PENDAHULUAN
1
rencana masih menggunakan metode manual seperti metode Nakayasu. Sehingga
ketergantungan pencatatan data di lapangan masih sangat tinggi serta penggunaan
nilai-nilai koefisien berdasarkan perumusan tersebut.
Muncul dan berkembangnya system penginderaan jauh (remote
sensing) merupakan sebuah teknologi yang mampu melakukan pemantauan dan
identifikasi berbagai hal di permukaan bumi melalui citra satelit. Teknologi ini
menggunakan sebuah sistem yang dinamakan Sistem Informasi Geografis (SIG)
atau Geographic Information System (GIS). Perkembangan SIG dari tahun ke
tahun semakin kompleks saja mulai dari analisa data, modeling data spasial
hingga inventarisasi data sederhana (Arini, 2005).
Pemerintah pun berinisiatif ingin mengurangi kesalahan perhitungan
debit sungai hasil dari konversi curah hujan. Hal yang dilakukan pemerintah
adalah memasang alat pengukur debit di sungai yaitu AWLR (Automatic Water
Level Recorder). Tujuan dari pemsangan alat ini adalah untuk mengetahui muka
air sungai yang nantinya dapat diketahui secara cepat debit dari sungai tersebut.
Dan sekali lagi, pemakaian alat ini pun memiliki kendala besar yaitu belum
tersebarnya alat ini di beberapa pos pengamatan. Sehingga pencarian data melalui
data debit sungai pun masih mengalami permasalahan terutama di daerah luar
Pulau Jawa.
Munculnya sebuah permodelan hidrologi menggunakan konsep
distributed model pada program free bernama IFAS (Integrated Flood Analysis
System). Software ini menggunakan data curah hujan dari satelit dan curah hujan
hasil pengamatan. Adapun output dari IFAS ini adalah nilai debit atau run-off dari
sungai di titik tinjau (ICHARM, 2012).
Permasalahan disini adalah seberapa besar tingkat akurasi dari IFAS
ini. Sehingga dibutuhkan sebuah parameter pengukur dengan kondisi nyata (real-
time). Parameter yang digunakan adalah data AWLR dari beberapa pos di
Bengawan Solo. Parameter yang didapat adalah nilai konversi atau kalibrasi. Nilai
konversi ini akan menunjukkan seberapa dekat nilai peramalan IFAS
dibandingkan dengan data debit hasil pengukuran langsung AWLR. Pada
permodelan Bengawan Solo di program IFAS akan digunakan data hujan
2
pengamatan dan data satelit. Keduanya akan saling dibandingkan untuk
mendapatkan range sensivitas parameter.
3
2. Keandalan permodelan didasarkan pada metode Root Mean Square Error
(RMSE), Nash dan VE