Anda di halaman 1dari 5

PENJELASAN METODE NRECA DAN RIBASIM

Simulasi merupakan perancangan model matematis dan logis dari suatu sistem nyata untuk
melakukan eksperimen terhadap model dengan menggunakan alat bantu komputer dengan tujuan
menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi suatu keadaan (Hoover dan Perry, 1990).
Simulasi hujan-debit adalah pembuatan model hujan-debit untuk mendekati nilai hidrologis proses
yang terjadi di lapangan. Model hujan-debit digunakan sebagai alat untuk memonitor dan
menganalisa debit sugai melalui pendekatan-pendekatan tertentu (Nur Azizah Affandy,2011).

Terdapat benyak metode dalam simulasi hujan debit ini seperti metode Mock, NRECA, Model
Tangki, dan GR2M.

1. Metode NRECA
Metode NRECA adalah suatu model simulasi yang diperkenalkan oleh Norman H.
Crawford pada tahun 1985. Model NRECA adalah model konsepsi yang bersifat
deteministik. Model ini disebut model konsepsi karena bisisnya didasari oleh teori
sedangkan sifat deterministik adalah penggunaan persamaan dan rumus semi empiris untuk
menginterpretasikan fenomena proses fisiknya (Trisnoadhy,2011).
Menurut Kriteria Perencanaan Irigasi (2010), cara perhitungan Nreca sesuai untuk
diterapkan pada daerah cekungan yang setelah hujan berhenti masih ada aliran disungai
selama beberapa hari. Kondisi ini terjadi bila tangkapan hujan cukup luas.
Secara Diagram, prinsip metode NRECA dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema simulasi Debit NRECA (Standar Perencanaan Irigasi KP 01, 2010)

Adapun tahap perhitungan debit dengan metode NRECA adalah sebagai berikut:
Q =DF+GWF
DF =EM-GWS
GWF =P2 x GWS
GWS = P1 x EM
S =WB-EM
EM = EMR x WB
WB = Rb-AET
AET =(AET/PET) x PET
Wi =Wo/N
N =100+0.20 Ra
Dengan:

Q = Debit aliran rerata, m3/dt


DF = aliran langsung (direct flow)
GWF =aliran air tanah (Ground Water Flow)
EM = KELEBIHAN KELENGASAN (excess moist)
GWS = tampungan air tanah ( Ground Water Storange)
P1 = parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan
P2 = parameter yang menggambarakan karakteristik tanah bagian dalam
WB = keseimbangan air (Water Balance)
EMR = rasio kelebihan kelegasan (excess moist ratio)
Rb = curah hujan bulanan, mm
AET = Evapotranspirasi aktual,mm
PET = Evapotranspirasi Potensial (Eto), mm
Wi = Tampungan kelengasan tanah
Wo = Tampungan kelengasan awal
N = Nimonal
Ra = Curah Hujan Tahunan, mm
Untuk nilai AET/PET dapat digunakan grafik berikut:

grafik perbandingan Penguapan nyata dan potensial


2. RIBASIM (River Basin Simulation)
Menurut Hatmoko (1993), RIBASIM adalah alat pemodelan untuk perencanaan
wilayah sungai dan manajemen. RIBASIM memiliki seperangkat program yang luar biasa
untuk membuat model simulasi sungai dan kondisinya. Secara terpisah model subDAS
dapat digabungkan menjadi satu main-basin.

Menurut Hatmoko (1993), RIBASIM memungkinkan pengguna untuk


mengevaluasi berbagai langkah-langkah terkait dengan infrastruktur, manajemen
operasional, permintaan dan kebutuhan hasil dalam kuantitas air dan kualitas air.
RIBASIM menghasilkan pola distribusi air, menyediakan kualitas air secara rinci dan
analisis sedimentasi di sungai, waduk dan yang lainnya. Program ini memberikan analisis
sumber air, memberikan potensi air di setiap lokasi tampungan.

RIBASIM memiliki link dengan HYMOS (Hydrological Model System) terkait


basis data hidrologi dan pemodelan sistem. Bidang aplikasi RIBASIM dirancang untuk
analisis keseimbangan air di basin/sungai untuk disimulasikan, kemudian menghasilkan
water balance untuk memberikan informasi dasar tentang ketersedian/ kuantitas air serta
komposisi aliran di setiap lokasi pada setiap saat/waktu dalam wilayah sungai. RIBASIM
menyediakan sarana untuk mempersiapkan sisa air di DAS secara detail sesuai dengan
keperluan, dengan mempertimbangkan drainase dari pertanian, pembuangan dari industri
di hilir dan penggunaan kembali air. Sejumlah parameter kinerja tampungan yang
dihasilkan untuk mengevaluasi situasi simulasi. Sebuah aplikasi baru RIBASIM adalah
model aliran routing untuk komponen dalam sistem peringatan dini untuk banjir (FEWS).
Struktur RIBASIM didasarkan pada kerangka kerja yang terintegrasi dengan grafis,
GIS berorientasi user-friendly. Bekerja dengan RIBASIM berarti menerapkan pendekatan
terstruktur untuk perencanaan wilayah sungai dan manajemen air. RIBASIM berorientasi
peta. Sebuah lingkungan pemodelan fleksibel telah dirancang di mana sistem pemodelan
dibuat independen dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Para
pengguna air (stakeholder) dan air digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan: irigasi
pertanian, budidaya air tawar dan payau, kebutuhan air domestik, kebutuhan air kota,
kebutuhan air industri, lahan basah, dan ternak. Kerugian akibat penguapan, rembesan,
navigasi, rekreasi, alam, ekologi dan lingkungan. Hak atas air, transfer antar
cekungan/tampungan, resapan air tanah, sungai es, pembangkit tenaga air, kebutuhan air
dan perhitungan alokasi air untuk pertanian/ irigasi dan budidya air payau termasuk dalam
model komponen terpisah.

Pemodelan lahan basah dapat fine-tuned oleh opsi menskemakan jaringan tertentu
dan pengoperasian waduk. Aspek yang diperhitungkan dalam komponen RIBASIM adalah
simulasi pengoperasian waduk, yang digunakan untuk model waduk tunggal dan
multitujuan, danau dan waduk penyimpanan. Berbagai pengelolaan air dan prosedur
pengalokasian air dapat dimodelkan. Software RIBASIM dapat menghitung konsentrasi
zat di setiap jangkauan sungai dan badan air, dan sisa substansi setiap penggunaan air.
Setiap jumlah zat dapat didefinisikan seperti garam, Biological Oxygen Demand, nitrogen,
fosfor, bakteri, zat beracun, dan pemurnian air diperhitungkan oleh modelling retensi di
sungai sampai di badan air, dan pengelolaan air limbah pabrik. Perhitungan ini didasarkan
pada aliran pola alokasi air, konsentrasi limbah (polusi konsentrasi zat) pada batas sistem
ditentukan sebagai hubungan antara konsentrasi substansi air yang diambil dan dibuang
dari drainase, dan daerah irigasi. Pertanian merupakan pengguna air terbesar di sungai.
Untuk alasan ini pemodelan kebutuhan air pertanian dan alokasi merupakan elemen
penting untuk analisis sumber daya air yang terbatas di wilayah sungai.

RIBASIM mendukung berbagai metode untuk menangani berbagai jenis


permintaan. RIBASIM mendukung spesifikasi sederhana dari permintaan kotor serta
kebutuhan air pertanian lengkap, alokasi air, hasil panen dan model biaya produksi (Delft
AGRI). RIBASIM memiliki alat untuk sepenuhnya interaktif grafis, desain rencana
tanaman yang terdiri dari kombinasi budidaya, yang dibudidayakan, ukuran daerah untuk
budidaya dan tanggal mulai budidaya. Alat ini diaktifkan dari peta, menggunakan
permintaan terpadu air pertanian, alokasi air, hasil panen dan biaya produksi. RIBASIM
dapat digunakan untuk perencanaan wilayah sungai dari hulu sampai hilir dan manajemen.

Proses pengolahan data dengan software RIBASIM dapat dijelaskan dengan sistem
sebagai berikut : input (masuk) data hidrologi (curah hujan, iklim, dan suhu), ketersediaan
air, kebutuhan air, dan hasil pengukuran lapangan serta sistem pembagian air dari hulu
sampai hilir. Kemudian diproses dengan software dan menghasilkan (output) berupa : peta
tentatif potensi air di masing-masing distrit, neraca air/water balance (keseimbangan air),
manajemen air dan model pengelolaan sumber daya air. Software ini mempunyai kelebihan
tampilan interaktif, yang dapat dengan mudah memberikan infromasi imbangan/alokasi air
pada suatu daerah (Water District) dalam suatu wilayah dalam suatu wilayah sungai
(Meijer, 2011).

Model DSS-RIBASIM terdiri atas beberapa komponen, yang dikendalikan oleh


sebuah interface yang menunjukkan lokasi geografis. Adapun komponen-komponen model
antara lain sebagai berikut:
1. DSS Shell merupakan program pembuka yang memadukan programprogram lain.
2. Netter adalah editor jaringan skematisasi sistem tata air yang dapat digunakan secara
interaktif dalam menyusun jaringan dan pemasukan data. Penyajian hasil simulasi pada
setiap simpul dan ruas sungai juga ditampilkan dalam bentuk peta skematisasi ini.
Skematisasi ini dilatarbelakangi oleh lapisan (layer) peta situasi wilayah yang dapat
memuat lapisan kontur, kota-kota kecamatan, jaringan infrastruktur dan lainnya.
3. Case management tool merupakan pemberi petunjuk dalam melaksanakan proses
simulasi, sehingga masing-masing kasus simulasi dapat dikelola secara rapi.
4. AGWAT adalah model perhitungan kebutuhan air irigasi.
5. FISHWAT adalah model kebutuhan air perikanan.
6. SIMPROC adalah model simulasi wilayah sungai untuk alokasi air.
7. WADIS adalah model distrik air (Water District).
8. DELWAQ adalah model simulasi kualitas air dari Delft Hydraulics.

Sumber:
erepo.unud.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id

Anda mungkin juga menyukai