Kata kunci: Penakar hujan eksisting, Rasionalisasi hidrologi, penakar hujan efektif dan
efisien
ABSTRACT: The Development of water resources requires hydrological analysis based on rainfall
data, discharge data, and correct climate data, to produce an effective, efficient water resources
planning, research and management.
The installation of multiple rainfall stations in a watershed is less effective because it requires high
operational and maintenance costs. To determine the ideal number of rain gauge station and its ideal
distribution, it is necessary to analyze rationalization of World Meteorological Organization (WMO)
method, Kagan Roda method and score method.
In the 233 Ha Rondoningo basin has been installed 8 rain gauge stations. According to WMO method
analysis it is considered to be too tight. Based on the rationalization of the Kagan Roda method and
the Score method only 3 rain gauge stations are maintained, while 5 rain gauge stations should be
closed .
The rain calculation of the Gumbel methodand Log Person III method, based on rain data between 8
rain gauge stations and from 3 rain gauge stations, resulted in a small difference of 8mm to 10 mm.
This confirms that in the Rondoningo basin there is no need to install 8 stations, but only 3 rain gauge
stations are enough to install.
Key words: existing rain gauge, hydrological rationalization, rain gauge effective and efficient.
PENDAHULUAN Lokasi studi berada pada DAS
Latar Belakang Rondoningo yang berfungsi sebagai daerah
penyangga dan memiliki potensi untuk
Pengembangan sumber daya air
pengembangan sumberdaya air di Wilayah
membutuhkan analisis hidrologi
Sungai Pekalen Sampean yang terletak di
berdasarkan data dasar hidrologi yang
Kabupaten Probolinggo.
terdiri dari data curah hujan, data debit,
Identifikasi Masalah
data iklim. Data dasar hidrologi yang
Pada DAS Rondoningo seluas 233
benar sangat penting, untuk menghasilkan
km2 pada saat ini telah terpasang 8 stasiun
perhitungan yang benar bagi suatu
penakar hujan yang sebaranya tidak
pengembangan, penelitian dan pengelolaan
merata. Menurut standar WMO setiap
sumber daya air.
stasiun penakar hujan idealnya memiliki
Data hujan diperoleh dari stasiun penakar
luas daerah pengaruh antara 100-250 km2
hujan yang dipasang disuatu daerah aliran
sehingga pada DAS Rondoningo
Sungai. Secara teoritis, semakin tinggi
seharusnya cukup dipasang hanya 2 stasiun
kerapatan stasiun hujan yang digunakan
penakar hujan. Oleh karena itu
maka akan semakin tinggi pula ketelitian
Rasionalisasi penakar hujan pada DAS
hasil analisa hidrologi. Akan tetapi
Rondoningo sangat penting dilakukan
pemasangan stasiun penakar hujan yang
untuk menentukan jumlah stasiun penakar
terlalu banyak pada suatu daerah aliran
hujan yang optimum, untuk mengetahui
sungai dapat berdampak pada kurang
pos-pos mana yang sangat dominan untuk
efektif dan kurang efisien karena
dipertahankan atau pos mana yang ditutup
membutuhkan biaya operasional dan
serta untuk menata kembali sebaran stasiun
pemeliharaan yang tinggi. Memperhatikan
penakar hujan yang ideal pada DAS
hal tersebut, maka perlu menentukan
Rondoningo.
jumlah stasiun penakar hujan dan
Batasan Masalah
penempatan jaringan stasiun hidrologi
Adapun batasan masalah yang diberikan
yang tepat, sehingga bisa menghasilkan
sebagai berikut :
analisa hidrologi yang tepat atau berapa
1. Lokasi studi berada pada DAS
jumlah stasiun penakar hujan yang perlu
Rondoningo terletak diwilayah
ditempatkan dalam suatu DAS untuk
Kabupaten Probolinggo.
memantau karakteristik hidrologi secara
akurat dan benar.
2. Analisia curah hujan rancangan 1. Mengetahui kerapatan stasiun penakar
menggunakan curah hujan maksimum hujan berdasarkan metode WMO.
rerata metode Poligon Thiesen. 2. Mengetahui jumlah dan sebaran
3. Analisa curah hujan rancangan stasiun penakar hujan yang ideal
menggunakan Gumbel dan Log Pearson berdasarkan metode Kagan –Rodda
Tipe III. dan metode Bobot.
4. Analisis kerapatan stasiun hujan 3. Mengetahui adanya perubahan
menggunakan standar WMO (World besarnya curah hujan rancangan akibat
Meteorological Organization), metode rasionalisasi stasiun penakar hujan.
Kagan-Rodda dan metode Bobot Manfaat pada penelitian ini adalah dapat
(Score). digunakan untuk mengevaluasi dan
Rumusan Masalah memonitoring stasiun penakar hujan pada
Adapun rumusan masalah yang dikaji DAS Rondoningo sehingga dapat
adalah: ditentukan jumlah dan sebaran stasiun
1. Bagaimana luas daerah pengaruh setiap penakar hujan yang ideal, sehingga
stasiun penakar hujan berdasarkan menjadi masukan bagi pengambil
standar metode WMO ? keputusan untuk pengelolaan stasiun
2. Bagaimana kerapatan sebaran stasiun penakar hujan pada DAS Rondoningo
penakar hujan berdasarkan metode yang lebih efektif dan efisien.
Kagan -Rodda ?
3. Berapakah idealnya jumlah stasiun TINJAUAN PUSTAKA
penakar hujan yang diperlukan dan
Umum
letak sebaran stasiun penakar hujan Dalam analisis hidrologi suatu DAS
yang diperlukan pada DAS diperlukan data-data hujan dari alat
Rondoningo berdasarkan metode penakar hujan tetapi terdapat dua masalah
Kagan-Rodda.? pokok, yaitu ( Harto,1993:19) :
4. Bagaimana perubahan besaran curah a. Ketetapan tentang jumlah stasiun
hujan rancangan berdasarkan jumlah hujan dan stasiun hidrometri (stasiun
dan sebaran stasiun penakar hujan pengamatan) yang akan digunakan
kondisi eksisting dan setelah di dalam analisis, termasuk didalamnya
rasionalisasi.? pola penyebaran stasiun dalam
Tujuan dan Manfaat Wilayah Sungai yang bersangkutan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
b. Berapa besar ketelitian yang dapat Analisa Hidrologi
dicapai oleh suatu jaringan Pengujian data hidrologi secara
pengamatan dengan kerapatan statistik bertujuan untuk mengetahui
tertentu. kualitas dan keandalan data sebelum
Dalam kaitan tercapainya kerapatan dilaksanakan perhitungan selanjutnya.
jaringan yang optimum dan informasi Pengujian data yang dilakukan dalam studi
maksimum, ada beberapa hal penting yang ini adalah uji outliers, uji konsistensi data
perlu diperhatikan, antara lain ( hujan dengan metode kurva massa ganda,
Harto,1993:20): uji ketiadaan trend dengan metode
a. Kerapatan optimum mengandung arti spearman dan uji stasioner, uji T dan uji F.
jumlah yang mencukupi dan Analisis Kerapatan dan Pola
penyebaran yang memadai di seluruh Penyebaran Stasiun Huja
DAS Dalam merencanakan jaringan,
b. Kerapatan hendaknya sedemikian rupa terdapat dua hal penting yang perlu
sehingga tidak terlalu tinggi karena dipertimbangkan, yaitu (Harto,1993:23):
akan mengangkut biaya pengadaan 1. Berapa jumlah stasiun yang
dan pengoperasian serta pemeliharaan diperlukan.
yang sangat mahal. 2. Dimana stasiun-stasiun itu akan
c. Penyebaran hendaknya dilakukan dipasang.
sedemikian rupa sehingga variabilitas Disadari bahwa semakin tinggi
ruang DAS dapat teramati dengan kerapatan jaringan pengamatan akan
baik. makin tinggi ketelitian yang dapat
d. Perencanaan jaringan yang dipandang diperoleh, akan tetapi akibatnya, biaya
terbaik adalah yang didasarkan pada pengadaan dan operasinya menjadi sangat
analisis ekonomi, baik dalam mahal. Komponen biaya yang perlu
kaitannya dengan pengembangan fisik diperhatikan antara lain:
jaringannya sendiri maupun kaitannya 1. Biaya pengadaan dan pemasangan alat
dengan nilai ekonomi kecermatan 2. Gaji operator
data/ informasi yang didapat. 3. Biaya operasional dan pemeliharaan
Dengan demikian akan diperoleh 4. Biaya penulisan, penyimpanan dan
sebaran pos hujan yang efisien dengan penerbitan data
ketelitian yang cukup pada semua titik
pengamatan.
Biaya tersebut harus tersedia sampai 2. Kebutuhan data yang dapat disediakan
suatu saat (bila memungkinkan) stasiun dengan keadaan jaringan stasiun hujan
tersebut tidak diperlukan lagi. yang telah ada dapat terpenuhi.
Kerapatan stasiun penakar hujan 3. Dapat memberikan petunjuk dan
Standar WMO gambaran tentang pola penyebaran
Badan Meteorologi Dunia World stasiun hujan, untuk tingkat kesalahan
Meteorological Organization, (WMO) tertentu.
memberikan pedoman kerapatan jaringan Persamaan Kagan-Rodda
stasiun hujan (tabel1) di beberapa daerah. Persamaan-persamaan yang
Semakin besar variasi hujan semakin dipergunakan untuk analisis jaringan
banyak jumlah stasiun yang diperlukan Kagan-Rodda adalah sebagai berikut
(Triatmodjo, 2010:29). (Harto,1993:31):
d
d o
rd r0 .e
Tabel.1. Kerapatan jaringan stasiun hujan
menurut WMO 0,23 A
1 ro
Kerapatanjaringan minimum d n
Daerah 0
(Km2/sta) Z1 Cv .
n
Daerah datar Beriklim sedang, Laut tengah dan Tropis
A
0,52.r0 .
- Kondisi Normal 600-900
Z 2 Cv .
1
1 r0 n
3 d 0
- Daerah pegunungan 100-250
Pulau kecil bergunung (<20.000 km2) 25 A
L 1,07
Daerah kering dan kutub 1500-10000 n
Dimana:
Sumber :Triatmodjo 2010:29
r(d) = Koefisien korelasi untuk jarak stasiun
sejauh d
Analisa Kerapatan Jaringan Stasiun
r(0) = Koefisien korelasi untuk jarak yang
Penakar Hujan Metode Kagan - Rodda
sangat pendek
Metode Kagan-Rodda telah banyak
d = Jarak antar stasiun (km)
digunakan untuk menetapkan jaringan
d(0)= Radius korelasi
stasiun hujan pada beberapa DAS.
Cv= Koefisien variasi
Pemilihan cara ini didasarkan pada sifat
A = Luas DAS (km2)
cara Kagan-Rodda sebagai berikut:
N = Jumlah stasiun penakar hujan
1. Sederhana dalam prosedur dan
Z1 = Kesalahan perataan (%)
perhitungan.
Z2 = Kesalahan Interpolasi (%) Ukuran yang digunakan untuk menyatakan
L = Panjang sisi segitiga kagan (km) seberapa kuat hubungan antara dua
variabel (terutama data kuantitatif)
Koefisien Variasi dinamakan koefisien korelasi (r), yang
Koefisien variasi merupakan variasi dapat pula dirumuskan dengan persamaan
relatif dari suatu variabel terhadap nilai sebagai berikut :
rata-rata aljabarnya, yang dapat dihitung
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
n
X i
Dimana :
X i 1
n r = Koefisien korelasi
X
2 n = Jumlah data
i X
S i 1 Xi = Data hujan pada stasiun X
n 1 Yi = Data hujan pada stasiun Y
S
Cv Analisa Bobot (Score)
X
Dalam Analisa Bobot dihitung suatu
Dimana :
Cv = Koefisien variasi
besaran angka yang menggambarkan
X = Nilai rata-rata
menggunakan data tata letak stasiun
penakar hujan pada DAS, tingkat
hubungan antara kerapatan jaringan (jarak kondisi fidik bangunan pos hujan
antar stasiun) dengan sifat statistik hujan dilapangan , lama pencatatan data hujan,
umum dapat ditentukan hubungan anatara Berdasarkan analisa bobot dapat digunakan
jarak antar stasiun dengan korelasi hujan kondisi stasiun penakar hujan dari berbagai
dari masing-masiing stasiun hujan. Dengan faktor sehingga dapat digunakan untuk
dapat ditetapkan, maka jarak antar stasiun dipertahankan, ditutup atau direlokasi.
yang dibutuhkan dalam suatu jaringan Berdasarkan nilai bobot maka dapat
dapat pula ditentukan. diklasifikasikan pos hujan:
Mutlak-Perlu, dipilih sebagai pos (SP1); Skala prioritas Kedua (SP2) dan
primer yang harus dipertahankan skala prioritas Ketiga (SP3).
Pos penakar hujan yang masih berfungsi Penentuan bobot setiap stasiun penakar
perlu dilanjutkan pengoperasiannya hujan dihitung menggunakan rumus
dengan skala prioritas, ditentukan berikut ini :
sebagai pos sekunder atau pos khusus. n
SP Fi ki
Pos yang masih berfungsi atau pos yang
sudah tidak difungsikan. diusulkan Dalam hal ini :
dihentikan pengoperasiannya/ditutup SP = nilai bobot
a. Pos Hujan Klasifikasi Mutlak-Perlu F = nilai dari faktor penentu
Pos hujan yang termasuk klasifikasi k = koefisien faktor penentu
mutlak-perlu dipilih berdasarkan fungsi i = 1, 2, 3,.... ...... n banyaknya faktor
dan kondisi lokasi di lapangan. Pos penentu.
tersebut mutlak diperlukan untuk
mendapatkan kondisi hujan di lokasi Curah Hujan Rerata Daerah
tersebut dan mempunyai fungsi yang Curah hujan yang diperlukan untuk
sangat penting dalam analisis hidrologi, penyusunan suatu rencana rancangan
seperti membuat suatu warming system pemanfaatan air dan rencana rancangan
untuk bahaya banjir. Sesuai dengan pengendalian banjir adalah curah hujan
fungsinya maka pos tersebut dipilih rata-rata daerah (area rainfall), bukan
jenis pos hujan otomatik. Tanpa adanya curah hujan pada suatu titik tertentu (point
data dari pos tersebut maka analisis rainfall). Curah hujan ini disebut curah
hidrologi yang terkait tidak akan akurat, hujan wilayah/daerah dan dinyatakan
meskipun berdasarkan kondisi lapangan dalam milimeter (Sosrodarsono, 2006:27).
pos tersebut mungkin sekali perlu
dilakukan rehabilitasi atau bahkan Metode Poligon Thiessen
realokasi. Curah hujan rerata dengan metode
b. Pos Hujan Klasifikasi Perlu Thiessen ini dapat dihitung dengan
Pos hujan Klasifikasi Perlu persamaan sebagai berikut
ditentukan dengan metode analisis
A1d1 A2 d 2 A3 d 3 ..... An d n
bobot (skor), sehingga diperoleh stasiun d
A1 A2 A3 .... An
penakar hujan skala prioritas : Pertama
dengan :
A = luas Daerah aliran sungai Menghitung harga logaritma rata-rata
D = tinggi curah hujan rata-rata daerah dengan rumus :
aliran sungai Logx i
Logx n = jumlah data
d1, d2, d3,…dn = tinggi curah hujan di pos n
1, 2, 3,…n Menghitung harga simpangan baku dengan
A1, A2, A3..An = luas daerah pengaruh di rumus :
pos 1, 2, 3,…n 2
(Logx i Logx)
Si
n 1
Curah Hujan Rancangan
Menghitung harga koefisien kemencengan
Curah hujan rancangan adalah hujan
dengan rumus :
terbesar tahunan yang mungkin terjadi di
n Logx i Logx
suatu daerah dengan periode ulang Cs
n 1n 2Si 3
tertentu. Ada beberapa metode untuk
Menghitung logaritma x dengan rumus :
menghitung besarnya curah hujan
rancangan antara lain Gumbel dan Log LogX Logx G * S
Untuk menentukan macam Analisis Log X = Logaritma rerata dari curah hujan
frekuensi, perlu dihitung parameter- Log Xi = Logaritma curah hujan tahun ke I
parameter statistik seperti koefisien Cs, G = Konstanta Log Pearson Type III,
Kagan maka diperoleh nilai koefisien Z1, kesalahan interpolasi Z2 dan panjang
korelasi r(o) sebesar 0,350 dan diperoleh sisi segitiga Kagan L seperti pada tabel
Tabel.2. Perhitungan Tingkat Kesalahan (Z1), (Z2), serta panjang sisi Kagan L
n Cv r(o) A(km2) d(o) Z1(%) Z2(%) L(Km)
1 0,209 0,350 233 2,655 0,170 1,068 16,33
2 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,905 11,55
3 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,823 9,43
4 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,769 8,17
5 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,729 7,30
6 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,699 6,67
7 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,674 6,17
8 0,209 0,350 233 2,655 0,169 0,654 5,77
Pada urutan n= 2 (jumlah stasiun penakar Dengan pertimbangan agar stasiun penakar
hujan 2), tingkat kesalahan Z1 sebesar hujan pada DAS Rondoningo ada yang
0,169 tetap tidak berubah pada hitungan posisinya mewakili kawasan DAS bagian
selanjutnya, sehingga pada DAS hulu, kawasan DAS bagian tengah dan
Rondoningo dapat ditentukan, cukup kawasan Das bagian hilir maka pada DAS
dipasang 2 atau 3 stasiun penakar hujan Rondoning ditetapkan dipertahankan 3
yang dibutuhkan. stasiun penakar hujan.
Kerapatan stasiun Penakar Hujan.
Dari hasil perhitungan diperoleh
panjang sisi segi tiga Kagan L= 9,43 km.
Untuk mengatur perataan posisi stasiun
penakar hujan di buat gambar jaring jaring
segitiga Kagan dengan panjang sisi segi
tiga Kagan L= 9,43 km. Dengan
menggunakan gambar jaring-jaring
segitiga Kagan dapat dievaluasi letak
stasiun penakar hujan dan tingkat Gambar.4 Ploting Jaring-Jaring segitiga
kerapatan stasiun hujan yang ada, dengan Kagan
cara mengeplot gambar jaring jaring
segitiga Kagan dioverlay diatas gambar Analisis Metode Bobot
peta sebaran stasiun penakar hujan. Dari analisa metode bobot dapat
Apabila dalam satu simpul jaring-jaring ditentukan besarnya bobot setiap stasiun
segitiga Kagan terdapat lebih dari satu penakarhujan, skala prioritas SP,
stasiun hujan maka ada satu yang Klasifikasi serta stasiun penakar hujan
dipertahankan lainya ditutup atau yang dipertahankan dan ditutup. Daftar
direlokasi. Untuk menempatkan stasiun stasiun penakar hujan yang dipertahankan
penakar hujan yang baru atau direlokasi dan ditutup pada DAS Rondoningo seperti
diletakkan pada simpul-simpul segitiga pada tabe sebagai berikut:
kagan yang kosong.
Tabel.5..Daftar Stasiun penakar Hujan yang dipertahankan dan ditutup
Skala Dipertahankan/
No Nama Pos Bobot Klasifikasi
Prioritas ditutup
1 Jurangjero 171 SP2 Sekunder Ditutup
2 Sbr. Bendo 165 SP2 Sekunder Ditutup
3 Wangkal 175 SP2 Primer/ Mutlag perlu Dipertahankan
4 Pandanlaras 189 SP1 Primer/Mutlag perlu Dipertahankan
5 Krucil 170 SP2 Sekunder Ditutup
6 Bermi 170 SP2 Sekunder Ditutup
7 Krejengan 167 SP2 Primer/Mutlag perlu Dipertahankan
8 Katimoho 167 SP2 Sekunder Ditutup
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017. Rasionalisasi Hidrologi Wilayah Sungai Pekalen - Sampean, Laporan Akhir.
CAHAYA MANDIRI Consultan, Tidak Diterbitkan.
Chow, V. T., D. R. Maidment, and L. W. Mays. (1998). Applied Hydrology. Mc Graw Hill.
Singapore.
Limantara, Lily Montarcih, 2009. Hidrograf Satuan Sintetik Limantara (Studi kasus di sebagian
DAS Di Indonesia), Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 3, No.3 – 2009 ISSN 1978 – 5658.
Limantara, Lily Montarcih, 2010. Hidrologi Praktis. Bandung : Lubuk Agung.
Sri Harto Br. 1993. Analisa Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik edisi ke - 2. Jakarta : Erlangga.
Soewarno. 1995. Hidrologi : Aplikasi Model Statistik Untuk Analisa Data jilid 1. Bandung :
Nova.
Soewarno. 1995. Hidrologi : Aplikasi Model Statistik Untuk Analisa Data jilid 2. Bandung :
Nova.
Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Ofset.