Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODOLOGI

3.1. Gambaran Umum Wilayah

3.1.1. Bentuk dan Luas Wilayah DAS Cisadane

Secara umum daerah aliran sungai Cisadane terdapat pada 2 wilayah

administrasi, yaitu Kabupaten Bogor dan Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat) serta

Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang (Provinsi Banten). Melihat kawasan yang

dilalui oleh sungai Cisadane dan beberapa anak sungai yang bermuara pada sungai ini,

maka pengelolaan dan pemanfaatan sungai tersebut menjadi sangat penting dan

strategis terutama dalam pemanfaatan dalam pemanfaatan sumberdaya air serta lahan

sekitarnya.

Gambar 3.1 Peta Administrasi DAS Cisadane

Sumber: Purnama, Asep. 2008. Pemetaan Kawasan Rawan Banjir DAS Cisadane. Bogor:IPB

18

Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai CisadaneRuas Hulu_Muhammad Rifki Rasyid, 2017.
19

Secara geografis DAS Cisadane dibatasi oleh Sub DAS Cimanceuri di sebelah

barat dan DAS Ciliwung di sebelah timur. Sungai Cisadane berhulu di Gunung Salak

dan Gunung Pangrango, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan mengalir kea rah utara

melalui Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang, Banten dan bermuara di Laut

Jawa. Sungai Cisadane mempunyai anak-anak sungai antara lain Cikaniki, Cianten,

Cibeber, Ciampea, dan sebagainya.

Luas DAS Cisadane dari hulu sampai Teluk Naga adalah sekitar 148.682,68

Ha. DAS ini melingkupi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Tangerang, dan

Kabupaten Tangerang yang terbagi menjadi tiga segmen yaitu:

 Bagian Hulu DAS Cisadane seluas 112.093,50 Ha sebagian besar

termasuk wilayah Kabupaten Bogor (Kec. Nanggung, Leuwiliang,

Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Cijeruk, Ciawi, Kemang, Parung,

Gunung Sindur, Rumpin, Cigudeng, Dramaga dan Ciomas) dan sebagian

kecil Kota Bogor (Kec. Bogor Barat dan Bogor Selatan) serta sebagian

kecil kecamatan di Kabupaten Sukabumi (Cibadak, Lebak, Cicurug,

Kabandungan, Cidahu, Cibeber, Kadudampit, dan Nagrak).

 Bagian tengah DAS Cisadane seluas 20.264,68 Ha termasuk wilayah

Kabupaten Tangerang (Kec. Curug, Legok, Serpong, Batu Ceper, dan

Pedegangan),, Kota Tangerang (Kec. Cipondoh, Jatiuwung, dan

Tangerang).

Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai CisadaneRuas Hulu_Muhammad Rifki Rasyid, 2017.
20

 Bagian hilir DAS Cisadane seluas 16.324,50 Ha termasuk wilayah

administrasi pemerintahan Kabupaten Tangerang, yang terdiri dari

wilayah kecamatan Mauk, Sepatan, Teluk Naga, Paku Haji, Benda, dan

Kosambi.

3.1.2. Karakteristik Iklim

Iklim DAS Cisadane bervariasi menurut segmen hulu, tengah dan hilir. Namun

data yang diperoleh hanya menjelaskan karakteristik bagian hulu yaitu curah hujan

yang terjadi berkisar antara 81-526 mm/bulan. Dengan bulan basah terjadi selama 11

bulan antara bulan September hingga bulan Juli dan bulan terbasah terjadi pada bulan

Desember. Bulan lembab terjadi pada bulan Agustus.

3.1.3. Karakteristik Topografi

DAS Cisadane mempunyai topografi yang bervariasi dari datas hingga sangat

curam dengan ketinggian antara 0 – 2800 mdpl. Sebagian besar topografi merupakan

daerah datar dengan kemiringan antara 0 – 8%. Dearah bertopografi datar hingga

landau terdapat pada bagian utara (hilir) hingga tengah.

DAS Cisadane wilayah hulu mempunyai ciri sungai pegunungan yang berarus

deras, banyak tebing curam dengan dasar batuan pasir, berkerikil dan alur sungai yang

berkelok-kelok, mempunyai hidrograf aliran dengan puncak-puncak yang tajam waktu

menaik (rising stage) dan menurun (falling stage). Di DAS Cisadane wilayah tengah

banyak dijumpai galian pasir dan kerikil, arus air yang deras menggerus tepi sungai di

Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai CisadaneRuas Hulu_Muhammad Rifki Rasyid, 2017.
21

berbagai kelokan sehingga memperlebar badan sungai. DAS Cisadane wilayah hilir

mempunyai topografi datar (0 – 3%), aliran sungainya semakin melambat

3.1.4. Tanah dan Geologi

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Jawa Barat BRLKT Ciliwung-Citarum skala

1:250.000 penyebaran jenis tanah pada DAS Cisadane dapat dijelaskan dengan

membagi DAS Cisadane menjadi tiga, dalam penelitian ini akan terkonsentrasi pada:

 Wilayah hulu, dimulai dari Gunung Salak sampai Batu Beulah, Kabupaten

Bogor. Daerah Gunung Salak sebagian daerah puncak dengan ketinggian

±2500 m didominasi oleh tanah-tanah Andosol dengan bahan idnuk dari

abu volkan intermedier hingga basis. Sedangkan di bagian lembah

berkembang tanah-tanah angkutan dari Gunung Salak seperti regosol dan

lateritic. Pada bagian sepanjang aliran Sungai Cisadane berkembang tanah

alluvial yang terbentuk karena adanya pengendapan tanah yang terangkut

oleh aliran sungai dengan bahan induk berupa endapan liat dan pasir.

3.1.5. Jaringan Sungai

Sungai Cisadane memiliki hulu di kawasan Sukabumi. Beberapa anak Sungai

Cikaniki di bagian barat, Sungai Cianten dan Cihideung di bagian tengah dan Sungai

Ciapus di bagian timur. Disamping itu masih ada beberapa sungai kecil lain yang

bermuara baik langsung ke Sungai Cisadane maupun pada anak-anak sungainya,

karena itu kawasan hulu Sungai Cisadane meruapakn kumulatif dari seluruh sungai-

sungai tersebut.

Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai CisadaneRuas Hulu_Muhammad Rifki Rasyid, 2017.
22

3.2. Pengumpulan Data

3.2.1. Data Dimensi Sungai

Data dimensi sungai didapat dari Badan Pusat Sumber Daya Air Ciliwung-

Cisadane berupa data penampang melintang (cross section) dan penampang

memanjang (long section) dari sungai Cisadane. Contoh bisa dilihat pada Gambar 3.2

dan Gambar 3.3.

3.2.2. Data Hidrologi

Data hidrologi digunakan untuk mengetahui jumlah air yang masuk dan keluar

dari sungai. Pada penelitian ini, data hidrologi yang digunakan berupa data sekunder

dalam bentuk model distribusi hujan efektif kala ulang 25 tahun. Data ini nantinya

digunakan untuk menghitung Hidrograf Banjir menggunakan metode unit Hidrograf

Nakayasu.

3.2.3. Data Tinggi Muka Air

Data tinggi muka air dibutuhkan sebagai syarat batas dari pemodelan hidrolik yang

dilakukan. Data tinggi muka air yang dibutuhkan adalah data tinggi muka air pada hilir

Sungai Cisadane ruas hulu, Pada penelitian ini, diambil hilir Sungai Cisadane ruas

hulu berada di Stasiun Pengukuran Batubeulah. Ketersediaan data pada Stasiun

Pengukuran Batubeulah dimulai dari tahun 1992 – 2003 dalam kondisi baik dengan

pengukuran manual yang dilakukan pagi dan sore, lalu tahun 2004 – 2016 dalam

kondisi baik dan pengukuran sudah menggunakan AWLR (Automatic Water Level

Recorder). Contoh bisa dilihat pada Gambar 3.5.

Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai CisadaneRuas Hulu_Muhammad Rifki Rasyid, 2017.
23

Gambar 3.2. Contoh Cross Section Sungai Cisadane


Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. 2012.

Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai CisadaneRuas Hulu_Muhammad Rifki Rasyid, 2017.
24

Gambar 3.3. Contoh Long Section Sungai Cisadane


Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. 2012

Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai CisadaneRuas Hulu_Muhammad Rifki Rasyid, 2017.
25

Gambar 3.4. Data Tinggi Muka Air Jam-jaman pada Stasiun Batubeulah 1-15 Nopember 2015
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. 2015.

3.3. Tahapan Penelitian

Gambar 3.5. Bagan Alir Tahap Permodelan Hidrolika Sungai Cisadane Hulu

Studi Penanggulangan Banjir Pada Sugai CisadaneRuas Hulu_Muhammad Rifki Rasyid, 2017.

Anda mungkin juga menyukai