Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN

JAMINAN MUTU
PENGELOLAAN HIDROLOGI

Tahun 2007

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Ruang Lingkup

BAB II KETENTUAN UMUM


2.1. Dasar Hukum
2.2. Pengertian
2.3. Kedudukan Pedoman

BAB III SUMBER DAYA MANUSIA


3.1. Penjaga Pos
3.2. Pengukur Debit dan Sedimen
3.3. Pengkalibrasi Alat
3.4. Pengolah Data
3.5. Penganalisa Data
3.6. Pengirim Data
3.7. Penyimpan Data

BAB IV KEGIATAN PENGELOLAAN HIDROLOGI


4.1. Perencanaan Jaringan Pengamatan Hidrologi
4.2. Survei Penempatan Pos
4.3. Pembangunan Pos
4.4. Pencatatan Data Hidrologi
4.5. Pengukuran Debit & Pembuatan Lengkung Debit (Rating Curve)
4.6. Pengambilan Sampel dan Uji Laboratorium
4.7. Pengolahan Data Dasar
4.8. Penyajian Data Hidrologi
4.9. Analsis Data
4.10. Pengelolaan Data Base dan Sistem Informasi
4.11. Publikasi Data
4.12. Pemeliharaan Bangunan dan Peralatan
4.13. Pembinaan & Pelatihan
4.14. Kalibrasi dan Serifikasi Peralatan

BAB VI PENUTUP

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketersediaan data dan informasi hidrologi yang memadai, akurat, tepat waktu dan
berkesinambungan sudah menjadi tuntutan mendesak untuk dapat segera diwujudkan,
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004.
Namun kenyataannya hingga saat ini kualitas data hidrologi yang ada, dapat dikatakan secara
umum masih rendah. Sehingga untuk mewujudkan cita-cita tersebut harus didukung usaha
pengelolaan hidrologi yang lebih professional mulai dari tingkat Pusat hingga Daerah.

Pengelolaan hidrologi merupakan kegiatan yang mencakup perencanaan, inventarisasi,


pengolahan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan baik data dan informasi hidrologi, pos
/ bangunan hidrologi, termasuk peralatan hidrologi sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya
air.

Kegiatan hidrologi di Indonesia saat ini dikelola oleh 13 (tiga belas) lembaga, baik Pemerintah,
swasta dan perguruan tinggi. Lembaga tersebut antara lain adalah Departemen Pekerjaan
Umum, Badan Meteorologi dan Geofisika, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Pemda Propinsi dan Kab./Kota, LIPI, BPPT,
Bakosurtanal, TNI, Batan, Perguruan Tinggi dan Masyarakat Hidrologi Indonesia. Banyak
keterlibatan lembaga tersebut dengan berbagai kepentingan masing-masing menyebabkan
pengelolan hidrologi di Indonesia menjadi tidak efisien dan kurang terkoordinasi secara baik.

Berdasarkan hasil pemantauan, banyak ditemui lokasi pos disuatu tempat yang sangat rapat dan
dimiliki oleh beberapa lembaga. Hal ini menjadi salah satu bukti, bahwa pengelolaan hidrologi
yang dilakukan saat ini belum terkoordinasi dengan baik, yang akan berdampak pada
pengeluaran anggaran Negara untuk pengelolaan hidrologi menjadi tidak efisien, karena
beberapa lembaga melakukan kegiatan yang serupa.

Berdasarkan data yang ada sampai dengan saat ini, kondisi pos / alat hidrologi yang ada/
terpasang sangat memprihatinkan, hampir 60% pos / alat hidrologi yang ada telah mengalami
kerusakan atau hilang serta sangat tergantung pada produksi luar negeri. Selain permasalahan
tersebut, yang tidak kalah penting untuk mendapatkan perhatian adalah kondisi SDM para
pengelola hidrologi, yang relatif sedikit dari sisi jumlah maupun kompetensinya, sarana prasarana
penunjang serta ketersediaan dana Operasi dan Pemeliharaan yang sangat terbatas sehingga
akan berdampak secara langsung pada mutu dan kesinambungan data hidrologi yang dihasilkan.

1
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Terwujudnya pedoman dalam pengelolaan hidrologi yang memenuhi standar mutu sehingga
dapat diperoleh data yang memadai, akurat dan mudah diakses, lebih optimal dalam
pemanfaatan waktu dan sumberdaya, lebih jelas wewenang dan tanggung jawab serta
terjaminnya komunikasi antar pengelola yang lebih jelas dan baik.

1.2.2. Tujuan
Tersedianya data hidrologi yang memadai, akurat, tepat waktu, berkesinambungan dan dikelola
dengan efektif dan efisien serta dapat dipercaya dalam pengelolaan sumber daya air, baik secara
nasional maupun internasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sebagai berikut :


1. Mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan di lingkungan Ditjen. Sumber
Daya Air.
2. Mewujudkan standar mutu dan sertifikasi bagi pelaksanaan pengelolaan hidrologi.
3. Mewujudkan ketersediaan pendanaan yang cukup bagi pelaksanaan pengelolaan hidrologi.
4. Mendorong produksi dan penggunaan peralatan hidrologi nasional.

1.3. Ruang Lingkup


a. Sumber Daya Manusia.
b. Kegiatan Pengelolaan Hidrologi.
- Perencanaan Jaringan Pengamatan Hidrologi.
- Survei Penempatan Pos.
- Pembangunan Pos.
- Pencatatan Data Hidrologi.
- Pengukuran Debit & Pembuatan Lengkung Debit (Rating Curve).
- Pengambilan Sampel dan Uji Laboratorium.
- Pengolahan Data Dasar.
- Penyajian Data Hidrologi.
- Analisis Data.
- Pengelolaan Data Base dan Sistem Informasi.
- Publikasi.
- Pemeliharaan Bangunan dan Peralatan.
- Pembinaan & Pelatihan.
- Kalibrasi dan Sertifikasi Peralatan.

2
BAB II
KETENTUAN UMUM

2.1. Dasar Hukum


a. Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
b. Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
c. Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
d. Undang Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
e. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai
f. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Kualitas Air
g. Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika No. SK. 37/KT.104/KB/BMG-06 tanggal
9 Januari 2006 tentang Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan Data
Hidrometeorologi.
h. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 509/KPTS/M/2001 tentang Pengelolaan Hidrologi
i. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 427/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Teknik Penyusunan
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Hidrologi
j. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 156/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penggunaan
Perangkat Lunak (Software) Pengelolaan Data dan Informasi Hidrologi
k. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 404/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Monitoring dan
Pengawasan Pos Hidrologi
l. Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air No. 117/KPTS/D/2003 tanggal 26 maret 2003
tentang Penyempurnaan Pedoman-pedoman pelaksanaan Penerapan Jaminan Mutu Bidang
Pengairan.

2.2. Pengertian
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
a. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
Presiden beserta para menteri.

b. Manajemen mutu adalah upaya sistematis melalui fungsi perencanaan, pelaksanaan,


pengendalian serta tindak lanjut terhadap semua aspek internal maupun eksternal dalam
suatu unit kerja, yang meliputi seluruh sumber daya, guna merealisasikan komitmen,
kebijakan dan sasaran mutu yang telah ditetapkan dalam rangka memberikan kepuasan
pelanggan untuk massa sekarang dan masa yang akan datang.

c. Komitmen mutu adalah suatu tekad yang diprakarsai dan digalang oleh pimpinan unit kerja
beserta seluruh jajarannya untuk melaksanakan kebijakan mutu secara konsisten dan
berkelanjutan dalam rangka mewujudkan mutu dan kepuasan pelanggan.

3
d. Kebijakan mutu adalah pernyataan resmi dan terdokumentasi dari pimpinan unit kerja yang
menegaskan komitmen mutu dan menetapkan arah serta tujuan unit kerja tersebut dalam
rangka merealisasikan komitmen mutu dan sasaran yang telah ditetapkan.

e. Mutu adalah kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditetapkan.

f. Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau menggunakan jasa atau produk
dari proses sebelumnya.

g. Pengendalian adalah kegiatan yang berorientasi pada pencapaian tujuan, mencegah


penyimpangan dan melakukan tindakan koreksi untuk menjaga agar supaya kegiatan
tersebut tetap berada pada tujuan serta berada dalam batas toleransi persyaratan atau
kriteria yang ditetapkan.

h. Pengendalian Proses adalah upaya menjaga agar suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan
tetap berada pada tujuan yang telah ditetapkan serta berada dalam batas toleransi
persyaratan atau criteria yang telah ditetapkan dan melakukan tindakan koreksi bila terjadi
penyimpangan.

i. Proses adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang merubah masukan (input)
menjadi keluaran (output).

j. Prosedur Mutu adalah dokumen yang merupakan bagian dari Sistem Manajemen Mutu yang
isinya menjelaskan mekanisme tentang bagaimana suatu proses atau kegiatan yang
melibatkan lebih dari satu bagian, dilaksanakan secara terkendali dan konsisten dalam upaya
mencapai tujuan yang direncanakan.

k. Instruksi Kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi yang dibuat secara rinci, spesifik dan
bersifat instruktif, yang dipergunakan oleh petugas sebagai acuan dalam melaksanakan
suatu pekerjaan yang spesifik untuk dapat mencapai hasil kerja yang sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan.

l. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di
darat.

m. Hidrologi adalah hal-hal yang berhubungan dengan air di bumi, yang terkait dengan
terjadinya, peredarannya, sifat-sifat kimia, fisika dan interaksinya dengan lingkungan.

n. Klimatologi adalah hal-hal yang terkait tentang fenomena iklim pada suatu tempat atau
wilayah.

o. Pengelolaan hidrologi adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan


mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan hidrologi.

p. Hidrologi air hujan (hidrometeorologi) adalah semua aspek pengelolaan yang berkaitan
dengan air hujan yang terdapat di atmosfer dan interaksinya dengan air permukaan.

4
q. Hidrologi air permukaan (hidrologi) adalah semua aspek pengelolaan yang berkaitan
dengan air yang terdapat pada dan/atau mengalir dipermukaan tanah dan interaksinya
dengan air hujan dan air tanah.

r. Hidrologi air tanah (hidrogeologi) adalah semua aspek pengelolaan yang berkaitan dengan
air yang berada di bawah permukaan tanah pada lajur / zona jenuh dan interaksinya dengan
air permukaan.

s. Pos pengamatan adalah suatu tempat/lokasi yang ditetapkan melalui tahapan survei dan
perencanaan jaringan hidrologi yang difungsikan sebagai pemantau kareteristik hidrologi.

t. Stasiun pengamatan adalah pos atau kumpulan dari beberapa pos pengamatan yang terdiri
dari peralatan pemantau karakteristik hidrologi yang lebih dari satu jenis.

2.3. Kedudukan Pedoman


Pedoman ini merupakan acuan nasional untuk seluruh pengelola hidrologi dalam melaksanakan
kegiatan pengelolaan hidrologi.

5
BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA

3.1. Kualifikasi

3.1.1. Penjaga Pos

a. Penjaga Pos
Syarat untuk menjadi penjaga adalah sehat jasmani rohani, mempunyai pekerjaan lain,
minimal dapat baca-tulis, tempat tinggal dekat pos serta mempunyai dedikasi tinggi. Usia
berkisar antara 35 – 60 tahun, apabila mungkin dapat dibuktikan dengan surat kelahiran.

b. Kehadiran
Kehadiran penjaga pos dalam melakukan penjagaan pos dan pencatatan akan dievaluasi
berdasarkan hasil analisa rekaman kehadiran melalui alat check clock.

3.1.2. Pengukur Debit dan Sedimen


Berpendidikan minimal setara SLTA, sehat jasmani rohani dan memiliki ketrampilan pelaksanaan
pengukuran debit dan sedimen dalam kondisi aliran dan penampang sungai yang beragam.

3.1.3. Pengkalibrasi Alat


Berpendidikan minimal setara D3, sehat jasmani rohani dan memiliki keahlian dalam
mengkalibrasi peralatan hidrologi serta bersertifikat dari instansi yang berwenang.

3.1.4. Pengolah Data


Berpendidikan minimal setara D3, sehat jasmani rohani dan memiliki keahlian dalam mengolah
data serta pernah memperoleh pelatihan dasar untuk pengolahan data.

3.1.5. Penganalisa Data


Berpendidikan minimal setara S1, sehat jasmani rohani dan memiliki keahlian dalam analisa data
dan komputerisasi.

6
3.1.6. Pengirim Data
Berpendidikan minimal setara SLTA / SMK (elektronika), sehat jasmani rohani dan memiliki
keahlian dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi.

3.1.7. Penyimpan Data


Berpendidikan minimal setara SLTA / SMK (elektronika), sehat jasmani rohani dan memiliki
keahlian dalam Teknologi Informasi.

3.2. Pengadaan Sumber Daya Manusia

3.2.1. Petugas Baru


Pengadaan sumber daya manusia untuk petugas baru dilaksanakan melalui seleksi sesuai
dengan peraturan yang ada.

3.2.2. Petugas yang Sudah Ada


Untuk petugas yang sudah ada, perlu dilakukan pembinaan untuk mencapai ketrampilan yang
dipersyaratkan sesuai dengan bidang masing-masing.

3.2.3. Perikatan dan Pemutusan Kerja Petugas Penjaga Pos


a. Perikatan Kerja
Penugasan penjaga pos dilakukan dengan kesepakatan kerja tertulis.

b. Pemutusan Kerja
Pemutusan kesepakatan kerja dapat dilakukan secara sepihak oleh pemberi tugas untuk
beberapa kondisi sebagai berikut:
- Petugas tidak melaksanakan instruksi kerja yang telah ditetapkan.
- Kondisi kesehatan petugas secara fisik dan mental tidak mampu melaksanakan instruksi
kerja.
- Pos dan peralatan sudah tidak difungsikan lagi.
Tata cara pemutusan kesepakatan kerja mengikuti peraturan perundang-undangan.

7
BAB IV
KEGIATAN PENGELOLAAN HIDROLOGI

4.1. Perencanaan Jaringan Pengamatan Hidrologi


Perencanaan jaringan pos pengamatan hidrologi bertujuan untuk menentukan jumlah serta lokasi
penempatan pos yang memadai (efektif - efisien) dan mampu memantau secara akurat kondisi
karakteristik hidrologi dari suatu daerah aliran sungai (DAS) yang mendukung pengelolaan
sumber daya air di suatu wilayah sungai (WS).

4.1.1. Jenis dan Kategori Pos


Untuk menunjang pemantauan kondisi karakteristik hidrologi dalam DAS, diperlukan untuk
pemasangan alat pengamatan hidrologi, yang meliputi :
a. Pos hujan,
b. Pos klimatologi,
c. Pos duga muka air permukaan,
d. Pos duga muka air tanah,
e. Pos pemantauan kualitas air.

Perencanaan jaringan pos hidrologi mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan atau
World Meteorological Organization (WMO) dengan memperhatikan kriteria desain jaringan
terpadu (integrated network design) dalam suatu DAS atau WS.

Rasionalisasi jaringan pengamatan pos hidrologi dapat dilakukan setelah melalui tahap evaluasi
agar dicapai jaringan hidrologi yang memadai.

Kategori pos hidrologi ada 3 (tiga), yaitu :


a. Pos primer, dioperasikan dalam jangka waktu tidak terbatas untuk semua sektor bagi
keperluan prakiraan dan analisis sumber daya air.
b. Pos sekunder, dioperasikan sesuai kebutuhan dengan tujuan menambah ketelitian untuk
keperluan tertentu.
c. Pos khusus, dibangun untuk keperluan jangka pendek, guna perencanaan konservasi,
pendayagunaan dan pengendalian daya rusak serta dapat ditingkatkan menjadi pos
sekunder.

4.1.2. Kriteria Penyebaran dan Jumlah Pos


Kriteria penyebaran dan jumlah pos, didasarkan pada :
a. Kerapatan pos hidrologi DAS mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) atau World
Meteorological Organization (WMO).
b. Kondisi geografis dalam suatu DAS (hulu, tengah dan hilir) yang digunakan untuk keperluan
konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak.
c. Keberadaan bangunan prasarana sumber daya air.
8
4.2. Survei Penempatan Pos Hidrologi
Penetuan lokasi, jenis pos dan bangunan pelengkap lainnya didasarkan pada hasil survei.
a. Untuk survei penempatan pos hujan dan klimatologi mengikuti prosedur yang dikeluarkan
oleh Keputusan Kepala BMG No. SK.32/TL.202/KB/BMG-2006 dan Pedoman Teknis
Puslitbang SDA No. Pd. T-23-2004-A.
b. Untuk survei penempatan pos duga muka air mengikuti SNI No. 03-2526-1991.
c. Untuk survei penempatan pos duga muka air tanah mengikuti prosedur yang dikeluarkan oleh
Departemen Energi Sumber Daya Mineral.
d. Untuk survei penempatan pos pemantauan kualitas air mengikuti SNI No. 03-7016-2004 (SK
BSN No. 13/Kep/BSN-SNI 04/05/2004)

4.3. Pembangunan Pos


Pembangunan setiap jenis pos hidrologi harus memenuhi persyaratan dari masing-masing jenis
pos dan standar keamanan yang diperlukan. Persyaratan dan keamanan yang dimaksud antara
lain :
a. Persyaratan dan keamanan bangunan untuk pos hujan dan klimatologi mengacu pada
pedoman Keputusan Kepala BMG No. SK. 37/KT. 104/KB/BMG-2006 dan Pedoman Teknis
Puslitbang Sumber Daya Air No. Pd. T-23-2004-A.
b. Persyaratan dan keamanan bangunan untuk pos duga muka air mengacu pada SNI No. 03-
2526-1991 dan SNI No. 03-1724-1989.
c. Persyaratan dan keamanan bangunan untuk pos duga muka air tanah mengacu pada
prosedur yang dikeluarkan oleh Departemen Energi Sumber Daya Mineral.
d. Persyaratan dan keamanan bangunan untuk pos pemantauan kualitas air mengacu pada SNI
03-7016-2004 (SK BSN No. 13/Kep/BSN-SNI 04/05/2004)

4.4. Pencatatan Data Hidrologi


Semua peralatan pencatatan hidrologi yang beroperasi harus mempunyai sertifikasi kalibrasi. Hal
ini untuk menjamin keakuratan rekaman alat terhadap fenomena hidrologi yang terjadi.
4.4.1. Peralatan Hidrologi
Untuk penggantian dan pengadaan peralatan pencatatan hidrologi, diutamakan dengan
menggunakan produksi dalam negeri sesuai peraturan perundangan.

4.4.2. Pencatatan Data Hidrologi


a. Petunjuk pencatatan hujan dan klimatologi mengacu pada Keputusan Kepala BMG
No.SK.37/KT. 104/KB/BMG-2006 dan Keputusan Menteri Kimpraswil No. 404/KPTS/M/2002.
b. Petunjuk pencatatan duga muka air mengacu RSNI T-03-2004.
c. Petunjuk pencatatan duga muka air tanah mengacu RSNI T-03-2004.
d. Petunjuk pemantauan kualitas air mengacu SNI No. 03-7016-2004.

4.5. Pengukuran Debit dan Pembuatan Lengkung Debit (Rating Curve)


Metoda pengukuran debit sungai mengacu pada standar, sebagi berikut :
a. SNI No. 03-2414 -1991 untuk pengukuran debit sungai dan saluran terbuka.

9
b. SNI No. 03-2819 -1992 untuk pengukuran debit sungai dan saluran terbuka dengan alat ukur
tipe arus baling-baling.
c. SNI No. 03-2820-1992 untuk pengukuran debit sungai dan saluran terbuka dengan
pelampung permukaan.
d. SNI No. 03-3413-1994 untuk pengukuran debit puncak sungai dengan cara tidak langsung
(slope area method).
e. Metode pembuatan lengkung debit (rating curve) mengacu pada SNI 03-2822-1992.

4.6. Pengambilan Sampel dan Uji Laboratorium


Pengambilan sampel dan uji laboratorium dilakukan untuk pengukuran sedimen dan kualitas air.
a. Tata cara dan petunjuk pengambilan contoh muatan sedimen mengacu pada SNI 03-3414-
1994 tentang Metode Pengambilan Contoh Muatan Sedimen Melayang di Sungai dengan
Cara Integrasi Kedalaman Berdasarkan Pembagian Debit.
b. Tata cara dan petunjuk pengambilan contoh muatan dasar (bed load) mengacu pada RSNI T-
01-2005.
c. Tata cara dan petunjuk pengambilan contoh kualitas air mengacu pada SNI 03-7016-2004
(SK BSN No. 13/ Kep/ BSN-SNI.04/ 05/ 2004) serta SNI 06-2412-1991.

Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui nilai parameter kualitas air untuk berbagai keperluan
(air minum, air irigasi, air industri) mengacu pada pedoman teknis dan petunjuk teknis Puslitbang
Sumber Daya Air No. Pd. T-07-2003 dan No. AB-K/OP/MU/002/98.

4.7. Pengolahan Data Dasar


Pengolahan data dasar adalah suatu kegiatan pengolahan data hasil rekaman baik secara
manual maupun otomatis ke dalam format yang telah ditentukan. Adapun tahapan pengolahan
data dasar meliputi kegiatan klarifikasi, pengujian data dan pengisian data kosong.
a. Tata cara pengolahan data dasar curah hujan dan klimatologi mengacu pada Keputusan
Kepala BMG No. SK. 37/KT. 104/KB/BMG-2006.
b. Tata cara pengolahan data dasar duga muka air mengacu pada SNI No. 03-3412-1994.
c. Tata cara pengolahan data dasar duga muka air tanah mengacu pada RSNI T-03-2004.
d. Tata cara pengolahan data dasar pemantauan kualitas air mengacu pada pedoman teknis
Puslitbang Sumber Daya Air No. Pd. T-07-2003 dan No. Pd. T-19-2004-A.

4.7.1. Klarifikasi Data


Tujuan klarifikasi data adalah untuk memastikan nilai data yang diduga tidak sahih karena
ketidakwajaran dengan melihat komponen data yang diterima dari lapangan sesuai dengan
format.
.
4.7.2. Pengujian Data
Tujuan pengujian data adalah untuk menguji kesahihan dan mengkoreksi data. Pengujian data
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Uji Konsistensi (Consistency Test)
Menguji kebenaran data lapangan yang mengalami perbedaan dengan nilai pengukuran atau
nilai sebenarnya.

10
b. Uji Kesamaan Jenis (Homogeneity Test)
Analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi sumber data yang diukur dari kelompok data
yang sama.

4.7.3. Pengisian Data Kosong


Tujuan pengisian data kosong adalah untuk melengkapi data hasil pengukuran yang tidak
lengkap. Data hasil pengisian tersebut harus diberikan tanda khusus. Tujuannya adalah untuk
membedakan antara data hasil observasi dengan data hasil hitungan. Cara pengisian data
kosong dapat dilakukan dengan mengacu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan atau standar
World Meteorological Organization (WMO), a.l metoda :
a. Interpolasi.
b. Korelasi (Pedoman teknis Puslitbang SDA No. Pd. T-22-2004-A).

4.8. Penyajian Data Hidrologi


Penyajian data hidrologi adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan data hidrologi yang
dapat dipublikasikan, meliputi :
a. Data hujan
b. Data iklim
c. Data muka air permukaan
d. Data muka air tanah
e. Data debit
f. Data sedimen
g. Data kualitas air

4.9. Analisis data


Analisis data hidrologi dilakukan untuk menghasilkan informasi mengenai :
a. Prakiraan musim mengacu pedoman yang dikeluarkan oleh BMG.
b. Karakteristik hujan yang meliputi intensitas, Intensity Duration Frequency (IDF) dan hujan
rencana (design rainfall) mengacu SNI 03-2415-1991.
c. Kebutuhan air mengacu Pedoman Teknis Puslitbang Sumber Daya Air No. AB-K/RE-
RI/TC/005/98 dan Pedoman Penyusunan Perencanaan Wilayah Sungai Direktorat Jenderal
Sumber Daya tahun 2004.
d. Potensi dan ketersediaan air mengacu SNI No. 19-6738-2-2000 dan Pedoman Teknis
Puslitbang SDA No. Pd-06-2004-A.
e. Neraca air mengacu Pedoman Penyusunan Perencanaan Wilayah Sungai tahun 2004 dan
pedoman teknis Puslitbang SDA No. AB-K/RE-RI/TC/001/98.
f. Q max dan Q min untuk KRS (Koefisien Regime Sungai) mengacu pada Pedoman Teknis
Puslitbang Sumber Daya Air No. PT-06-2004.
g. Kekeringan mengacu Pedoman Teknis Puslitbang SDA No. Pd. T-02-2004-A.
h. Banjir mengacu SNI No. 03-2415-1991.
i. Sedimentasi mengacu pada SNI No. 03-3961-1995 dan SNI No. 03-6737-2002.
j. Kualitas air mengacu Pedoman Teknis Puslitbang Sumber Daya Air No. Pd. T-19-2004-A.

11
4.10. Pengelolaan Basis Data (Data Base) dan Sistem Informasi

4.10.1. Basis Data


Pengelolaan data dilakukan dengan membangun sistem basis data dengan format :
a. Basis data curah hujan dan klimatologi mengacu prosedur format basis data yang
dikeluarkan oleh Keputusan Kepala BMG No. SK. 37/KT. 104/KB/BMG-2006 dan Keputusan
Menteri Kimpraswil No. 404/KPTS/M/2002.
b. Basis data duga muka air mengacu prosedur format basis data yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum SNI No. 03-3412-1994.
c. Basis data duga muka air tanah mengacu prosedur format basis data yang dikeluarkan oleh
Dep. ESDM.
d. Basis data pemantauan kualitas air mengacu Pedoman Teknis Puslitbang Sumber Daya Air
No. Pd. T-19-2004-A.

4.10.2. Sistem Informasi Hidrologi


Sistim informasi hidrologi harus dapat diakses oleh pemangku kepentingan melalui website.

4.11. Publikasi Data


Untuk format publikasi data dapat mengacu pada prosedur format pada masing-masing
pengelola.

a. Publikasi data hujan dan klimatologi mengacu prosedur format publikasi yang dikeluarkan
oleh BMG.
b. Publikasi data muka air dan debit (debit harian dan banjir) mengacu prosedur format publikasi
yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
c. Publikasi peta rawan banjir (pada tahun 2015) mengacu pada format publikasi yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
d. Publikasi data duga muka air tanah mengacu prosedur format publikasi yang dikeluarkan
oleh Departemen Energi Sumber Daya Mineral.
e. Publikasi data kualitas air mengacu pada format publikasi yang dikeluarkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup.

4.12. Pemeliharaan Bangunan dan Peralatan

Tujuannya adalah menjaga, melindungi dan mempertahankan fungsi bangunan dan peralatan
hidrologi.

a. Tata cara pemeliharaan bangunan dan peralatan pos hujan dan klimatologi mengacu pada
Kepmen. Kimpraswil No. 404/KPTS/M/2002.
b. Tata cara pemeliharaan bangunan dan peralatan pos duga muka air dan kualitas air
mengacu pada Kepmen. Kimpraswil No. 404/KPTS/M/2002.
c. Tata cara pemeliharaan bangunan dan peralatan pos duga muka air tanah mengacu pada
prosedur yang dikeluarkan oleh Departemen Energi Sumber Daya Mineral.
d. Tata cara pemeliharaan bangunan dan peralatan pos pemantauan kualitas air mengacu SNI
No. 03-7016-2004.

12
4.13. Pembinaan dan Pelatihan
Untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dalam pengelolaan hidrologi
maka perlu dilakukan pembinaan dan pelatihan terhadap pengelola hidrologi di daerah secara
berkesinambungan dengan mengacu pada materi / modul yang telah disusun oleh masing-
masing instansi pengelola hidrologi.
a. Kewenangan pembinaan pengelola pos hujan dan klimatologi berada pada instansi yang
membidangi pengelolaan hidrologi air hujan (Badan Meteorologi dan Geofisika dan
Departemen Pekerjaan Umum).
b. Kewenangan pembinaan pengelola pos duga muka air berada pada instansi yang
membidangi pengelolaan hidrologi air permukaan (Departemen Pekerjaan Umum).
c. Kewenangan pembinaan pengelola pos duga muka air tanah berada pada instansi yang
membidangi pengelolaan hidrologi air tanah (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
dan Departemen Pekerjaan Umum).
d. Kewenangan pembinaan dan pelatihan untuk pengelola pos pemantauan kualitas air
dilaksanakan oleh instansi yang membidangi pengelolaan kualitas air (Kemeterian
Lingkungan Hidup dan Departemen Pekerjaan Umum).

Pelatihan khusus untuk penjaga pos dan penjaga pengganti dapat dilakukan dengan
mengikutkan alim ulama / rohaniwan / tokoh masyarakat untuk pendidikan moral serta
penyadaran terhadap arti penting keberadaan peralatan hidrologi dalam menunjang pengelolaan
sumber daya air.

4.14. Kalibrasi dan Sertifikasi Peralatan


Untuk menjamin kesiapan alat dalam memantau data hidrologi secara akurat maka perlu
dilakukan kalibrasi dan sertifikasi peralatan hidrologi secara periodik berdasarkan ketentuan
jaminan mutu.

a. Tanggung jawab kalibrasi dan sertifikasi peralatan pencatat hujan dan klimatologi
dilaksanakan oleh instansi yang membidangi pengelolaan hidrologi air hujan (Badan
Meteorologi dan Geofisika dan Departemen Pekerjaan Umum).
b. Tanggung jawab kalibrasi dan sertifikasi peralatan duga muka air permukaan dilaksanakan
oleh instansi yang membidangi pengelolaan hidrologi air permukaan (Departemen Pekerjaan
Umum).
c. Tanggung jawab kalibrasi dan sertifikasi peralatan duga muka air tanah dilaksanakan oleh
instansi yang membidangi pengelolaan hidrologi air tanah (Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral dan Departemen Pekerjaan Umum).
d. Tanggung jawab kalibrasi dan sertifikasi peralatan pemantauan kualitas air dilaksanakan oleh
instansi yang membidangi pengelolaan kualitas air (Departemen Pekerjaan Umum).

13
BAB V
PEMBIAYAAN

Masing-masing pengelola hidrologi diwajibkan mengalokasikan dana untuk kegiatan, sebagai berikut :

1. Penyiapan Norma Standar, Pedoman dan Manual (NSPM).


2. Penyiapan sumber daya manusia (SDM), yang terdiri dari :
- kegiatan pengadaan,
- kegiatan pelatihan dan
- kegiatan pembinaan.
3. Pengadaan dan pemasangan peralatan hidrologi
4. Operasi dan pemeliharaan jaringan hidrologi.
5. Pelaporan, Publikasi dan Sistem Informasi.

BAB VII
PENUTUP

14

Anda mungkin juga menyukai