang ada di Indonesia yaitu perkebunan teh. Teh merupakan salah
satu komoditas unggulan Indonesia. Sebagian besar (70%) teh Indonesia diekspor sehingga
Indonesia tercatat menjadi urutan keenam eksportir teh dunia setelah Kenya, Sri Lanka, India
dan Vietnam. Negara tujuan ekspor teh Indonesia adalah Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat
dan negara-negara Eropa. Berdasarkan data Dewan Teh Indonesia (2013) , tercatat konsumsi teh
dunia terus naik dari tahun ke tahun, hal ini menjadi potensi pasar tersendiri bagi perkembangan
teh Indonesia [ CITATION Abd15 \l 1057 ].
Pembudidayaan tanaman teh harus harus melalui beberapa langkah teknis. Pemetaaan dan
survey lapang merupakan langkah awal untuk mengetahui letak-letak lahan yang berpotensi
sesuai untuk ditanami tanaman teh. Khususnya untuk tanaman teh dibutuhkan banyak data dan
informasi dalam menilai lahan yang akan ditanami. Data – Data diperoleh akan menghasilkan
informasi kesesuaian lahan aktual suatu lahan. Hal ini dilakukan demi mendapatkan kepuasan
hasil budidaya tanaman yang diinginakan.
Provinsi Jawa Barat dan jawa tengah merupakan provinsi penghasil teh terbesar di
Indonesia. Lebih dari 70 % produksi teh nasional dihasilkan dari Jawa Barat. Oleh karena itu

6
perkebunan teh Jawa Barat mempunyai peluang dan potensi besar pengembangan komoditas teh
karena mempunyai areal lahan perkebunan teh cukup luas dan menyumbang sekitar 80 %
terhadap produksi teh nasional.[ CITATION Res15 \l 1057 ] sedangkan di provinsi jawa tengah yaitu
kabupaten Banjarnegara. Teh menjadi salah satu komoditas unggulan Kabupaten Banjarnegara,
hal ini ditunjang dengan kondisi iklim dan keadaan alam Banjarnegara yang sangat potensial
untuk pengembangan budidaya teh. Luas Perkebunan Teh di Kabupaten Banjarnegara 2.334,64
Ha dengan jumlah produksi secara keseluruhan sebesar 1.993 Ton / tahun. produktivitas tanaman
teh di Banjarnegara belum mampu memenuhi permintaan sejumlah pabrik teh di luar kota. Dari
permintaan 32 ton per hari hanya baru terpenuhi 26 ton, potensi pasar ini sangat membuka
potensi budidaya the di kabupaten Banjarnegara.[ CITATION Abd15 \l 1057 ]
Beberapa kendala dalam perkebunan teh salah satunya terbatasnya data tentang informasi
daerah potensial untuk pengembangan perkebunan the. Informasi mengenai komoditas unggulan
daerah yang mempunyai peluang untuk dikembangkan ini dapat menarik daya tarik para investor
karena hasil evaluasi lahan ini dapat dipergunakan untuk acuan pertimbangan [ CITATION Abd15 \l
1057 ]. Metode kesesuaian lahan yang digunakan dalam makalah ini yaitu menggunakan metode
matching atau pencocokan kriteria tananman dengan keadaan wilayah penelitian. Pemilihan
metode ini digunakan karena pada penilitian ini terdapat parameter-parameter yang tidak dapat
diamati secara langsung sehingga tidak bisa bila menggunakan metode kualitatif/deskriptif yang
menggunakan pengamatan secara langsung[ CITATION Qom18 \l 1057 ].

1.2 tujuan penulisan


Tujuan penulisan makalah tentang Kesesuaian Lahan Komoditi Teh ini untuk memenuhi tuga

mata kuliah Evaluasi Sumberdaya Alam dan Air serta memberi informasi kepada pembaca

tentang kesesuain lahan yang cocok untuk perkebunan teh .

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lahan

Pengertian lahan dan segala sesuatu yang berkaitan tentang lahan, tanaman atau pangan yang
banyak digunakan adalah pengertian dari organisasi dunia yang menangani masalah makanan
dan pertanian yang disebut Food and Agriculture Organization (FAO). Seperti yang dituliskan
Arifandi Djayanegara (2013) dalam evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Industri Besar di
Kota Semarang pengertian lahan menurut FAO 1976 dalam Reyes (2007) adalah bagian dari
landscape yang mencakup lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi dan vegetasi
alami yang semuanya mempengaruhi potensi penggunaannya. Lahan merupakan faktor fisik
penting bagi umat manusia, digunakan sebagai tempat hidup maupun tempat tinggal yang
mempenyuai fungsi dan penggunaan yang berbeda.[ CITATION Qom18 \l 1057 ]

2.2 Pemahaman Umum Kesesuaian Lahan

Kesesuian lahan adalah kecocokan (fitness) suatu jenis lahan untuk penggunaan tertentu.
Kecocokan tersebut dinilai berdasarkan analisis kualitas lahan sehubungan dengan persyaratan
suatu jenis penggunaan tertentu, sehingga kualitas yang baik akan meberikan nilai lahan atau
kelas yang tinggi terhadap jenis penggunaan tertentu. Penilaian yang dilakukan dapat mengacu
pada kondisi sekarang atau didasarkan pada kondisi setelah dilakukan perbaikan terhadap
kualitas lahan. Yang pertama disebut sebagai kesesuaian sekarang atau kesesuaian aktual (actual
suitability), sementara yang kedua adalah kesesuaian potensial (potential suitability) [ CITATION
Abd15 \l 1057 ].
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan terdiri dari empat karegori utama yaitu ordo, kelas, sub
kelas dan satuan kesesuaian lahan. Dalam kategori ordo, satuan lahan hanya dinyatakan sebagai
sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Satuan lahan yang diiklasifikasikan sebagai ordo S adalah lahan-
lahan yang dalam pengusahaannya untuk penggunaan tertentu, baik atau dengan tanpa input,

8
dapat berproduksi dengan baik sehingga menguntungkan tanpa harus menimbulkan resiko
kerusakan sumber daya lahan. Pada ordo N, lahan memiliki satu atau beberapa kualitas yang
membatasi pengusahaan jenis penggunaan lahan tertentu pada taraf dimana pengaruh pembatas
tersebut menghalangi penggunaan secara lestari jenis penggunaan tersebut. Kategori S dan N
dibagi masing-masing ke dalam kelas S1, S2 dan S3, N1 dan N2. Menurut Baja (2012) diskripsi
masing-masing kelas sebagai berikut :
- Kelas S1 (sangat sesuai) : lahan-lahan dengan tanpa pembatas atau hanya memiliki pembatas
yang sangat ringan, dan pembatas tersebut tidak berpengaruh terhadap produktivitas atau
keuntungan yang diperoleh, serta tidak memerlukan input diatas level rata-rata.
- Kelas S2 (sesuai) : lahan-lahan dengan beberapa pembatas yang mempengaruhi produktivitas,
dan pembatas tersebut agak berat sehingga mempengaruhi pengusahaan suatu jenis penggunaan
lahan tertentu secara lestari; pembatas-pembatas yang ada dapat menurunkan produksi atau
keuntungan dan meningkatnya kebutuhan akan input untuk perolehan keuntungan dari
penggunaan tertentu.
- Kelas S3 (sesuai marjinal) : lahan-lahan dengan beberapa pembatas yang mempengaruhi
produktivitas, dan pembatas tersebut cukup berat untuk tujuan pengusahaan suatu jenis
penggunaan lahan tertentu secara lestari; pembatas-pembatas yang ada telah sampai pada taraf
yang sangat berpengaruh terhadap penurunan produksi atau keuntungan, dan dibutuhkannya
input untuk perolehan keuntungan dari penggunaan tertentu.
- Kelas N (tidak sesuai ) : lahan-lahan dengan pembatas yang cukup berat dan belum bisa diatasi
pada masa sekarang maupun yang akan datang; pembatas tersebut cukup berat sehingga
mempengaruhi pengusahaan suatu jenis penggunaan lahan tertentu secara lestari [ CITATION Abd15
\l 1057 ].

2.3 Kriteria Kesesuaian Lahan


Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu.
Kesesuaian lahan dapat dinilai untuk kondisi saat ini (present) atau setelah diadakan perbaikan
(improvement). Secara spesifik, kesesuaian lahan untuk suatu komoditas dinilai berdasarkan
sifat-sifat fisik lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi (kelaslereng),
hidrologi, dan drainase. (9) .Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman teh dilakukan dengan cara
mencocokkan kriteria kesesuaian persyaratan tumbuh tanaman teh dengan karakteristik lahan
9
(5). Pembudidayaan tanaman teh harus harus melalui beberapa langkah teknis. Pemetaaan dan
survey lapang merupakan langkah awal untuk mengetahui letak-letak lahan yang berpotensi
sesuai untuk ditanami tanaman teh. Khususnya untuk tanaman teh dibutuhkan banyak data dan
informasi dalam menilai lahan yang akan ditanami. Data – Data diperoleh akan menghasilkan
informasi kesesuaian lahan aktual suatu lahan. Hal ini dilakukan demi mendapatkan kepuasan
hasil budidaya tanaman yang diinginakan [ CITATION Sul19 \l 1057 ]

2.4 pengertian Teh


Teh adalah salah satu minuman nonalkohol yang populer, yang dikonsumsi luas oleh lebih
dari dua pertiga populasi dunia karena efek stimultan obatnya yang ringan dan menyegarkan.
Teh pun memainkan peran utama dalam hal asupan sejumlah elemen jejak nutrisi pada manusia.
Teh banyak ditanam di wilayah pegunungan tropis dan subtropis. Pucuk teh dipanen untuk
menghasilkan teh hijau dan teh hitam yang popular sebagai minuman sehat yang dikonsumsi
oleh masyarakat seluruh dunia. Perkebunan teh mencakup 3x106 ha lahan subur di dunia. teh
memiliki nilai tinggi di dunia [ CITATION Luc18 \l 1057 ].

2.5 penyebab penurunan produksi teh

Menurut Rachmiati dan Salim (2005) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya
penurunan produksi teh adalah penurunan kualitas tanah akibat kondisi tanah yang kurang
mendukung, selain itu juga disebabkan adanya proses penurunan tanaman. Tanaman teh
termasuk dalam tanaman tahunan yang tumbuh dalam kurun waktu lama, pertumbuhannya
tanaman akan mengambil hara dari tanah secara terus menerus, akar-akarnya akan
mengeksploitasi tanah disekitar tanaman hal ini akan mengakibatkan berkurangnya ketersediaan
hara pada tanah. Selain itu kesehatan tanaman teh juga dapat terganggu, beberapa ciri tanaman
kurang sehat dengan terjadinya kahat (defisiensi) unsur hara, daun pemeliharaan tipis dan,
persentase peko dan burung dibawah standar[ CITATION Res15 \l 1057 ]

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pengumpulan Data

dalam pengumpulan data, dilakukan dengan studi literatur atau kepustakaan dilakukan
dengan meninjau isi dari literatur yang bersangkutan dengan tema penelitian ini, di antaranya
berupa buku, hasil penelitian, jurnal, dokumen rencana tata ruang, tugas akhir, serta artikel di
internet dan media massa. Data-data tersebut digunakan sebagai dasar analisis kesesuaian lahan
untuk komoditi perkebunan teh. Adapun motode yang saya ambil dari beberapa jurnal yaitu :
1. dengan memadukan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk
pemetaan kesesuaian lahan teh [ CITATION Abd15 \l 1057 ]
2. dengan teknik observasi (kunjungan) dan wawancara/kuisioner. Teknik analisis yang
digunakan dalam penyusunan kesesuaian lahan suatu komoditas adalah dengan
melakukan overlay terhadap peta-peta iklim, curah hujan, suhu dan topografi dengan
memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan arahan fungsi lahan. Hasil proses penilaian
kesesuaian lahan diwujudkan dalam bentuk sistem klasifikasi kesesuaian lahan dengan
hirarki kelas-kelas kesesuaian lahan adalah kelas sangat sesuai (S1), kelas cukup sesuai
(S2), kelas sesuai marjinal (S3), dan kelas tidak sesuai (N) [ CITATION Paw14 \l 1057 ].
3. Dengan menggunakan metode matching atau pencocokan kriteria tananman dengan
keadaan wilayah penelitian. Pemilihan metode ini digunakan karena pada penilitian ini
terdapat parameter-parameter yang tidak dapat diamati secara langsung sehingga tidak
bisa bila menggunakan metode kualitatif/deskriptif yang menggunakan pengamatan
secara langsung. Analisis kesesuaian lahan dilakukan pada peta hasil ovelay kelima
parameter dengan metode pencocokan (matching) pada ArcGIS [ CITATION Qom18 \l
1057 ].
4. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode scoring. Metode scoring
merupakan metode analisis kesesuaian lahan, dimana setiap parameter kesesuaian lahan
diperhitungkan dengan pembobotan yang berbeda. Parameter yang digunakan dalam

11
analisis kesesuaian lahan meliputi peta temperatur (hasil konversi dari peta kontur), peta
curah hujan, peta lereng, peta drainase tanah, peta tekstur tanah, dan peta jenis tanah

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Teh di jawa tengah

Tanaman teh merupakan komoditas unggulan perkebunan kedua yang dipilih oleh para

pemegang kebijakan pembangunan perkebunan di Kabupaten Banjarnegara. Kriteria yang paling

banyak dipilih adalah masih tersedia potensi lahan untuk pengembangan komoditas tersebut dan

didukung oleh pemerintah dan atau lembaga lain dalam pengembangan komoditas baik

budidaya, pasca panen dan pasar. Hal ini sesuai dengan potensi kesesuaian lahan tanaman teh

yang masih cukup luas yaitu seluas 5.996,91 Ha, sementara tanaman teh di Kabupaten

Banjarnegara berdasarkan data tahun 2012 seluas 1.918,14 Ha dengan jumlah produksi 2.177,72

ton daun basah yang diusahakan oleh 7.211 KK.

12
Nilai LQ dari tahun 2011-2012, hasil rata-rata yang didapatkan memiliki nilai LQ luas panen

paling besar adalah teh yang berarti komoditas tersebut merupakan komoditas basis jika

dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Tengah. Tanaman teh di Kabupaten Banjarnegara

mempunyai luas tanaman menghasilkan terluas di Jawa Tengah yaitu seluas 1.433 Ha.

Selanjutnya masing-masing Batang, Pekalongan dan Pemalang yaitu seluas 1.103 Ha, 597 Ha

dan 561 Ha. Wilayah ini merupakan wilayah fungsional dari dataran tinggi Dieng sampai dengan

lereng gunung Slamet yang merupakan wilayah dataran tinggi. Produktivitas teh di Kabupaten

Banjarnegara sebesar 1.524 kg/ha sama dengan produktivitas tanaman teh rata-rata Jawa Tengah

1.524 kg/ha. Hal ini dapat dikatakan bahwa tanaman teh di Kabupaten Banjarnegara cukup

potensi dan memegang peranan penting di Jawa Tengah[ CITATION Dia16 \l 1057 ]

Gambar 4. 1 Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Teh di Kabupaten Banjarnegara

13
Wilayah basis teh di Kabupaten Banjarnegara berada di Kecamatan Wanayasa, Batur,

Kalibening, Karangkobar, Pandanarum dan Pagentan. Melihat tingkat kelas kesesuaian lahan

yang cukup sedikit pada kelas S2 dan S3 menjadikan tanaman teh merupakan tanaman spesifik

dan hanya dapat tumbuh dengan baik pada daerah tertentu terutama pada daerah dengan suhu

cukup dingin dengan ketinggian diatas 1.200 m diatas permukaan air laut. Untuk variabel yang

bersifat permanen seperti ketinggian tempat dan kemiringan, petani, pihak swasta maupun

pemerintah tidak bisa menanggulangi faktor penghambat tersebut. Hal ini dikarenakan banyak

tanaman teh yang terdapat di lokasi yang masuk dalam kelas sesuai marjinal (S3). Berdasarkan

analisis kesesuaian lahan tanaman teh terdapat kelas cukup sesuai (S2) terdapat di kecamatan

Pagentan, Pejawaran dan Wanayasa dan kelas sesuai marginal (S3) terdapat di Kecamatan

Wanayasa, Pejawaran, dan Kalibening. Perkebunan teh merupakan perkebunan yang sangat

mendapat dukungan dari pihak swasta, sehingga faktor penghambat dapat diminimalkan untuk

dapat meningkatkan produksi tanaman dengan baik[ CITATION Dia16 \l 1057 ].

4.2 Kesesuaian Lahan Teh Di Banjarnegara Menggunakan Teknologi


Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis

Kesesuaian Lahan Lahan Teh Berdasarkan daftar prioritas pengembangan komoditas

perkebunan di Kabupaten Banjarnegara, teh merupakan salah satu komoditas unggulan di

wilayah studi. Pada wilayah studi tidak ada lahan yang masuk ke dalam kelas sangat sesuai (S1).

Adapun lahan yang sesuai (S2) untuk komoditas teh seluas 2147,21 Ha (6,58%). Sisanya adalah

lahan yang tidak sesuai (N) untuk tanaman teh seluas 23584,58 Ha (72,31%) [ CITATION Abd15 \l

1057 ]

14
4.3 Kesesuaian Lahan Perkebunan Teh Kabupaten Banjarnegara Dengan
Metode Matching
Kesesuaian lahan perkebunan tanaman teh untuk kelas S1 tersebar pada delapan Kecamatan dan
Kecamatan Wanayasa merupakan daerah terluas yang terdapat kelas S1 dengan luas 378,825 Ha. Kelas
S2 tersebar di 14 Kecamatan di Banjarnegara dan Kecamata Kalibening merupakan daerah terluas yang
terdapat kelas S2 dengan luas 4.464,882 Ha untuk dijadikan perkebunan teh. Kelas S3 (sesuai marjinal )
merupakan kelas paling mendominasi di kesesuaian lahan Teh dengan daerah seluas 39,6% dari luas total
perkebunan yang tersebar di semua Kecamatan dan Kecamatan Punggelan merupakan perkebunan terluas
dengan luas 3.923,022 Ha yang terdapat kelas S3 untuk dijadikan perkebunan teh. Kelas N (tidak sesuai)
tersebar di semua kecamatan dengan luas total 26.001,027 Ha (34,3%) dari perkebunan di Banjarnegara.

Gambar 4. 2 Kesesuaian lahan Teh metode maching

15
Berdasarkan hasil kesesuan lahan perkebunan untuk tanaman teh dilihat dari presentasenya. Kelas S3
merupakan kelas paling dominan dengan 67,89% dari semua perkebunan di Kabupaten Banjarnegara
untuk dijadikan perkebunan teh dengan luas perkebunan 9.629,064 Ha. Terbetuknya kelas S3 dalam
kesesuaian lahan perkebunan teh hampir dipengaruhi oleh parameter kelerengan dengan 58% luas lahan
adalah kelas S3 dengan rentang kelerengan 16-50%, selain kelerengan parameter yang cukup berpengaruh
lainnya adalah parameter suhu udara dan ketinggian dengan 48% dan 46% adalah kelas S3. Kelas S2
untuk perkebunan di Kabupaten Banjarnegara terdapat di 15% dari luas total perkebunan di Kabupaten
Banjarnegara[ CITATION Qom18 \l 1057 ].

4.4 Tanaman Teh Provinsi Jawa Barat


Analisis potensi sumber daya perkebunan komoditas strategis di Provinsi Jawa Barat
ditentukan berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian lahan yang telah dilakukan. Dengan
catatan,analisis tingkat kesesuaian lahan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, belum
dievaluasi kesesuaian lahannya dengan menggunakan data penggunaan lahan atau penutup lahan
saat ini. Jika ditinjau secara keseluruhan berdasarkan tingkat kesesuaian lahannya, potensi
sumber daya perkebunan tanaman teh di Provinsi Jawa Barat mempunyai tingkatan kelas S1
seluas 25.467 ha (0,7% dari luas Provinsi Jawa Barat); S2 seluas 2.153.275 ha (58,6% dari luas
Provinsi Jawa Barat); S3 seluas 1.468.723 ha (40,0% dari luas Provinsi Jawa Barat); dan N
seluas 27.597 ha (0,8% dari luas Provinsi Jawa Barat). Adapun besaran dan persentase luas
kesesuaian lahan tanaman teh di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel dan
Gambar[ CITATI ON Dia16 \l 1057 ]

16
4.5 evaluasi kesesuaian lahan perkebunan teh di kabupaten tasikmalaya

Gambar 4. 3 Peta kesesuaian lahan untuk tanaman teh di


Kabupaten Tasikmalaya

Sumber: Hasil pengolahan, 2017

Lahan yang sesuai dan tersedia untuk tanaman teh di Kabupaten Tasikmalaya hanya seluas
55,310 ha dan termasuk ke dalam kelas sesuai marjinal (S3). Kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai)
dan S2 (cukup sesuai) untuk tanaman teh tidak ditemukan di Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu,
terdapat beberapa wilayah yang tidak sesuai untuk tanaman teh (N) seluas 76,511 ha. Peta
sebaran kesesuaian lahan untuk tanaman teh di Kabupaten Tasikmalaya disajikan pada
Gambar .Faktor pembatas terbesar yang menyebabkan kelas kesesuaian lahan di Kabupaten
Tasikmalaya termasuk ke dalam S3 yaitu retensi hara (f) dan hara tersedia (n). Perkebunan teh
rakyat eksisting di Kabupaten Tasikmalaya seluas 6,952 ha termasuk ke dalam kelas kesesuaian
lahan S3 sedangkan sisanya yaitu 4 ha termasuk ke dalam lahan yang tidak sesuai untuk tanaman
teh. Perkebunan teh rakyat yang tidak sesuai untuk tanaman teh karena adanya faktor pembatas
berupa ketinggian (h). Retensi hara dan hara tersedia menjadi faktor pembatas terbesar pada
perkebunan teh rakyat eksisting[ CITATION Don20 \l 1057 ]

17
Unsur hara yang terkandung dalam tanah pada wilayah tersebut cenderung sangat rendah.
Oleh sebab itu, kegiatan yang dapat dilakukan pada wilayah tersebut adalah pengembangan
perkebunan teh rakyat berupa kegiatan intensifikasi lahan. Pengembangan perkebunan teh rakyat
di Kabupaten Tasikmalaya dilakukan pada lahan-lahan yang sesuai dan tersedia. Hasil
identifikasi menunjukkan bahwa terdapat lahan seluas 55,310 ha yang dapat dijadikan sebagai
wilayah pengembangan perkebunan teh rakyat namun yang diprioritaskan hanya 14,979
ha[ CITATION Agu17 \l 1057 ].

4.6 Kesesuaian Lahan Perkebunan Teh di Sub DAS Pasui, Hulu DAS Saddang
Dengan Metode Matchig

Gambar 4. 4 Peta kesesuaian lahan aktual untuk potensi budidaya


tanaman teh

Peta kesesuaian lahan aktual untuk potensi budidaya tanaman teh kemudian dianalisis untuk
memperoleh luas sub DAS Pasui berdasarkan potensi kesesuaian lahan untuk tanaman teh seperti
pada tabel 2 berikut

18
Berdasarkan hasil pencocokan karakteristik lahan Sub DAS Pasui dan kriteria syarat
tumbuh tanaman teh (Camellia Sinensis L. Kuntze), maka faktor pembatas dominan untuk
potensi penanamannya adalah suhu, retensi hara dan bahaya erosi. Kesesuaian lahan aktual untuk
potensi budidaya tanaman teh (Camellia Sinesis. L.Kuntze) di Sub DAS Pasui terdiri dari kelas
cukup (S2) seluas 70,91 Ha, Kelas Sesuai Marginal (S3) 13376.14 Ha dan kelas tidak Sesuai (N)
seluas 61,85 Ha [ CITATION Sul19 \l 1057 ]

4.7 status hara tanah dan tanaman di perkebunan teh jawa barat dan
sumatera utara
status hara tanah dan tanaman serta karakteristik tanah yang menyebar di suatu wilayah
sehingga dapat membantu penentuan rekomendasi pemupukan dan pengelolaan tanaman teh
khususnya di perkebunan teh Jawa Barat dan Sumatera Utara. Jenis tanah untuk tanaman teh
yang sesuai di Indonesia terdiri dari 4 ordo yaitu Andisols, Inceptisols, Ultisols dan Entisols
dengan status hara tanah (kesuburan aktual) yang berbeda sehingga dalam pengelolaan tanahnya
pun berbeda. Berdasarkan hasil analisa tanah, menunjukkan status hara P, K dan Mg sebagian
besar pada tanah Andisol, Inceptisol dan Entisol adalah rendah, sedangkan pada tanah Ultisol
menunjukkan hara P dan K tanah tinggi. Salah satu solusi dalam mengatasi rendahnya hara
dalam tanah dengan pemberian bahan organik dan penambahan mikroba pelarut P yang
diberikan pada sekitar pohon (diberikan sekitar daerah perakaran aktif tanaman) [ CITATION Sir10 \l
1057 ].

Di kebun teh bahan organik dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk seresah guguran
pohon naungan, pangkasan, guguran perdu teh dan gulma. Secara umum pada status hara daun,
Andisol dan Ultisol mempunyai status hara N daun rendah yang menunjukkan sudah mulai
terjadi defisiensi N, begitupula status hara K daun pada semua jenis tanah sangat rendah artinya
telah terjadi defisiensi K pada tanaman. Oleh karena itu perlu diberikanpemupukan hara N dan K
daun, namun perlu diperhatikan jika pemupukan N berlebihan, dapat mengakibatkan turunnya
kadar Magnesium dalam daun[ CITATION Res15 \l 1057 ]

19
4.8 Evaluasi Kesehatan Tanah untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan di
Perkebunan Teh Tritis, Kulon Progo
Indikator kinerja tanah untuk mengevaluasi kesehatan tanah di perkebunan teh Tritis
didasarkan pada kriteria tanah sehat yang ditentukan dari karakteristik fisika, kimia, dan biologi
tanah sehingga dapat menggambarkan kondisi tanah untuk menunjang kehidupan di dalam tanah
dan di permukaan tanah. Terdapat enam belas indikator kinerja tanaman untuk menyusun MDS,
yaitu warna, tekstur, struktur, erosi, kemiringan lereng, ketebalan tanah, nilai penetrometer,
kadar air, pH, bahan organik, P2O5, K tersedia, Al tersedia, populasi cacing tanah, kinerja
tanaman, dan LCC.

Tingkat kesehatan tanah di perkebunan teh Tritis adalah kurang sehat, cukup sehat, dan sehat.
Hanya terdapat satu satuan pemetaan yang memiliki kelas sehat, yaitu satuan pemetaan LB.KT4
yang hanya mencakup 9,66 persen dari keseluruhan luas kebun teh di Tritis, sedangkan yang lain
adalah kebun teh dengan tingkat kesehatan tanah cukup sehat. Rekomendasi arahan pertanian
berkelanjutan berdasarkan klasifikasi kesehatan tanah adalah mempertahankan kondisi
penggunaan lahan berupa perkebunan teh sebagai bentuk konservasi erosi yang efektif dan
ekonomis, melakukan pemupukan pada perkebunan teh untuk meningkatkan kadar bahan
organik, N total, P2O5, dan K tersedia, serta melakukan perawatan terhadap tanaman teh untuk
mendapatkan kinerja tanaman yang baik sehingga diperoleh produksi tanaman teh dengan
optimal[ CITATION Luc18 \l 1057 ]

4.9 potensi sumber daya lahan untuk pengembangan jarak pagar(jatropha


curcas l.) di Indonesia

evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan data pada peta skala eksplorasi menunjukkan bahwa
lahan yang sesuai untuk jarak pagar seluas 49,53 juta ha, yang terdiri atas kelas sangat sesuai
14,28 juta ha, cukup sesuai 5,53 juta ha, dan sesuai marginal 29,72 juta ha. Namun, lahan yang
tersedia hanya sekitar 4,39 juta ha yang tersebar di 12 provinsi. Pengembangan jarak pagar dapat
diprioritaskan pada lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai, yang tersebar luas di Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara, Papua, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Maluku,
dan Maluku Utara. Karena pesatnya perubahan penggunaan lahan saat ini, data spasial
kesesuaian lahan perlu ditumpangtepatkan dengan data spasial penggunaan lahan saat ini (paling

20
tidak pada skala 1:1.000.000), sehingga dapat diketahui luaslahan yang tersedia untuk
pengembangan jarak pagar (ekstensifikasi).

Alternatif lain untuk pengembangan jarak pagar adalah melalui diversifikasi dengan
tanaman lain yang sudah adan(existing land use), baik dengan tumpang sari, sebagai tanaman
sela, tanaman rotasi, atau tanaman pagar. Jarak pagar umumnya diusahakan sebagai tanaman
pagar atau pembatas kepemilikan kebun atau tegalan. Pengembangan jarak pagar dalam skala
luas (perkebunan besar) dapat diarahkan pada lahan terlantar atau tidak diusahakan (lahan alang-
alang dan semak belukar) seluas 12,40 juta ha. Di antara lahan terlantar tersebut, sekitar 1 juta ha
telah diidentifikasi kesesuaiannya pada skala 1:50.000, yang memadai untuk operasional di
tingkat kabupaten dan kecamatan. Namun, status dan kepemilikan lahan terlantar tersebut belum
diketahui, kecuali untuk beberapa lokasi transmigrasi di Kalimantan Selatan dan Sulawesi
Tenggara[ CITATION Ann06 \l 1057 ].

21
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tanaman teh merupakan komoditas unggulan perkebunan kedua yang dipilih oleh para
pemegang kebijakan pembangunan perkebunan di Kabupaten Banjarnegara. Kriteria yang paling
banyak dipilih adalah masih tersedia potensi lahan untuk pengembangan komoditas tersebut dan
didukung oleh pemerintah dan atau lembaga lain dalam pengembangan komoditas baik
budidaya, pasca panen dan pasar. Hal ini sesuai dengan potensi kesesuaian lahan tanaman teh
yang masih cukup luas yaitu seluas 5.996,91 Ha, sementara tanaman teh di Kabupaten
Banjarnegara berdasarkan data tahun 2012 seluas 1.918,14 Ha dengan jumlah produksi 2.177,72
ton daun basah yang diusahakan oleh 7.211 KK.. sedangkan A di Provinsi Jawa Barat
ditentukan berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian lahan yang telah dilakukan. Dengan
catatan,analisis tingkat kesesuaian lahan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, belum
dievaluasi kesesuaian lahannya dengan menggunakan data penggunaan lahan atau penutup lahan
saat ini. Jika ditinjau secara keseluruhan berdasarkan tingkat kesesuaian lahannya, potensi
sumber daya perkebunan tanaman teh di Provinsi Jawa Barat mempunyai tingkatan kelas S1
seluas 25.467 ha (0,7% dari luas Provinsi Jawa Barat); S2 seluas 2.153.275 ha (58,6% dari luas
Provinsi Jawa Barat); S3 seluas 1.468.723 ha (40,0% dari luas Provinsi Jawa Barat); dan N
seluas 27.597 ha (0,8% dari luas Provinsi Jawa Barat)

22
DAFTAR PUSTAKA

Dian. (2016). Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan Untuk Komoditas Strategis Di
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional.

Dona. (2020). Pemilihan Tanaman Berdasarkan Kondisi Lahan Dan Persyaratan Tumbuh
Tanaman Menggunakan Gabungan Metode Ahp Dan Topsis. Jurnal Teknologi Dan
Sistem Informasi.

Lukman, A. (2017). Arahan Pengembangan Perkebunan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze)
Rakyat Di Kabupaten Tasikmalaya. Journal Of Regional And Rural Development
Planning.

Mulyani, A. (2006). Potensi Sumber Daya Lahan Untuk Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha
Curcas L.) Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.

Puspitasari, L. (2018). Evaluasi Kesehatan Tanah Untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan Di


Perkebunan Teh Tritis, Kulon Progo. Jurnal Bumi Indonesia.

Qomaruddin. (2018). Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Kehutanan Dan Perkebunan Di


Wilayah Kabupaten Banjarnegara Dengan Metode Matching. Jurnal Geodesi Undip.

Setianto, P. (2014). Komoditas Perkebunan Unggulan Yang Berbasis Pada Pengembangan


Wilayah Kecamatan Di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Wilayah
Dan Lingkungan.

Sirappa. (2010). Land Potential For Development Region Pre-Eminent Plantation Commodity,
Center Moluccas Regency. Jurnal Peternakan.

Sukmono, A. (2015). Analisa Kesesuaian Lahan Teh Di Banjarnegara Menggunakan Teknologi


Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Of Geodesy And Geometics.

Wulansari, R. (2015). Study Of Soil And Plant Nutrient Status In West Java And North Sumatera
Tea Plantation. Cr Journal.

Zhiddiq, S. (2019). Agihan Lahan Potensial Tanaman Teh (Camellia Sinensis Linn Kuntze) Di
Sub Das Pasui Hulu Saddang. Unm Geographic Journal,.

23
24

Anda mungkin juga menyukai