Anda di halaman 1dari 35

FFWS DAS Sampean

Peramalan banjir berkaitan erat dengan proses hidrologi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor meteorologi. Proses dari hujan sampai menjadi debit banjir membutuhkan waktu yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik daerah pengaliran sungai (DAS), lokasi terjadinya hujan pada suatu daerah pengaliran, serta kondisi kebasahan tanah pada saat terjadinya hujan tersebut. Peramalan banjir dan peringatan dini memanfaatkan waktu tenggang (time lag) dari jatuhnya hujan hingga terjadinya limpasan di sungai.

a. Tujuan Peramalan Banjir Untuk pengendalian banjir dan mengurangi kerugian masyarakat akan harta dan benda serta jiwanya. Untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat akan datangnya banjir. b. Variabel peramalan banjir dapat diperkirakan dengan: memperkirakan tinggi muka air banjir yang akan datang beberapa saat lagi; memperkirakan debit banjir yang akan datang beberapa saat setelah jatuhnya hujan; memperkirakan volume banjir yang akan datang; dan peramalan untuk pengoperasian pintu/bangunan air saat banjir.

c. Periode Peramalan Banjir dapat diklarifikasikan menjadi: peramalan banjir untuk jangka pendek adalah peramalan nilai debit/muka air di sungai untuk suatu periode yang lebih pendek dari 6 jam semenjak peramalan dibuat; peramalan banjir untuk jangka menengah adalah peramalan suatu harga debit/muka air yang akan datang untuk suatu periode antara 6 jam sampai 1 hari; peramalan banjir jangka panjang adalah peramalan suatu harga debit/muka air yang akan datang untuk suatu periode yang lebih dari 1 hari; Faktor-faktor yang mempengaruhi periode peramalan ini adalah karakteristik DAS dan karakteristik alirannya. Karakteristik DAS dan aliran yang dimaksud adalah bentuk DAS, luas DAS, panjang sungai, kemiringan DAS, kerapatan sungainya, jenis penutup lahan dan tanahnya, dan lain-lain.

d. Metode Peramalan Metode yang digunakan dalam peramalan dapat dikasifikasikan sebagai berikut. Metode yang didasarkan pada perubahan muka air di sepanjang sungai. Metode hidrodinamis dan semua teknik dari penelusuran banjir ini dapat digunakan untuk peramalan. Metode yang didasarkan pada analisis hidrologi dan proses meteorologi dan karakteristik DAS. Metode yang didasarkan pada korelasi serta kombinasi diantaranya. e. Organisasi dari Peramalan Banjir Organisasi dari peramalan banjir memerlukan informasi/pengetahuan dan sangat bergantung pada: ketersediaan jaringan hidrologi dan stasiun meteorologi; ketersediaan fasilitas komunikasi dan desiminasi dari informasi hidrologi dan meteorologi; ketersediaan pusat pengolahan dan peramalan dan pusat pemantauan data; Tersedianya/terdokumentasinya data hidrologi dan meteorologi untuk pengolahan data; ketersediaan tenaga ahli/peramal yang terampil; dan ketersediaan informasi tentang pola operasi untuk sarana dan prasarana yang ada.

Sistem Pengumpulan Data dan Penentuan Stasiun Hidrologi Telemeteri Dua tipe pendekatan untuk pengumpulan data operasional peramalan banjir adalah manual dan otomatik. Metode manual membutuhkan kerjasama dengan operator untuk membawa data observasi dan mengirimkan data tersebut ke pusat peramalan. Pengiriman data secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan telepon/radio atau menggunakan telegrap/faksimili. Diperlukan waktu yang lama untuk mengumpulkan dan mengirimkan data, terutama untuk DAS yang luas. Pengumpulan data secara otomatik dengan suatu perangkat telemetri diperlukan bila pengumpulan dan waktu pengiriman sangat lama, sehingga tidak tersedia waktu yang cukup untuk melakukan peramalan. Sistem telemeteri ini memungkinkan data dapat dikumpulkan secara cepat dan tepat waktu, sehingga sangat bermanfaat untuk meningkatkan akurasi dari peramalan karena masih tersedia waktu yang cukup untuk membuat peramalan dan menginformasikannya secara dini. Pemilihan metode dalam pengiriman data sangat tergantung pada biaya, ketersediaan sarana/prasarana (seperti telepon), kondisi topografi dan kondisi iklim, serta lokasi pusat peramalan.

Sistem Pengumpulan Data secara Tepat Waktu Sistem pengumpulan data untuk peramalan banjir dan peringatan dini perlu tepat waktu (real time) dengan menggunakan sistem telemetri. Sistem ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data untuk peringatan besaran banjir, pengendalian debit di bendungan, pengoperasian bangunan-bangunan air, dan lain sebagainya. Melalui sistem ini, data curah hujan, muka air sungai, dan muka air waduk dapat dikumpulkan secara tepat waktu dengan menggunakan jaringan radio. Dalam pengembangan sistem telemetri untuk pengendalian stasiun hidrologi, yang diperlukan adalah data/informasi muka air, curah hujan, dan data pengamatan pintu/bangunan air. Data-data ditransmisikan dengan menggunakan jaringan radio. Terdapat dua sistem dalam sistem pengumpulan data tepat waktu, yaitu: sistem dimana data dari pos-pos (hujan, muka air) dipanggil secara berurutan dari Pusat Peramal dan informasinya dapat dikirimkan kembali ke pos-pos telemetri di lapangan; dan sistem dimana data secara periodik untuk waktu tertentu dikirim/dilaporkan dari pos-pos telemetri ke Pusat Peramal.

Setelah data diperoleh dari lapangan, terdapat dua tipe/jenis data yang diperlukan dalam peramalan: data yang dibutuhkan untuk pengembangan atau yang diperlukan untuk merencanakan sistem peramalan (kalibrasi); dan data yang dibutuhkan untuk peramalan atau dibutuhkan untuk operasional sistem peramalan. Data yang diperlukan untuk pengembangan dan kalibrasi adalah data yang digunakan untuk mendapatkan parameter dari model-model yang akan digunakan dalam operasional peramalan. Data yang diperlukan terdiri dari: data curah hujan yang dapat mewakili suatu DAS yang akan diramal data debitnya; data muka air/debit yang diakibatkan oleh hujan yang jatuh dalam suatu DAS; dan data karakteristik DAS (bentuk DAS, luas DAS, panjang sungai, kemiringan, dan lain-lain).

Data curah hujan yang dibutuhkan adalah data curah hujan pada pos-pos yang dominan di DAS. Permasalahan yang sering ditemui yaitu data curah hujan yang dipantau tidak dapat mewakili DAS tersebut, sehingga sangat mempengaruhi akurasi dari peramalan yang dibuat. Kerapatan jaringan pos hidrologi dan besarnya curah hujan sangat menentukan rata-rata curah hujan yang akan digunakan sebagai input pada peramalan banjir. Untuk DAS yang kecil dan terjal serta mempunyai intensitas curah hujan yang tinggi, seringkali banjir terjadi hanya dalam perioda waktu yang relatif singkat 12 jam setelah terjadinya hujan, sehingga meskipun telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana pengumpulan data secara tepat waktu (sistem telemetri), namun masih sulit untuk dapat meramalkan dan menginformasikan kapan terjadinya banjir. Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya waktu yang cukup dan sarana yang baik untuk melakukan peramalan dan peringatan dini.

Dalam kondisi demikian, maka diperlukan suatu usaha untuk meramalkan kejadian hujan yang akan terjadi dengan menggunakan radar atau satelit, sehingga masih tersedia waktu yang lebih lama untuk dapat melakukan peramalan, yaitu dari saat peramalan hujan sampai terjadinya hujan dan aliran banjir di sungai. Ketidakakuratan suatu peramalan banjir seringkali disebabkan karena jaringan pos hujan yang ada dalam suatu DAS tidak/belum dapat menggambarkan kondisi sebenarnya dari hujan yang jatuh dalam DAS tersebut. Untuk suatu DAS yang relatif besar, maka peramalan dapat dilakukan dengan membandingkan/ mengkorelasikan muka air/debit pada beberapa lokasi (di hulu dan di hilir), sehingga permasalahan alokasi dari pos duga muka air sangat penting untuk dapat mengoptimalkan hubungan hujan yang jatuh di masingmasing pos hujan dengan rata-rata penurunan akurasi dengan hujan di DAS serta mengefisienkan peningkatan jumlah pos pengamatan.

Lokasi Penentuan lokasi harus memperhatikan ketentuan berikut: Mengikuti ketentuan yang diuraikan pada standar metode pemilihan lokasi pos hidrologi seperti pos duga air, (SKSNI M101, 1990.03) pos hujan, pos klimatologi dan lain-lain; Lokasi stasiun memenuhi syarat sebagai stasiun komunikasi yang menggunakan radio frekwensi; Lokasi stasiun hidrologi telemetri harus dipertimbangkan secara hati-hati guna kesinambungan operasional, bukan saja menghadapi suatu bencana tetapi juga pengoperasian jangka panjang; Cukup luas untuk perumahan, antena dan lain-lain; Cukup aman menghadapi bencana seperti banjir, longsoran dan lain-lain; Penggunaan lokasi mendapat ijin dari pemilik tanah; Tersedia sumber tenaga listrik PLN yang cukup; Apabila harus menggunakan solar sel sebagai sumber tenaga listrik maka harus tersedia kekuatan dan durasi pengukuran matahari yang cukup; Apabila sumber tenaga listrik menggunakan tenaga angin, maka harus tersedia tenaga angin dengan kekuatan dan durasi yang cukup; Lokasi memungkinkan dipilihnya salah satu alternatif sumber tenaga listrik seperti ditentukan pada butir 7) hingga 9) di atas; Tersedia jalan masuk ke lokasi; Apabila ketentuan butir 1) sampai dengan butir 11) di atas sulit terpenuhi secara lengkap, ahli hidrologi dan ahli komunikasi harus melakukan studi perencanaan kembali agar persyaratan minimal stasiun hidrologi telemetri dapat terpenuhi.

Cara Penentuan Lokasi Tahapan yang harus dilakukan dalam pelaksaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut: 1. lakukan survei pendahuluan antara lain: kumpulkan data pendukung seperti peta topografi skala 1:50.000 dan 1:250.000 kumpulkan data stasiun hidrologi yang telah ada kumpulkan informasi sistem komunikasi yang ada kunjungan ke rencana lokasi stasiun pengendali, stasiun monitor ,stasiun pengumpul data lapangan, stasiun pengulang sesuai kebutuhan mempelajari kualitas dan kuantitas data hidrologi yang akan melewati sistem transmisi koordinasi dengan instansi yang terkait 2. lakukan studi persiapan antara lain : tentukan rencana lokasi stasiun hidrologi telemetri pada peta, dan rencanakan konfigurasi hubungan radio dengan frekuensi yang akan dipergunakan pelajari berbagai aspek teknis dan non teknis yang akan menjadi bahan penunjang dalam pertimbangan akhir penentuan lokasi laksanakan estimasi/perhitungan kekuatan hubungan radio lakukan penyesuaian/pendekatan secara teknis sehingga stasiun hidrologi telemetri memenuhi syarat sebagai stasiun hidrologi dan stasiun komunikasi.

3. lakukan survei lapangan antara lain: lakukan penyelidikan lapangan tentang bahaya banjir, longsor, serangan petir, hujan badai, dan kejadian cuaca yang ekstrim lainnya tentukan letak perumahan stasiun telemetri, tower antena, sistem pengaman dan sebagainya. pelajari ketersediaan sumber tenaga listrik disekitar lokasi termasuk dengan pengumpulan data fluktuasi tegangan listrik dan gangguan yang sering terjadi. kumpulkan data durasi dari penyinaran matahari, temperatur max/min dan faktor meteorologi lainnya pelajari pemeliharaan dan pengelolaan jalan masuk ke lokasi dengan memperhatikan kondisi setempat. buat sket/gambar kasar dan foto lokasi stasiun pelajari kemungkinan adannya sumber gangguan radio seperti adanya pabrik, jaringan transmisi voltase tinggi dan sebagainya.

Instrumentasi dan desiminasi dari peramalan Instrumentasi yang diperlukan untuk pengumpulan data tepat waktu dan prakiraan serta peringatan dari banjir: 1. Peralatan di pusat prakiraan banjir Transmitter dan receiver Operasi panel Computer dan peralatannya Antenna Peralatan power supply Jam 2. Peralatan di stasiun hidrologi Peralatan telemetri hujan Peralatan telemetri muka air Antenna Peralatan listrik/baterai/solar-cell

3. Peralatan di stasiun pengulang (repeater) Transmitter dan receiver Antenna Power supply 4. Peralatan di stasiun peringatan dini Transmitter dan receiver Antenna Power supply Alert/alarm Desiminasi hasil ramalan dilakukan oleh organisasi yang bertanggung jawab baik dalam bentuk penyiaran hasil ramalan maupun buletin dalam perioda harian, bulanan.

Prosedur penyiapan system prakiraan banjir A.Mempelajari karakteristik DAS dan jaringan stasiun hidrologi yang ada B.Melakukan survey untuk mengidentifikasi kondisi stasiun hidrologi dan perlunya analisa kelayakan stasiun untuk kebutuhan prakiraan banjir C.Melakukan survey untuk penempatan peralatan system prakiraan banjir dan peringatan dini D.Menentukan lokasi Pusat Peramal (Master Station) dan lokasi pemantauan (Monitoring Station) E.Menentukan system pengiriman data/pengumpulan data F.Melakukan tes propagasi untuk menentukan apakah terdapat signal yang baik stasiun-stasiun hidrologi yang dipilih dengan pusat peramal dan pemantauan prakiraan bila tidak terdapat signal yang baik

7. Memilih dan mengidentifikasi jenis peralatan yang diperlukan (hardware) yang sangat tergantung pada biaya 8. Mengadakan peralatan (hardware) untuk dilapangan, peralatan di pusat peramal dan pemantauan prakiraan 9. Mengembangkan perangkat lunak (software) berupa program hidrologi, hidraulika, dan korelasi atau kombinasi diantaranya 10. Menguji coba pengiriman data lapangan ke pusat peramal dan pemantau prakiraan 11. Menguji coba model perangkat lunak dan mengklaibrasi parameternya 12. Melakukan prakiraan dan membandingkan hasil prakiraannya dengan kondisi actual yang terjadi (proses kalibrasi berlangsung terus hingga didapat parameter yang stabil)

13. Membentuk organisasi prakiraan dan melatih SDM untuk melakukan prakiraan 14. Mempelajari karakteristik banjir yang pernah terjadi dan menentukan elevasi tingkat bahaya yang diakibatkan (siaga 1, 2, 3 dan sebagainya) 15. Mempelajari dampak banjir dan daerah genangan serta instansi terkait 16. Mengembangkan system peringatan dini dengan konstruksi yang sederhana atau alarm 17. Menginformasikan kondisi banjir ynag kan terjadi kepada instansi terkait untuk pengoperasian sarana-sarana yang ada serta menginformasikan kepada masyarakat yang akan terkena banjir.

Komponen perangkat keras yang dipasang di DAS terdiri dari: 1. Stasiun pengematan curah hujan; 2. Stasiun pengamatan duga muka air; 3. Stasiun pengamatan cuaca; 4. Stasiun pengulang 5. Pusat prakiraan (Master Station) di kantor induk; 6. Stasiun pemantauan (monitoring station). Pada semua stasiun pengamatan dipasang sensor dan peralatan radio sehingga data hujan maupun data muka air yang terbaca oleh sensor dapat dikirim oleh masingmasing stasiun pengamatan menggunakan gelombang radio ke pusat prakiraan melalui pos pengulang.

Komponen software terdiri dari: 1. Perangkat lunak telemetri (telemetry software) yaitu program computer yang berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan data hujan, cuaca maupun muka air dari lapangan secara tepat waktu. 2. Perangkat lunak hidrologi (hydrological software) yaitu program computer yang berfungsi sebagai sarana untuk menghitung besarnya debit yang akan terjadi pada suatu stasiun pengamatan muka air berdasarkan data hujan yang diterima. Keluaran (output) system berupa data prakiraan banjir yang terdiri dari data muka air, data debit, waktu terjadinya banjir serta tempat di mana banjir tersebut akan terjadi. Data prakiraan banjir, diinformasikan kepada penduduk di daerah banjir melalui mekanisme yang berlaku.

Penyampaian informasi banjir Penyampaian informasi banjir dilakukan oleh komandan satgas banjir kepada instansi terkait untuk mengambil tindakan penanggulangan banjir lebih lanjut sesuai dengan prosedur. Ada empat macam pemberitaan siaga banjir yang berdampak pada daerah rawan banjir, contoh kriteria siaga banjir secara umum adalah sebagai berikut:
Pemberitahuan No Tingkat Siaga Tinggi Jagaan Air Sungai *) Selang Waktu Pengamatan Selang Waktu Isyarat **)

Siaga I

Apabila kondisi muka air 2 m dari permukaan tanggul

3 Jam

Maks 6 Jam

Sirene, kentongan Sirene, kentongan Sirene, kentongan Sirene, kentongan

Siaga II

Apabila kondisi muka air 1 m dari permukaan tanggul

2 Jam

Maks 3 Jam

Siaga III

Apabila kondisi muka air 0.5 m dari permukaan tanggul

1 Jam

Maks 1 Jam

Siaga IV

Apabila sebagian atau semua bangunan pengendali banjir tidak berfungsi

Terus menerus

Maks 0.5 Jam

Keterangan: *) tinggi jagaan air sungai (free board) dipergunakan sebagai indicator untuk mengetahui tingkat bahaya banjir/tingkat siaga yang besarannya harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing sungai dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah atas usulan pihak pengelola. **) media dan frekuensi isyarat disesuaikan dengan ketentuan setempat. Komunikasi Stasiun komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio telekomunikasi, telepon, faximile dan sarana lainnya.

Peringatan banjir sebenarnya terdapat di Bendung Sampean lama, dimana bila elevasi muka air di Bendung Sampean Lama mencapai elevasi tertentu maka sirine akan berbunyi yang menandakan sungai dalam kondisi siaga atau bahaya. Bila sirine berbunyi sudah tidak ada waktu lagi untuk warga dapat mengevakuasi harta bendanya karena lokasi Bendung Sampean Lama dekat dengan daerah yang berisiko kebanjiran. Namun bila sirine berbunyi karena kondisi siaga atau bahaya di lokasi lebih hulu maka masih tersedia waktu bagi warga untuk melakukan evakuasi. Oleh sebab itu Sirine atau alat peringatan yang ada di Bendung Sampean Lama atau di Kota Situbondo dioperasikan berdasarkan kondisi banjir yang terjadi di Bendung Sampean Baru, sehingga masih ada waktu ketika debit banjir mengalir dari bendung Sampean Baru ke Bendung Sampean Lama. Bila panjang sungai antara Bendung Sampean dan Bendung sampean Baru 17 km, kecepatan rambat banjir rata-rata 5 m/dt maka waktu perambatan banjir dari Bendung Sampean Baru ke Bendung Sampean lama kurang lebih adalah 1 jam. Waktu 1 jam memang sebentar tetapi bila efektif digunakan untuk memberikan informasi dan evakuasi warga di lokasi resiko banjir maka akan sangat berguna untuk mengurangi kerugian yang akan ditimbulkan. Alur komunikasi peringatan dini bencana banjir Sungai Sampean dapat dilihat pada gambar berikut.

SUB DAS SAMPEAN


Tabel 7.1.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Sub DAS Sampean Hulu Gunungsari Sumberandong Curahkebo Taman Blumbang Jambearum Sukowiryo Clangap Gunungpiring Bunder Arpiah Selokambang Mangir Gubri Pakisan Balud Tratakan Pakel Kemuningan Rojopati Kamurungan Gala Lamparan Jeru Bringin Pokaco Asal Curahpao Landak Bluncong Ta'al Blimbing Klampokan Klabang Babon Batalabang Grujugan Cangkring Cabang

Sub DAS Sampean


Luas (km ) 18,54 10,54 10,27 6,49 14,79 16,41 29,37 6,46 63,23 29,20 18,51 24,10 87,80 39,60 93,45 85,88 52,78 3,36 18,38 15,92 9,16 3,67 2,71 48,09 23,69 10,63 7,69 4,83 6,85 3,05 38,41 97,96 50,19 43,06 36,06 22,53 51,80 41,84 75,05 14,65
2

Panjang Sungai (km) 12,00 10,90 9,96 7,01 16,66 9,65 12,85 5,32 10,67 17,64 11,94 16,12 25,46 25,54 27,25 35,60 34,67 3,31 9,76 12,32 6,93 3,80 4,05 37,80 16,73 7,71 5,90 2,81 5,60 2,73 16,16 39,42 33,09 30,53 27,43 10,33 33,93 32,62 34,82 9,97

Sumber : Hasil Analisa dan Interprestasi Peta

Tabel 7.1.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Kemiringan Lahan Sub DAS Sampean


Sub DAS Kemiringan Lahan (i) 0.1125 0.1422 0.0703 0.0571 0.1291 0.0622 0.0136 0.0188 0.0112 0.1162 0.0670 0.0186 0.0825 0.0294 0.0211 0.0709 0.0822 0.0227 0.0717 0.0812 0.0144 0.0526 0.0617 0.0780 0.0299 0.0908 0.0212 0.0356 0.0714 0.0275 0.0464 0.0698 0.0438 0.0491 0.0392 0.0290 0.0464 0.0475 0.0431 0.0401

Sampean Hulu Gunungsari Sumberandong Curahkebo Taman Blumbang Jambearum Sukowiryo Clangap Gunungpiring Bunder Arpiah Selokambang Mangir Gubri Pakisan Balud Tratakan Pakel Kemuningan Rojopati Kamurungan Gala Lamparan Jeru Bringin Pokaco Asal Curahpao Landak Bluncong Ta'al Blimbing Klampokan Klabang Babon Batalabang Grujugan Cangkring Cabang

Sumber : Hasil Analisa

Daftar Stasiun Hujan di DAS Sampean


Sumber : Balai PSAWS Sampean, 2007
No Kode PU
71a 61 34a 69 66 32 108 105b 105a 109 71 74 21 61a 61c 58a 61b 65 60a 62 60b 30 58 31 68 70 107 64 63

Kode BMG
71.a 61 34.a 69 66 32 108 105.b 105.a 109 71 74 108.b 61.a 61.c 58.a 61.b 65 60.a 62 60.b 58 68 107 64 63

Nama

Elevasi

Desa

Kecamatan

Kejuron

Tipe

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Ancar Klabang Selolembu Sentral Wonosari II Wringin Maskuning Wetan Pakisan Pinangpait Tlogosari Grujugan Maesan Sukokerto Dam Bluncong Dam Glendengan Dam Kolpoh Dam Pringduri Jero Prajekan Ta' al Talep/ Pabun Gumbolo/ SB.9 Pandan/Cermee S.B. 13 Kejayan Kesemek Sumber Gading Wonosari.I Tumpeng / Wonosroyo

350 270 325 260 270 475 410 475 465 530 246 350 545 100 130 80 125 230 90 210 90 73 81 73 250 360 560 230 300

Jetis Klabang Selolembu Badean Wonosari Jatisari Pakisan Pakisan Pecalongan Sulek Grujukan Lor Maesan Maskuning Wt Pandak Botolinggo Tarum Besuk Kali Tapen Walidono Taal Walidono Suling kulon Suling wetan Suling wetan Kejayan Kesemek SumberGading Wonosari.II Tumpeng

Curah Dami Tegal Ampel Tegal Ampel Bondowoso Grujugan Wringin Pujer Tlogosari Sukosari Tlogosari Grujukan Maesan Pujer Klabang Klabang Prajekan Klabang Tapen Prajekan Tapen Prajekan Cerme Cerme Cerme Pujer Tenggarang Sukosari Wonosari Wonosari

Wonosari Klabang Selolembu Nangkaan Wonosari Bukor Pakisan Pakisan Pecalongan Tlogosari Grujugan Maesan Sukokerto Cangkring Botolinggo Prajekan Botolinggo Tapen Prajekan Tapen Cangkring Ramban Cermee Sulingwetan Kejayan Kesemek Sukosari Wonosari Wonosroyo

ORR ORR & ARR ORR ORR & ARR ORR & ARR ORR & ARR ORR ORR & ARR ORR ORR ORR ORR & ARR ORR ORR ORR ORR ORR ORR ORR & ARR ORR ORR ORR ORR & ARR ORR ORR ORR ORR ORR & ARR ORR

Tabel 7.1.
No 1

Stasiun Hujan dan Koefisien Thiessen Sub DAS Sampean


Stasiun Hujan Yang Berpengaruh Sta. Wonosari II Sta. Maesan Jumlah Sta. Wonosari II Sta. Maesan Jumlah Sta. Wonosari II Sta. Maesan Jumlah Sta. Wonosari II Sta. Maesan Jumlah Sta. Wonosari II Sta. Maesan Jumlah Sta. Ancar Sta. Grujugan Sta. Wonosari II Sta. Maesan Jumlah Sta. Maesan Sta. Grujugan Sta. Kesemek Sta. Sukokerto Jumlah Sta. Ancar Sta. Grujugan Sta. Wonosari II Jumlah Sta. Grujugan Sta. Kasemek Sta. Pakisan Sta. Sukokerto Sta. Tlogo Jumlah Sta. Ancar Sta. Grujugan Sta. Wonosari II Sta. Sentral Jumlah Sta. Ancar Sta. Wonosari II Sta. Sentral Jumlah Luas Daerah Pengaruh (km2) 10.00 8.54 18.54 8.25 2.29 10.54 3.02 7.24 10.26 4.88 1.61 6.49 13.23 1.53 14.76 5.30 1.61 9.07 0.44 16.42 4.20 10.39 3.18 11.61 29.38 4.39 1.99 0.08 6.46 10.34 4.16 0.31 8.38 40.03 63.22 4.76 0.41 23.19 0.84 29.20 11.10 23.19 0.84 35.13 Koefisien Thiessen 0.54 0.46 1.00 0.78 0.22 1.00 0.29 0.71 1.00 0.75 0.25 1.00 0.90 0.10 1.00 0.32 0.10 0.55 0.03 1.00 0.14 0.35 0.11 0.40 1.00 0.68 0.31 0.01 1.00 0.16 0.07 0.00 0.13 0.63 1.00 0.16 0.01 0.79 0.03 1.00 0.32 0.66 0.02 1.00

Sub DAS Sampean Hulu

Gunungsari

Sumberandong

Curahkebo

Taman

Blumbang

Jambearum

Sukowiryo

Clangap

10

Gunungpiring

11

Bunder

12

Arpiah

13

Selokambang

14

Mangir

15

Gubri

16

Pakisan

17

Balud

Sta. Grujugan Sta. Kasemek Sta. Pakisan Sta. Sentral Sta. Sukokerto Sta. Tlogo Jumlah Sta. Ancar Sta. Selolembu Sta. Wonosari II Sta. Sentral Jumlah Sta. Grujugan Sta. Kasemek Sta. Sukokerto Sta. Pakisan Sta. Sentral Sta. Tlogo Sta. Kejayan Sta. Wonosroyo Sta. Msk Wetan Jumlah Sta. Selolembu Sta. Sentral Sta. Wonosari I Sta. Klabang Sta. Wonosroyo Jumlah Sta. Wonosari 1 Sta. Pn Pait Sta. Sbr Gdng Sta. Pakisan Sta. Tlogo Sta. Kejayan Sta. Wonosroyo Sta. Msk Wetan Jumlah Sta. Wonosari I Sta. Wonosroyo Sta. Pinangpait Sta. Tlogo Sta. Sumber Gading Jumlah

6.15 7.31 0.42 3.67 6.27 0.28 24.10 7.14 44.71 23.56 12.39 87.80 1.67 3.95 6.87 2.57 7.72 1.57 5.63 6.06 3.60 39.64 24.77 3.29 2.30 62.97 0.12 93.45 0.49 2.85 20.83 6.09 38.95 3.46 8.99 4.17 272.73 2.53 12.82 14.22 2.12 21.10 52.79

0.26 0.30 0.02 0.15 0.26 0.01 1.00 0.08 0.51 0.27 0.14 1.00 0.04 0.10 0.17 0.06 0.04 0.19 0.14 0.15 0.09 1.00 0.27 0.04 0.02 0.67 0.00 1.00 0.01 0.03 0.24 0.07 0.45 0.04 0.10 0.05 1.00 0.05 0.24 0.27 0.04 0.40 1.00

18

Tratakan

19

Pakel

20

Kemuningan

21

Rojopati

22 23

Kamurungan Gala

24

Lamparan

25

Jeru

26

Bringin

27 28

Pokaco Asal

29

Curahpao

30 31

Landak Bluncong

Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Jumlah

Wonosari I Wonosroyo Wonosari I Klabang Wonosari I Klabang Wonosari I Wonosroyo Pinangpait Wonosari I Wonosari I Jeru Wonosari I Wonosroyo Pinangpait Jeru Sumber Gading Jeru Sumber Gading Pinangpait Klabang Wonosari I Jeru Jeru Bluncong Jeru Bluncong Jeru Bluncong Bluncong Klabang

3.29 0.08 3.37 7.26 11.12 18.38 7.09 8.84 15.93 6.89 1.97 0.30 9.16 1.38 1.33 2.71 3.92 0.18 4.87 2.49 36.64 48.10 10.25 2.19 11.24 23.68 0.64 5.64 4.35 10.63 0.89 3.95 4.84 1.61 5.23 6.84 31.49 6.92 38.41

0.98 0.02 1.00 0.39 0.61 1.00 0.45 0.55 1.00 0.75 0.22 0.03 1.00 0.51 0.49 1.00 0.08 0.00 0.10 0.05 0.76 1.00 0.43 0.09 0.47 1.00 0.06 0.53 0.41 1.00 0.18 0.82 1.00 0.24 0.76 1.00 0.82 0.18 1.00

32

Ta'al

33

Blimbing

34

Klampokan

35

Klabang

36

Babon

37

Batalabang

38

Grujugan

39

Cangkring

Sta. Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah Sta. Sta. Sta. Sta. Jumlah

Bluncong Pringduri Jeru Pinangpait Sumbergading Pringduri Pinangpait Prajekan Sumber Gading Taal Prajekan Glendengan Pringduri Sumbergading Glendengan Talep Prajekan Sumber Gading Taal Bluncong Pringduri Talep Prajekan Glendengan Talep Kolpoh Prajekan Sumbergading Kolpoh Glendengan Sl Wetan Sumbergading Kolpoh Pandan Sl Wetan Sumbergading

2.37 7.09 9.46 9.89 69.20 98.01 2.09 0.19 0.06 32.69 15.16 50.19 0.23 8.21 1.88 32.74 43.06 9.08 0.52 1.79 16.39 8.27 36.05 11.52 0.20 8.29 2.53 22.54 1.82 2.52 7.72 24.94 15.49 52.49 8.38 12.19 4.24 17.03 41.84 6.80 24.85 9.56 33.67 74.88 1.84 12.81

0.02 0.07 0.10 0.10 0.71 1.00 0.04 0.00 0.00 0.65 0.30 1.00 0.01 0.19 0.04 0.76 1.00 0.25 0.01 0.05 0.45 0.23 1.00 0.51 0.01 0.37 0.11 1.00 0.03 0.05 0.15 0.48 0.30 1.00 0.20 0.29 0.10 0.41 1.00 0.09 0.33 0.13 0.45 1.00 0.13 0.87

40

Cabang

Sta. Kolpoh Sta. Talep

Skema debit puncak banjir di hilir DAM Sampean baru pada kondisi sebelum ada embung
Sub DPS Bluncong A = 38,41 km2 L = 16,16 km is = 0,0464 Q = 115,7 m3/dt Sub DPS Babon Sub DPS Cabang A = 22,53 km2 L = 10,33 km is = 0,0290 Q = 67,6 m3/dt Q = 2838,7 m3/dt Q = 3120,9 m3/dt Q = 3281,8 m3/dt A = 14,65 km2 L = 9,97 km is = 0,0401 Q = 61,0 m3/dt

Q = 2363,8 m3/dt Q = 2541,9 m3/dt Q = 2693,4 m3/dt

Q = 3473,2 m3/dt

Bendung Sampean Baru

L=1051m

L=1662m

L=44m

L=2943m
Q = 2892,6 m3/dt

L=1600m

L=732m

L=1379m
Q = 3531,5 m3/dt Q = 3531,5 m3/dt

Q = 2363,8 m3/dt Sub DPS Klabang Sub DPS Tail A = 97,96 km2 L = 39,42 km is = 0,0698 Q = 273,0 m3/dt Sub DPS Blimbing A = 50,19 km2 L = 33,09 km is = 0,0438 Q = 178,1 m3/dt Sub DPS Klampokan A = 43,06 km2 L = 30,53 km is = 0,0491 Q = 154,3 m3/dt A = 36,06 km2 L = 27,43 km is = 0,0392 Q = 154,4 m3/dt Sub DPS Batalabang A = 51,80 km2 L = 33,93 km is = 0,0464 Q = 236,3 m3/dt Sub DPS Grujugan A = 41,84 km2 L = 32,62 km is = 0,0475 Q = 174,6 m3/dt Sub DPS Cangkring A = 75,05 km2 L = 34,82 km is = 0,0431 Q = 204,9 m3/dt

Laut

Q = 2013,2 m3/dt

L=2281m

L=1553m

L=38m

L=4934m

Bendung Sampean Lama

Sub DAS Bluncong A = 38,41 km2 L = 16,16 km Is = 0,0464 Q = 115,7 m3/dtk

Sub DAS Babon A = 22,53 km2 L = 10,33 km Is = 0,0290 Q = 67,6 m3/dtk Sub DAS Klabang A = 36,06 km2 L = 27,43km Is = 0,0392 Q = 154,4 m3/dtk Sub DAS Batalabang A = 51,80 km2 L = 33,93 km Is = 00464 Q = 236,3 m3/dtk Sub DAS Cabang A = 14,65 km2 L = 9,97 km Is = 0,0401 Q = 61,0 m3/dtk

Sub DAS Cangkring A = 75,05 km2 L = 34,82 km Is = 0,0431 Q = 204,9 m3/dtk Sub DAS Grujugan A = 38,41 km2 L = 16,16 km Is = 0,0464 Q = 115,7 m3/dtk

L = 2281 m L = 1051 m L = 1662 m L = 44 m L = 2943 m Q = 2892,6 m3/dt Q = 3281,8 m3/dt Q = 3120,9 m3/dt Q = 3473,2 m3/dt Q = 3531,5 m3/dt Q = 3531,5 m3/dt

L = 1553 m L = 1600 m L = 732 m L = 1397 m L = 38 m L = 4934 m Bendung Sampean Baru

Sub DAS Tail A = 97,96 km2 L = 39,42 km Is = 0,0698 Q = 273,0 m3/dtk Sub DAS Klampokan A = 43,06 km2 L = 30,53 km Is = 0,0,491 Q = 154,3 m3/dtk Sub DAS Blimbing A = 50,19 km2 L = 39,42 km Is = 0,0698 Q = 178,1 m3/dtk

Q = 2013,2 m3/dt Q = 2363,8 m3/dt Q = 2363,8 m3/dt Q = 2541,9 m3/dt Q = 2693,4 m3/dt Q = 2838,7 m3/dt

Bendung Sampean Lama

Anda mungkin juga menyukai