Anda di halaman 1dari 2

Rasionalisasi Pos Pengamatan Hidrologi dan Pengembangan Teknologi Telemetring Peralatan

Hidologi
Kegiatan Rasionalisasi Pos Pengamatan Hidrologi dan Pengembangan
Teknologi Telemetri Peralatan Hidrologi merupakan gabungan dari tiga sub
kegiatan yaitu Rasionalisasi Jaringan Pos Hidrologi di DAS Cimanuk,
Pengembangan

Teknologi

Telemetri

Peralatan

Hidrologi

dan

Pengembangan Pedoman Banjir Bandang. Kegiatan tersebut satu sama


lainnya memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda. Untuk kegiatan
Rasionalisasi Pos Pengamatan Hidrologi dilakukan dengan berbagai
metode yaitu metode Stepwise, Kriging, Spatial correlation (Kagan) dan
lainnya, sedangkan untuk Pengembangan Teknologi Telemetri Peralatan
Hidrologi dilakukan dengan metode ATM (amati, tiru, dan modifikasi), sementara untuk Pengembang
Pedoman Banjir Bandang dilakukan dengan memanfaatkan model HEC-HMS. Hasil dari kegiatan tersebut,
untuk Rasionalisasi Pos Pengamatan Hidrologi diperoleh jumlah pos yang diperlukan untuk pengelolaan
sumber daya air di DAS Cimanuk berdasarkan metode Kagan sekitar 30 pos untuk tingkat ketelitian sekitar
5%, sedangkan untuk tingkat ketelitian 3% dibutuhkan sekitar 75 pos.Dari hasil usulan pos tersebut bahwa
kerapatan pos yang akan dihasilkan sekitar 50 km2/pos untuk tingkat ketelitian 3% dan sekitar 124 km2/pos
untuk tingkat ketelitian sekitar 5%.Sementara berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode
Stepwise bahwa beberapa subDAS perlu untuk dilakukan penambahan pos hujan terutama untuk daerah
hulu dan relokasi pos hujan di Sub DAS Cimanuk-Leuwigoong dan Cimanuk-Tomo. Untuk daerah hilir dari
DAS Cimanuk tidak diperlukan lagi penambahan pos hujan, dan jumlah pos hujan yang diperlukan tidak
kurang dari 28 pos. Sementara berdasarkan hasil analisis dengan metode kriging, terdapat beberapa pos
yang perlu untuk direlokasi atau direduksi, karena keberadaan dari pos tersebut telah diwakili oleh pos
tetangganya. Untuk kegiatan Pengembangan Teknologi Telemetri Peralatan hidrologi telah dihasilkan
desain prototipe untuk sensor muka air transducer. Sementara untuk Pengembangan Pedoman Banjir
Bandang diperoleh hasil pengolahan data secara spasial di DAS Garang diperoleh nilai curve number
berkisar antara 53 sampai dengan 77 dengan rata-rata sekitar 67, dengan pusat hujan yang terjadi pada
saat terjadi banjir di DAS Garang umumnya berada di hilir DAS dan berdasarkan hasil analisis spasial
untuk tutupan lahan tahun 2008, bahwa besarnya impervious sekitar 27% dari seluruh wilayah DAS
Garang.
Kata Kunci: DAS Cimanuk, DAS Garang, telemetri, banjir bandang, rasionalisasi

Anda mungkin juga menyukai