Anda di halaman 1dari 16

RASIONALISASI STASIUN PENAKAR HUJAN TERHADAP

PERUBAHAN BESARNYA CURAH HUJAN RANCANGAN PADA DAS


RONDONINGO, KABUPATEN PROBOLINGGO
Alvina Nurfitriani1, Lily Montarcih Limantara2
1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas brawijaya
Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
Email : alvinanurfitriani@gmail.com

ABSTRAK: Pengembangan sumber daya air membutuhkan analisis hidrologi berdasarkan


data curah hujan, data debit,dan data iklim yang benar, untuk menghasilkan perencanaan,
penelitian, dan pengelolaan sumber daya air yang efektif dan efisien.
Pemasangan stasiun penakar hujan yang banyak pada suatu DAS kurang efektif karena
membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi. Untuk menentukan jumlah
stasiun penakar hujan dan penyebaranya yang ideal, maka perlu dilakukan analisa
rasionalisasi stasiun Penakar hujan metode World Meteorological Organization (WMO),
metode Kagan Roda dan metode bobot.
Pada DAS Rondoningo seluas 233 Ha telah terpasang 8 stasiun penakar hujan, menurut
analisa metode WMO diketahui terlalu rapat. Berdasarkan rasionalisasi metode Kagan Roda
dan metode Bobot dapat ditentukan cukup3stasiun hujan dipertahankan dan 5 stasiun hujan
ditutup.
Perhitungan hujan rancangan metode Gumbel dan Log Person III,berdasarkan data
hujan antara 8 stasiun hujan dan dari 3 stasiun hujan menghasilkan selisih ysng kecil 8mm
s/d10 mm, Hal ini mempertegas bahwa pada DAS Rondoningo tidak perlu dipasang 8 stasiun
tetapi cukup dipasang 3 stasiun hujan.

Kata kunci: Penakar hujan eksisting, Rasionalisasi hidrologi, penakar hujan efektif dan
efisien

ABSTRACT: The Development of water resources requires hydrological analysis based on rainfall
data, discharge data, and correct climate data, to produce an effective, efficient water resources
planning, research and management.

The installation of multiple rainfall stations in a watershed is less effective because it requires high
operational and maintenance costs. To determine the ideal number of rain gauge station and its ideal
distribution, it is necessary to analyze rationalization of World Meteorological Organization (WMO)
method, Kagan Roda method and score method.
In the 233 Ha Rondoningo basin has been installed 8 rain gauge stations. According to WMO method
analysis it is considered to be too tight. Based on the rationalization of the Kagan Roda method and
the Score method only 3 rain gauge stations are maintained, while 5 rain gauge stations should be
closed .
The rain calculation of the Gumbel methodand Log Person III method, based on rain data between 8
rain gauge stations and from 3 rain gauge stations, resulted in a small difference of 8mm to 10 mm.
This confirms that in the Rondoningo basin there is no need to install 8 stations, but only 3 rain gauge
stations are enough to install.

Key words: existing rain gauge, hydrological rationalization, rain gauge effective and efficient.
PENDAHULUAN Lokasi studi berada pada DAS
Latar Belakang Rondoningo yang berfungsi sebagai daerah
penyangga dan memiliki potensi untuk
Pengembangan sumber daya air
pengembangan sumberdaya air di Wilayah
membutuhkan analisis hidrologi
Sungai Pekalen Sampean yang terletak di
berdasarkan data dasar hidrologi yang
Kabupaten Probolinggo.
terdiri dari data curah hujan, data debit,
Identifikasi Masalah
data iklim. Data dasar hidrologi yang
Pada DAS Rondoningo seluas 233
benar sangat penting, untuk menghasilkan
km2 pada saat ini telah terpasang 8 stasiun
perhitungan yang benar bagi suatu
penakar hujan yang sebaranya tidak
pengembangan, penelitian dan pengelolaan
merata. Menurut standar WMO setiap
sumber daya air.
stasiun penakar hujan idealnya memiliki
Data hujan diperoleh dari stasiun penakar
luas daerah pengaruh antara 100-250 km2
hujan yang dipasang disuatu daerah aliran
sehingga pada DAS Rondoningo
Sungai. Secara teoritis, semakin tinggi
seharusnya cukup dipasang hanya 2 stasiun
kerapatan stasiun hujan yang digunakan
penakar hujan. Oleh karena itu
maka akan semakin tinggi pula ketelitian
Rasionalisasi penakar hujan pada DAS
hasil analisa hidrologi. Akan tetapi
Rondoningo sangat penting dilakukan
pemasangan stasiun penakar hujan yang
untuk menentukan jumlah stasiun penakar
terlalu banyak pada suatu daerah aliran
hujan yang optimum, untuk mengetahui
sungai dapat berdampak pada kurang
pos-pos mana yang sangat dominan untuk
efektif dan kurang efisien karena
dipertahankan atau pos mana yang ditutup
membutuhkan biaya operasional dan
serta untuk menata kembali sebaran stasiun
pemeliharaan yang tinggi. Memperhatikan
penakar hujan yang ideal pada DAS
hal tersebut, maka perlu menentukan
Rondoningo.
jumlah stasiun penakar hujan dan
Batasan Masalah
penempatan jaringan stasiun hidrologi
Adapun batasan masalah yang diberikan
yang tepat, sehingga bisa menghasilkan
sebagai berikut :
analisa hidrologi yang tepat atau berapa
1. Lokasi studi berada pada DAS
jumlah stasiun penakar hujan yang perlu
Rondoningo terletak diwilayah
ditempatkan dalam suatu DAS untuk
Kabupaten Probolinggo.
memantau karakteristik hidrologi secara
akurat dan benar.
2. Analisia curah hujan rancangan 1. Mengetahui kerapatan stasiun penakar
menggunakan curah hujan maksimum hujan berdasarkan metode WMO.
rerata metode Poligon Thiesen. 2. Mengetahui jumlah dan sebaran
3. Analisa curah hujan rancangan stasiun penakar hujan yang ideal
menggunakan Gumbel dan Log Pearson berdasarkan metode Kagan –Rodda
Tipe III. dan metode Bobot.
4. Analisis kerapatan stasiun hujan 3. Mengetahui adanya perubahan
menggunakan standar WMO (World besarnya curah hujan rancangan akibat
Meteorological Organization), metode rasionalisasi stasiun penakar hujan.
Kagan-Rodda dan metode Bobot Manfaat pada penelitian ini adalah dapat
(Score). digunakan untuk mengevaluasi dan
Rumusan Masalah memonitoring stasiun penakar hujan pada
Adapun rumusan masalah yang dikaji DAS Rondoningo sehingga dapat
adalah: ditentukan jumlah dan sebaran stasiun
1. Bagaimana luas daerah pengaruh setiap penakar hujan yang ideal, sehingga
stasiun penakar hujan berdasarkan menjadi masukan bagi pengambil
standar metode WMO ? keputusan untuk pengelolaan stasiun
2. Bagaimana kerapatan sebaran stasiun penakar hujan pada DAS Rondoningo
penakar hujan berdasarkan metode yang lebih efektif dan efisien.
Kagan -Rodda ?
3. Berapakah idealnya jumlah stasiun TINJAUAN PUSTAKA
penakar hujan yang diperlukan dan
Umum
letak sebaran stasiun penakar hujan Dalam analisis hidrologi suatu DAS
yang diperlukan pada DAS diperlukan data-data hujan dari alat
Rondoningo berdasarkan metode penakar hujan tetapi terdapat dua masalah
Kagan-Rodda.? pokok, yaitu ( Harto,1993:19) :
4. Bagaimana perubahan besaran curah a. Ketetapan tentang jumlah stasiun
hujan rancangan berdasarkan jumlah hujan dan stasiun hidrometri (stasiun
dan sebaran stasiun penakar hujan pengamatan) yang akan digunakan
kondisi eksisting dan setelah di dalam analisis, termasuk didalamnya
rasionalisasi.? pola penyebaran stasiun dalam
Tujuan dan Manfaat Wilayah Sungai yang bersangkutan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
b. Berapa besar ketelitian yang dapat Analisa Hidrologi
dicapai oleh suatu jaringan Pengujian data hidrologi secara
pengamatan dengan kerapatan statistik bertujuan untuk mengetahui
tertentu. kualitas dan keandalan data sebelum
Dalam kaitan tercapainya kerapatan dilaksanakan perhitungan selanjutnya.
jaringan yang optimum dan informasi Pengujian data yang dilakukan dalam studi
maksimum, ada beberapa hal penting yang ini adalah uji outliers, uji konsistensi data
perlu diperhatikan, antara lain ( hujan dengan metode kurva massa ganda,
Harto,1993:20): uji ketiadaan trend dengan metode
a. Kerapatan optimum mengandung arti spearman dan uji stasioner, uji T dan uji F.
jumlah yang mencukupi dan Analisis Kerapatan dan Pola
penyebaran yang memadai di seluruh Penyebaran Stasiun Huja
DAS Dalam merencanakan jaringan,
b. Kerapatan hendaknya sedemikian rupa terdapat dua hal penting yang perlu
sehingga tidak terlalu tinggi karena dipertimbangkan, yaitu (Harto,1993:23):
akan mengangkut biaya pengadaan 1. Berapa jumlah stasiun yang
dan pengoperasian serta pemeliharaan diperlukan.
yang sangat mahal. 2. Dimana stasiun-stasiun itu akan
c. Penyebaran hendaknya dilakukan dipasang.
sedemikian rupa sehingga variabilitas Disadari bahwa semakin tinggi
ruang DAS dapat teramati dengan kerapatan jaringan pengamatan akan
baik. makin tinggi ketelitian yang dapat
d. Perencanaan jaringan yang dipandang diperoleh, akan tetapi akibatnya, biaya
terbaik adalah yang didasarkan pada pengadaan dan operasinya menjadi sangat
analisis ekonomi, baik dalam mahal. Komponen biaya yang perlu
kaitannya dengan pengembangan fisik diperhatikan antara lain:
jaringannya sendiri maupun kaitannya 1. Biaya pengadaan dan pemasangan alat
dengan nilai ekonomi kecermatan 2. Gaji operator
data/ informasi yang didapat. 3. Biaya operasional dan pemeliharaan
Dengan demikian akan diperoleh 4. Biaya penulisan, penyimpanan dan
sebaran pos hujan yang efisien dengan penerbitan data
ketelitian yang cukup pada semua titik
pengamatan.
Biaya tersebut harus tersedia sampai 2. Kebutuhan data yang dapat disediakan
suatu saat (bila memungkinkan) stasiun dengan keadaan jaringan stasiun hujan
tersebut tidak diperlukan lagi. yang telah ada dapat terpenuhi.
Kerapatan stasiun penakar hujan 3. Dapat memberikan petunjuk dan
Standar WMO gambaran tentang pola penyebaran
Badan Meteorologi Dunia World stasiun hujan, untuk tingkat kesalahan
Meteorological Organization, (WMO) tertentu.
memberikan pedoman kerapatan jaringan Persamaan Kagan-Rodda
stasiun hujan (tabel1) di beberapa daerah. Persamaan-persamaan yang
Semakin besar variasi hujan semakin dipergunakan untuk analisis jaringan
banyak jumlah stasiun yang diperlukan Kagan-Rodda adalah sebagai berikut
(Triatmodjo, 2010:29). (Harto,1993:31):
 d 
 
 d o  
rd   r0  .e
Tabel.1. Kerapatan jaringan stasiun hujan
menurut WMO   0,23 A 
1  ro    
Kerapatanjaringan minimum   d n 
Daerah  0  
(Km2/sta) Z1  Cv .
n
Daerah datar Beriklim sedang, Laut tengah dan Tropis
A
0,52.r0  .
- Kondisi Normal 600-900
Z 2  Cv .
1
1  r0    n
3 d 0 
- Daerah pegunungan 100-250
Pulau kecil bergunung (<20.000 km2) 25 A
L  1,07
Daerah kering dan kutub 1500-10000 n
Dimana:
Sumber :Triatmodjo 2010:29
r(d) = Koefisien korelasi untuk jarak stasiun
sejauh d
Analisa Kerapatan Jaringan Stasiun
r(0) = Koefisien korelasi untuk jarak yang
Penakar Hujan Metode Kagan - Rodda
sangat pendek
Metode Kagan-Rodda telah banyak
d = Jarak antar stasiun (km)
digunakan untuk menetapkan jaringan
d(0)= Radius korelasi
stasiun hujan pada beberapa DAS.
Cv= Koefisien variasi
Pemilihan cara ini didasarkan pada sifat
A = Luas DAS (km2)
cara Kagan-Rodda sebagai berikut:
N = Jumlah stasiun penakar hujan
1. Sederhana dalam prosedur dan
Z1 = Kesalahan perataan (%)
perhitungan.
Z2 = Kesalahan Interpolasi (%) Ukuran yang digunakan untuk menyatakan
L = Panjang sisi segitiga kagan (km) seberapa kuat hubungan antara dua
variabel (terutama data kuantitatif)
Koefisien Variasi dinamakan koefisien korelasi (r), yang
Koefisien variasi merupakan variasi dapat pula dirumuskan dengan persamaan
relatif dari suatu variabel terhadap nilai sebagai berikut :
rata-rata aljabarnya, yang dapat dihitung
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
n

X i
Dimana :
X  i 1

n r = Koefisien korelasi

 X 
2 n = Jumlah data
i X
S i 1 Xi = Data hujan pada stasiun X
n 1 Yi = Data hujan pada stasiun Y
S
Cv    Analisa Bobot (Score)
X
Dalam Analisa Bobot dihitung suatu
Dimana :
Cv = Koefisien variasi
besaran angka yang menggambarkan

S = Standart deviasi bobot dari stasiun Penakar hujan,

X = Nilai rata-rata
menggunakan data tata letak stasiun
penakar hujan pada DAS, tingkat

Koefisien Korelasi kemudahan operasional dan pemeliharaan

Cara Kagan-Rodda menggunakan stasiun penakar hujan, berdasarkan

hubungan antara kerapatan jaringan (jarak kondisi fidik bangunan pos hujan

antar stasiun) dengan sifat statistik hujan dilapangan , lama pencatatan data hujan,

pada masing-masing stasiun. Secara kontinuitas pencatatan data hujan.

umum dapat ditentukan hubungan anatara Berdasarkan analisa bobot dapat digunakan

jarak antar stasiun dengan korelasi hujan kondisi stasiun penakar hujan dari berbagai

dari masing-masiing stasiun hujan. Dengan faktor sehingga dapat digunakan untuk

demikian apabila korelasi yang diperlukan menilai stasiun penakar hujan

dapat ditetapkan, maka jarak antar stasiun dipertahankan, ditutup atau direlokasi.

yang dibutuhkan dalam suatu jaringan Berdasarkan nilai bobot maka dapat
dapat pula ditentukan. diklasifikasikan pos hujan:
 Mutlak-Perlu, dipilih sebagai pos (SP1); Skala prioritas Kedua (SP2) dan
primer yang harus dipertahankan skala prioritas Ketiga (SP3).
 Pos penakar hujan yang masih berfungsi Penentuan bobot setiap stasiun penakar
perlu dilanjutkan pengoperasiannya hujan dihitung menggunakan rumus
dengan skala prioritas, ditentukan berikut ini :
sebagai pos sekunder atau pos khusus. n
SP   Fi ki
 Pos yang masih berfungsi atau pos yang
sudah tidak difungsikan. diusulkan Dalam hal ini :
dihentikan pengoperasiannya/ditutup SP = nilai bobot
a. Pos Hujan Klasifikasi Mutlak-Perlu F = nilai dari faktor penentu
Pos hujan yang termasuk klasifikasi k = koefisien faktor penentu
mutlak-perlu dipilih berdasarkan fungsi i = 1, 2, 3,.... ...... n banyaknya faktor
dan kondisi lokasi di lapangan. Pos penentu.
tersebut mutlak diperlukan untuk
mendapatkan kondisi hujan di lokasi Curah Hujan Rerata Daerah
tersebut dan mempunyai fungsi yang Curah hujan yang diperlukan untuk
sangat penting dalam analisis hidrologi, penyusunan suatu rencana rancangan
seperti membuat suatu warming system pemanfaatan air dan rencana rancangan
untuk bahaya banjir. Sesuai dengan pengendalian banjir adalah curah hujan
fungsinya maka pos tersebut dipilih rata-rata daerah (area rainfall), bukan
jenis pos hujan otomatik. Tanpa adanya curah hujan pada suatu titik tertentu (point
data dari pos tersebut maka analisis rainfall). Curah hujan ini disebut curah
hidrologi yang terkait tidak akan akurat, hujan wilayah/daerah dan dinyatakan
meskipun berdasarkan kondisi lapangan dalam milimeter (Sosrodarsono, 2006:27).
pos tersebut mungkin sekali perlu
dilakukan rehabilitasi atau bahkan Metode Poligon Thiessen
realokasi. Curah hujan rerata dengan metode
b. Pos Hujan Klasifikasi Perlu Thiessen ini dapat dihitung dengan
Pos hujan Klasifikasi Perlu persamaan sebagai berikut
ditentukan dengan metode analisis
A1d1  A2 d 2  A3 d 3  .....  An d n
bobot (skor), sehingga diperoleh stasiun d
A1  A2  A3  ....  An
penakar hujan skala prioritas : Pertama
dengan :
A = luas Daerah aliran sungai Menghitung harga logaritma rata-rata
D = tinggi curah hujan rata-rata daerah dengan rumus :
aliran sungai  Logx i
Logx  n = jumlah data
d1, d2, d3,…dn = tinggi curah hujan di pos n
1, 2, 3,…n Menghitung harga simpangan baku dengan
A1, A2, A3..An = luas daerah pengaruh di rumus :
pos 1, 2, 3,…n 2
 (Logx i  Logx)
Si 
n 1
Curah Hujan Rancangan
Menghitung harga koefisien kemencengan
Curah hujan rancangan adalah hujan
dengan rumus :
 
terbesar tahunan yang mungkin terjadi di
n  Logx i  Logx
suatu daerah dengan periode ulang Cs 
n 1n  2Si 3
tertentu. Ada beberapa metode untuk
Menghitung logaritma x dengan rumus :
menghitung besarnya curah hujan
rancangan antara lain Gumbel dan Log LogX  Logx  G * S

Pearson Tipe III. Log X = Logaritma curah hujan

Untuk menentukan macam Analisis Log X = Logaritma rerata dari curah hujan
frekuensi, perlu dihitung parameter- Log Xi = Logaritma curah hujan tahun ke I
parameter statistik seperti koefisien Cs, G = Konstanta Log Pearson Type III,

Ck. Syarat untuk distribusi (Limantara, berdasarkan koefisien Kepencengan


S1 = Simpangan baku
2010:56):
Cs = Koefisien kepencengan
- E.J Gumbel : Ck = 5,4 dan
n = Jumlah data
Cs = 1,14
- Log Pearson Tipe III: Ck dan Cs
Analisa Frekuensi Gumbel
tidak ditentukan
Besarnya curah hujan rancangan dengan
periode ulang T tahun adalah sebagai berikut
Analisa Frekuensi Log Pearson Type III
X  X  sd.K
Metode Log Pearson Tipe III
dimana :
merupakan metode yang dapat
X = hargareratasampel
digunakanuntuk segala jenis sebaran data
sd = simpanganbakusampel
karena harga koefisien skewnes (Cs) dan
k = faktor frekuensi yang
koefisien kurtosis (Ck) tidak ada
merupakan fungsi dari periode ulang dan
ketentuan.
tipe distribusi frekuensi yang besarnya:
Yt  Yn hujan harian yang tercatat minimal
k
Sn selama 11 tahun terakhir.
dimana :
Yt = Reduced variate sebagai Analisis Curah Hujan Rancangan
fungsi periode ulang T Analisis distribusi frekuensi dengan
  Tr  1  metode Log Pearson Tipe III dan Metode
Yt =  ln  ln  
  Tr  Gumbel, untuk menganalisa besarnya
Yn = Reduced mean sebagai fungsi curah hujan rancangan kondisi sebelum
dari banyaknya n data rasionalisasi dan sesudah rasionalisasi.
Sn= Reduced standar deviasi sebagai
fungsi dari banyaknya n data Analisis Rasionalisasi Stasiun Penakar
Hujan
METODOLOGI PENELITIAN Rasionalisasi stasiun penakar hujan
Metode Pengumpulan Data adalah metode analisis untuk mengetahui
Data yang digunakan adalah sebagai jumlah stasiun penakar hujan yang
berikut : optimum dan untuk mengatur
a. Data Peta-peta persebaranya yang ideal dalam suatu DAS
Data yang dikumpulkan Peta Daerah sehingga terpasang stasiun penakar hujan
Aliran Sungai (DAS) Rondoningo, Peta yang efektif dan efisien.
lokasi stasiun penakar hujan. DAS Rondoningo merupakan kawasan
b. Inventori kondisi pos hujan dan kualitas yang telah berkembang dan didalamnya
data hidrologi terkumpul telah dibangun cukup banyak stasiun
Data hidrologi ini umumnya yang penakar hujan pada umumnya
digunakan yaitu data dari Dinas PU persebarannya tidak merata. Dalam analisis
SDA Provinsi Jawa Timur, Dari rasionalisasi stasiun penakar hujan
kualitas data dapat diperkirakan kondisi digunakan metode WMO, metode Kagan-
fisik pos dan prosedur operasi dan Rodda dan Metode Bobot (Score)
pemeliharaannya.  Analisis Metode World Meteorological
c. Data Curah Hujan Organization (WMO) dilakukan untuk
Data curah hujan yang tercatat di meninjau kerapatan sebaran stasiun
stasiun penakar hujan yang terletak penakar hujan yang sudah ada dalam
pada DAS Rondoningo , adalah curah suatu DAS Rondoningo. Kerapatan
ditentukan berdasarkan luas daerah
pengaruh masing-masing stasiun
penakar hujan dibandingkan dengan
standar luas menurut WMO. Luas
daerah pengaruh dihitung dengan
metode poligon Thiessen .
 Analisis Metode Kagan-Rodda
dilakukan untuk meninjau jumlah pos
hujan optimum yang dibutuhkan dalam
suatu DAS serta untuk mengatur
persebarannya yang ideal pada DAS
Rondoningo.
 Analisa Bobot (Score) dilakukan untuk
menghitung bobobt skala prioritas
setiap stasiun penakar hujan dan
berdasarkan nilai bobot dapat
ditentukan klasifikasi skala prioritas 1
(SP1), skala prioritas 2(SP2) dan Skala
prioritas 3 (SP3), selanjutnya untuk
memilih stasiun penakar hujan mana
yang akan dipertahankan dan stasiun
Gambar 1 : Diagram Alir Penyelesaian
penakar hujan yang ditutup
Studi

Diagram Alir Penyelesaian Studi HASIL ANALISA RASIONALISASI


Agar penyelesaian skripsi dapat
Analisa Metode WMO
dilakukan dengan benar dapat tercapai
Analisa kerapatan stasiun hujan
sesuai tujuan maka diperlukan adanya
berdasarkan standar WMO (World
gambaran secara sistematis secara garis
Meteorological Organization), didasarkan
besar tentang tahap pengerjaan penelitian
pada luasan daerah pengaruh masing-
berupa diagram alir penyelesaian studi
masing stasiun penakar hujan. Standar luas
seperti pada gambar sebagai berikut:
Daerah Pengaruh (Km2) persatuan Stasiun
Hujan, menurut WMO daerah pegunungan
idealnya luas daerah pengaruh antara 100 – No Nama Stasiun Luas Daerah Pengaruh Menurut Standar
Penakar hujan Km2 WMO
250 km2
1 Jurang jero 22 Terlalu Rapat
Berdasarkan peta sebaran stasiun penakar 2 Sumber Bendo 9 Terlalu Rapat
hujan DAS Rondoningo di buat poligon 3 Wangkal 34 Terlalu Rapat

Thiesen untuk menentukan luas daerah 4 Pandanlaras 68 Terlalu Rapat


5 Krucil 17 Terlalu Rapat
pengaruh masing-masing stasiun penakar
6 Bermi 53 Terlalu Rapat
hujan sepertigambar berikut:. 7 Krejengan 17 Terlalu Rapat
8 Katimoho 13 Terlalu Rapat

Analisa Metode Kagan- Rodda


Koefisien Variasi (Cv)
Koefisien Variasi dihitutung
berdasarkan data curah hujan rata-rata
tahunan dari 8 stasiun penakar hujan pada
DAS Rondoningo. Koefisien variasi
merupakan nilai perbandingan antara
standar deviasi hujan dengan rata rata
curah hujan tahunan Dari perhitungan
diperoleh nilaivariasi Cv= 0,209
Gambar.2. Peta Poligon Thiesen 8 stasiun
Koefisien Korelasi
penakar hujan
Berikut ini adalah tabel luas daerah Koefisien korelasi dapat dihitung
pengaruh dari 8 stasiun penakar hujan dan berdasarkan hubungan antara data korelasi
kerapatan terhadap standar WMO. hujan antara stasiun dan jarak antar stasiun
Tabel.1. Klasifikasi Luas daerah pengaruh hujan, Berdasarkan hubungan data jarak
terhadap Standar WMO antara stasiun hujan dan korelasi hujan
antar stasiun penakar hujan, dengan
proram excel dibuat grafik lengkung
eksponensial dan persamaan regresi
eksponensial seperti gambar berikut:
Tingkat kesalahan Z1, Z2, Panjang sisi
segi tiga Kagan L
Selanjutnya berdasarkan nilai
koefisien variasi (Cv) = 0,209 dan nilai
korelasi r(o)=0,350 dan jarak d(o) = 2,655
Km, luas Das 233 Km2 maka dapat
dihitung:
Gambar.3.Grafik dan persamaan regresi
1. Tingkat kesalahan perataan Z1,
eksponensial hubungan antara
2. Tingkat kesalahan interpolasi Z2, serta
Berdasarkan persamaam regresi 3. Dihitung panjang sisi segitiga Kagan

eksponensial y  0,350 e 0,3767x yang L

dipadankan dengan persamaam dasar Perhitungan Tingkat kesalahan perataan

Kagan maka diperoleh nilai koefisien Z1, kesalahan interpolasi Z2 dan panjang

korelasi r(o) sebesar 0,350 dan diperoleh sisi segitiga Kagan L seperti pada tabel

jarak d(o) = 2,655 Km sebagai berikut:

Tabel.2. Perhitungan Tingkat Kesalahan (Z1), (Z2), serta panjang sisi Kagan L
n Cv r(o) A(km2) d(o) Z1(%) Z2(%) L(Km)
1 0,209 0,350 233 2,655 0,170 1,068 16,33
2 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,905 11,55
3 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,823 9,43
4 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,769 8,17
5 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,729 7,30
6 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,699 6,67
7 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,674 6,17
8 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,654 5,77

Pada urutan n= 2 (jumlah stasiun penakar Dengan pertimbangan agar stasiun penakar
hujan 2), tingkat kesalahan Z1 sebesar hujan pada DAS Rondoningo ada yang
0,169 tetap tidak berubah pada hitungan posisinya mewakili kawasan DAS bagian
selanjutnya, sehingga pada DAS hulu, kawasan DAS bagian tengah dan
Rondoningo dapat ditentukan, cukup kawasan Das bagian hilir maka pada DAS
dipasang 2 atau 3 stasiun penakar hujan Rondoning ditetapkan dipertahankan 3
yang dibutuhkan. stasiun penakar hujan.
Kerapatan stasiun Penakar Hujan.
Dari hasil perhitungan diperoleh
panjang sisi segi tiga Kagan L= 9,43 km.
Untuk mengatur perataan posisi stasiun
penakar hujan di buat gambar jaring jaring
segitiga Kagan dengan panjang sisi segi
tiga Kagan L= 9,43 km. Dengan
menggunakan gambar jaring-jaring
segitiga Kagan dapat dievaluasi letak
stasiun penakar hujan dan tingkat Gambar.4 Ploting Jaring-Jaring segitiga
kerapatan stasiun hujan yang ada, dengan Kagan
cara mengeplot gambar jaring jaring
segitiga Kagan dioverlay diatas gambar Analisis Metode Bobot
peta sebaran stasiun penakar hujan. Dari analisa metode bobot dapat
Apabila dalam satu simpul jaring-jaring ditentukan besarnya bobot setiap stasiun
segitiga Kagan terdapat lebih dari satu penakarhujan, skala prioritas SP,
stasiun hujan maka ada satu yang Klasifikasi serta stasiun penakar hujan
dipertahankan lainya ditutup atau yang dipertahankan dan ditutup. Daftar
direlokasi. Untuk menempatkan stasiun stasiun penakar hujan yang dipertahankan
penakar hujan yang baru atau direlokasi dan ditutup pada DAS Rondoningo seperti
diletakkan pada simpul-simpul segitiga pada tabe sebagai berikut:
kagan yang kosong.
Tabel.5..Daftar Stasiun penakar Hujan yang dipertahankan dan ditutup
Skala Dipertahankan/
No Nama Pos Bobot Klasifikasi
Prioritas ditutup
1 Jurangjero 171 SP2 Sekunder Ditutup
2 Sbr. Bendo 165 SP2 Sekunder Ditutup
3 Wangkal 175 SP2 Primer/ Mutlag perlu Dipertahankan
4 Pandanlaras 189 SP1 Primer/Mutlag perlu Dipertahankan
5 Krucil 170 SP2 Sekunder Ditutup
6 Bermi 170 SP2 Sekunder Ditutup
7 Krejengan 167 SP2 Primer/Mutlag perlu Dipertahankan
8 Katimoho 167 SP2 Sekunder Ditutup

Analisa Curah hujan Rancangan yaitu 8,059 mm, dengan prosentase


Analisis Curah hujan rancangan terhadap curah hujan rancangan eksiting
dilakukan untuk mengetahui perubahan yang kecil antara 3,337 % s/d 7,957%.
besarnya hujan rancangan pada DAS Hal ini mempertegas bahwa pada
Rondoningo antara kondisi sebelum DAS Rondoningo tidak perlu dipasang
dirasionalisasi atau kondisi eksisting stasiun penakar hujan sebanyak 8 stasiun
dengan jumlah stasiun penakar hujan akan tetapi cukup dipasang 3 sasiun
sebanyak 8 lokasi dan kondisi setelah penakar hujan. Hal ini akan lebih
dirasionalisasi.dengan menggunakan data menguntungkan karena biaya operasional
hujan dari 3 stasiun penakar hujan.. dan pemeliharaanya stasiun penakar hujan
Analisa Curah hujan rancangan digunakan pada DAS Rondoningo akan lebih murah.
2 metode yaitu metode Gumbel dan
Metode Log Person III Hujan Rancangan Metode Log Pearson
Type III.
Hujan Rancangan Metode Gumbel. Berdasarkan hasil perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan curah curah hujan rancangan metode Log
hujan rancangan metode gumbel antara 8 Pearson III antara 8 stasiun penakar hujan
stasiun penakar hujan eksisting dan 3 sebelum dirasionalisasi dan 3 stasiun
stasiun penakar hujan setelah penakar hujan setelah dirasionalisasi
dirasionalisasi menunjukkan angka curah menunjukkan perbedaan curah hujan hujan
hujan rancangan yang selisihnya kecil rancangan yang cukup kecil yaitu antara
8,017 mm s/d 10,318 mm atau dengan Stasiun penakar hujan Pandanlaras,
prosentase 3,336 % sampai 7,051%. Krucil dan Bermi lokasinya berdekatan
terletak dalam satu simpul segitiga
Hal ini menunjukkan bahwa pada
Kagan. Stasiun penakar hujan
DAS Rondoningo tidak perlu dipasang
Krejengan dan Katimoho letaknya
stasiun penakar hujan sebanyak 8 stasiun
berdekatan terletak dalam satu simpul
akan tetapi cukup dipasang 3 satsiun
segitiga Kagan.
penakar hujan. Hal ini akan lebih
menguntungkan karena biaya operasional 3. Berdasarkan analisis rasionalisasi
dan pemeliharaanya stasiun penakar hujan Metode Kagan Rodda pada Das
pada DAS Rondoningo akan lebih murah. Rondoningo hanya diperlukan cukup 3
stasiun penakar hujan. Dengan analisis
PENUTUP
metode Bobot 3 stasiun penakar hujan
Kesimpulan yang dipertahankan yaitu penakar hujan
1. Berdasarkan standar Metode World Pandanlaras, Wangkal dan Krejengan,
Meteorological Organization (WMO) sedangkan 5 stasiun penakar hujan
idealnya luas daerah pengaruh setiap harus ditutup yaitu stasiun penakar
stasiun penakar hujan antara 100km 2 - hujan Jurangjero, Sumber bendo,
250km 2 . Dengan telah dibangunya 8 Krucil, Bermi dan Katimoho,.
stasiun penakar hujan pada DAS
4. Curah hujan rancangan dihitung dengan
Rondoningo seluas 233 km 2 , dapat metode Gumbel, dengan periode ulang
disimpulkan terlalu banyak dan terlalu 2 th, 5 th, 20 th, 25 th,50 th dan 100 th.
rapat, Daerah pengaruh semua stasiun Hasil perhitungan hujan rancangan
penakar hujan luasnya kecil dibawah antara 8 stasiun penakar hujan
2
100 km . Daerah pengaruh terkecil eksistinting dan 3 stasiun penakar hujan
2
stasiun Sumber Bendo seluas 9 km hasil rasionalisasi, besarnya hampir
dan Luas daerah pengaruh terbesar sama selisihnya kecil yaitu 8,059 mm.
adalah stasiun penakar hujan Prosentase selisih hujan rancangan
Pandanlaras seluas 68 km 2 . terhadap besarnya hujan rancangan 8
stasiun penakar hujan eksisting antara
2. Berdasarkan Analisa rasionalisasi
3,337 % s/d 7,957%.
metode Kagan Rodda kerapatan dan
Perhitungan hujan rancangan metode
sebaran lokasi stasiun penakar hujan
Log Pearson III antara 8 stasiun penakar
pada DAS Rondoningo tidak merata.
hujan eksisting dan 3 stasiun penakar Saran
hujan hasil dirasionalisasi, Berdasarkan hasil rasionalisasi
besarnyahampir sama selisihnya kecil stasiun penakar hujan disimpulkan bahwa
yaitu antara 8,017mm s/d 10,318mm. pada DAS Rondoningo hanya diperlukan 3
Prosentase selisih hujan rancangan stasiun Penakar Hujan yaitu Pandanlaras,
terhadap besarnya hujan rancangan 8 Wangkal dan Krejengan. Oleh karena itu
stasiun penakar hujan eksisting antara disarankan kepada Dinas PU SDA Provinsi
3,336 % sampai 7,051%. Dapat Jawa Timur untuk segera menutup 5
disimpulkan bahwa pada DAS Stasiun Penakar Hujan yaitu Stasiun
Rondoningo tidak perlu dipasang penakar hujan Jurangjero, Sumber bendo,
stasiun penakar hujan sebanyak 8 Krucil, Bermi dan Katimoho. Dengan
stasiun akan tetapi cukup dipasang 3 hanya 3 stasiun penakar hujan analisa
satsiun penakar hujan saja. hidrologi hasilnya tetap memadai
sedangkan biaya operasional dan
pemeliharaan akan jauh lebih murah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017. Rasionalisasi Hidrologi Wilayah Sungai Pekalen - Sampean, Laporan Akhir.
CAHAYA MANDIRI Consultan, Tidak Diterbitkan.
Chow, V. T., D. R. Maidment, and L. W. Mays. (1998). Applied Hydrology. Mc Graw Hill.
Singapore.
Limantara, Lily Montarcih, 2009. Hidrograf Satuan Sintetik Limantara (Studi kasus di sebagian
DAS Di Indonesia), Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 3, No.3 – 2009 ISSN 1978 – 5658.
Limantara, Lily Montarcih, 2010. Hidrologi Praktis. Bandung : Lubuk Agung.
Sri Harto Br. 1993. Analisa Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik edisi ke - 2. Jakarta : Erlangga.
Soewarno. 1995. Hidrologi : Aplikasi Model Statistik Untuk Analisa Data jilid 1. Bandung :
Nova.
Soewarno. 1995. Hidrologi : Aplikasi Model Statistik Untuk Analisa Data jilid 2. Bandung :
Nova.
Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Ofset.

Anda mungkin juga menyukai