Anda di halaman 1dari 113

I.

PENGENALAN UMUM


Dalam pekerjaan-pekerjaan bangunan sipil yang besar kadang-kadang juga
dituntut masalah penyelesaian yang cepat. Untuk itu kita perlu
mempertimbangkan penggunaan alat-alat berat yang sesuai dengan kondisi
pekerjaan yang bersangkutan. Hal ini tidak dapat kita hindari, mengingat
pemanfaatan tenaga manusia secara manual dengan alat-alat konvensional
sudah tidak efisien lagi.
Dalam buku ini penyusun mencoba memberikan pengertian dasar mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan alat-alat berat, terutama pada pelaksanaan
pekerjaaan yang berhubungan dengan pemindahan tanah. Beberapa hal akan
diuraikan tentang pengertian dasar alat-alat dan pengenalan sifat-sifat tanah
sehubungan dengan pekerjaan-pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis.


I.1. PENGENALAN DASAR ALAT

Faktor-faktor yang menentukan dalam penggunaan alat berat adalah :
1. tenaga yang dibutuhkan (Power Required),
2. tenaga yang tersedia (Power Available),
3. tenaga yang dapat dimanfaatkan (Power Usable).

Hubungan antara tenaga ynag dibutuhkan, tenaga tersedia dan tenaga yang
dapat dimanfaatkan adalah sangat penting diketahui, karena kita dapat
menentukan berapa kapasitas alat yang harus kita pilih untuk sesuatu
pekerjaan yang dilaksanakan.
Beberapa hal yang mempengaruhi besarnya tenaga yang dapat
dimanfaatkan dari alat-alat berat diuraikan sebagai berikut :


I.1.1. Pengaruh Ketinggian

Yang dimaksud dengan ketinggian disini adalah lokasi/tempat bekerjanya
alat terhadap permukaan air laut. Seperti kita ketahui bahwa mesin dari alat
yang digunakan kebanyakan dari jenis internal combustion engines, yang
bekerjanya atas dasar pembakaran campuran zat asam (oksigen) dari udara
dengan bahan bakar. Untuk mendapatkan tenaga maksimal dalam pembakaran
harus dipenuhi syarat-syarat perbandingan yang tepat antara bahan bakar
dan oksigen. Apabila kerapatan udara berkurang, misalnya karena berada
pada tempat yang lebih tinggi, maka jumlah oksigen persatuan volume dalam
udara juga berkurang, sehingga mesin tidak dapat mencapai pembakan yang
sempurna.
Untuk mendapatkan pembakaran sempurna, tentu saja bahan bakar
dikurangi, agar perbandingan oksigen dan bahan bakar memenuhi persyaratan,
tetapi hal ini akan menyebabkan tenaga mesin berkurang. Dari pengertian ini
maka berkurangnya tenaga mesin sebanding dengan kerapatan udara,
sehingga untuk pertimbangan praktis dianggap bahwa berkurangnya tenaga
mesin berbanding lurus dengan bertambahnya ketinggian tempat kerja.
Rumus praktisnya dapat kita tulis, berkurangnya tenaga mesin adalah
sebesar 3% dari HP seluruhnya untuk tiap penambahan 1000 feet di atas
3000 feet yang pertama, dari atas permukaan air laut, untuk four cycle
engines, dan untuk two cycle engines berkurang sebesar 1% tiap penambahan
ketinggian 1000 feet.

Contoh 1-1 : sebuah traktor 100 HP (four cycle engines) bekerja pada
ketinggian 10.000 feet dari permukaan air laut,

- tenaga mesin (diatas muka air laut) = 100 HP
- pengurangan = 30% x (10.000 3.000) x 100 = 21 HP
1.000 (-)
tenaga efektif = 79 HP
Sehingga untuk keperluan kerja traktor tersebut, hanya dihitung
kemampuannya sebesar 79 HP atau bekerja efektif 79% saja.

Pada akhir-akhir ini penggunaan alat super charger dapat mengurangi
hilangnya tenaga akibat ketinggian tempat ini. Super Charger bertujuan untuk
menginjeksikan udara kedalam cylinder, sehingga sistem super charger ini
dapat mempertinggi tenaga mesin hingga 125%.


I.1.2. Temperatur

Apabila suhu udara naik udara mengembang, hal ini akan mengurangi
kandungan oksigen persatuan volume udara, sehingga akan mengurangi tenaga
mesin seperti yang telah dijelaskan pada I.1.1.
Pengaruh berkurangnya tenaga pada mesin akibat temperatur ini adalah,

Tenaga mesin berkurang sebesar 1% untuk tiap suhu udara naik 10
0
F diatas
temperatur standar 85
0
F, atau tenaga mesin bertambah 1% bila suhu udara
turun tiap 10
0
F di bawah temperatur standar 85
0
F.


I.1.3. Koefisien Traksi

Tenaga mesin alat hanya dapat dijadikan tenaga traksi yang maksimal
apabila ada gesekan yang cukup antara permukaan ban/roda dengan
permukaan tanah tempat alat tersebut bekerja. Apabila gesekan antara
tanah dan roda/ban kurang, maka tenaga berlebih yang dilimpahkan kepada
roda hanya akan menyebabkan selip.
Koefisien traksi adalah besarnya tenaga tarik yang menyebabkan selip
dibagi dengan berat kendaraan keseluruhan (untuk crawler/roda rantai) atau
besarnya tenaga tarik yang menyebabkan selip dibagi dengan berat kendaraan
yang terlimpah pada roda geraknya.

Contoh 1-2 : Sebuah alat dengan roda rantai (Crawler) berat total alat
3.000 kg. Dari hasil pengamatan alat tersebut bekerja pada
medan tertentu, roda mengalami selip pada saat diberikan
tenaga traksi sebesar 2.400 kg.
Jadi koefisien traksi = 2.400/3.000 = 0.8.
Contoh 1-3 : Sebuah loader berat totan 10.000 kg, 60% berat kendaraan
dilimpahkan pada roda gerak. Dari hasil pengamatan roda gerak
selip pada tenaga tarik sebesar 4.000 kb.
Berat alat yang dilimpahkan pada roda gerak
= 0,60
*
10.000 kg = 6.000 kg.
Koefisien traksi = 4.000 = 0.667
6.000

Besarnya koefisien traksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
untuk kendaraan roda karet, kembangan ban, bentuk dan ukuran ban, keadaan
permukaan tanah dan sebagainya sangat mempengaruhi besarnya nilai
koefisien traksi. Variasi-variasi ini tidak dapat diberikan secara pasti, tetapi
dari percobaan-percobaab dapat diberikan ancer-ancer seperti tabel berikut:

Tabel I-1 Koefisien Traksi

Jenis permukaan Ban Karet Crawler
Beton kering dan kasar
Tanah liat kering
Tanah liat basah
Pasir kering
Pasir basah
Kerikil lepas
Es / salju
0,80 1,00
0,50 0,70
0,40 0,50
0,15 0,20
0,20 0,40
0,10 0,30
0,05 0,10
0,45
0,90
0,70
0,30
0,50
0,40
0,15


Contoh 1-4 : Sebuah traktor roda karet dengan dua gerak berat total
18.000 lbs bekerja pada tanah pasir basah dengan koefisien
traksi 0,3.
Maka tenaga traksi yang dapat dimanfaatkan
= 0,3
*
18.000 = 5.400 lbs


I.1.4. Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)

Rolling Resistance adalah tahanan oada gerakan roda kendaraaan di atas
permukaan tanah. Besarnya tahanan ini tergantung pada permukaan tanah
tempat bekerja alat/kendaraan (keras, licin, lembek dll). Tanah yang lembek
akan memberikan tahanan gelinding yang kecil atau kira-kira hanya 2% dari
berat kendaraan saja.
Pada kendaraan dengan roda karet, besarnya tahanan gelinding ini
tergantung pula pada ukuran ban, tekanan angin ban dan bentuk kembangan
permukaanban. Untuk kendaraan dengan roda rantai/crawler tahanan
gelinding ini terutama hanya tergantung pada sifat permukaan tanah saja.
Rolling Resistance ini didefinisikan sebagai tenaga tarik, dalam
kilogram/lbs, yang diperlukan untuk menggerakkan tiap ton berat kendaraan
dengan muatannya di atas permukaan yang datar macam permukaan tertentu.
Untuk menentukan besarnya Rolling Resistance secara pasti akan
sangatlah sulit, maka digunakan percobaan sederhana menarik kendaraan
dengan menggunakan tali penarik yang dilengkapi alat pengukur tegangan.
Tegangan tali penarik ini (kilogram/lbs) dibagi dengan berat total kendaraan
dan muatan (ton) adalah besarnya nilai Rolling Resistance.









Gambar I-1 Menentukan Rolling Resistance

Beberapa nilai RR dapat diberikan pada tabel berikut, tetapi
seyogyanyadapat dilakukan percobaan-percobaan sendiri di lapangan.

Tabel I-2 Rolling Resistance (lbs/ton) untuk berbagai macam kendaraan
dan jenis permukaan tanah.

Jenis permukaan Ban
Baja/Plan
Bearings
Crawler
type/Track
vehicle
Ban karet, anti friction
bearings
High.pres Low.pres
Beton halus
Aspal keadaan baik
Tanah padat, baik
Tanah tak terpelihara
Tanah becek, berlubang
Pasir kerikil, lepas
Tanah sangat becek
40
40 70
60 100
100 150
250 300
280 320
350 - 400
55
60 70
60 80
80 110
140 180
160 200
200 - 240
35
40 65
40 70
100 140
180 220
260 290
300 - 400
45
50 65
50 70
70 100
150 200
220 260
280 - 340

Contoh 1-5 : Sebuah truk dengan muatan berat 20 ton, bergerak pada jalan
aspal dengan RRF = 50 lbs/ton.
Maka Rolling Resistance nya : 50
*
20 = 1.000 lbs


I.1.5. Pengaruh Landai Permukaan (Grade)

Jika sebuah kendaraan melalui jalan yang menanjak, tenaga traksi yang
diperlukan akan naik pula, kira-kira akan sebanding dengan tanjakan jalan
yang akan dilalui. Demikian juga bila jalan turun, tenaga yang diperlukan
berkurang dengan nilai yang sama seperti jalan yang menanjak.
Landai jalan dinyatakan dalam persen (%), ialah perbandingan antara
perubahan ketinggian per satuan panjang jalan. Penambahan dan pengurangan
tenaga traksi akibat adanya tanjakan atau turunandapat dikatakan
berbanding lurus dengan % naik turunnya landai jalan tersebut. Meskipun
keadaan sebenarnya tidak tepat demikian, namun secara pernyataan tersebut
dapat digunakan secara praktis, karena hasilnya tidak begitu jauh dengan
kenyataan. Misalnya sebuah kendaraan dengan berat 1.000 kg melewati jalan
naik dengan landai 5% maka tambahan tenaga traksi yang diperlukan : 5%
*
1.000 kg = 50 kg.
Secara mudah pengaruh landai (Grade) ini adalah sebesar 10 kg atau 20
lbs per ton berat kendaraan setiap & grade. Dalam hitungan-hitungan
kebutuhan tenaga traksi kita bedakan antara tanjakan dan turunan sebagai
berikut :

1. Grade Resistance adalah tanjakan yang mengakibatkan bertambahnya
tenaga traksi yang diperlukan.
2. Grade Assistance adalah turunan yang mengakibatkan berkurangnya
tenaga traksi yang diperlukan.

Jadi Total Resistance = TR adalah :

TR = RR + GR atau TR = RR GA

Keterangan : TR = Total Resistance
RR = Rolling Resistance
GR = Grade Resistance
GA = Grade Assistance


I.1.6. Tenaga Roda (Rimpull)

Tenaga roda adalah tenaga gerak yang dapat disediakan mesin kepada
roda-roda gerak suatu kendaraan yang dinyatakan dalam kilogram atau lbs.
Jika secara rinci tidak disediakan oleh pabrik pembuat alat/kendaraan,
tenaga roda ini dapat dihitung dengan rumus :


Lbs


Efisiensi nilai berkisar 80 -85%, sedang HP adalah tenaga mesin dalam Horse
Power (tenaga kuda).

Contoh 1-6 : Sebuah traktor roda 160 HP, berjalan pada gigi ke 1 dengan
kecepatan 3,6 mph, maka Rimpull yang tersedi pada roda-roda
maksimal :
375 x 160 x 0,80 = 13.500 lbs
3,6

Tenaga ini hanya dapat dimanfaatkan apabila cukup gesekan antara tanah
dengan roda. Misalnya traktor tersebut pada gigi ke 4 dengan kecepatan 22,4
mph harus menarik muatan (total + berat traktor) sebesar 16 ton dan harus
melalui tanjakan 5% dan RR = 50 lbs/ton, maka :

Rimpull = 3,6 x 13.500 = 2.160 lbs
22,4
akibat RR = 50 x 16 = 800 lbs
akibat GR = 5 x 20 x 16 = 1.600 lbs (+)
TR = 2.400 lbs

Disini Rimpull yang tersedia 2.160 lbs < 2.400 lbs (berat traktor + muatan
yang harus ditarik), sehingga harus pindah gigi yang lebih rendah agar
traktor dapat menarik.


I.1.7. Tenaga Tarik (Drawbar Pull = DBP)

Tenaga tersedia pada traktor/kendaraan yang dapat dihitung untuk
menarik muatan disebut Tenaga Tarik Traktor (Drawbar Pull = DBP), ialah
tenaga yang terdapar pada gantol (hook) di belakang traktor tersebut, yang
dinyatakan dalam kilogram atau lbs.
Dari tenaga mesin secara keseluruhan setelah dikurangi untuk mengatasi
gesekan-gesekan mekanisme traktor, untuk tenaga menggerakkan
Rimpull = 375 x HP x Efisiensi
Kecepatan (mph)
kendaraannya sendiri dan lain-lain pengaruh yang mengurangi daya guna
mesin, maka sisanya dihitung sebagai DBP.
DBP ini besarnya tergantung juga dari kecepatan gerak kendaraan (gear
selection), untuk masing-masing gigi dinyatakan masing-masing DBP nya untuk
kecepatan maksimal pada gigi tersebut, pada putaran mesin tertentu (rated
RPM). Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1-3 Tenaga Tarik atau DBP

Gigi ke Kecepatan (mph) DBP (lbs)
1
2
3
4
5
1,56
2,20
3,04
3,88
5,30
9,909
6,872
4,752
3,626
2,419

Biasanya dalam daftar spesifikasi yang diberikan oleh masing-masing
pabrik telah diperhitungkan besarnya Rolling Resistance sebesar 110 lbs/ton
berat traktor. Jika dalam kenyataannya nilai RR tersebut lebih kecil atau
lebih besar, maka dapat dilakukan penyesuaian nilai DBP nya.

Contoh 1-7 : Sebuah traktor berat 15 ton mempunyai
DBP = 5.684 lbs, diperhitungan pada nilai
RRF = 110 lbs/ton .
Jika traktor bekerja pada jalan dengan
RRF = 180 lbs/ton, maka :

- DBP pada RRF 110 lbs/t = 5.684 lbs
- reduksi DBP : (180-110)x15 = 1.050 lbs
Jadi DBP efektif tinggal = 4.634lbs


I.1.8. Kemampuan mendaki tanjakan (gradability)

Kemampuan mendaki tanjakan ini adalah landai maksimal yang dapat
ditempuh oleh sebuah traktor atau kendaraan yang dinyatakan dalam %
landai. Kemampuan ini berbeda pada masing-masing keadaan
traktor/kendaraan yang kosong atau kecepatan pada gigi yang dipilih dan
sebagainya.
Gerakan maju traktor sebagai alat penarik (prime mover) dibatasi oleh:
1. daya tarik (DBP atau rimpull) yang disediakan oleh mesin,
2. rolling resistance pada permukaan jalan
3. berat total traktor dengan muatan, dan
4. landai permukaan jalan yang dilalui.

Untuk crawler traktor, kemampuan mendaki dihitung berdasar sisa DBP
yang masih, setelah dari DBP seluruhnya dikurangi dengan DBP yang
dibutuhkan untuk menanggulangi rolling resistance.

Contoh 1-8 : Sebuah traktor menarik scraper dengan ketentuan sebagai
berikut.
Traktor 180 HP, berat 20 ton, scraper dengan muatan penuh
berat 36 ton. DBP traktor pada gigi ke 3 sebesar 9.200 kg,
rolling resistance (RR) traktor 80 kg/ton, RR traktor yang
diperhitungkan oleh pabrik 50 kg/ton, RR scraper 100 kg/ton,
efisiensi 85%.

Hitungan : RR tambahan untuk traktor (80 50) = 30 kg/ton
- RR traktor : 20
*
30 = 600 kg
- RR scraper : 36
*
100 = 3.600 kg
Total RR = 4.200 kg

Maksimal DBP yang dihitung : 85%
*
9.200 = 7.820 kg
Untuk mengatasi RR = 4.200 kg
DBP yang tersedia = 3.620 kg

Berat traktor + scraper : 20 + 36 = 56 ton
Diperlukan DBP tambahan 10 kg/ton untuk tiap landai 1%, jadi
untuk traktor + scraper : 10
*
56 = 560 kg untuk tiap 1% landai
naik. Kemampuan mendaki traktor menarik scraper :
3.620 x 1% = 6,46%
560

Untuk traktor dengan roda karet dapat dilakukan hitungan yang sama,
haya perlu dihitung koefisien traksinya, karena pada traktor jenis ini
mempunyai pengaruh yang cukup berarti.

Contoh 1-9 : Traktor roda karet 120 HP berat total 12 ton, distribusi beban
pada gerak 60%, koefisien traksi 0,5.
Traktor menarik scraper berat dengan muatan penuh 25 ton.
DBP traktor pada gigi ke 2 sebesar 4.500 kg, RR traktor 60
kg/ton, RR yang diperhitungkan dari pabrik 50 kg/ton, scraper
70 kg/ton. Efisiensi mesin 85%.

Hitungan : - Tambahan RR traktor : (60 50) * 12 = 120 kg
- RR scraper : 70 * 25 = 1.750 kg
RR Total = 1.870 kg

Kontrol Traksi pada Roda Gerak







Gambar 1-2 Traktor menarik Scraper

Beban pada roda gerak 60% * 12.000 kg = 7.200 kg
Tenaga traksi senelum terjadi selip
= 0,5 * 7.200 kg = 3.600 kg.
Maksimal DBP traktor dihitung = 85% * 4.500 kg
= 3.825 kg > 3.600 kg ----- ttaktor sudah selip
- Tenaga yang dapat dimanfaatkan : 3.600 kg
- Untuk menanggulangi RR : 1.870 kg
DBP tersisa : 1.730 kg
Berat traktor + scraper : 12 + 25 = 37 ton
Tiap % landai perlu tenaga = 10 * 37 = 370 kg
Jadi kemampuan mendaki traktor :
1.730 x 1% = 4.67%
370
Untuk traktor denganroda karet dapat juga digunakan rumus sebagai
berikut :

K = 972 * T * G _ N
R * W 20

Keterangan :
K = kemampuan mendaki traktor dan muatan
G = total reduksi gigi pada gigi yang dipilih.
T = torgue mesin rata-rata (lbs,ft)
R = rolling radius roda gerak, diukur dari pusat roda sampai tanah (inci)
W = berat total kendaraan + muatan (lbs)
N = rolling resistance (lbs/ton)

Contoh 1-10 : jika diketahui T = 750 lbs.ft pada 2.100 rpm, G = 41 : 1
Pada gigi ke 1. R = 30 inci, W = 140.000 lbs, N = 50 lbs/ton

K = 972 * 750 * 41 _ 50 = 4,62%
30 * 140.000 20


I.1.9. Pengaruh lain

Di samping beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, beberapa hal
perlu juga dipertimbangkan dalam menghitung produksi alat dan pemilihan
alat yang digunakan, antara lain sebagai berikut :
1. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Material yang dikerjakan, berat volume, jenis tanah kohesif atau
kepasiran. Untuk jenis tanah kohesif, lekatannya besar sehingga perlu
dipilih alat yang sesuai, demikian juga untuk tanah kepasiran (lepas).
Faktor besar kecilnya kembang susut tanah perlu juga untuk diketahui
untuk menghitung efisiensi penggunaan alat.
3. Efisiensi kerja, di sini dipertimbangkan efisiensi kerja untuk siang atau
malam akan berbeda, hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 1-4 Efisiensi Kerja Siang/Malam

Traktor Kerja efektif Efisiensi kerja
(menit/jam)
Kerja siang
- Crawler
- Wheel
Kerja malam
- Crawler
- Wheel

50
45

45
40

0,83
0,75

0,75
0,67

Kondisi kerja pada malam hari banyak dipengaruhi oleh jarak pandangan
operator, karena sinar lampu yang digunakan jaraknya sangat terbatas.
4. Kemampuan operator, jika operator mampu dan berpengalaman, akan
diperoleh hasil yang maksimal.
5. Keadaan medan yang baik akan mempengaruhi produksi kerja, sebaliknya
bila medan jelek, berdebu, berkabut dan tidak rata/datar akan
mengurangi produksi kerja.
6. Kondisi alat yang digunakan, jika alat masih baik, terpelihara akan sangat
membantu meningkatkan produksi, bila kondisi alat sudah tua, sering
macet/rusak akan sangatmengganggu kelancaran pekerjaan dan produksi.

Hal yang telah diuraikan di atas tentu bukanlah hal mutlak untuk
menentukan produksi yang akan dihasilkan, karena beberapa pertimbangan
manajemen juga sangat mendukung hasil yang diharapkan. Untuk itu perlu
juga dipelajari ilmu manajemen sehingga akan diperoleh hasil interaksi yang
optimal.


I.2. SIFAT-SIFAT TANAH

Beberapa sifat tanah sehubungan dengan pekerjaan pemindahan,
penggusuran dan pemampatan perlu diketahui, karena tanah yang dikerjakan
akan mengalami perubahan dalam volume dan kepampatannya. Oleh karena
perubahan-perubahan ini, maka dalam menyatakan jumlah volumenya, perlu
dinyatakan keadaan tanah yang dimaksud.
Keadaan tanah yang mempengaruhi volume tanah yang kita jumpai dalam
pekerjaan-pekerjaan tanah antara lain :








Gambar 1-3 Beberapa kondisi tanah

1. Keadaan tanah yang dijumpai sebelum tanah tersebut terusik, jadi
keadaan yang sesuai dengan kehendak alam. Keadaan kita sebut dengan
keadaan bank atau alam, dan ukurannya kita nyatan dalam bank measure
(BM). Keadaan yang demikian ini meliputi juga keadaan sejumlah tanah
yang akan dikerjakan, jadi tidak mutlak keadaan alam sebenarnya.
2. Keadaan tanah yang lepas atau loose, ialah keadaan tanah setelah
diberikan usaha-usaha pengusikan, misalnya digusur, digali, diangkut dan
sebagainya. Ukuran tanah dalam keadaan lepas ini biasanya dinyatakan
dalam % BM (BM + swell), jadi volume tanah loose lebih besar dibanding
volume tanah alam pada berat tanah yang sama.
3. Keadaan tanha pampat, ialah keadaan tanah setelah diberikan usaha-usaha
pemampatan dengan bermacam cara, baik dengan alat maupun dengan
tenaga manusia. Besarnya ukuran tanah dalam keadaan pam[pat
(compacted) ini, jika dibandingkan dengan BM, sangat tergantung dari
usaha pemampatan yang diberikan, jadi mungkin dapat lebihbesar atau
mungkin dapat lebih kecil.

Bertambahanya volume tanah dari bank menjadi loose doisebut dengan
swell yang dinyatakan dalam %, dan dihitung dengan :

S
W
=

( B _ 1 ) * 100%
L

Keterangan : S
W
= % swell
B = berat tanah dalam keadaan bank (alam)
L = berat tanah dalam keadaan loose (lepas)

Berkurangnya volume tanah dari keadaan bank menjadi pampat disebut
dengan shrinkage atau susut, yang dinyatakan dalam %, dan dihitung dengan
rumus :

S
h
= (1 _ B ) * 100%
C

Keterangan : S
h
= % shrinkage atau susut
B = berat tanahdalam keadaan bank (alam)
C = berat tanah dalam keadaan compacted (pampat)

Contoh 1-11 : Suatu tanah dari hasil penyelidikan diperoleh nilai-nilai sebagai
berikut :
- berat tanah alam 92 lbs/cu.ft
- berat tanah lepas 76 lbs/cu.ft
- berat tanah dipampatkan 108 lbs/cu.ft
maka ;
S
W
= ( 92 _ 1 ) * 100% = 21%
76
S
h
= ( 1 _ 92 ) * 100% = 15%
108

Di samping % swell dan % shrinkage, untuk menyatakan konversi keadaan
tanah dapat juga digunakan load factor dan shrinkage factor, dan dihitung
sebagai berikut :

aanloose volumekead
aanbank volumekead
LoadFactor =

aanbank volumekead
ed aancompact volumekead
actor ShrinkageF =

Sebagai ilustrasi, beberapa macam tanah dengan sifat karakternya dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1-5 Sifat-sifat beberapa macam tanah

Jenis tanah % swell Load Factor
Lempung alami
Lempung berkerikil kering
Lempung berkerikil basah
Tanah biasa baik, kering
38
36
33
24
0,72
0,73
0,73
0,81
Tanah biasa baik, basah
Kerakal
Pasir kering
Pasir basah
Batu
26
14
11
12
62
0,79
0,88
0,90
0,89
0,61

Contoh 1-12 : Berapa kali harus diangkut oleh acraper yang kapasitasnya 18
cuyd, jika dibutuhkan tanah lempung berkerikil, kering,
sebanyak 8.000 cu-yd (compacted), dengan shrinkage factor
0,80 ?

- diperlukan tanah : 8.000 = 10.000 cu-yd (bank)
0,80
- kemampuan scraper mengangkut tanah : 18 * 0,73
= 13,14 cu-yd (bank)
- jika hanya digunakan 1 scraper maka diperlukan
= 10.000 = 761 kali pengangkutan dengan scraper
13,13



















II. ALAT-ALAT GUSUR


II.1. PENGENALAN TRAKTOR

Traktor adalah adalah alat yang mengubah tenaga mesin menjadi tenaga
gerak/mekanik. Penggunaan traktor adalah sebagai alat penggerak (prime
mover) bagialat berat, misalnya untuk menarik, mendorong, serta sebagai
tempat dudukan alat lain dan sebaginya, namun dapat juga digunakan untuk
keperluan yang lain.
Traktor dibedakan dalam dua tipe pokok, yaitu traktor dengan roda rantai
(crawler tractor), dan traktor dengan roda karet/ban (whell tractor).
Masing-masing tipe mepunyai kemampuan dan kegunaan yang berbeda,
sehingga dalam memilih alat yang cocok untuk keperluan pekerjaan perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Ukuran traktor yang memungkinkan digunakan dalamtempat pekerjaan
sehingga dapat efektif.
2. Traksi yang tersedia pada kondisi medan yang diinginkan.
3. Kekerasan permukaan medan/tanah.
4. Landai maksimal yang akan dilalui.
5. Panjang jalan angkut (haul distance) dan kecepatan gerak yang dibutuhkan.
6. Pekerjaan lanjutan yang masih harus dilakukan setelah pekerjaan pokok
selesai dilaksanakan.
7. Usaha-usaha pengangkutan alat ke lokasi proyek.
8. Lain-lain pertimbangan yang perlu.


II.1.1. Traktor roda rantai (Crawler Tractor)

Dalam dunia konstruksi, khususnya pada pekerjaan pemindahan tanah,
dapat dikatakan bahwa crawler tractor ini mempunyai kegunaan yang sangat
besar sebagai alat pokok serbaguna. Penggunaan crawler tractor ini antara
lain :
1. sebagai tenaga penggerak untuk mendorong, misalnya bulldozer, loader,
dan untuk menarik scraper, sheepsfoot roller dan sebagainya,
2. sebagai tenag penggerak alat angkut, misalnya truk,
3. sebagai tempat dudukan (mounting) alat lain, misalnya crane.

Dalam pedagangan, traktor dibedakan dari ukuran tenaganya, di samping
juga atas dasar beratnya secara keseluruhan. Karena seperti diketahui pada
bab terdahulu, DBP maksimal kecuali ditentukan oleh HP mesin, juga oleh
berat traktor dan koefisien traksinya. Tenaga gerak (fly wheel) traktor yang
ada berkisar antara 65 HP, 75 HP, 105 HP sampai dengan 700 HP, dan hal ini
penting untuk dipertimbangkan pemilihannya di lapangan, disebabkan karena
pengaruhnya besar sekali terhadap produktifitas alat yang bersangkutan.
Cara mengemudikan crawler tractor dilakukan dengan menambah beban
salah satu roda rantai (track) dengan mengerem (brake) track tersebut
secukupnya, atau dengan mengurangi traksi pada track itu dengan melepaskan
clutch yang menghubungkan antara roda gerak track dengan mesin,
sebagaian atau seluruhnya tergantung dari belokan yang akan ditempuh. Bila
belokan cukup tajam, maka steering dengan brake maupun dengan clutch
dilakukan bersamaan. Sistem pengemudian demikian ini dapat dilakukan
karena kecepatan gerak traktor tidak terlalu besar, maksimal hanya 6 mph.
Crawler traktor ini dibutuhkan bila gesekan antara roda dan permukaan
tanah besar, dan juga untuk mendapatkan tenaga yang maksimal (tidak selip)
pada waktu kerja.








Gambar II-1 Macam-macam trackshoe

Pada umumnya biaya perbaikan lat untuk crawler tractor ini sebagian
besar adalah untuk perbaikan bagian bawah (undercarriage), dan kerusakan-
kerusakan ini disebabkan oleh antara lain :
1. benturan-benturan waktu berjalan antara trackshoe dengan batu,
2. terlalu sering berjalan pada tempat yang miring, atau sering berputar
membalik pada satu arah,
3. terlalu sering selip antara tracshoe dengan tanah,
4. setelan tracshoe terlalu kendor,
5. setelan tracshoe terlalu kencang/tegang.


II.1.2. Traktor dengan roda karet (Wheel Tractor)

Traktor jenis ini digunakan untuk kecepatan yang cukup tinggi dengan
jarak angkut besar, sehingga memerlukan jalan angkut yang terpelihara
dengan baik. Karena traktor jenis ini tenaga tariknya dipengaruhi oleh keras
lembeknya permukaan tanah.
Jika dibandingkan dengan crawler tractor, yang mempunyai daya floating
yang baik, maka tekanan persatuan luas permukaan pada roda/ban adalah
besar, sehinga jika tanahnya lembek roda/ban sebagian masuk ke dalam
tanah, dan akan menambah rolling resistance traktor, hal ini akan mengurangi
tenaga efektif untuk menarik.







Gambar II-2 Tipe kembangan ban pada Wheel Tractor

Oleh karena bermacam-macam pertimbangan maka dibuat wheel tractor
dengan dua roda dan wheel tractor dengan empat roda.

1. Wheel Tractor dua roda
a. Kemungkinan gerak/manuver lebih besar, gigi lebih besar.
b. Traksi lebih besar, karena seluruh berat kendaraan ditambah sebagian
muatan dilimpahkan pada roda gerak.
c. Rolling resistance lebih kecil, karena jumlah roda lebih sedikit.
d. Biaya pemeliharaan ban lebih sedikit.







Gambar II-3 Wheel tractor dua roda menarik Scraper

2. Traktor roda empat
a. Lebih mudah mengemudikannya, terutama karena lebih stabil dan
memberikan kemantapan pada pengemudi.
b. Lebih sedikit goncangannya pada jalan yang tidak rata.
c. Memungkinkan dijalankan dengan lebih cepat.
d. Dapat dijalankan sendiri jika dilepas trailnya.







Gambar II-4 Wheel tractor dengan roda empat menarik scraper

Tabel II-1 Perbandingan Wheel Tractor dengan Crawler Tractor

Crawler Tractor Wheel Tractor
1. Tenaga tarik besar
2. Kecepatan relatif kecil
3. Ground contact (bidang
singgung roda dengan tanah)
besar
4. Dapat bekerja pada kondisi
medan yang buruk
5. Kemungkinan selip kecil
6. Floating lebih baik
7. Mobilitas rendah
8. Jarak angkut dekat
1. Tenaga tarik lebih kecil
2. Kecepatan besar
3. Ground contact kecil


4. Kondisi medan harus baik

5. Mudah selip
6. Beban roda terpusat
7. Mobilitas tinggi
8. Jarak angkut jauh


II.2. BULLDOZER

Pada dasarnya bulldozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai
tempat dudukan dan penggerak utamanya, jadi berupa attachment. Tetapi
sudah menjadi kebiasaan umum bahwa bila kita menyebut bulldozer, yang kita
ketahui adalah traktor yang dilengkapi dengan dozer attachment. Hal ini
perlu dikemukakan disini untuk memberikan pengertian bahwa ada kalanya
bulldozer ini juga dipasang pada prime mover lain, seperti truk-truk berat
atau garder, terutama bulldozer ukuran kecil, untuk pertimbangan
ekonomisnya.








Gambar II-5 Bulldozer

Bulldozer sebenarnya bukan kumpulan nama jenis-jenis dozer, karena
bulldozer ini hanya salah satu jenis dari dozer yang diberi kedudukan untuk
mendorong lurus ke depan. Ada juga angledozer yang kecuali mendorong lurus
ke depan juga dapat mendorong ke samping terhadap sumbu kendaraan.
Sudut serong (angling) ini biasanya 25
0
terhadap kedudukan lurus kedepan.
Macam dan tipe bulldozer dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dari
alat geraknya, kendali alat gerak dan macam pisaunya.


II.2.1. Alat Gerak

Menurut alat bergeraknya (mounted) bulldozer dibagi dalam dua tipe,
ialah crawler Tractor Dozer (dengan roda rantai), Wheel Tractor Dozer
(dengan roda ban karet), dan Swamp Bulldozer (untuk daerah rawa).
Kelebihan dan kerugian antara Crawler Mounted dan Wheel Mounted adalah
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel II-3 Perbandingan antara Crawler Mounted dan Wheel Mounted

Crawler Mounted Wheel Mounted
1. Daya dorong besar, terutama
pada tanah lunak
2. Dapat bekerja pada tanah
1. Kecepatan lebih besar

2. Tidak perlu alat angkut ke
berlumpur
3. Dapat bekerja pada tanah
berbatu yang tajam namun ban
karet akan cepat rusak
4. Kecepatan rendah, jarak
angkut pendek
5. Daya apung (floating) besar

6. Perlu alat pengangkut ke lokasi,
karena dapat merusak jalan
yang dilalui
lokasi
3. Menguntungkan untuk jarak
angkut yang jauh

4. Kelelahan operator kecil
5. Tidak dapat bekerja pada
medan yang jelek, lembek,
becek
6. Jalan angkut perlu
pemeliharaan


II.2.2. Alat Kendali

Menurut alat kendali pisau dozer (blade) nya dibedakan dalam Cable
Controlled (alat kendali dengan kabel) dan Hydraulic Controlled (alat kendali
hidrolis). Beberapa keuntungan dan kerugian dari dua jenis kendali ini
diberikan pada tabel berikut.

Tabel II-4 Perbandingan Cable Controlled dan Hydraulic Controlled

Cable Controlled Hydraulic Controlled
1. Sederhana dalam pemasangan
dan pemakaian
2. Pemeliharaan mudah
3. Bahaya kerusakan alat kurang,
karena pisau dapat naik sendiri
jika menjumpai rintangan yang
berat
4. Tidak cocok untuk tanah yang
keras
1. Tekanan pisau lebih besar

2. Kedudukan pisau mudah di atur
3. Pemeliharaan berat dan harus
teliti


4. Kadang-kadang kesulitan
menyediakan minyak hidrolis
jika lokasi jauh dari kota (di
pedalaman)


II.2.3. Tipe Blade (pisau)

Dilihat dari tipe pisau (blade)nya, bulldozer dibedakan dalam straight
dozer (mendorong lurus), angel dozer (pisau serong dilihat dari pandangan
atas), dan tilt dozer (pisau serong dilihat dari depan).







Gambar II-6 Bulldozer dengan alat kendalinya

Keterangan :
1. Mold board
2. Cutting edge
3. Push arm
4. Pitch arm
5. Hinge (engsel)
6. Hydraulic controlled
7. Hydraulic Motor
8. Cable Controlled


II.2.4. Macam-macam pisau dozer

Beberapa jenis pisau yang digunakanpada bulldozer dan atau angle dozer
ada beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1. Universal Blade (U-Blade), ialah pisau yang berguna untuk efektifitas
produksi. Hal ini memungkinkan bulldozer dapat mendorong/membawa
muatan lebih bayak karena kehilangan muatan yang relatif kecil dalam
jarak angkut yang cukup jauh.
2. Straight Blade (S-Blade), ialah jenis pisau yang cocok untuk segala jenis
medan, blade ini merupakan modifikasi dari U-Blade, manuver lebih mudah
dan dapat membawa material lebih mudah.
3. Angling Blade (A-Blade), Ialah pisau yang digunakan untuk posisi lurus dan
menyudut.
4. Cushion Blade (C-Blade), ialah blade yang dilengkapi dengan rubber
cushion (bantalan karet) untuk meredam tumbukan.
5. Bowldozer, Ialah pisau yang dibuat untuk membawa/mendorong material
dalam jumlah kehilangan yang sesedikit mungkain. Hal ini dimungkinkan
karena dinding-dinding baja pada samping dan bagian bawah.
6. Light Material U Blade (U-Blade untuk material ringan0, ialah pisau yang
direncanakan untuk pekerjaan yang noncohesive material, atau material
lepas yang ringan, misal stock pile.







Gambar II-7 Macam-macam pisau dozer

II.2.5. Operasi dengan Dozer

Untuk meningkatkan produksi ada beberapa caraopersi menggunakan
bulldozer, antara lain :
1. Slot Dozing, ialah dengan melakukan beberapa lintasan dan membiarkan
tanah yang berceceran dikiri-kanan dozer, hal ini akan merupakan
penghalang terhadap tercecernya tanah pada lintasan-lintasan berikutnya.
Cara ini akan menambah produksi 20%.
2. Side by Side Dozing atau Blade to Blade Dozing, ialah cara bekerja
dengan dua dozer berdampingan, sehingga ujung blade dozer yang satu
dengan ujung blade dozer yang lain hampir bersentuhan dan berjalan pada
arah yang sama. Cara ini menaikkan produksi antara 15% - 25%.









Gambar II-8 Cara operasi Dozer


II.2.6. Produksi Bulldozer

Untuk menghitung produksi bulldozer, beberapa pabrik pembuat alat
gambar II-9 adalah perkiraan produksi dozing dengan menggunakan universal
blade dan straight blade untuk bulldozer tip D7 sampai D10 Carterpillar. U
adalah Universal Blade, S adalah Straight Blade, sedangkan pada gambar
tersebut produksi didasarkan atas kondisi sebagai berikut :

1. efisiensi kerja 100% (60 menit per jam)
2. fixed time (waktu tetap untuk pindah gigi) 0,05 menit,
3. berat volume tanah yangdigusur 1790 kg/m
3
(BM), atau 1370 kg/m
3
(LM),
4. swell 30% atau Load Factor = 0,769
5. koefisien traksi untuk : a. track = 0,5 atau lebih
b. whell = 0,4
6. blade dengan hydraulic controlled.







Gambar II-9 Grafik Prakiraan Produksi Bulldozer Karterpillar

Beberapa faktor koreksi perlu diberikan jika kondisi kerja dan ada
faktor-faktor lain yang tidak sesuai.

Tabel II-5 Faktor koreksi kondisi kerja

No. Uraian Crawler Wheel
1.



2.








3.
4.

5.

6.


7.
8.
Operator :
a. baik sekali
b. sedang
c. buruk
Bahan :
a. stock pile
b. sulit dipotong/digusur
- dengan tilt sililder
- tanpa tilt silinder
- dengan kabel kendali
c. keras dipotong/digusur (kering noncohesive)
d. batu hasil ledakan
Dengan metode slot dozing (celah)
Dengan metode berdampingan (side by side dozing)
Penglihatan waktu operasi berdebu, kabut, + gelap, hujan
Efisiensi kerja :
a. 50 menit/jam
b. 40 menit/jam
Direct drive tans. (fixed time 0,1 mnt)
Bulldozer :
a. A Blade
b. C Blade
c. D5 (sempit)
d. U Blade
e. Bowl Blade


1,0
0,75
0,60

1,20

0,80
0,70
0,60
0,80

0,60-0,80
1,20

1,15-1,25

0,80

0,84
0,87
0,80

0,50-0,75
0,50-0,75
0,90
1,20
1,30





1,0
0,75
0,60

1,20

0,75
-
-
0,80

-
1,20

1,15-1,25

0,70

0,84
0,67
-

-
0,50-0,75
-
1,20
1,30


Selain faktor-faktor tersebut di atas, ada satu faktor lagi yang harus
dihitung. Ialah faktor grade correction, adalah koreksi akibat landai jalan
yang ditempuh yang ditunjukkan dalam gambar II-10.








Gambar II-10 Grafik Grade Faktor
Keterangan : + landai naik
- landai turun

Contoh 2-1 : Sebuah Bulldozer D8 U dengan tilt silinder bekerja pada tanah
lempung keras, jarak gusur rata-rata 60 m. Landai naik 10%,
operasi dengan cara slot dozing. Berat volume tanah 1600
kg/m
3
(loose), operator sedang, efisiensi kerja 50 menit/jam.
Berapa produksi rata-rata perjamnya?.

Hitungan : Faktor-faktor koreksi
1. Lempung keras, tilit silinder : 0,80
2. Koreksi landai 10% naik : 0,84
3. Slot dozing : 1,20
4. Operator sedang : 0,75
5. Efisiensi kerja : 0,84
6. Koreksi berat tanah : 1370 : 0,856
1600

Dari gambar II-9 didapat produksi ideal :
410 m
3
/jam (LM)
Jadi produksi nyata : 410 * 0,80 * 0,84 * 1,20 * 0,75 * 0,84 *
0,856 = 178,29 m
3
/jam (LM).

Apabila dari pabrik tidak ada grafik/tabel yang dapat membantu untuk
estimasi produksi, produksi dapat ditentukan secara teoritis, dengan
menghitung kapasitas blade, kemudian produksi rata-rata dihitung dengan
estimasi jumlah lintasan perjamnya.
Pada gambar II-11 kedudukan A, Bulldozer mula-mula atau dalam keadaan
berhenti, pisau sedikit masuk ke dalam tanah dengan tujuan untuk
menggali/menggusur. Dalam kedudukan yang demikian ini traktor mulai
dijalankan maju, biasanya harus dalam keadaan gigi terendah.
Kedudukan B adalah keadaan menggusur/mengangkut tanah dengan
kecepatan tetap, jika dipandang perlu traktor dapat menambah kecepatan
dengan pindah gigi, dan hal ini akan memerlukan waktu tetap yang disebut
dengan fixed time.
Kedudukan C adalah posisi membuang muatan pada akhir jalan angkut,
pisau diangkat naik sehingga tanah dapat lewat di bawah pisau. Apabila tanah
di depan pisau sudah habis tertinggal traktor dihentikan, kemudian dalam
posisi pisau masih terangkat traktor dijalankan mundur menuju ke kedudukan
A.







Gambar II-11 Cara kerja Bulldozer

Jarak L adalah jarak angkut dozer, sedang waktu yang dibutuhkan untuk
menjalani jarak L pulang balik disebut waktu pulang balik atau cycle time
(roundtrip time). Waktu yang diperlukan untuk menjalani satu roundtrip
dirinci sebagai berikut :
1. Waktu tetap (fixed time), adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan
tindakan-tindakan yang selalu harus dijalankan, misalnya memasukkan gigi,
menambah kecepatan, dan memindah gigi.
2. Waktu yang tidak tetap (variable time), ialah waktu untu bergerak maju
mendorong muatan dan watu kembali mengambil muatan, waktu ini
besarnya tergantung jarak dan kecepatan gerak dari traktor.

Untuk estimasi produksi dapat digunakan rumus berikut :

m
3
/jam (BM)

Keterangan : T = cycle time, menit
BC = kapasitas blade (pisau), m
3
JE = efisiensi kerja
LF = load faktor

Contoh 2-2 : Estimasikan produksi rata-rata bulldozer jika ditentukan tanah
lempung berpasir, berat volume 2.700 lbs/cu-yd (BM), swell
25%, jarak gusur 100 ft.
Traktor 72 HP, ukuran blade panjang 9,5 ft, tinggi 3 ft,
kecepatan maju/gusur 1,5 mph, mundur 3,5 mph, efsiensi kerja
50 menit/jam.
Produksi = LF JE BC
T

60


Hitungan : Kapasitas blade dihitung dengan pendekatan sebagai berikut

Lereng tanah ditentukan 2 : 1
Kapasitas blade : L H H 2
2
1

ft Cu = 5 , 85 5 , 9 . ) 3 .( 2
2
1
2

) ( 167 , 3
) 3 (
5 , 85
3
BM yd Cu = =








Gambar II-12 Isi Blade

Kapasitas blade dalam BM ) ( 5336 , 2
25 , 1
176 , 3
BM yd Cu = =
Round trip time :
- dorong/maju : menit 758 , 0 60
280 . 5 5 , 1
100
=


- kembali : menit 324 , 0 60
280 . 5 5 , 3
100
=


- fixed time = 0,30 menit
T = 1,382 menit
Produksi 5336 , 2
60
50
3382 , 1
60
=
= 91,664 Cu-yd/jam (BM)


II.2.7. Penggunaan Bulldozer

Untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi, terutama jalan raya, landasan
pesawat terbang dan sebagainya, bulldozer bersifat serbaguna dan dapat
melakukan tugas-tugas antara lain seperti berikut ini :
1. Pembersihan lapangan pekerjaan dari pepohonan, kayu-kayu dan bonggol-
bonggolnya, puing-puing bekas bangunan dan sebagainya, pekerjaan ini
sering disebut clearning.
2. Pembukaan jalan-jalan kerja darurat menuju ke tempat lokasi pekerjaan.
3. Pembukaan atau penggusuran tanah dalam jarak dekat (100 meter).
4. Mendorong scraper pada waktu memuat (push).
5. Meratakan timbunan tanah pada daerah fill, mengisi kembali galian atau
parit, spreading dan sebagainya.
6. Memelihara jalan kerja, jalan angkut.
7. Menyiapkan bahan-bahan dari quarry atau tempat pengambilan material.
8. Mengupas tanah bagian atas yang jelek atau stripping.
9. Meratakan permukaan atau menghaluskan permukaan bidang rat
(finishing).


II.2.8. Mengerjakan Bukit dengan Bulldozer

Pekerjaan pada bukit yang tanahnya terdiri dari butir yang lepas akan
sulit didaki samapi ke puncak oleh traktor, karena tanah akan longsor. Untuk
merintis jalan menuju puncak ialah dengan menghadapkan dozer ke tebing
yang akan didaki dengan blade diangkat setinggi mungkin. Dengan kedudukan
blade ini traktor digerakkan maju sedemikian rupa sehingga blade masuk ke
tebing, kemudian traktor digerakkan mundur agar tidak tertimpa longsoran
tebing akibat gerakan mundur tersebut. Bahan longsoran yang terkumpul
pada kaki tebing itu kemudian diratakan dengan cara back blading, ialah
dengan meletakkan blade di belakang onggokan bekas longsoran dan menarik
mundur traktor yang akan menghailkan suatu bidang rata dan mempunyai
ketinggian lebih dari kedudukan semula. Kemudian pekerjaan dimulai dengan
mengangkat blade tinggi-tinggi dan maju ke depan kemudian mundur lagi.
Apabila bukit terdiri dari tanah keras dan berbatu, maka biasanya tiada
jalan lain kecuali membuat jalan melingkar (side hil cut), klintasan pertama
digunakan tilt dozing, kemudian dengan angle dozing agar tanah hasil gusuran
dapat dibuang ke jurang atau bagian tebing yang rendah. Seandainya harus
terpaksa menggali melalui bukit, misalnya untuk membuat jalan tembus, maka
harus diperhatikan adanya pola penggalian seperti pada gambar II-13.a








(a). Pola penggalian





(b). Dengan tilt dozing (c). Dengan angle dozing

Hal ini untuk menghindari agar dozer tidak terjepit di antara dua tebing
hasil galian, karena pisau dozer tidak jauh lebih besar daripada lebar antara
letak dua track traktor, sehingga jika tidak hati-hati dalam memilih urutan
lintasan bukan tidak mungkin dozer akan terjebak dan sulit untuk keluar.


II.2.9. Meratakan Timbunan Tanah (Spreading)

Timbunan tanah yang dimaksud adalah bekas dumping dari truk untuk
pengisian jarak jauh, atau stock pile dari hasil timbunan yang lain. Pekerjaan
dimuali dengan memberikan kedudukan dozer blade cukup tinggi di atas tanah
asal agar tidak terambil muatan terlalu banyak sekaligus. Jika di depan blade
sudah tidak cukupbanyak muatan maka traktor dihentikan dan dijalankan
mundur untuk mengambil muatan baru, sisa muatan dari pass yang lalu
didorong dengan pass berikutnya. Hal ini dilakukan dengan memelihara
produktivitas dozer yang hanya dicapai dengan mendorong muatan yang
maksimal. Dalam melaksanakan ini tiap kali harus pindah jalur pada waktu
menjalankan masing-masing pass yang berurutan, sehingga tanggul-tanggul
yang terjadi pada lintas-lintas sebelumnya tidak terlalu berat untuk
diratakan kemudian. Naik turunnya blade pada kebanyakan dozer adalah hal
yang sukar dikendalikan, terutama bagi operator yang belum cukup
berpengalaman. Maka sebaiknya jika terjadi puntuk-puntuk di atas permukaan
tanah, lebih baik dozer dihentikan dan mundur mengulangi pass yang sedang
dijalani.


II.2.10. Menggali Tanah Keras

Jika menjumpai tanah keras, misalnya tanah keras kering, maka penggalian
dapat dilakukan dengan pisau dozer khususs yang disebut ripper (pembajak).
Alat ini pada dasarnya tidak lain seperti bajak yang gigi-giginya terbuat dari
baja sedemikian rupa sehingga dapat diberikan tekanan cukup besar untuk
dapat masuk dalam tanah keras. Ripper ini ada yang merupakan alat
tersendiri yang ditarik (towed) oleh traktor, ada juga yang merupakan alat
pelengkap (attachment) yang dipasang pada traktor sebagai alat
penggeraknya.






(a). Parallelogram kaku sudut pisau tetap (b). Dapat diatur secara hidrolis






(c). Ripper tunggal kaku (d). Parallelogram dapat diatur

Gambar II-14 Macam-macam Ripper

Macam-macam ripper terlihat pada gambar II-14 antara lain sebagai
berikut.
1. Ripper yang merupakan alat sendiri.
2. Ripper yang ditarik traktor,
a. dengan cable controlled (kendali kabel),
b. dengan hydraulic controlled (kendali hidrolis).
3. Ripper yang merupakan attachment yang dipasang pada traktor sebagai
tenaga penggeraknya.
a. Adjustable parallelogram, giginya sjajar dan dapat diatur/dilepas,
macamnya :
1). Single shank (gigi tunggal)
2). Multi shank (gigi banyak)
b. Parallelogram gigi sejajar dan kaku,
1). Single shank,
2). Multi shank.
c. Hinge, berbentuk piringan dengan ukuran tertentu.

Gigi-gigi ripper ini jika aus dapat diganti, hanya harus dijaga agar
keausannya jangan sampai pada inti giginya, karena penggantiannya akan lebih
mahal.
Beberapa jenis tanah tertentu tidak dapat dibajak dengan ripper ini,
untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel II-6.

Tabel II-6. Kemampuan Ripper









Pada tabel terlihat bahwa clay dengan kecepatan rambat antara 3000
5000 ft/detik dapat dibajak, sedang clay dengan kecepatan rambat suara
antara 5000 - 6000 ft/detikmerupakan batas kemampuan ripper yang
bersangkutan. Kecepatan rambat suara ini dihitung berdasarkan penyelidikan
di lapangan pada jenis material yang akan dikerjakan. Tabel tersebut tidak
mutlak memberikan kepastian dapat tidaknya material dibajak, karena
material dapat dibajak tanpa memperhatikan kecepatan rambat suara,
terutama untuk material yang homogen. Sebaliknya kecepatan rambat suara
yang rendah belum tentu menjamin dapat dibajak material, karena joint
fracture yang ada tidak memungkinkan untuk penetrasi gigi ripper. Untuk
batuan konglomerat dan beberapa jenis batuan yang lain kadang-kadang
diperlukan bantuan dengan peledakan.

Produksi dapat diestimasikan sebagai berikut.

Contoh 2-3 : Sebuah ripper dengan single shank yang ditarik traktor,

Jarak ripping : 0,915 m
Dalam ripping : 0,610 m
Panjang ripping : 91 m
Kecep.ripping : 1,6 km/jam atau 26,6 m/menit
Waktu kembali : 0,25 menit
Efisiensi kerja : 50 menit/jam

Cycle time :

- waktu membajak : menit 42 , 3
6 , 26
91
=
- waktu kembali = 0,25 menit
T = 3,67 menit
- produksi : 8 , 0
60
50
610 , 0 915 , 0
67 , 3
60

= 6,08 Bm
3
/jam

Apabila ada faktor koreksi yang lain seperti kondisi medan, alat dan
operator dapat juga diperhitungkan.


II.2.11. Clearning

Bulldoder adalah alat yang baik sekali untuk digunakan dalam pekerjaan-
pekerjaan pembersihan permukaan tanah dari tumbuh-tumbuhan, pohon-
pohonan, sisa pohon, batu-batuan dan puing-puing bekas bangunan. Apabila
pohon tidak terlalu besar, pisau dimasukkan sedikit di bawah permukaan
tanah dan digusur maju, sehingga pohon tumbang, hal ini juga dilakukan untuk
semak-semak belukar. Untuk menumbangkan pohon yang agak besar, blade
diangkat sampai kedudukan kira-kira setengah dari maksimal, sehingga
cutting edge blade menyentuh batang pohon yang akan ditumbangkan. Setelah
blade menyentuh batang pohon, dozer digerakkan maju pada gigi rendah
sambil mengangkat blade ke atas mencapai kedudukan tertinggi. Dengan
demikian pohon kecuali terdorong juga terjebol dari kedudukannya.
Untuk pekerjaan clearning ini dapat dikatakan suatu pekerjaan yang tidak
eksak, karena jumlahnya produksi tidak dapat dipastikan dari pekerjaan yang
satu dengan pekerjaan yang lainnya. Sebagai gambaran diberikan tabel
berikut.

Tabel II-7 Produksi Clearnimg dengan bulldozer

B a h a n Ukuran traktor
< 115 DBHP > 115 DBHP

1. Pohon-pohon kecil, semak (0<6
inci)
2. Pohon-pohon sedang (0 7-12
inci)
3. Pohon besar (0 12-30 inci)

1. 000 sq-yd/jam

3 -9 mnt/pohon

5 -20 mnt/pohon

1. 200 sq-yd/jam

2 -6 mnt/pohon

5 -20 mnt/pohon

Catatan : 1 sq-yd ~ 0,836 m
2


Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pekerjaan clarning antara lain:
1. kelebatan pohon yang akan mempengaruhi produksi dan biaya,
2. penggunaan setelah dikerjakan, misal untuk dam, jalan raya dan
sebagainya yang akan mempengaruhi pada metode clearningnya,
3. keadaan dan daya dukung tanah,
4. topografi,
5. keadaan iklim,
6. kekhususan pekerjaan.

Dalam melaksanakan pekerjaan pembersihan medan dibedakan dalam
beberapa metoda yang didasarkan pada start, route yang ditempuh dan akhir
pekerjaan sebagai berikut.
1. Metoda Siput Luar (Out Crop), alat bergerak mulai dari tengah ke arah
luar menyusuri garis siput.
2. Metode Siput Dalam (Perimeter), alat bergerak dari luar ke arah tengah
menyusuri garis siput.
3. Metode Pegas Ulir (Harrowing), alat bergerak seseuai dengan garis serupa
pegas ulir.
4. Metode Zig-zag, alat bergerak dari kiri ke kanan dan sebaliknya menurut
garis lurus, sangat baik untuk tanah relatif datar.
5. Metode Pembakaran, tumbuhan/tanaman dibakar dari arah lawan angin
beris per baris.
6. Metode Contour, alat bekerja pada contour-contour dengan ketinggian
tempat yang sama, biasanya untuk tanah miring.





(a). Metode Out Crop (b). Metode Perimeter





(c). Metode Harrowing (d). Metode Zig-zag

Gambar II-15 Beberapa metode Clearning


II.3. SCRAPER

Dalam pekerjaan penggususran tanah, scraper selain digunakan untuk
menggali juga dapat untuk mengangkut. Pada kenyataan scraper ada yang
mempunyai mesin sendiri dan ada yang ditarik traktor, tetapi secara
keseluruhan scraper dan traktor disebut sebgagai scraper saja.


II.3.1. Macam-macam Scraper

Beberapa macam dan tipe scraper dibedakan sebagai berikut :
1. Mesin penggerak, ada scraper bermesin tunggal yang power unitnya
terletak di bagian depan berfungsi sebagai penarik bowldari scraper,
kemudian ada yang bermesin ganda yang power unit keduanya ditempatkan
pada bagian belakang bowl scraper berfungsi untuk mendorong seluruh
unit scraper, sedang powel unit yang pertama ada di bagian depan sebagai
penarik dan keduanya harus terpadu bekerjanya.
2. Tipe scraper dibedakan dalam dua macam, ialah semi trailler (dengan dua
as), dan tipe full trailler (satu as).
3. Alat kendali dibedakan dalam dua macam, alat kendali hidrolis (hydraullic
controlled), dan alat kendali kabel (cable controlled).
4. Roda traktor yang digunakan dapat berupa :
a. roda rantai (crawler tractor populled),
b. roda karet (whell tractor pulled) yang macamnya ada :
1. single engine (mesin tunggal),
2. twin engine (mesin ganda),
3. two bowl tandem (dengan dua bowl bersama-sama),
4. multi bowl multi engine,
5. elevating scraper.

(a). Scraper bermesin tunggal







(b). Scraper bermesin ganda







Gambar II-16 Scraper








Gambar II-17 Elevating Scraper







Prinsip kerja scraper ialah dalam keadaan berjalan bowl diturunkan
samapai cutting edge nya masuk ke dalam tanah yang akan digali/digusur.
Apron ditarik ke atas dan ditahan pada kedudukan tertentu supaya tanah
dapat masuk ke dalam bowl, jika bowl belum penuh tetapi tanah tidak dapat
masuk, hal ini biasanya karena kecepatan gerak scraper kurang untuk
mendorong tanah yang terkumpul menutupi lubang dasar bowl dan apron.
Untuk hal semacam ini kadang-kadang perlu dibantu dengan pushdozer
(bulldozer pendorong). Apabila bowl sudah penuh, apron ditutup kemudian
diangkut dan dibuang pada tempat yang diinginkan.





(a). Gali (b). Angkut (c). Buang

Gambar II-18 Cara operasi Scraper

Membuang muatan dari scraper biasanya dengan membuat lapisan urugan
yan rata tebalnya, untuk ini bowl diturunkan dari kedudukannya sampai
ketinggian yang dikehendaki di atas permukaan tanah, kemudian apron dibuka
secukupnya, sehingga muatan keluar oleh berat sendiri dari bowl dan juga
oleh bantuan dorongan ejector yang digerakkan maju.


II.3.2. Fungsi Scraper

Dalam pekerjaan tanah scraper berfungsi antara lain.
1. Striping top soil, ialah pengupasan tanah permukaan yang jelek.
2. Meratakan contour sekeliling bangunan.
3. Menggali saluran.
4. Menggali dan mengurug, misalnya badan jalan.

Pada pekerjaan cut & fill oleh scraper melibatkan pekerjaan material dari
suatu tempat ke tempat lain. Scraper dapat bekerja dengan baik asal
ukurannya sesuai dengan kondisi medan, biasanya jarak angkut 100 meter
sampai dengan 1.000 meter adalah jarak ekonomis untuk bekerja dengan
scraper. Tetapi hal tersebut tidak mutlak, karena berdasarkan asumsi dan
pengalaman, pada jarak angkut 100 meter pwnggunaan scraper belum tentu
lebih baik dibandingkan dnegan bulldozer.


II.3.3. Produksi Scraper

Kapasitas scraper ditentukan volume material yang dapat dimuat dalam
bowl, dan ukuran kapasitas ini dinyatakan dalam m
3
atau cu-yd. Ukuran
dibedakan dalam keadaan peres (struck) dan munjung (heaped), dan perlu
diketahui bahwa ukuran tanah yang digali dalam keadaan bank measure,
sedang tanah yang termuat dalam bowl dalam keadaan loose (lepas).
Seperti halnya dengan produksi yang dapat dihitung untuk dozer, maka
untuk scraper dapat dilakukan hitungan-hitungan serupa dengan banyak
mendasarkan pada pengalaman di lapangan. Oleh pabrik pembuatnya, biasa
diberikan dua angka untuk kapasitas srcaper, ialah kapasitas struck dan
kapasitas heaped, sedang angka rata-ratanya terletak diantara kedua angka
tersebut, karena biasanyascraper dapat diisilebih dari kapasitas struck,
tetapi jarang mencapai kapasitas heaped.
Produksi scraper dinyatakan dalam jumlah tanah yang dapat dipindahkan
tiap jamnya, dan untuk menghitung cycle timenya ada dua hal pokok yang
harus dihitung ialah sebagai berikut.
1. Waktu tetap, ialah waktu yang diperlukan untuk muat, memepercepat
muat, pindah gigi, membuang muatan, memutar balik, menyiapkan diri
untuk kembali mengambil muatan.
2. Waktu tidak tetap, ialah waktu yang diprtlukan untuk berjalan menuju
tempat membuang dan kembali mengambil muatan.

Untuk menentukan waktu tetap (fixed time) sebagai gambaran dapat
diambil pada tabel II-8, khusus untuk scraper roda karet.

Tabel II-8 Waktu tetap untuk Whell Scraper (menit)

Kegiatan Kecepatan angkut (mph)
5 - 8 8 - 15 15 - 30
(1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3)
- muat
- buang, memutar
- pindah gigi, menambah
kecepatan dll
0,8
0,4
0,3
1,0
0,5
0,4
1,4
0,6
0,6
0,8
0,4
0,6
1,0
0,5
0,8
1,4
0,6
1,0
0,8
0,4
1,0
1,0
0,5
1,5

1,4
0,6
2,0
T o t a l 1,5 1,9 2,6 1,8 2,3 3,0 3,0 3,0 4,0


Keterangan : (1). kondisi medan baik
(2). kondisi medan sedang
(3). Kondisi medan kurang baik

Contoh 2-4 : Sebuah crawler scraper tipe C 100, 100 HP beratnya 12 ton,
rincian DBP sebagai berikut.

Tabel II-9 Rincian DBP traktor

Gigi ke Kecepatan (km/jam) DBP (kg)
1
2
3
4
5
2,36
3,80
4,51
6,45
10,00
9.000
5.340
4.050
2.540
1.530


Kapasitas bowl 9,6 m
3
, berat kosong 10 ton, panjang pisau 2,5
meter. Jenis tanah kepasiran, berat 1.300 kg/m
3
(BM), swell =
20%. Kondisi medan datar, jalan angkut rata, RR untuk crawler
50 kg/ton. Jarak angkut 300 meter, urugan tebal tiap lapis 20
cm, galian tebal tiap kali muat 10 cm. Jika efisiensi kerja 50
menit/jam berapa produksi scraper?

Hitungan : Volume scraper 9,6 m
3
(LM) = ) ( 8
20 , 1
6 , 9
3
BM m =
Jarak muat : meter 32
5 , 2 10 , 0
8
=


Jarak buang : meter 20 , 19
5 , 2 20 , 0
60 , 9
=


Berat scraper : 10 ton
Berat muatan : 8 x 1.300 = 10,40 ton
T o t a l = 20,40 ton
DBP yang dibutuhkan untuk menarik scraper + muatan = 20,4 x
70 = 1.428 kg, sedang DBP untuk traktor sudah
diperhitungkan.
Dari tabel II.9 terlihat bahwa traktor dapat berjalan pada gigi
ke 5, dengan kecepatan 10 km/jam.

1. Waktu tetap :
- muat gigi ke 1 : menit 81 , 0 60
360 . 2
32
=
- buang gigi ke 1 : menit 49 , 0 60
360 . 2
20 , 19
=
- putar 2 kali : 2 x 0,40 = 0,80 menit
- pindah gigi, percepatan dll = 1,00 menit
T
1
= 3,10 menit

2. Waktu tidak tetap :
- waktu angkut : menit 80 , 1 60
000 . 10
300
=
- waktu kembali : menit 80 , 1 60
000 . 10
300
=
T
2
= 3,60 menit

Cycle time : 3,10 + 3,60 = 6,70 menit
Produksi scraper : jam m / 70 , 59
60
50
8
70 , 6
60
3
=


II.3.4. Scraper dengan pushdozer

Untuk traktor dengan roda karet, dalam memperoleh kapaitas angkut yang
maksimal, pada waktu menggali diperlukan bantuan pushdozer yang
mendorong dari belakang. Dalam menghitung produksi dan menghitung jumlah
sraper yang harus dilayani oleh pushdozer sangat tergantung pada masing-
masing cycle time yang diperlukan. Waktu yang diperlukan tersebut antara
lain untuk mendorong, angkut, buang, putar dan waktu kontak. Beberapa cycle
time untuk pushdozer tergantung dari macam operasinya seperti terlihat
pada tabel II.10.

Contoh 2-5 Sebuah pushdozer bekerja dengan cara back track loading,
kondisi pemuatan sedang. Scraper yang dilayani mempunyai
cycle-time 8 menit.

Berapakah scraper yang dapat dilayani oleh pushdozer?

Hitungan : Dari tabel II.10 diperoleh T untuk pushdozer 2,5 menit.
Jumlah scraper = 2 , 3
5 , 2
8
=
a. Bila digunakan 3 buah scraper, maka waktu untuk
mendorong : 3 x 2,5 = 7,5 scraper belum datang, sehingga
pushdozer harus menunggu.
b. Bila digunakan 4 buah scraper, maka waktu untuk mendorong
= 4 x 2,5 = 10 menit, scraper sudah datant tetapi
pushdozer belum selesai mendorong scraper ke 4.

Tabel II-10 Cycle-time untuk Pushdozer

Cara operasi Kondisi muatan Cycle-time
Back Track Loading Baik
sedang
kurang
1,7
2,5
3,0
Chain Loading Baik
sedang
kurang
1,2
1,6
2,0
Shuttle Loading Baik
sedang
kurang
1,2
1,6
2,0

Keterangan :


III. ALAT-ALAT GALI


III.1. UMUM

Alat-alat gali ini sering disebut sebagai excavator, yang mempunyai
bagian-bagian utama antara lain :
1. bagian atas yang dapat berputar (revolving unit),
2. bagian bawah untuk berpindah tempat (travelling unit), dan
3. bagian-bagian tambahan (attachment) yang dapat diganti sesuai pekerjaan
yang akan dilaksanakan,

Attachment yang penting kita ketahui adalah crane, dipper shovel, backhoe,
dragline dan clamshell. Bagian bawah dari excavator ini ada yang digunakan
roda rantai (track/crawler) dan ada yang dipasang di atas truck (truck
mounted).
Pada umumnya excavator mempunyai tiga pasang mesin penggerak pokok
ialah :
1. penggerak untuk mengendalikan attachment, misalnya untuk gerakan
menggali, mengangkat dan sebagainya.
2. penggerak untuk memutar revolving unit berikut attachment yang
dipasang pada unit tersebut
3. penggerak untuk menjalankan excavator berpindah dari satu tempat ke
tempat lain.
Pada crawler mounted excavator, mesin penggerak pada umumnya
bersumber pada power unit yang sama dengan mesin-mesin penggerak lainnya,
sedang pada truck mounted excavator biasanya digunakan mesin khusus untuk
berpindah tempat, dan dipilih yang RPM nya tinggi, agar diperoleh mobilitas
yang tinggi.
Excavator adalah alat yang bekerjanya berputar bagian atasnya pada
sumbu vertikal di antara sistem roda-rodanya, sehingga excavator yang
beroda ban (truck mounted), pada kedudukan arah kerja attachment tidak
searah dengan sumbu memanjang sistem roda-rodanya, sering terjadi
proyeksi pusat berat alat yang dimuati berada di luar pusat berat dari sistem
kendaran, sehingga dapat menyebabkan alat berat terguling. Untuk
mengurangi kemungkinan terguling ini diberikan alat yang disebut out-riggers.





(a). Crawler mounted (b). Truck mounted




(c). Outriggers

Gambar III-1 Macam-macam travelling unit


III.2. POWER SHOVEL

Dengan memberikan shovel attachment pada excavator maka kita
dapatnkan alat yang disebut power shovel. Alat ini baik untuk pekerjaan
menggali tanah tanpa bantuan alat lain, dan sekaligus memuatkan ke dalam
truk atau lat angkut lainnya. Alat ini juga dapatr untuk membuat timbunan
bahan persediaan (stock pilling). Pada umumnya power shovel ini dipasang di
atas crawler mounted, karena diperoleh keuntungan yang besar antara lain
stabilitas dan kemampuan floatingnya. Power shovel di lapangan digunakan
terutama untuk menggali tebing yang letaknya lebih tinggi dari tempat
kedudukan alat.
Macam shovel dibedakandalam dua hal, ialah shovel dengan kendali kabel
(cable controlled), dan shovel dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled).
Bagian-bagian yang terpenting dari shovel ditunjukkan pada gambar III-2.

1. Bucket
2. Tangkai Bucket
3. Sling Bucket
4. Rol Ujung
5. Boom
6. Sling Boom
7. Penahan Boom
8. Mesin Penggerak
9. Counter Weight (pengimbang)
10. Kabin Operator
11. Under Carriage

Gambar III-2 Bagian-bagian Shovel


III.2.1. Cara Kerja Power Shovel

Pekerjaan dimulai dengan menempatkan shovel pada posisi dekat tebing
yang akan digali, dengan menggerakkan dipper/bucket ke depan kemudian ke
atas sambil menggaruk tebing sedemikian rupa sehingga dengan garukan ini
tanah masuk dalam bucket, jika bucket sudah penuh maka bucket ditarik
keluar. Operator yang telah berpengalaman dapat mengatur gerakan ini
sedemikian rupa sehingga bucket sudah terisi penuh pda saat bucket
mencapai bagian atas tebing.
Setelah terisi penuh, maka shovel dapat diputar (swing) ke kanan atau ke
kiri menuju tempat yang harus diisi. Segera sesudah shovel tidak lagi dapat
mencapai tebing dengan sempurna, maka shovel dapat digerakkan/berjalan
menuju posisi baru hingga dapat bergerak seperti semula. Pada dasarnya
gerakan-gerakan selama bekerja dengan shovel ialah :
1. maju untuk menggerakkan dipper menusuk tebing,
2. mengangkat dipper/bucket untuk mengisi,
3. mundur untuk melepaskan dari tanah/tebing,
4. swing (memutar) untukmembuang (dump),
5. berpindah jika sudah jauh dari tebing galian, dan
6. menaikkan/menurunkan sudut boom jika diperlukan.





(a). Crawler Mounted Power Shovels (b). Whell Mounted Power Shovel

Gambar III-3 Power Shovel


III.2.2. Ukuran Shovel

Ukuran shovel didasarkan pada besarnya bucketyang dinyatakan dalam m
3
atau cu-yd, dan dibedakan dalam keadaan isi peres (struck) atau munjung
(heaped), juga dalam kondisi tanah alam atau lepas. Dalam perdagangan
terdapat shovel dalam kapasitas bucket 0,50 ; 0,75 ; 1,00 ; 1,25 ; 1,50 ; 2,00
dan 2,5 cu-yd, sesuai ketentuan-ketentuan dari Power Crane & Shovel
Association (PCSA). Untuk ukuran-ukuran yang lebih besar dapat dibuat
sesuai dengan permintaan.
Untuk memilih ukuran shovel ada beberapa faktor, antara lain banyaknya
volume pekerjaan, bila harus mengerjakan banyak pekerjaan kecil-kecil di
tempat-tempat yang berjauhan satu sama lain, maka pemilihan shovel dengan
truck mounted merupakan keuntungan tidak kecil artinya. Sebaliknya jika
pekerjaan terpusat di satu tempat dengan jumlah besar, mobilitas tidak
begitu penting, dan crawler mounted showel lebih menguntungkan. Pemilihan
showel dengan ukuran yang besar dipertimbangkan atas dasar sebagai
berikut.
1. Pengangkutan shovel merupakan usaha yang sulit, jadi harus
dipertimbangkan jalan angkut yang ada.
2. Pengausan bagian-bagian/spare parts shovel ukuran besar relatif besar
pula,karena pekerjaan yang dilakukan juga besar.
3. Pada pekerjaan di quarry, shovel besar tidak perlu terlebih dahulu
menghancurkan batu-batu.
4. Biaya untuk operator untuk shovel besar relatif lebih kecil, karena
produksinya besar.
5. Shovel besar lebih mampu mengerjakan bahabahan yang keras karena
tenaganya lenih besar.
6. Waktu penyelesaian pekerjaan lenih cepat.

B : panjang boom
D : tinggi buang maks.
E : radius buang maks.
G : tinggi gali maks.
sI : dalam gali maks.
J : radius gali maks.
X : sudut putar boom

Gambar III-4 Diagram jangkauan shovel


III.2.3. Produksi Shovel

Dalam menghitung produksi shovel perlu diperhatikan cycle time selama
operasi berlangsung. Satu cycle time terdiri dari menggali/ mengisi bucket,
berputar (swing), membuang (dump) dan berputar (swing) ke posisi semula.
Faktor-faktor selama operasi, keadaan medan dan hambatan-hambatan lain
perlu pula dipertimbangkan, karena akan mempengaruhi produksi shovel.
1. Pengaruh tinggi tebing galian terhadap produksi shovel.
Tinggi tebing galian yang paling baik ialah yang sedemikian besarnya,
sehingga pada waktu dipper/bucket mencapai titik tertinggi tebing sudah
penuh terisi, dengan tidak perlu memberikan beban yang berlebihan pada
mesin. Tinggi tebing yang demikian kita sebut dengan tinggi optimal, yang
bagi shovel-shovel yang dibuatmenurut spesifikai PCSA untuk masing-
masing ukuran shovel dan macam tanah yang digali diberikan seperti pada
tabel III-1.

Tabel III-1 Produksi Ideal Power Shovel dan Tinggi Gali Optimal

Jenis Tanah Ukuran Power Shovel, cu-yd
3/8 0,5 0,75 1,0 1,25 1,5 1,75 2,0 2,5
Lempung berpasir,
basah
Pasir dan kerikil

Tanah biasa, baik

Tanah lempung, keras

Batu ledakan, baik

Lempung lekat, basah

Batu ledakan, jelek
3,8
85
3,8
80
4,5
70
6,0
50
-
40
6,0
25
-
15
4,6
115
4,6
110
5,7
95
7,0
75
-
60
7,0
40
-
25
5,3
165
5,3
155
6,8
135
8,0
110
-
95
8,0
70
-
50
6,0
205
6,0
200
7,8
175
9,0
145
-
125
9,0
95
-
75
6,5
250
6,5
230
8,5
210
9,8
180
-
155
9,8
120
-
95
7,0
285
7,0
270
9,2
240
10,7
210
-
180
10,7
145
-
115
7,4
320
7,4
300
9,7
270
11,5
235
-
205
11,5
165
-
140
7,8
355
7,8
330
10,2
300
12,2
265
-
230
12,2
185
-
160
8,4
405
8,4
390
11,2
350
13,3
310
-
275
13,3
230
-
195

Catatan : * angka yang atas tinggi gali optimal (ft)
* angka yang bawah produksi ideal shovel (cu-yd/jam) BM

Angka-angka dalam tabel III-1 tersebut adalah angka praktek, meskipun
tidak tepat benar dapat digunakan sebagi titik tolak perencanaan
pekerjaan penggalian tebing. Bila tinggi tebing kurang optimal maka tidak
mungkin mengisi bucket sekaligus penuh dalam satu pass tanpa
memberikan beban lebih pada mesin. Hal ini aka menyebabkan cepat
rusaknya mesin, maka operator dapat memilih dua kemungkinan, ialah
mengisi bucket penuh dalam beberapa kali pass atau membiarkan bucket
tidak terisi penuh langsung di-dump, tentu saja dua hal tersebut akan
mempengaruhi produksi shovel. Sebaliknya bila tebing lebih tinggi dari
optimal, operator harus hati-hati agar tidak terjadi lubang-lubang dalam
tebing, yang dapat mengakibatkan longsornya tebing tersebut dan
menimpa shovel. Operator dapat memilih menggali dengan mengurangi
tenaga tekan pada bucket ke dalam tebing, atau penggalian tidak dimulai
dari dasar tebing, atau menggali secara normal tetapi membiarkan tanah
tumpah dari bucket dan mengambil pada cycle berikutnya. Ketiga hal
tersebut akan mengurangi produksi shovel.

2. Pengaruh sudut putar (swing) terhadap produsi shovel.
Sudut putar shovel adalah sudut dalam bidang horizontal antara
kedudukan dipper/bucket pada waktu menggali dan pada waktu membuan
muatan, yang dinyatakan dalam derajat. Besarnya sudut putar ini
mempengaruhi cycle time pekerjaan, sehingga mempengaruhi produksi
shovel. Pada tabel III-2 diberikan faktor koreksi produksi shovel untuk
sudut putar dan prosen tinggi galian optimal.

Tabel III-2 Faktor Koreksi Sudut Putar dan % Tinggi Gali Optimal pada
Produksi Power Shovel

% tinggi optimal Sudut putar (swing), derajat
45 60 75 90 120 150 180
40
60
80
100
120
140
0,93
1,10
1,22
1,26
1,20
1,12
0,89
1,03
1,12
1,16
1,11
1,04
0,85
0,96
1,04
1,07
1,03
0,97
0,80
0,91
0,98
1,00
0,97
0,91
0,72
0,81
0,86
0,88
0,86
0,81
0,65
0,73
0,77
0,79
0,77
0,73
0,59
0,66
0,69
0,71
0,70
0,66
160 1,03 0,96 0,90 0,85 0,5 0,67 0,62

3. Pengaruh keadaan medan (job condition) terhadap produksi shovel.
Produksi shovel sangat ditentukan oleh keadaan medan tempat alat
tersebut bekerja. Tempat penggalian yan ideal antara lain memenuhi
syarat lantai kerja yang keras, drainasi bauk, tempat kerja luas,
trukpengangkut dapat ditempatkan pada kedua sisi sehingga tinggi optimal
terpelihara, jalan angkut tidak terpengaruh keadaan musim, perbandingan
yang sesuai antara produksi shovel dengan truk pengangkutnya. Keadaan
medan ini dinyatakan sebagai sangat baik, baik, sedang dan kurang
menguntungkan, tetapi tidak ada ukuran yang eksak untuk menyatakan ini.

4. Pengaruh keadaan manajemen (management conditions) terhadap produksi
shovel.
Pengaruh manajemen ini menyangkut tindakan pemilik/pemakai alat dalam
menggunakan dan memelihara kondisi alat. Beberapa hal yang
mempengaruhi kondisi antara lain pemberian minyak pelumas, pencekan
bagian-bagian shovel sebelum digunakan, penggantian dipper/operator
atau suku cadang lain yang perlu, pemberian bonus pada pekerja/operator
dan lain-lainnya. Keadaan manajemen diklasifikasikan sebagai sangat baik,
baik, sedang dan kurang menguntungkan. Tabel III.3 memberikan faktor-
faktor koreksi pengaruh keadaan medan dan manajemen.

Tabel III-3 Faktor Koreksi Keadaan Medan dan Keadaan Manajemen

Keadaan Medan Keadaan Manajemen
Sangat
baik
baik sedang kurang
- sangat baik
- baik
- sedang
- kurang
0,84
0,78
0,72
0,63
0,81
0,75
0,69
0,61
0,76
0,71
0,65
0,57
0,70
0,65
0,60
0,52


Contoh 3-1 : Sebuah shovel bucket 1 cu-yd menggali tanah lempung keras
berupa tebing dengan ketinggian 2,30 meter. Sudut putar
(swing) 75
0
, kondisi medan sedang, kondisi manajemen baik.
Berapakan produksi shovel perjamnya ?

Hitungan : Dari tabel III-1 untuk tanah lempung keras dengan ukuran
bucket 1 cu-yd diperoleh :

- produksi ideal 145 cu-yd/jam (BM)
- tinggi gali optimal 9 ft = 2,75 meter

% tinggi gali optimal : % 64 , 83 % 100
75 , 2
30 , 2
=

swing 75
0
---- dari tabel III.2 diperoleh faktor koreksi 1,05
(interpolasi lurus)

Keadaan medan sedang ; keadaan manajemen baik, dari tabel
III-3 : faktor koreksi 0,69

Jadi produksi shovel :
= 145 x 1,05 x 0,69
= 105,05 cu-yc/jam (BM) atau
= 80,32 m
3
/jam (BM)




III.3. DRAGLINE

Dragline adalah alat untuk menggali tanah dan memuatkan pada alat-alat
angkut, misalnya truk, traktor penarik gerobag, atau ke tempat penimbunan
yang dekat dengan galian. Pada umumnya power shovel samapai dengan
kapaitas 2,5 cu-yd dapat diubah menjadi dragline, dengan melepas boom dan
shovel diganti boom dan bucket dragline.
Untuk beberapa proyek power shovel atau dragline digunakan untuk
menggali, tetapi dalam beberapa hal dragline mempunyai keuntungan, yang
umumnya dikarenakan oleh keadaan medan dan bahan yang perlu digali.
Dragline biasanya tiak perlu masuk ke dalam tempat galian untuk
melaksanakan pekerjaannya, dragline dapat bekerja dengan ditempatkan pada
lantai kerja yang baik, kemudian menggali pada tempat yang penuh air atau
berlumpur. Jika hasil galian terus dimuat ke dalam truk, maka truk tidak
perlu masuk ke dalam lubang galian yang kotor dan berlumpur yang
menyebabkan terjebaknya truk tersebut. Dragline sangat baik untuk
penggalian pada parit-parit, sungai yang tebingnya curam, sehingga kendaraan
angkut tidak perlu masuk ke lokasi penggalian.
Satu kerugian dalam menggunakan dragline untuk menggali ialah
produksinya yang rendah, antara 70% - 80% dibandingkan dengan power
shovel untuk ukuran yang sama.
Macam dragline ada tiga tipe ialah Crawler Mounted , wheel Mounted dan
truck Mounted. Crawler Mounted digunakan pada tanah-tanah yang
mempunyai daya dukung kecil, sehinggafloatingnya besar, tetapi kecepatan
geraknya rendah dan biasanya diperlukan bantuan alat angkut untuk membawa
alat sampai ke lokasi pekerjaan.


III.3.1. Cara Kerja Dragline

Penggalian dimulai dengan swing pada keadaan bucket kosong menuju ke
posisi menggali, pada saat yang sama drag cable dan hoist cable dikendorkan,
sehigga bucket jatuh tegak lurus ke bawah.

1. Hoist Cable
2. Boom
3. Dump Cable
4. Hoist Chain
5. Drag Chain
6. Drag Cable
7. Bucket

Gambar III-5 Bagian-bagian Dragline

Sesudah sampai di tanah maka drag cable ditarik, sementara hoist cable
di mainkan agar bucket dapat mengikuti permukaan tebing galian sehingga
dalamnya lapisan tanah yang terkikis dalamsatu pass dapat teratur, dan
terkumpul dalam bucket. Kadang-kadang hoist cable dikunci pada saat
penggalian, berarti pada saat drag cable ditarik, bucket bergerak mengikuti
lingkaran yang erpusat pada ujung boom bagian atas. Keuntungan cara ini ialah
bahwa tekanan gigi bucket ke dalam tanah adalah maksimal.
Operator yang berpengalaman dapat melemparkan bucket jauh ke depan
dengan tujuan untuk mendapatkan lebar galian yang besar. Lemparan ini
dilakukan dengan cara menarik bucket dan drag cable sedemikian rupa hingga
mendekati pangkal boom, kemudian secara mendadak dilepaskan, maka bucket
akan terayun ke depan. Untuk memberi percepatan, coist cablenya ditarik.
Setelah tercapai kecepatan yang cukup, hoist cable dilepas, maka bucket
jatuh bebas menuju titik permukaan tanah yang dikehendaki. Lemparan
bucket ini juga dapat dilakukan dengan tenaga swing dari excavatornya
sendiri, yang disebut dengan swing throw, dan ini hanya boleh dilakukan oleh
operator yang benar-benar berpengalaman, karena cara pengoperasiannya
sulit dilakukan.
Setelah bucket terisi penuh, sementara drag cable masih ditarik, hoist
cable dikunci sehingga bucket terangkat lepas dari permukaan tanah. Hal ini
untuk menjaga agar muatan tidak tumpah, juga dijaga posisi dump cable tetap
tegang dan tidak berubah kedudukannya. Kemudian dilakukan swing menuju
tempat (dump)nya material dari bucket. Sebaiknya truk ditempatkan
sedemikian rupa sehingga swing tidak melewati kabin truk. Jika bucket sudah
ada di atas badan truk, drag cable dikendorkan, bucket akan terjungkir ke
bawah dan muatan tertuang.


III.3.2. Ukuran Dragline

Ukuran dragline ditunjukkan dari ukuran bucketnya. Yang dinyatakan
dalam cu-yd, pada umumnya sama dengan ukuran bucket power shovel.
Dragline dapat menggunakan lebih dari satu ukuran bucket, tergantung pada
panjang boom dan jenis tanah yang digali. Batasan kapasitas angkut maksimal
adalah beban yang menyebabkan miringnya alat, sehingga diperlukan
pengukuran ukuran bucket jika boom yang digunakan panjang atau jika
material mempunyai berat volume yang besar.

A : radius buang
B : tinggi buang
C : dalam gali maks.
D : panjang lmpar
J : panjang boom
K : sudut boom


Gambar III-6 Jangkauan Dragline


III.3.3. Produksi Dragline

Faktor-faktor yang mempengarui produksi dragline antara lain macam
tanah yang digali, dalamnya galian, sudut swing, ukuran bucket, panjang boom,
keadaan medan dan tempat kerja, keadaan manajemen, ketrampilan operator,
keadaan dragline serta truk-truk pengangkutnya. Seperti halnya pada power
shovel, produksi dragline dinyatakan dalam cu-yd atau m
3
dalam keadaan bank,
sedang ukuran bucket dinyatakan dalam keadaan kosong.
1. Pengaruh dalam galian pada produksi dragline.
Dalamnya tebing galian optimal adalah kedalaman yang memberikan
produksi yang maksimal, yang didapat dari pengamatan dan pengalaman
yang oleh Power Crane & Shovel Association diberikan dalam tabel III-4.

Tabel III-4 Produksi Ideal Dragline Boom Pendek dan Dalam Gali
Optimal

Jenis Tanah Ukuran Bucket (cu-yd)
3/8 0,50 0,75 1 1,25 1,50 1,75 2 2,50
Lempung berpasir
basah
Pasir dan kerikil

Tanah biasa baik

Lempung keras

Lempung lekat basah

5,0
70
5,0
65
6,0
55
7,3
35
7,3
20
5,5
95
5,5
90
6,7
75
8,0
55
8,0
30
6,0
130
6,0
125
7,4
105
8,7
90
8,7
55
6,6
160
6,6
155
8,0
135
9,3
110
9,3
75
7,0
195
7,0
185
8,5
165
10,0
135
10,0
95
7,4
220
7,4
21
9,0
190
10,7
160
10,7
110
7,7
245
7,7
235
9,5
210
11,3
180
11,3
130
8,0
265
8,0
255
9,9
230
11,8
195
11,8
145
8,5
305
8,5
295
10,5
265
12,3
230
12,3
175




Catatan : * angka yang atas tinggi gali optimal (ft)
* angka yang bawah produksi ideal (cu-yd/jam BM)

1. Pengaruh swing dan % dalam galian pada dragline.
Seperti pada produksi shovel, % dalam gali optimal akan mempengaruhi
produksi dragline. Hubungan antara % dalam gali optimal dan sudut swing
terhadap koreksi produksi dragline deberikan seperti pada tabel III-5
2. Pengaruh Keadaan Medan dan Keadaan Manajemen.
Pengaruh keadaan nedan dan keadaan manajemen pada produksi dragline
sama pada power shovel, sehingga untuk faktor koreksinya dapat
digunakan tabel III-3
3. Pengaruh pemilihan ukuran dan tipe bucket pada produksi dragline.

Dalam memilih ukuran dan tipe bucket mempunyai pengaruh pada produksi
dragline, karena bucket yang berat akan mempunyai sendiri yang besar.
Untuk mengurangi kerugian oleh berat bucket.

Tabel III-5 Faktor Koreksi Swing dan % Dalam Gali Optimal Pada
Produksi Dragline

% dalam gali optimal Sudut swing, derajat
30 45 60 75 90 120 150 180
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1,06
1,17
1,24
1,29
1,32
1,29
1,25
1,20
1,15
1,10
0,99
1,08
1,13
1,17
1,19
1,17
1,14
1,10
1,05
1,00
0,94
1,02
1,06
1,09
1,11
1,09
1,06
1,02
0,98
0,94
0,90
0,97
1,01
1,04
1,05
1,03
1,00
0,97
0,94
0,90
0,87
0.93
0,97
0,99
1,00
0,98
0,96
0,93
0,90
0,87
0,81
0,85
0,88
0,90
0,91
0,90
0,88
0,85
0,82
0,79
0,75
0,78
0,80
0,82
0,83
0,82
0,81
0,79
0,76
0,73
0,70
0,72
0,74
0,76
0,77
0,76
0,75
0,73
0,71
0,69

Maka setiap ukuran ada 3 macam bucket yang disesuaikan dengan
pekerjaannya. Macam bucket tersebut adalah :
a. Heavy Duty, bucket untuk pekerjaan berat misalnya menggali batu-batuan,
hasil tambang,
b. Medium Duty, bucket untuk pekerjaan sedang misalnya menggali kerikil,
lempung,
c. Light Duty, bucket untuk pekerjaan ringan misalnya menggali lempung
berpasir, pasir, lumpur.









Gambar III-7 Dragline

Tabel III-7 Kapasitas dan Berat Bucket Dragline

Ukuran
Cu-yd
Kapaitas
Cu-yd
berat bucket, lbs
light duty medium duty heavy duty
3/8
0,5
0,75
1,0
1,25
1,50
1,75
2,0
2,25
2,5
2,75
3,0
11
17
24
32
39
47
53
60
67
74
82
90
760
1.275
1.640
2.220
2.410
3.010
3.375
3.925
4.100
4.310
4.950
5.560
880
1.460
1.850
2.945
3.300
3.750
4.030
4.825
5.350
5.675
6.225
6.660
-
2.100
2.875
3.700
4.260
4.525
4.800
5.400
6.250
6.540
7.390
7.920

Contoh 3.2 : Dragline dengan boompendek kapasitas 2 cu-yd digunakan untuk
menggali tanah lempung kersa.
Dalam galian 4,70 meter, swing 120
0
, kondisi manajemen baik
medan kerja baik. Berapakah prakiraan produksi Dragline
tersebut ?

Hitungan : tanah lempung keras;bucket 2 cu-yd,tabel III-4; Produksi ideal
= 195 cu-yd/jam (BM)
H opt. = 11,8 ft (3,599 meter)

% H opt. = = = swing %; 59 , 130 % 100
599 , 3
7 , 4


120
0
, tabel III-5;faktor koreksi = 0,899 (interpolasi lurus)

medan baik; manajemen baik, tabel III-3; faktor koreksi 0,75

Produksi = 195 x 0,889 x 0,75 = 130,02 cu-yd/jam (BM) atau

= 99,41 m
3
/jam (BM)

Contoh 3-3 : Dragline 2 cu-yd dengan bucket medium duty menggali tanah
dengan berat volume 90 lb/cu-ft(LM). Panjang boom 80 ft,
kemampuan angkat 8.600 lbs.
Dapatkah alat tersebut bekerja ?

Hitungan : - bucket 2 cu-yd berat (tabel III.6) = 4.825 lb
- berat tanah : 60 x 90 = 5.400 lb +
berat total = 10.225 lb

Berat total 10.225 lb > 8.600 lb, jadi dragline tidak mampu
bekerja.

Kita pilih bucket yang lebih kecil, coba bucket 1,5 cu-yd
medium duty.

- berat bucket = 3.750 lb
- berat tanah = 4.230 lb +
berat total = 7.980 lb < 8.600 lb

Beberapa tindakan untuk mempertinggi produksi dragline antara lain
dengan pemeliharaan alatnya. Agar dragline tetap dapat bekerja dengan baik,
maka perlu tindakan-tindakan sebagai berikut.
a. Ketajaman gigi bucket perlu dipelihara dengan ukuran-ukuran yang tepat.
b. Penggalian harus dilaksanakan lapis demi lapis agar tidak terjadi jalur-
jalur seperti selokan.
c. Kemiringan tebing tepi tetap terpelihara agar selalu menuju excavator,
sehingga tidak terbentuk goa-goa dalam tebing galian.
d. Drag-Cable dijaga agar tidak terseret di atas tanah.
e. Bucket segera diangkat setelah terisi penuh.
f. Harus dijaga agar tidak melakukan swing pada waktu menggali, karena
boom dapat tertekut ke samping.
g. Untuk material yang berat agar bekerja dengan sudut yang besar (boom
diangkat), swing dilakukan hati-hati.
h. Apabila muatan terlalu berat, bucket harus sgera dijatuhkan agar alat
tidak terguling.
i. Ikalan-ikalan kabel harus tetap dijaga agar tidak nglokor atau tumpang
tindih secara tidak beraturan.







Gambar III-8 Bucket Dragline


III.4. CLAMSHELL

Clamshell adalah alat gali yang mirip dengan dragline yang hanya tinggal
mengganti bucketnya saja. Clamshell terutama digunakan untuk mengerjakan
bahan-bahan lepas, seperti pasir, kerikil, lumpur dan lain-lainnya. Batu pecah
dan batubara dapat juga diangkut secara massa oleh clamshell ini.
Clamshell bekerja dengan mengisi bucket, mengangkat secara vertikal ke
atas, kemudian gerakan swing dan mengangkutnya ke tempat yang
dikehendaki di sekelilingnya untuk kemudian ditumpahkan ke dalam truk, atau
alat-alat angkut lain, atau hanya menimbun saja. Karena cara mengangkat dan
membuang muatan vertikal, maka clamshell cocok untuk pekerjaan pengisian
pada hopper yang lebih tinggi letaknya.


III.4.1. Bucket Clamshell

Bucket Clamshell dibuat dalam berbagai ukuran, seperti juga pada
Dragline, ukuran bucket Clamshell dibedakan dalam pemakaiannya. Untuk
pekerjaan beratnya digunakan heavy duty bucket, untuk pekerjaan sedang
atau pekerjaan yang umum (pygeneral purpose) digunakan medium weight
bucket, dan untuk pekerjaan ringan digunakan light weight bucket. Heavy
duty bucket dilengkapi dengan gigi-gigi untuk penggalian material berat,
sedang light bucket tanpa dilengkapi gigi-gigi untuk penggalian material
ringan yang lepas.

1. Rahang
2. Sumbu utama
3. Brackets
4. Sumbu kepala
5. Dig Cable (kabel takel)
6. Hoist cable
7. Kepala
8. Katrol/counterweight

Gambar III-9 Bucket Clamshell

Deck area adalah luas permukaan yang ditutup oleh proyeksi bucket diatas
permukaan tersebut dengan keadaan rahang terbuka maksimal (gambar III-
9.C). Gambar III-9.a keadaan bucket waktu menutup, sedang gambar III-9.b
keadaan waktu bucket membuka maksimal.

Bucket bergantung pada kepala dengan hoist cable, dalam keadaan
menggantung ini dig cable dilepas, karena berat sendiri katrol/counterweight
pada sumbu utama, maka rahang membuka. Untuk menutupkan rahang dig
cable ditarik, maka katrol akan terangkat dan rahang akan menutup.

Berat bucket sangat berpengaruh pada kemampuan gali Clamshell,
misalnya pada heavy duty bucket dapat menggali tanah yang cukup keras
kecuali bahan batuan yang kompak, tetapi berat bucket akan menambah
beban, sehingga akan mengurangi daya gunanya. Light duty bucket dapat
bekerja lenih cepat dengan beban bucket yang ringan, tetapi tidak mampu
menggali tanah keras, dan akan cepat rusak jika dipaksakan. Maka biasanya
digunakan medium duty bucket atau all purpose bucket yang umum
penggunaannya.


III.4.2. Kemampuan Clamshell

Kemampuan clamshell ditentukan oleh batas-batas gaya angkat crane yang
diberikan. Terutama pada mobile cranes, gaya angkat diberikan secara teliti
untuk menghindari tergulingnya alat. Biasanya gaya angkat maksimal diberikan
atas dasar 75% kekuatan yang tersedia pada mesin dan 85% dari beban yang
dapat menggulingkan crane. Pada crawler crane jarak antara pasangan
crawler dibuat lebih besar daripada yang khusus dibuat untuk shovel, juga
counterweight yang dipasang sebagai imbangan terhadap beban, dibuat lebih
besar.

Gaya angkat Clamshell berangsur-angsur turun dengan bertambahnya
jarak jangkauan boom. Jarak ini dapat diperbesar dengan memperpanjang
boom, seperti terlihat pada tabel III-7 adalah Crane P&H model 255A TC,
standard boom adalah 30 ft dengan extensions kerja dengan clamshell agar
selalu diusahakan penggunaan boom yang sependek mungkin, supaya dapat
bekerja dengan maksimal gaya angkat crane-nya, serta sudut swing yag
sekecil-kecilnya untuk memperkecil cycle time.







Gambar III-10 Clamshell

Tabel III-7 Kapasitas Crane Model 255A.Tc (lbs)

Radius
Operasi (ft)
P a n j a n g B o o m (ft)
30 40 50 60 70 80 90
10

12

15

20
27.500
40.000
20.700
40.000
15.500
36.800
10.500
27.200
39.500
20.400
39.500
15.200
36.300
10.200
26.900
39.000
20.100
39.000
14.900
35.800
9.900



38.000

31.000






30.500
















25

30

35

40

45

50

55
60
65
70
23.200
8.000
17.200
6.400
13.000












22.900
7.700
16.900
6.100
12.700
5.100
10.600
4.250
8.400








22.600
7.400
16.600
5.800
12.400
4.800
10.300
3.950
8.100
3.200
6.600
2.700
5.500





22.300

16.300

12.100

10.000

7.800

6.300

5.200
4.400
3.800


22.000

16.000

11.800

9.700

7.500

6.000

4.900
4.100
3.500
3.000

21.700

15.700

11.500

9.400

7.200

5.700

4.600
3.800
3.200
2.700

21.400

15.400

11.200

9.100

6.900

5.400

4.300
3.500
2.900
2.400
2.000

Catatan : angka yang dicetak miring Crane bekerja dengan Outriggers

Maksimal panjang boom untukClamshell hanya diperbolehkan %0 ft, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Single Part Hoist Line untuk beban sampai dengan 8.000 lbs.
2. Two Part Hoist Line untuk beban sampai dengan 16.000 lbs.
3. Three Part Hoist Line untuk beban sampai dengan 24.000 lbs.
4. Four Part Hoist Line untuk beban sampai dengan 32.000 lbs.
5. Five Part Hoist Line untuk beban sampai dengan 40.000 lbs.


III.4.3. Produksi Clamshell

Sebelum kita bekerja dengan Clamshell, pertama-tama kita pilih panjang
boom dan sudut kerja boom yang paling menguntungkan. Hal-hal yang
mempengaruhi antara lain gaya mampu crane, jarak penggalian, dan tinggi
pembuangan. Pada tabel III.8 diberikan beberapa ukuran medium weight
bucket (general purpose type Clamshell bucket) yang umum digunakan.

Tabel III-8 Spesifikasi Medium Weight Bucket Clamshell

Ukuran Bucket (cu-yd)
3/8 0,50 0,75 1,0 1,25 1,50 1,75 2,0 2,50
Kapaitas,
(cu-ft)
- water
level
- plate
line
- heaped

Berat
(lbs)
- bucket
- katrol
- rahang
- berat
total

Ukuran
(ft)
- lebar
- tinggi
membu
ka
- tinggi
menutu
p



8,0

11,0

13,0



1.662
230
180
2.072




2,5
7,08


5,75


11,5

15,6

18,8



2.120
300
180
2.600




2,5
7,83


6,33


15,6

21,9

27,7



2.920
400
180
3.500




3
9,08


7,33


23,3

32,2

37,4



3.870
400
180
4.450




3
9,75


7,83


27,6

37,6

45,8



4.400
400
180
4.980




3,42
10,25


8,25


33,0

43,7

55,0



5.310
500
190
6.000




3,75
10,75


8,75


38,0

51,5

64,8



5.440
500
266
6.206




4
10,25


8,75


47,0

60,0

74,0



6.000
600
300
6.900




4,25
11,5


9,25


52,0

75,4

90,2



7.775
600
390
8.765




4,5
13


10,33

Contoh 3-3 : Clamshell mengangkat tanah dengan berat volume 90 lb/cu-ft
(LM), jangkauan maksimal 30 ft. Tanah diisikan ke hopper
setinggi 25 ft dari muka tanah, ukuran bucket 1,25 cu-yd
(medium weight), digunakan crane model 255.ATC. Berapakah
panjang boom yan diperlukan?










Gambar III-11 Jangkauan Clamshell

Pada tabel III-8 untuk bucket 1,25 cu-yd tinggi membuka
10,25 ft (h), untuk hoist line kita tentukan 5 ft.
Jadi tinggi boom ujung yang diperlukan :

25 + 10,25 + 5 = 40,25 ft

0 0
5 30 , 53
30
25 , 40
. ~ = = o o tg arc

jadi panjang boom ft ft ~ = = = 3 , 52
) 55 cos(
30
cos
30
o


Kita pilih panjang boom 50 ft (batas maksimal), dengan radius
operasi 30 ft kita dapatkan beban maksimal yang mampu
diangkat (tabel III-7) 12.400 lbs (dengan outrigger dan two
part hoist line).

Cek berat tanah dan bucket :
- berat bucket (tabel III-8) = 4.980 lbs
- berat tanah (plat line) : 37,6 x 90 = 3.384 lbs
t o t a l = 9.102 lbs

Dengan kapasitas munjung berat total tanah + bucket 9.102
lbs< 12.400 lbs Crane dapat bekerja.

Contoh 3-4: Clamshell dengan ukuran 1,5 cu-yd medium weight bucket
digunakan untuk memindahkan pasir dari stockpile ke hopper
setinggi 25 ft di atas permukaan tanah. Sudut swing 90
0
,
berat volume pasir 99 lbs/cu-ft (LM), spesifikasi Crane model
255A. TC, kecepatan hoist line 153 fpm, kecepatan swing 4
rpm. Berapakah produksi Clamshell perjamnya jika efisiensi
kerja 50 menit perjam ?

- berat bucket = 6.000 lbs
- berat tanah : 99 x 55 = 5.445 lbs (heaped)
Total = 11,445 lbs

Kita pilih ukuran boom seperti pada contoh 3-3, panjang boom
50 ft, jangkauan 30 ft, kemampuan angkat 12.400 lbs. OK!

Cycle time :

- isi bucket (diperkirakan) = 6 detik

- angkat 60
153
25
: = 9,8 detik

- swing 60
4
360
90
: = 3,75 detik

- buang = 4 detik

- swing kembali = 3,75 detik

- waktu hilang = 4 detik
T = 33,3 detik = 0,555 menit

Produksi Clamshell
60
50
55
555 , 0
60
=

= 4.959 cu-ft/jam (LM)

= 130 m
3
/jam (LM)











Gambar III-12 Bucket Clamshell menggali di sungai


III.5. CABLE EXCAVATOR

Untuk penggalian material yang letaknya jauh di baeah permukaan tanah,
kita dapat menggunakan dragline, tetapi radius operasi dragline terbatas oleh
panjang boom dan ukuran/tipe bucket yang digunakan. Untuk mengatasi
penggalian yang radius operasinya besar dan letaknya di bawah permukaan,
misalnya pada danau, rawa dan sebagainya, kita dapat menggunakan Cable
Excavator atau Long Line Excavator, atau Slack Line Excavator.
Cable Excavator adalah alat gali dengan lintasan kerja bucket diantara
kepala tower (menara) dan angkur yang letaknya di seberang tempat yang
digali. Sebagai tower (mast) kita dapat menggunakan rangka baja atau dapat
juga digunakan Crawler Crane, sedangkan angkur pada tempat yang di
seberang posisinya dapat digeser-geser, tergantung frekwensi penggalian.
Jika angkur yang di seberang dipasang mati, penggalian akan berlangsung
pada lintasan yang tetap, hal ini akan menimbulkan alur galian sehingga tidak
efisien. Untuk mengatasi lebar penggalian dipasang dua angkur yang
dihubungkan dengan dua kabel, sehingga ujung kabel excavator dapat
digeser-geser di antara ujungangkur yang satu dengan ujung angkur yang lain.
Pada gambar III-13 dapat dilihat pemasangan tower/mast yang tetap dan
dua angkur (shifting device) di ujung yang berseberangan.







Gambar III-13 Pemasangan Cable Excavator

Cable Excavator dengan ukuran bucket samapai dengan 4 cu-yd biasa
digunakan untuk menggali pasir atau kerikil, yang letaknya dalam air dengan
lokasi luas. Muatan dapat dibuang ke hopper atau hanya ditimbun saja sebagai
stockpile. Jika harus dibuang ke hopper, tinggi tower harus ditentukan
sedemikian sehingga waktu membuang, bucket tidak menyentuh dengan
hopper. Jangkauan penggalian Cable Hopper ini kira-kira 1.000 ft (300
meter), walaupun sudah dipaksakan dengan membuat shifting device yang
lebar.
Cara kerjanya ialah dengan meluncurkan bucket karana berat sendiri ke
arah ujung, tarck cable dikendorkan hingga bucket menyentuh tanah,
kemudian bucket ditarik dengan load cable hingga terisi tanah. Jika bucket
sudah penuh terisi muatan, tarck cable dikencangkan, bucket terangkat dan
ditarik ke arah tower/mast, kemudian muatan dibuang ke hopper atau hanya
ditimbun saja. Setelah isi bucket dituang, bucket kembali diluncurkan ke
tempat penggalian untuk mulai menggali lagi seperti semula.








Gambar III-14 Pasangan Crane dan Traktor sebagai Cable Excavator


Apabila digunakan crane sebagai pengganti tower, maka angkur ujung
dapat digantikan traktor dengan crawler mounted, hal ini digunakan agar
jangkauan operasi tidak terlalu besar. Perlu diketahui bahwa cara ini
memerlukan tenaga mesin crane 50% lebih besar dibanding tenaga crane
untuk dragline.













Gambar III-15 Cable Excavator

Untuk menghitung produksi, kita dapat menghitung cycle time yang
diperlukan untuk setiap kali menggali dan membuang. Waktu yang diperlukan
antara lain :

1. meluncurkan bucket ke tempat galian,
2. menggali tanah.
3. mengangkat dan menarik bucket, dan
4. membuang.

Besarnya cycle time ini akan sangat tergantung pada ketrampilan operator,
kondisi medan dan kondisi manajemen serta ukuran bucket yang digunakan.


III.6. BACKHOE

Backhoe sering juga disebut Pull Shovel, adalah alat dari golongan shovel
yang khusus dibuat untuk menggali material di bawah permukaan tanah atau
di bawah tempat kedudukan alatnya. Galian di bawah permukaan ini misalnya
parit, lubang untuk pondasi bangunan, lubang galian pipa dan sebagainya.
Keuntungan backhoe ini jika dibandingkan dragline dan clamshell ialah karena
backhoe dapat menggali sambil mengatur dalamnya galian yang lebih baik.
Karena kekakuan konstruksinya, backhoe ini lebih menguntungkan untuk
penggalian dengan jarak dekat dan memuatkan hasil galian keruk.

1. Boom
2. Stick, tangkai bucket
3. Gantry
4. Bucket
5. Drag Cable
6. Hoist Cable

Gambar III-16 Bagian-bagian backhoe

Tipe backhoe dibedakan dalam beberapa hal antara lain dari alat kendali
dan undercarriage-nya. Sebagai alat kendali dapat digunakan kabel (cable
controlled) atau hidrolis (hydraullic controlled), dan sebagai undercarriage-
nya dapat digunakan crawler mounted atau roda karet (whell mounted). Pada
gambar III-16 diberikan beberapa bagian-bagian penting dari backhoe
dengan alat kendali cable. Tetapi pada umumnya backhoe dengan alat kendali
kabel untuk saat ini sudah jarang dijumapai, dan yang banyak dijumpai
backhoe dengan kendali hidrolis seperti pada gambar III-17.


III.6.1. Cara Kerja Backhoe

Sebelum mulai bekerja dengan backhoe sebaiknya kita pelajari lebih dulu
kemampuan alat seperti yang diberikan oleh pabrik pembuatnya, terutama
mengenai jarak jangkauan, tinggi maksimal pembuangan dan dalamnya galian
yang mampu dicapai, karena kemampuan angkat alat ini tidak banyak
berpengaruh terhadap kemampuan standar alatnya.
Untuk mulai menggali dengan backhoe bucket dijulurkan ke depan ke
tempat galian, bila bucket sudah pada posisi yang diinginkan lalu bucket
diayunkan ke bawah seperti dicangkulkan, kemudian lengan bucket diputar
kearah alatnya sehingga lintasannya seperti terlihat pada gambar III-18.
Setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dari tempat penggalian dan
dilakukan swing, dan pembuangan materialhasil galian dapat dilakukan ke truk
atau tempat yang lain. Pada penggalian parit, letak track traktor harus
sedemikian rupa sehingga arahnya sejajar dengan arah memanjang parit,
kemudian backhoe berjalan mundur.
Kemampuan jangkauan backhoe diberikan contoh untuk alat buatan
Carterpillar dan Komatzu seperti tabel III-9 dan III-10.











Gambar III-17 Hydraulic Backhoe

Tabel III-9 Jangkauan dan Kapasitas Bucket Backhoe Carterpillar

Tipe Stick (mm) Tinggi
buang
(mm)
Jangkauan
maks. (m)
Dalam gali
maks. (m)
Kap.bucket
heaped (m
3
)
215 1800
2200
2800
5,46
5,44
5,69
8,43
8,69
9,25
5,39
5,77
6,38

0,380 sd. 0,960
225 1980
2440
3050
5,82
5,79
5,99
9,24
9,58
10,16
5,97
6,43
7,04

0,570 sd. 1,24
235 2440
2900
3660
6,25
6,35
6,81
10,69
11,10
11,91
6,86
7,32
8,08

0,880 sd. 2,100
245 2590
3200
4420
7,65
7,27
7,95
12,47
12,52
14,02
7,88
8,49
9,71

1,530 sd. 3,012


Pada Backhoe Carterpillar ini stick dapat diatur dalam 3 kedudukan ialah :
stick dalam keadaan dipendekkan, sedang, dan dalam keadaan dijulurkan.

A : tinggi buang maksimal
B : jangkauan maksimal
C : dalam gali maksimal




Gambar III-18 Jangkauan Backhoe

Tabel III-10 Jangkauan dan Kapasitas Bucket Backhoe Komatzu

Model

Tinggi Buang
(m)
Dalam Gali
(m)
Jangkauan
(m)
Kapasitas Bucket
(m
3
)
Peres Munjung
PC 10-2
PC 20-2
PC 40-2
PC 60-1
PC60L-1
PC 100-1
PC 100L-1
PC 120-1
PC 200-1
PC 220-1
PC 300-1
PC 400-1
2,26
2,345
3,13
3,41
3,46
4,98
5,19
5,22
6,24
6,54
7,00
7,51
2,1
2,455
3,17
3,80
3,75
4,60
4,40
5,00
5,84
6,64
6,54
7,55
3,375
4,345
5,47
6,01
5,99
7,17
7,12
7,54
9,19
10,00
10,42
11,55
0,05
0,06
0,11
0,25
0,25
0,40
0,40
0,45
0,70
0,90
1,20
1,60
0,06
0,07
0,12
0,28
0,28
0,44
0,44
0,50
0,75
1,00
1,30
1,80
PW 60-1
PW 60N-1
3,73
3,73
3,48
3,48
5,925
5,925
0,25
0,25
0,28
0,28


III.6.2. Produksi Backhoe

Untuk menghitung produksi backhoe faktor yang mempengaruhi adalah
kapaitas bucket, dalam galian, jenis material yang digali, sudut swing dan
keadaan manajemen/medan. Produksi backhoe secara umum dapat ditentukan
dengan rumus.


m
3
/jam (LM)

Dengan : T : cycle time (menit)
BC : kapasitas bucket (m
3
)
JM : kondisi manajemen dan medan kerja, tabel III-3

Produksi FF JM BC
T
=
60

Karena ada dua contoh backhoe yang dikemukakan di sini, yaitu Caterpillar &
Comatzu, maka untuk menghitung cycle time digunakan cara-cara tersendiri
sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.


a. Produksi Backhoe menurut Caterpillar

Produksi dengan petunjuk yang ada, cycle time untuk Caterpillar
dipengaruhi oleh keadaan medan kerja yang dibedakan dalam lima keadaan,
yaitu sebagai berikut.

a). Mudah : ialah keadaan penggalian yang mudah, misalnya tanah tidak
kompak, pasir, kerikil, dll. Kedalaman galian lebih kecil dari
40%, kemampuan alat maksimal, sudut swing kurang dari 30
0
.
Tidak ada gangguan, buang/muat pada truk atau stockpile,
operator baik.

b). Sedang : ialah keadaan penggalian yang sedang, misalnya lempung kering,
tanah dengan kandungan batu kurang dari 25%. Kedalaman
galian sampai dengan 70% kemampuan alat maksimal, sudut
swing sampai dengan 90
0
, pemuatan ke truk dengan jumlah
banyak.

c). Agak sulit: ialah keadaan penggalian pada batu-batuan, lapisan tanah
keras, kedalaman galian di atas 90% dari kemampuan alat,
swing lebih 120
0
. Kondisi galian sempit, tempat buang/muat
sempit dengan jangkauan maksimal, ada gangguan pekerja pada
tempat kerja.

d). Sulit : ialah keadaan penggalian tanah keras dengan kandungan batu
75%, kedalaman galian 90% dari kemampuan alat maksimal,
swing sampai dengan 120
0
. Tempat buangnya sempit, tempa
kerja sulit.

e). Sangat sulit : ialah keadaan penggalian pada batu-batuan, lapisan tanah
keras, kedalaman galian diatas 90% dari kemapuan alat, swing
lebih dari 120
0
. Kondisi galian sempit, buang/muat sempit
dengan jangkauan maksimal, ada gangguan pekerja pada tempat
kerja.

Untuk prakiraan cycle time backhoe caterpillar ini dapat dilihat pada
gambar III-19.
Karena pada setiap menggali, bucket tidak terlalu penuh, hal ini
tergantung dari material yang digali maka perlu ada faktor pengisian atau fill
factor, seperti ditunjukkan pada tabel III-11.

Tabel III-11 Fill Factor untuk Caterpillar

B a h a n Fill Factor
1.
2.
3.
4.
5.
Tanah lempung kepasiran
Pasir atau kerikil
Lempung keras, tanah keras
Batu pecah abik
Batu pecah jelek
100 - 110%
95 - 100%
80 - 90%
60 - 75%
40 - 50%







Gambar III-19 Prakiran Cycle Time Backhoe Caterpillar

Contoh 3-5 : Backhoe Caterpillar tipe 225 stick 2440 menggali parit dengan
kedalaman 4,5 meter.
Tanah jenis lempung keras, sudut swing maksimal 90
0
.
Ukuran bucket yang digunakan 1 m
3
, medan baik dan
manajemen sedang. Berapa produksi backhoe perjamnya?

Untuk tanah keras dengan sudut swing 90
0

kira ataukira gali = = % 98 , 69 % 100
43 , 6
5 , 4
%

70% termasuk penggalian agak sulit
Dari gambar III-19, kira-kira cycle time
T = 25 detik = 0,4167 menit
Fill factor = 80%
JM = 0,71 (baik/sedang)

71 , 0 80 , 0 0 , 1
4167 , 0
60
Pr = oduksi
= 81,78 m
3
/jam (LM)



b. Produksi backhoe menurut Komatzu

Berbeda dengan Caterpillar, Komatzu sebagai pabrik pembuat alat berat
memberikan cara menghitung perkiraan produksi Backhoe tersendiri dengan
rumus :

m
3
/jam (LM)


Keterangan : T : cycle time
BC : kapasitas bucket (m
3
)
JM : kondisi manajemen dan medan kerja
BF : factor pengisian bucket

Faktor pengisian bucket (BF) ialah keadaan pengisian pada waktu menggali
yang kadang-kadang penuh, kadang-kadang peres dan mmungkin mala kurang.
Sehingga pada waktu menggali tidak selalu munjung terus atau peres terus.
Faktor pengisian ditunjukkan pada tabel III-12

Tabel III-12 Faktor Pengisian Bucket Komatzu

Kondisi muatan Faktor
MUDAH Gali dan muatan material dari stockpile, atau
material yang sudah digusur dengan alat lain,
sehingga tidak diperlukan tenaga menggali
yang besar dan bucket dapat penuh
Misal : tanah pasir, tanah gembur.
0,8 1,0
BF JM BC
T
oduksi =
60
Pr
SEDANG Gali dan mujat dari stockpile yang memerlukan
tekanan yang cukup, kapasitas bucket kurang
dapat munjung.
Misal : pasir kering, tanah lempung lunak,
kerikil.
0,6 0,8
AGAK SULIT Sulit untuk mengisi bucket pada jenis material
yang digali
Misal : batu-batuan, lempung keras, kerikil
berpasir, tanah berpasir, Lumpur.
0,5 0,6
SULIT Menggali pada batu-batuan yang tidak
beraturan bentuknya yang sulit diambil dengan
bucket.
Misal : batu pecah dengan gradasi jelek.
0,4 0,5

Untuk menghitung cycle time yang diperlukan untuk menggali, swing dua
kali dan buang/ memuatkan ke truck dapat digunakan table-tabel berikut.

Keterangan :
T = cycle time
t
1
= waktu menggali
t
2
= waktu swing
t
3
= waktu membuang



Tabel III-13 Waktu untuk menggali (detik)

Kondisi penggalian dalam
galian
Mudah Sedang Agak Sulit Sulit
< 2
2 m 4 m
> 4
6
7
8
9
11
13
15
17
19
26
28
30

Tabel III-14 Waktu untuk swing (detik)





Waktu untuk membuang atau memuatkan.
T = t
1
+ 2 t
2
+ t
3

Swing (derajat) Waktu
45
0
- 90
0
90
0
> 4
4 7
5 - 8
a. Tempat buang sempit, misalnya truck = 5 8 detik
b. Tempat buang longgar, misalnya stockpile = 3 6 detik

Contoh 3 6 : Untuk menggali parit sedalam 4,5 meter digunakan backhoe PC
120 1 Komatzu. Sudut swing 90
0
, tanah lempung lunak, swell
30%. Kondisi medan baik, manajemen baik, tanah hasil galian
diangkut dengan truk.
Berapakah prakiraan produksi backhoe perjamnya ?

1). Bucket factor untuk tanah lempung lunak 0,80
2). Kapasitas bucket PC 1201=0,45 m
3
peres (table III-10)
3). JM = 0,75 (baik/baik)
4). Cycle time : - gali dalam 4,5 m\
kondisi sedang /t
1
= 13 detik
- swing 90
0
t
2
= 7 detik
- buang ke truk t
3
= 8 detik
T = 13 + 2 x 7 + 8 = 35 detik atau
= 0,58 menit

75 , 0 080 , 0 45 , 0
858 , 0
60
Pr = oduksi
= 27,93 m
3
/jam (LM)


III.7. LOADER

Loader adalah alat pemuat material hasil galian/gusuran alat galian yang
tidak dapat langsung dimuatkan kea lat angkut, misalnya bulldozer, grader
dan lain-lainnya. Pada prinsipnya loader adalah alat pembantu untuk
memuatkan dari stockpile ke kendaraan angkut atau alat-alat lain, di samping
dapat juga berfungsi untuk pekerjaan awal yang umum, misalnyaclearning
ringan, menggusur bongkaran, menggusur tonggak kayu kecil, menggali
pondasi basement dan lain-lain. Sebagai pengangkut material dalam jarak
pendek juga lebih baik daripada bulldozer, karena pada bulldozer ada
material yang tercecer, sedang pada loader material tidak ada yang tercecer.
Macam loader ditinjau dari alat bergeraknya dibedakan dua macam, ialah
loader dengan roda rantai (crawler loader) dan loader dengan roda karet,
(whell loader). Sedang jika ditinjau dari alat kendali bucket, ada yang
dikendalikan dengan kabel dan ada yang dikendalikan secara hidrolis. Untuk
whell loader sendiri dibedakan dalam dua macam ialah :

a. Rear Stear, dengan alat kemudi berada di belakang,
b. Articulated Whell loader, kemudi ada di depan dan roda depan atau
bucket dapat dibelokkan membuat sudut sampai 40
0
dari sumbu
memanjang alat.

Untuk bekerja dengan loader kita perlu memperhatikan stabilitas alat
pada waktu membawa muatan/beban, harus dijaga agar alattidak terguling ke
depan. Untuk bekerja dengan loader kita kenal adanya Static Tipping Load,
ialah berat minimal beban pada pusat berat beban bucket yang menyebabkan
terangkatnya bagian belakang alat untuk Crawler Loader, atau terangkatnya
roda belakang alat untuk Whell Loader.

Static Tipping Load dihitung berdasar keadaan berikut :
a. loader bekerja pada permukaan tanah keras & statis,
b. unit alat bekerja pada standard operasinya,
c. bucket dalam posisi miring ke belakang,
d. bucket pada posisi memuat maksimal ke depan.







(a). Crawler Loader







(b). Whell Loader

Gambar III-20. Loader
Dari Static Tipping Load yang tersedia pada alat, maka kemampuan angkat
operasinya (operating Load) dapat diambil sebesar 50% dari static tipping
load untuk whell loader, sedang untuk crawler loader dapat diambil sebesar
35% dari static tipping load alatnya. Hal ini ditentukan berdasarkan standard
SAE (Society Automotive Engineers).


III.7.1. Cara Kerja Loader

Loader bekerja dengan gerakan-gerakan dasar pada bucket dan cara
membawa muatan untuk dimuatkan ke alat angkut atau alat yang lain. Gerakan
bucket yang penting ialah menurunkan bucket di atas permukaan tanah,
mendorong ke depan (memuat/menggusur), mengangkat bucket, membawa dan
membuang muatan.
Apabila material harus dimuatkan ke alat angkut, misalnya truk, ada
beberapa cara-cara pemuatan ialah :
a. V loading, ialah cara pemuatan dengan lintasan seperti bentuk huruf V,
b. loading, truk berada di belakang loader, kemudian lintasan seperti
membuat garis tegak lurus,
c. cross loading, cara pemuatan dengan truk juga ikut aktif,
d. overhead loading, dengan Loader khusus, bucket dapat digerakkan
melintasi di atas kabin operator.




(a). V Loading




(b). Loading (c). Cross Loading



(d). Overhead Loading

Gambar III-22. Articulated Whell Loader
III.7.2. Produksi Loader

Untuk menghitung produksi loader, faktor yang mempengaruhi adalah
ukuran bucket, cycle time dan kondisi kerja/efisiensi kerja. Seperti halnya
pada alat lain, cycle time untuk loader terdiri atas fixed time (waktu tetap)
dan variable time (waktu tidak tetap), waktu tetap yang diperlukan ialah
untuk gerakan-gerakan berikut :
a. Raise Time, ialah waktu dalam detik, yang diperlukan untuk menurunkan
bucket dari posisi dasar ke atas permukaan tanah.
b. Lower Time, ialah waktu dalam detik, yang diperlukan untuk menurunkan
bucket kosong dari posisi tertinggi pada posisi dasar.
c. Dump Time, ialah waktu dalam detik, yang diperlukan untuk menggerakkan
bucket dari posisi muat maksimal untuk membuang muatan (dump).

Untuk pemilihan alat yang akan digunakan beberapa urutan
hitungan/prakiraan yang perlu adalah sebagai berikut.
a. Hitung terlebih dahulu produksi yang diperlukan.
b. Hitung prakiraan cycle time-nya.
c. Tentukan besarnya beban angkut persiklus dalam volume (m
3
) atau dalam
berat (kg).
d. Pilihlah ukuran bucket.
e. Pilihlah ukuran alat dengan ukuranbucket dan beban angkat yang sesuai
dengan produksi yang harus dihasilkan.


a. Produksi Whell Loader menurut Caterpillar

Caterpillar memberikan basic cycle time antara 0,45-0,55 menit, yang
didasarkan pada permukaan tanah keras, dan didasarkan pada 4 gerakan
dasar, serta sudah termasuk muat, buang dan angkut dalam jarak minimal.
Beberapa model whell loader caterpillar diberikan sebagai contoh seperti
pada table III-15.

Tabel III-15. Whell Loader Caterpillar

Model

Kap. Bucket (m
3
) Static Tipping Load (kg)
Munjung Peres Lurus Membuat
sudut 35
0
910
920
930
950B
966D
980C
988B
992C
1,00
1,15
1,53
2,40
3,10
4,00
5,40
10,32
0,67
0,91
1,15
2,03
2,60
3,45
4,50
8,56
4.504
5.923
7.230
10.360
13.774
18.490
22.450
48.133
4.062
5.443
6.676
9.550
12.667
16.945
20.290
43.206

Faktor-faktor yang akan mempengaruhi basic cycle time adalah material yang
dibawa, asal material, tempat pembuangan, dans akan keadaan alat-alat
sendiri. Tabel III-16 menunjukkan factor-faktor tersebut.

Tabel III-16. Faktor Cycle Time Whell Caterpillar

Kondisi material Penambahan/pengurangan
waktu,menit
1. Bahan
a. Campuran
b. Diameter sampai dengan 3mm
c. u 3mm - u 20mm
d. u 20mm - u 150mm
e. u > 150mm
f. Asli atau pecah/hancur

2. Mengambil dari timbunan
a. Hasil timbunan dari conveyor atau dozer >
3m
b. b. Hasil timbunan dari conveyor atau dozer
< 3m
c. Hasil buangan truk

3. Lain-lain
a. Truk dan loader milik sendiri
b. Truk dan loader bukan milik sendiri
c. Operasi tetap
d. Operasi tidak tetap
e. Tempat buang sempit

+ 0,02
+ 0,02
- 0,02
0
+ 0,03 atau lebih
+ 0,04 atau lebih


0

+ 0,01

+ 0,02


- 0,04 atau lebih
+ 0,04 atau lebih
- 0,04 atau lebih
+ 0,04 atau lebih
+ 0,04 atau lebih
f. Tempat buang luas

+ 0,04 atau lebih


Karena Jumlah tiap kali membawa material tidak selalu tepat dengan
kapasitas bucket, ada kalanya bucket dapat penuh, tetapi ada kalanya kurang
penuh, hal ini tergantung material yang dibawa, maka perlu adanya koreksi
Bucket Fill Factor (BFF) seperti yang diberikan di bawah ini.

Tabel III-17. Bucket Whell Loader Caterpillar

B a h a n BFF (%)
1. Material lepas
a. Butiran basah tercampur
b. Butiran seragam sampai dengan 3mm
c. Butiran 3mm 9mm
d. Butiran 12mm 20mm
e. 24mm
2. Material pecah
a. Gradasi baik
b. Gradasi sedang
c. Gradasi jelek

95 100
95 100
90 95
85 90
85 90

80 85
75 80
60 65

Contoh 37: Suatu proyek membutuhkan material 250 t/jam untuk dimuatkan
ke truk. Jenis material kerikil 9 mm, dari stockpile setinggi6
meter, berat volume 1660/m
3
. Truk kapasitas 9 m
3
yang
dimiliki oleh tiga kontraktor, cara muat tetap, permukaan
tanah keras.

Cycle Time :
- basic cycle time = 0,5 menit
- material 9 mm = - 0,02 menit
- truk sewa = + 0,04 menit
- operasi tetap = - 0,02 menit
- stockpile 6 m = 0 menit
T = 0,50 menit
Jumlah siklus 120
50 , 0
60
= = siklus/jam
Berat material 1660 kg/m
3
= 1,66 t/m
3

Produksi yang dibutuhkan rata-rata
66 , 1
250
= 150 = m
3
/jam
Volume yang dibutuhkan per-siklus 25 , 1
120
250
= = m
3
Bucket Fill Factor = 0,95
JM = 0,75 (baik/baik)

Kapasitas bucket yang diperlukan 754 , 1
75 , 0 95 , 0
25 , 1
=

= m
3

Kapasitas angkat yang dibutuhkan = 1,754 x 1660 = 2912 kg
Kita pilih Loader 950B :
Kapasitas angkat = 50% x 9550 kg = 4775 kg > 2912 kg
Kapasitas bucket 2,03 m
3
:
2,03 x 1660 = 3368,8 kg < 4775 kg
OK ! Loader tidak terguling.


b. Produksi Whell Loader menurut Komatsu.

Menurut Komatsu untuk menghitung produksi whell loader digunakan
rumus berikut :

Produksi ) ( /
60
3
LM jam BFm JM BC
T
=

Keterangan : T = cycle time (menit)
BC = kapasitas bucket (m
3
)
JM = kondisi manajemen dan medan kerja
BF = faktor pengisisan bucket

Kapaitas bucket dan kemampuan alat dapat ditentukan dari tabel III-18.

Tabel III-18. Kemampuan Whell Loader Komatsu

Model Kapasitas
Bucket m3
Static Tipping Load (kg) Kecepatan (km/jam)
Lurus Membelok Peres Mundur
W.20
W.20
0,60
0,80
2.400
2.940
2.150
2.635
7,5-25
7,5-25
5-10
5-10
W.20
W.20
W.20
W.20
W.20
W.20
W.20
1,20
1,40
1,70
2,30
3,30
3,50
5.70
4.350
5.170
6.690
9.670
13.150
14.300
27.200
3.800
4.240
6.080
8.700
11.840
12.900
24.450
7,2-34,5
7,6-38,1
7,1-34,5
7,5-30,4
7,1-30
7-40
7.2-32.6
7,2-35
7,6-38,3
7,1-34,5
8,0-32,3
7,5-32,3
7-40
7.2-32.6

Untuk menentukan cycle time dibedakan dalam cara pemuatan sebagai
berikut :
a). Cara pemuatan cross loading Z
R
D
F
D
T + + =
b). Cara pemuatan V Loading atau loading Z
R
D
F
D
T + + = ) ( 2
c). Cara pemuatan load and carry

Keterangan : T = cycle time
D = jarak angkut (meter)
F = kecepatan maju (meter/menit)
R = kecepatan mundur (meter/menit)
Z = waktu tetap/Fixed time (menit)

Waktu tetap adalah waktu yang dibutuhkan untuk pindah gigi, muat, putar,
buang dan waktu tunggu dari truk, yang dinyatakan dalam menit. Besarnya
waktu tetap ditentukan dari tabel III-19.

Tabel III-19. Waktu Tatap untuk Whell Loader Komatsu (menit)
s
cara muat Loading Cross Loading Load & Carry
Direct drive
Hydraulic shift driver
Torqlow drive
0,25
0,20
0,20
0,35
0,30
0,30
-
-
0,35

Karena pada setiap mengambil/memuat tanah bucket dari loader tidak
selalu penuh, maka perlu dikoreksi dengan bucket fill factor yang besarnya
tergantung material yang dimuat, dan dapat ditentukan dari tabel III-12.

Contoh 3-8: Sebuah Whell Loader Komatsu W.170 dengan bucket 3,5 m
3
bekerja untuk memuatkan tanah ke truk dengan kondisi
sebagai berikut :

Operasi cross loading, dengan hydraulic shift drive, jarak
angkut 10 meter.
Tanah dari jenis lempung berpasir dengan berat volume 1640
kg/m
3
. Kondisi medan baik, manajemen baik.
BF = 0,9 (tabel III-12)
Kecepatan maju = 7 km/jam
Kecepatan mundur = 7 km/jam
Cycle time T =

Catatan : 1 km/jam = 16,667 meter/menit

F = 7 x 0,8 = 5,6 km/jam = 93,3 m/menit
R = 7 x 0,8 = 5,6 km/jam = 93,3 m/menit
Z = 0,3 (tabel III-19)

T =

Produksi =

Cek terhadap kestabilan alat.
STL = 12.900 kg (waktu membelok)
Kapasitas angkat = 50% x 12.900 = 6.450 kg
Berat muatan = 3,5 x 1640
= 5740 kg Kap.angkat 6.450 kg
Loader aman bekerja !!!









IV. G R A D E R

IV.1 UMUM

Grader adalah alat yang cocok untuk keperluan perataan permukaan, dalam
rangka membentuk permukaan secara mekanis.

Jenis grader dibedakan dalam dua jenis, yaitu Motor Grader dan Towed
Grader (yang perlu ditarik dengan traktor untuk bergeraknya).

Nama grader sesuai dengan maksud dari alat tersebut, yaitu untuk
membentuk kemiringan (grade) seperti yang direncanakan pada permukaan
tanah yang telah selesai diratakan sebagai pekerjaan akhir (finishing).

Grader dapat juga digunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk
penggusuran tanah, mencampur tanah, perataan tanggul, mengurug kembali
galian dan sebagainya. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang terakhir ini hasilnya
kurang memuaskan dibandingkan dengan alat yang memang khusus dibuat
untuk pekerjaan tersebut, kecuali hal ini dilakukan oleh operator-operator
yang sudah berpengalaman.

Bagian-bagian yang penting pada motor grader ialah :

1. grader blade yang dipasang pada alat yang disebut circle,
2. kendali blade, untuk mengontrol pisau,
3. traktor sebagai mounting dari blade.

Untuk memudahkan grading pada tanahyang keras, sering kali digunakan
scarifier, ialah semacam ripper pada bulldozer tetapi bentuknya lebih kecil,
yang dipasang di depan blade dan dikendalikan tersendiri.

Seperti bekerja dengan bulldozer, pekerjaan grading adalah memotong
permukaan tanah dengan piasu grader dan mendoronghasil potongan, sehingga
pisau grader juga terdiri dari moldboard dan cutting edge yang mempunyai
fungsi yang serupa dengan pasau pada bulldozer, karena memang
direncanakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih ringan.

Grader blade dipasang pada circle, dan semua gerak utama
pengendalian blade dilakukan melalui gerakan-gerakan circle ini, Circle
sebagai kedudukan blade inidigantungkan pada drawbar, ialah sebuah frame
yang berbentuk segitiga, yang satu ujungnya dapat berputar pada bagian
depan overhead frame, dan ujung lainnya digantung pada lift-arm.

Gerakan-gerakan pokok yang daapat dilakukan oleh grader blade antara
lain sebagai berikut.

1. Angling, ialah memberika kedudukan serong pada blde terhadaparah gerak
kendaraannya dengan mengendalikan circle. Tujuan memberi kedudukan
serong ini ialah untuk side casting, seperti halnya pada bulldozer.

2. Side shift, ialah memberikan kedudukan blade disamping poros kendaraan,
sehingga permukaan yang sudah diratakan tidak terinjak oleh roda-roda
kendaraannya.

3. Circle lift, ialah gerakan menaikkan atau menurunkan circle dengan blade-
nya dalam arah vertikal. Gerakan ini dikendalikan oleh lift-arm (jumlahnya
dua buah), yang apabila digerakan ke bawah bersama-sama, blade akan
turun, jika lift-arm hanya digerakan hanya satu saja memberikan
kedudukan blade miring (tilt).

Dengan memanipulasikan gerakan-gerakan diatas maka kedudukan blade
dapat dapat dibuat bersudut antara 0
0
- 90
0
terhadap arah horisontal.








STRAIGHT FRAME ARTICULATED TURN CRAB STEER

Keterangan :
1. Blade (pisau)
2. Circle
3. Lift-arm
4. Draw-bar
5. Overhead Frame

Gambar 4-1. Grader


IV.2 FUNGSI GRADER

Motor Grader adalah alat yang dapat digunakan dalam berbagai variasi
pekerjaan konstruksi. Kemampuan ini akibat dari adanya gerkan-gerakan
luwes yang dimiliki oleh blade dan roda-roda ban.

Berbagai pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan grader antara lain
spreading (meratakan tanah), side casting, mixing (mencampur
tanah/material), finising (pekerjaan tahap akhir), Crowning, ditching
(membuat parit), scarifying dan lain sebagainya.








CUTTING SPREADING

Gambar IV.2. Finishing dengan grader

Untuk pekerjaan seperti spreading, side-casting, ditching dengan
menggunakan grader, cara yang digunakan tidak jauh berbeda dengan
menggunakan bulldozer, sedang untuk pekerjaan finishing dan crowning
seperti dijelaskan pada gambar IV.2 dan gambar IV.3.







Gambar IV-3. Crowning dengan grader

Untuk pekerjaan akhir (final grading) Kadang-kadang harus dilaksanaakan
untuk tanah yang sudah dipampatkan maksimal, sehingga kalau digunakan
blade saja keausan dan keruskan blade sangat besar. Untuk menghindari hal
ini dapat digunakan scarifier yang dipasang di depan blade, yang akan
menggaruk tanah yang keras menjdi lepas dan kemudian dipotong oleh blade.
Scarifier ini terdiri dari sejumlah gigi dipasang pada overhead frame didepan
blade dan dikendalikan tersendiri dengan gerakan naik turun untuk ditekan
masuk dalam permukaan tanah.


IV.3 PRODUKSI MOTOR GRADER

Untuk menghitung produksi motor grader pada pekerjaan tahap akhir
(finishing) dipengaruhi oleh bahan yang dikerjakan, kecakapan operator dan
kondisi medan. Beberapa pabrik pembuat alat mempunyai formula hitungan
yang berbeda dalam memnentukan produksi, misalnya pabrik KOMATSU
memberikan formula seperti berikut.

Produksi = V* (Le Lo)* 1000* JM
M2/jam

Keterangan : V = kecepatan operasi/kerja (km/jam)
Le = panjang efektif blade (meter)
Lo = lebar overlap (meter), biasanya diambil 0,30 meter
JM = kondisi manajemen dan medan kerja

Kecepatan operasi/kerja dapat diperkirakan seperti berikut :
1. Perawatan jalan : 2,0 6,0 km/jam
2. Membuat parit : 1,6 4,0 km/jam
3. Finishing tanah asli : 1,6 2,6 km/jam
4. Meratakan tanah : 1,6 4,0 km/jam
5. Mengatur ketinggian : 2,0 8,0 km/jam

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang khusus, seperti meratakan permukaan
yang harus dilaksanakan dalam beberapa lintasan (pass) dapat digunakan
formula berikut.



Keterangan : T = waktu yang diperlukan (jam)
N = jumlah lintasan
D = jarak kerja (km)
V = kecepatan (km/jam)
JM = kondisi manajemen dan medan kerja

N dihitung dengan rumus :

Keterangan : W = lebar total yang harus difinishing (meter)
Le = lebar efektif blade (meter)
Lo = lebar overlap (meter)
n = jumlah lintasan yang diperlukan untuk meratakan
permukaan (finishing).

S Sebagai contoh di bawah ini diberikan spesifikasi motor grader yang
dikeluarkan oleh Pbrik KOMATSU.

Tabel IV-1. Spesifikasi Motor Grader KOMATSU

MODEL Panjang
Pisau
(mm)
(Le Lo) Tinggi
angkat
pisau
(mm)
Kecepatan Operasi
(Km/jam)
Sudut
60
0

Sudut
45
0

Min. Maks.
GD 200A-1

GD 300A-1

GD 500R-2

GD 600R-1

GD 605R-1
2200

3100

3710

3710

3710
1600

2390

2910

2910

2910
1240

1890

2320

2320

2320
285

340

375

400

400
3,8
3,6
3,7
4,9
3,7
5,1
4,1
4,8
3,5
31,1
28,8
30,4
31,0
18,6
25,5
20,1
23,6
43,6

GD 650R-1

GD 655R-1

GD 655A-1


4010

4010

4010

3710

3710

3710


2540

2540

2540

400

400

400
4,1
4,1
4,8
3,5
4,1
3,5
4,1
51,6
20,1
23,6
43,6
51,6
43,6
51,6

Keterangan : * Untuk kecepatan operai
* Angka di atas kecepatan berjalan maju
* Angka di bawah kecepatan berjalan mundur

Contoh 4-1 : Hitunglah waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki jalan tanah
gravel lebar 9 meter, panjang 10 km, jika digunakan Motor
Grader Komatsu GD 650R-1. Pekerjaan cukup dilaksanakan 1
kali lintasan, sudut pisau/blade digunakan 60
0
dan kondisi
manajemen baik serta keadaan medam kerja baik.

Jawab : N =
Kecepatan operasi 5km/jam
JM = 0,75
T =







Gambar IV-4. Grader








V. ALAT PAMPAT TANAH
(COMPACTOR)


V.I. UMUM

Untuk pekerjaan-pekerjaan landasan pesawat terbang, jalan raya dan
tanggul-tanggul, stabilitas tanah mutlak diperlukan. Sehingga segala usaha
harus dilakukan untuk mendapatkan kestabilan atau kepampatan tanah, ialah
secara lami atau dengan alat. Secara alami, misalnya dengan menggenangi dan
membiarkan tanah menyusut oleh pengeruh cuaca lambat laun tanah akan
pampat dengan sendirinya. Namun cara tersebut memerlukan waktu yanmg
lama dan hasilnya masih kurang sempurna, sehingga untuk memampatkan
tanah digunakan alat-alat yang sesuai dengan keadaan tanah yang harus
dipampatkan.
Berbagai cara yang dilakukan dalam usaha pemampatan tanah secara
mekanis yang umum dilakukan ialah dengan cara penggilasan menggunakan
roller (penggilas). Klasifikasi roller yang banyak dikenal antara lain seperti
berikut ini.
1. Berdasar cara bergeraknya, ada yang bergerak sendiri (self propelled)
dan ada yang ditarik traktor (towed).
2. Berdasar bahan roda-roda penggilasnya, ada yang terbuat dari baja (steel
whell) dan ada yang terbuat dari karet (pneumatic).
3. Dilihat dari bentuk permukaan roda ada yang bentuk permukaannya halus
(plain), segment, grid, sheepfoot (kaki domba) dan lain-lain.
4. Dilihat dari susunan roda-roda gilas ada yang beroda tiga (three whell),
tandem roller (roda dua) dan three axle tandem roller.
5. Alat penggilas khusus, misal vibrating roller bekerja menggunakan getaran
sebagai unsur utama dalam usaha pemampatan tanah.

Pemampatan adalah usaha penyusunan butir-butir bahan yang dipampatkan
sehingga rongga-rongga udara dan air yang semula ada diantara butir-butir
dapat dihilangkan atau dibatasi pada propersi dan syarat-syarat yang
ditentukan dalam percobaan-percobaan laboratorium tanah. Salah satu
ukuran yang digunakan di Indonesia adalah seperti yang digunakan di Amerika
atas dasar ketentuan AASHO (American Association of State Highway
Officials), yang digunakan untuk standar kepampatan tanah sebagai badan
jalan.







Gambar V-1. Three Whell Roller


V.2. PENGGILAS RODA TIGA

Penggilas roda tiga (three whell roller) merupakan alat penggilas tertua
dan sampai sekarang masih digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan
pemampatan. Three Whell Roller ini digunakan untuk usaha-usaha
pemampatan lapisan yang terdiri dari bahan-bahan yang berbutir kasar,
misalnya untu pembuatan jalan macadam, sehingga alat ini sering disebut
sebagai macadam Roller.
Three Whell Roller mempunyai berat antara 6-12 ton, apabila diinginkan
untuk usaha pemampatan yang besar, roda silindernya dapat diisi dengan zat
cair (minyak atau air) atau dapat juga diisi pasir. Usaha penambahan berat
dengan zat cair atau pasir dapat meningkatkan berat alat 15% sampai 35%.


V.3. TANDEM ROLLER

Alat ini biasanya digunakan untuk penggilasan akhir, misalnya untuk
pekerjaan penggilasan aspal beton agar diperoleh hasil akhir permukaan yang
rata.
Jenis dari Tandem Roller ada dua macam, ialah Two Axle Tandem Roller
(dengan dua as) dan Three Axle Tandem Roller (tiga as). Tandem ini
memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, dan berat
antara 8-14 ton, dan bila diinginkan dapat diisi dengan air, sehingga akan
menambah berat 25-60%.
Three Axle Tandem Roller digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berat seperti mengerjakan landasan pesawat terbang dan lain-lainnya.
Konstruksi dari three axle tandem dan ditambah satu roda depan (guide roll)
yang dipasang pada perpanjangan overhead frame. Perpanjangan ini disebut
walking beam yang dapat bergerak bebas naik-turun mengikuti ketidakrataan
permukaan jalan, sehingga satuan tekanan persatuan lebar rol dapat
dipertahankan besarnya. Walking beam dapat juga dikunci, sehinggga dapat
bergerak ke atas saja apabila permukaan jalan tidak rata.







Gambar V-2. Tandem Roller

Penguncian walking beam dapat dilakukan penuh, sehingga waking beam
tidak dapat bergerak sama sekali ke atas maupun ke bawah. Penggaruh
penguncial walking beam ini dapat dijelaskan seperti pada gambar V-3.

Walking beam tidak terkunci







Walking beam setengah terkunci







Walking beam dikunci penuh

Gambar V-3. Beberapa keadaan penguncian Walking beam pada Three Axle
Tandem Roller


V.4. VIBRATION ROLLER

Vibration Roller adalah termasuk tandem roller, yang cara penempatannya
menggunakan efek getaran, dan sangat cocok digunakan pada jenis tanah
pasir atau kerikil berpasir. Efisiensi pemampatan yang dihasilkan sangat baik,
karena adanya gaya dinamis terhadap tanah. Butir-butir tanah cenderung
akan mengisi bagian-bagian yang kosong yang terdapat di antara butir-
butirnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemampatan dengan vibration
roller ialah frekwensi getaran, amplitudo getaran dan gaya centrifugal.
Hubungan antara efek pemampatan dengan frekwensi pada amplitudo yang
berbeda ditunjukkan seperti pada gambar V-4.







Gambar V-4. hubungan amplitudo, getaran dan efek pemampatan







Gambar V-5. VIBRATION ROLLER


V.5. MESHGRID ROLLER

Pengaruh plain whell roller, terhadap kepampatan yang dihasilkan adalah
dari atas ke bawah, yang artinya bagian atas akan mencapai kepampatan lebih
dahulu daripada bagian bawah. Hal ini karena penampang melintang pengaruh
tekanan roda gilas ke dalam lapisan tanah berbentuk trapesium (gambar V-
6a), sehingga tekanan persatuan luas di bagian atas lebih besar daripada di
bagian bawah. Jika tebal lapisan yang harus dipampatkan besar, maka tekanan
persatuan luas ini untuk bagian bawah sudah tidak cukup besar untuk
mencapai kepampatan yang diharapkan (gambar V-6b).







Gambar V-6. Diagram tekanan pada lapisan tanah.

Untuk usaha pemampatan tanah dengan butiran yang banyak mengandung
butiran kasar lebih baik digunakan Mesh Grid Roller. Alat ini disamping
memperbesar tekanan persatuan luas permukaan,juga bidang-bidang rodanya
dapat masuk ke dalam lapisan tanah, sehingga terjadi pemampatan dari
bawah. Mesh Grig Roller adalah mesin gilas yang roda-rodanya berbentuk
anyam-anyaman.


V.6. SEGMENT ROLLER

Untuk tanah yang banyak mengandung lempung (tanah liat), terutama
tanah yang basah, Grid Roller kurang memberi hasil yang baik, karena
tanahakan tertinggal diantara batang-batang besi anyaman roda. Untuk
menghindari hal tersebut dapat digunakan Segment Roller yang rodanya
tersusun dari lempengan-lempengan baja kecil-kecil, yang akan memberi
tekanan persatuan luas cukup besar dan dapat masuk ke dalam tanah,
sehingga terjadi pemampatan langsung dari bawah.


V.7. SHEEPFOOT ROLLER

Sheepfoot Roller ini termasuk dalam alat pampat yang melindas dari
bawah. Bagian utama roller ini berupa drum yang sekelilingnya diberi kaki-
kaki, sehingga tekanan roller dapat terpusat pada kepala kaki yang merupakan
bidang-bidang kecil, dan memberikan tekanan persatuan luas yang besar.
Sheepfoot Roller ini merupakan alat pampat yang ditarik, dan pada waktu
ditarik kaki-kaki domba akan masuk ke dalam lapisan tanah, dam dinding drum
yang ada pada permukaan lapisan akan memberikan kepampatan sementara.
Sehingga tebal lapisan yang efektif untuk pemampatan dengan sheepfoot
roller ini antara 20-25 centimeter, dan bahan tanah yang cocok untuk
sheepfoot roller ini adalah tanah yang banyak mengandung lempung.







Gambar V-7. Sheepfoot Roller







Gambar V-8. Mesh Grid Roller







Gambar V-9. Segment Roller


V.8. PNEUMATIC TIRED ROLLER

Roller jenis ini mempunyai roda-roda dari ban karet (pneumatic) dengan
permukaan yang dibuat rata. Susunan rodanya dibuat sedemikian rupa
sehingga jalur yang dilewati roda depan jatuh diantara jalur-jalur roda
belakang, dengan demikian gilasan dapat merata pada satu lintasan roller.
Jumlah roda-roda gilas selalu ganjil, misalnya 9 (4 roda depan, 5 roda
belakang), 11 (5 roda depan, 6 roda belakang), 13 (6 roda depan, 7 roda
belakang). Berat roller jenis ini juga dapat ditambah dengan mengisi air atau
pasir dalam bak-bak yang disediakan dalam dinding mesin, sehingga berat
satu roller dinyatakan dalam dua angka, misalnya antara 9 sampai 16 ton.
Tekanan roda pada permukaan tanah dapat diatur dengan tekanan udara
dalam ban (inflation pressure), makin keras ban dipompa makin besar tekanan
persatu satuan luas permukaan tanah. Penggilasan dengan ban-ban ini
mempunyai ciri khusus dengan adanya kneading effect, ialah air dan udara
dapat ditekan keluar (pada tepi-tepi ban) yang segera akan menguap pada
keadaan udara yang kering. Kneading effect ini sangat membantu dalam
usaha-usaha pemampatan bahan-bahan yang mengandung lempung atau tanah
liat. Kneading effect ini juga diperbesar pengaruhnya dengan membuat sumbu
roda yang dapat bergoyang mengikuti ketidakrataan permukaan tanah. Roda
yang dapat bergoyang demikian ini disebut whole whell, yang sangat berguna
dalam mempertahankan tekanan yang sama dari semua roda roller, karena
tidak ada roda-roda yang menggantung bebas.








Gambar V-10, Pneumatic Tired Roller

Bergoyangnya roda ini menyebabkan roller baik sekali untuk digunakan
pada penggilasan pasir atau bahan-bahan dengan butir kasar, karena gerakan
ban akan membantu dalam mengatur kedudukan butir untuk mencapai
kepampatan yang optimal. Perlu diperhatikan pada penggilasan bahan dengan
butir kasar yang tajam, ban-ban penggilas akan cepat rusak, sehingga
pneumatic tired roller banyak digunakan dalam pekerjaan pengaspalan jalan,
misalnya pada hot mix asphaltconcrete, di samping juga baik untuk
penggilasan lapisan-lapisan tanah yang tipis.

V.9. PORTABLE ROLLER DAN TRENCH ROLLER

Portable roller adalah roller jenis kecil dengan berat hanya 4 sampai 6 ton
saja, yang dilengkapi dengan roda karet yang dapat dinaik-turunkan. Waktu
bekerja roda karet digantung, sehingga yang menyentuh permukaan tanah
adalah roda-roda bajanya, apabila ingin dipindahkan (dibawa), roda karet
diturunkan kemudian roller ditarik dengan traktor atau truk.







Gambar V-11. Portable Roller

Trench roller adalah penggilas khusus untuk parit atau lubang galian,
sehingga konstruksinya dibuat khusus sedemikian rupa agar sesuai untuk
pekerjaan tersebut (gambar V-9). Roda yang sebelah dibuat dari baja halus
dengan diameter roda lebih besar, yang digunakan sebagai pemampat, sedang
roda yang sebelahnya lagi dan juga roda kemudi (guide roll) dibuat dari ban
karet dengan diameter roda lebih kecil. Kemampuan roller ini untuk
memampatkan parit sedalam antara 16 sampai 23 inci.







Gambar V-12. Trench Roller


V.10. CARA KERJA COMPACTOR

Pada kebanyakan roller susunan roda adalah dengan guide roll berada di
depan dan drive roll di belakang, sehingga operator menghadap ke guide roll
di depan, tetapi untuk mudahnya kita anggap ban roller bergerak maju bila
berjalan ke arah guide roll.







(a). Jalan lurus







(b). Jalan membelok

Gambar V-13. Pola penggilasan dengan Compactor

Untuk menjaga kemiringan pada potongan melintang badan jalan, maka
pekerjaan dimulai dengan jalur-jalur tepi yang terendah. Hal ini karena bahan
yang digilas mempunyai kecendrungan untuk menggeser (melorot) ke tepi
bawah. Dengan memampatkan lebih dahulu bagian bawah, penggeseran tanah
akan tertahan oleh jalur-jalur yang sudah dipampatkan.
Untuk berpindah jalur sangat dianjurkan pada waktu roller berjalan maju,
hal ini untuk menghindari agar guide roll tidak tertarik menggeser ke arah
jalannya, drive roll dan merusak permukaan lapisan-lapisan yang sudah
dibentuk permukaannya.
Pada gambar V-13a. seluruh lebar jalan dapat dijalani dalam 8 pass
(lintasan), pada pass ke 9 roller kembali menuju ke jalur yang pertama.
Pengulangan ini dilakukan terus menerus sampai jumlah pass yang diperlukan
untuk mencapai pemampatan yang dikehendaki untuk tiap jalur sudah
terpenuhi.
Overlap dalam arah memanjang (A) juga perlu diberikan, karena dalam
arah belok roller ini jumlah pass yang diberikan lebih sedikit daripada yang di
bagian lurus.
Pada gambar V-13b. adalah pola penggilasan pada tikungan jalan, pass
pertama dimulai dari bagian bawah (bagian lintasan yang dalam) menuju ke
bagian atas (bagian lintasan luar). Untuk lintasan-lintasan berikutnya diulang
mulai dari lintasan pertama lagi.


V.11. PRODUKSI COMPACTOR

Produksi compactor biasanya dinyatakan dalam luasan (m
2
) yang dapat
dipampatkan oleh penggilas sampai kepampatan yang dikehendaki persatuan
waktu. Untuk menghitung dapat digunakan rumus berikut.



Keterangan : F = luas permukaan lapisan yang dipampatkan (m
2
)
L = lebar efektif roda gilas (meter)
JM = kondisi manajemen dan medan kerja
N = jumlah lintasan (pass) yang diperlukan untuk mencapai
kepampatan yang dikehendaki

Yang dimaksud satu pass adalah satu lintasan dengan roda gilas melewati
satu jalur tertentu. Agar dicapai hasil penggilasan dengan permukaan yang
rata, maka tiap pass dengan pass yang berikutnya harus saling menindig
(overlap) antara 15-30 cm.

Contoh 5-1 : Sebuah compactor Three-whell dengan berat 8 ton digunakan
untuk memampatkan suatu lapisan makadam tebal 10 cm
(sesudah jadi).
Jumlah pass yang diperlukan 10 kali, lebar efektif compactor
60 cm, kecepatan operasi 2km/jam. Kondisi manajemen baik
dan kondisi medan baik, berapakah produksi compactor
perjamnya?

F =
=
Karena tebal per-lapis 10 cm (sesudah jadi), maka
Produksi compactor = 0,10 x 90 = 9 m
3
/jam (CM).

VI. T R U K


VI.1. UMUM

Truk adalah alat yang khusus digunakan sebagai alat angkut karena
kemampuannya, misalnya dapat bergerak cepat, kapasitas besar dan biaya
operasinya relatip murah. Alasan lain penggunaan lain penggunaan truk
sebagai alat angkut ialah karena kenutuhan truk mudah diatur dengan
produksi alat-alat gali, sehingga truk sangat luwes dalam pengorganisasian
dengan alat-alat yang lain. Hal ini sangat bermanfaat bagi penghematan biaya
operasi pelaksanaan proyek.
Salah satu syarat yang perlu dipenuhi agar truk dapat digunakan dengan
baik dan efektif adalah adanya jalan angkut yang rata dan cukup kuat atau
keras. Khusus untuk jalan angkut yang kurang baik dapat menggunakan truk
yang disebut dengan Cross Country Ability yang harga dan biaya operasinya
lebih tinggi daripada truk biasa.

Beberapa hal yang membedakan macam truk adalah :
1. ukuran dan bahan bakar yang digunakan,
2. banyaknya gigi persneling (gear),
3. banyaknya roda gerak, misalnya dua, empat dan enam,
4. susunan roda-roda dan banyaknya sumbu (gandar)
5. kemampuan angkut, dalam ton atau m
3
,
6. cara membuang muatan (dumping), misalnya rear dump, side dump dan
bottom dump.

Untuk pekerjaan konstruksi sipil umumnya digunakan truk yang dapat
membuang muatan dari bak secara otomatis. Truk semacam ini disebut
dengan Dump Truck atau Tipping Truck. Penumpahan muatan (dumping)
dilakukan dengan cara hidrolis yang menyebabkan bak terangkat pada satu
sisi, sedang sisi lain yang berhadapan berputar sebagaiengsel. Dengan
membedakan arah muatan ditumpahkan dump truk dibedakan dalam tiga
macam ialah :
1. Rear Dump Truck yang membuang muatan ke belakang,
2. Side Dump Truck yang membuang muatan ke samping,
3. Bottom Dump Truck yang membuang muatan melalui bawah bak.
Dump truck yang terdiri dari berbagai ukuran dengan kapasitas angkut 3 ton
sampai 20 ton, yang pemilihannya dapat disesuaikan dengan kondisi pekerjaan.
Untuk mengangkut bahan-bahan yang sifatnya lengket dapat dipilih bak
truk yang pertemuan sudutnya tidak tajam, hal ini untuk menghindari sulitnya
membuang muatan.
Kemampuan truk untuk memuat dinyatakan dalam berat muatan, misanya
ton, atau dalam kapasitas bak, misanya m
3
. Untuk menyatakan kapasitas masih
dibedakan dalam kapasitas peres (struck) atau kapasitas mujung (heaped).
Kapasitas mujung sangat dipengaruhi oleh keadaan jalan angkkut yang
dilewati, karena bahan yang diangkaut akan mudah tercecer jika jalan angkut
kurangk baik, sehingga kapasitas mujang akan menjadi lain.


VI.2. UKURAN TRUK

Besarnya truk yang dipilih diusahakan agar imbang dengan kemampuan
atau produksi alat gali alat pemuatnya. Ini untuk menghindari agar jangan
sampai terjadi salah satu alat ada yang menganggur sewaktu organisasi alat-
alat tersebut bekerja sehingga biaya produksi menjadi besar.
Beberapa pertimbangan untuk menentukan pemilihan truk besar atau truk
kecil yang akan digunakan dijelaskan seperti berikut.
1. Keuntungan truk kecil
a. Fleksibel (luwes) dalam jarak angkut dekat dan mudah
mengemudikannya.
b. Kecepatan tinggi.
c. Berkurangnya produksi tidak begitu terasa bila salah satu truk ada
yang mogok atau rusak.
d. Mudah menyesuaikan banyaknya truk dengan produksi alat gali atau
alat pemuatnya.
2. Kerugian truk kecil
a. Alat gali sulit mengisikan muatan.
b. Waktu hilang banyak, karena banyaknya truk yang digunakan.
c. Pengemudi atau operator banyak.
d. Menimbulkan bahaya yang besar bila truk banyak menunggu di tempat
gali dan jalan angkut untuk menunggu giliran.
3. Keuntungan truk besar
a. Jumlah sedikit sehingga biaya investasi dan pemeliharaan kecil.
b. Pengemudi atau operator sedikit.
c. Baik untu angkut jarak jauh, bahaya berkumpulnya truk di satu tempat
dapat dihindari.
d. Pemuatan dari alat gali lebih mudah sehingga waktu hilang kecil.
e. Bahan bakar biasanya relatif sedikit.
f. Memperkecil frekwensi menunggu pada tempat gali.
4. Kerugian truk besar
a. Biaya angkut besar, waktu muat besar khususnya bila alat gali
ukurannya kecil.
b. Muatan yang besar akan cepat merusak jalan angkut, sehingga
pemeliharaan jalan angkut besar.
c. Sulit untuk menentukan keadaan yang imbang antara jumlah truk
dengan produksi alat gali.
d. Suku cadang mungkit sulit didapatkan di pasaran.
e. Ukuran yang besar mungkin akan kesulitan untuk melewati jalan umum.
Sebagai patokan untuk menentukan perbandingan yang baik antara
kemampuan muat gali dengan kapasitan truk dapat diambil : kapasitas truk
antara 4-5 kapasitas alat gali.







Gambar VI-1. Truk
Analisis untuk menentukan organisasi truk dan alat gali dijelaskan sebagai
berikut ini.


VI.2.1. Pengaruh ukuran truk terhadap biaya angkut tanah

Digunakan Shovel kapasitas bucket 0,75 cuyd untuk menggali tanah baik
dengan swing 90
0
, cycle time shovel 21 detik. Digunakan truk dengan
anggapan waktu angkut, buang dan kembali 6 menit untuk berbagai macam
ukuran truk.

a. Digunakan truk kapasitas 3 cuyd
Waktu muat =
Round trip truk =
Jumlah truk dibutuhkan =

Jika digunakan 6 truk (shovel sibuk)
- waktu muat 6 truk =
- waktu hilang truk =
- waktu hilang =
- operating factor =

b. Digunakan truk kapasitas 6 cuyd
Waktu muat =
Round trip truk =
Jumlah truk dibutuhkan =

Jika digunakan 3 truk
- waktu muat 3 truk =
- waktu hilang shovel =
- waktu hilang =

Jika digunakan 4 truk
- waktu muat 4 truk =
- waktu hilang truk =
- waktu hilang =
- operating factor =

c. Digunakan truk kapasitas 15 cuyd
Waktu muat =
Round trip truk =
Jumlah truk dibutuhkan =

Jika digunakan 2 truk
- waktu muat 2 truk =
- waktu hilang shovel =
- waktu hilang =
- operating factor =

Apabila ditentukan biaya sewa truk dan biaya operasi truk untuk masing-
masing ukuran ditentukan :
- truk kapasitas 3 cuyd biaya Rp. 8.960,-/jam
- truk kapasitas 6 cuyd biaya Rp. 11.760,-/jam
- truk kapasitas 10 cuyd biaya Rp. 16.960,-/jam
- truk kapasitas 15 cuyd biaya Rp. 25.920,-/jam
- truk kapasitas 20 cuyd biaya Rp. 34.480,-/jam

maka biaya angkut dapat dilihat pada tabel VI-1.
Hitungan dalam tabel VI-1 menggunakan asumsi bahwa opersi Shovel 80% dan
tanpa ada waktu tunggu untuk truk.

Tabel VI-1. Perbandingan biaya angkut tanah baik dengan variasi ukuran
truk, menggunakan shovel 0,75 cuyd

Ukuran
truk
(cuyd)
Jumlah
truk
(buah)
Produksi
perjam
(cuyd)
Waktu
muat,
(mnt)
Biaya muat truk
(Rp.)
Biaya
angkut
per cuyd
(Rp.)
Per truk total
3
3
6
6
10
10
15
20
5
6
3
4
2
3
2
2
96
102
97
102
89
102
102
102
1,4
1,4
2,8
2,8
4,6
4,6
7,0
9,3
8.960
8.960
11.760
11.760
16.960
16.960
51.840
72.960
208
208
548,80
548,80
1.296
1.296
3.024
5.648
467,20
526,40
363,70
461,20
380,80
499,20
508,80
716,80

Keterangan :
- Jumlah cycle Shovel =
- Produksi ideal Shovel =
- Produksi nyata =
- Waktu tempuh truk =
- Jika digunakan truk kapasitas 6 cuyd, jumlah truk 3,15 (lihat hitungan di
depan)
- Digunakan 3 buah truk

Produksi =
Biaya truk perjam =
Biaya muat =
Biaya muat truk per cuyd =
Biaya angkut truk per cuyd =

Dari tabel VI-1 dapat diketahui biaya angkut per cuyd tanah yang paling
murah adalah untuk 3 buah truk dengan kapasitas 6 cuyd.


VI.2.2. Pengaruh ukuran alat gali terhadap biaya angkut tanah

Digunakan Shovel dengan bucket 1 cuyd dengan produksi ideal 175
cuyd/jam (BM). Operating factor shovel 80%, tanpa waktu tunggu untuk truk
dengan kapasitas 15 cuyd (BM). Waktu perjalanan truk ditentukan 8 menit
(pergi-pulang) dan biaya truk termasuk pengemudi Rp. 25.920,-

Produksi nyata shovel =
Waktu muat ke truk =
Round trip time per truk =
Jumlah truk =
Produksi untuk 2 truk =

Produksi 3 truk =
Biaya 2 truk per jam =
Biaya 3 truk per jam =
Biaya muat per truk =
Biaya muat per cuyd =
Biaya angkut per cuyd untuk 2 truk =
Biaya angkut per cuyd untuk 3 truk =
=
Secara jelas hitungan-hitungan di atas dibuat dalam tabel VI-2.

Tabel VI-2. Pengaruh ukuran Shovel pada biaya angkut tanah dengan
ukuran truk 15 cuyd.

Ukuran
shovel
(cuyd)
Produksi
perjam
(cuyd)
Waktu untuk
truk (menit)
Jumlah
truk
Biaya
truk
perjam
(Rp.)
Biaya muat
truk (Rp.)
Biaya
angkut
per
cuyd
(Rp.)
muat Round
trip
Per
truk
Per
cuyd
0,5
0,75
1
1
1,5
2
2
2,5
3
76
108
125
140
191
231
240
280
312
11,8
8,3
6,4
6,4
4,7
3,8
3,8
3,2
2,9
19,8
16,3
14,4
14,4
12,7
11,8
11,8
11,2
10,9
2
2
2
3
3
3
4
4
4
51.840
51.840
51.840
77.760
77.760
77.760
103.680
103.680
103.680
5.104
3.584
2.765
2.765
2.032
1.648
1.376
1.376
1.264
339
240
184
184
136
110
100
91
85
683
482
415
555
408
336
432
370
333


VI.3. CARA KERJA TRUK

Bekerja dengan truk pada dasarnya sama dengan mengendarai mobil.
Perbedaan dibanding mobil adalah :
a. berat truk lebih besar,
b. sukar melihat ke belakang,
c. untuk pindah gigi perseneling diperlukan keahlian khusus,
d. dalam menempuh jalan angkut yang menanjak dan menurun perlu
ketrampilan dan kecermatan,
e. memarkir truk perlu ketrampilan dan kadang-kadang perlu bantuan orang
lain.

Operator atau sopir sangat berperan dalam menempatkan truk pada waktu
muat, karena produksi dari organisasi alat angkut dan alat gali ditentukan
pada saat muat ini. Menempatkan truk dengan cepat pada posisi untuk dimuati
diusahakan agar swing dari alat gali sekecil-kecilnya. Operator alat gali
biasanya akan mengatur penempatan truk yang akan dimuati, khusus untuk
truk-truk yang besar pembantu sopir sangat diperlukan dalam mengatur
penempatan truk pada posisi muat yang baik. Truk sebaiknya ditempatkan
membelakangi alat gali, tau searah dengan swing alat gali agar memudahkan
pemuatan. Khusus pada pemuatan batu-batu yang besar dengan menggunakan
alat gali yang besar sebaiknya truk menghadap ke alat gali, agar alat gali
tidak menimpa cabin truk.
Truk adalah alat angkut jarak jauh, sehingga jalan angkut yang dilalui
dapat berupa jalan datar, tanjakan dan turunan. Untuk mengendarai truk
pada medan yang berbukit diperlukan ketrampilan operator atau sopir.
Operator harus segera mengambil tindakan dengan memindah gigi ke gigi
rendah bila mesin sudah tidak mampu bekerja pada gigi yang tinggi. Hal ini
perlu dilakukan agar truk tidak berjalan mundur karena tidak mampu
mananjak pad saat terlambat memindah pada gigi rendah. Untuk jalan yang
menurun perlu juga dipertimbangkan menggunakan gigi rendah, karena
kebiasaan berjalan pada gigi tinggi dengan hanya mengandalkan rem (brakes)
sangat berbahaya dan dapat berakibat kurang baik.
Pada waktu mengangkut ataupun kosong perlu dihindari terjadinya selip.
Selip adalah keadaan gerakan mendatar ke samping dari kendaraan yang tidak
dapat dikuasai oleh operator. Selip ini biasanya terjadi jika roda berputar
lebih cepat daripada yang diperlukan untuk gerakan kendaraan, atau apabila
putaran roda lebih lambat daripada gerakan kendaraan, misalnya pada waktu
direm, atau dapat terjadi pada tikungan yang tajam dalam keadaan kecepatan
tinggi.
Membuang muatan (dumping) operator harus hati-hati dan cermat,
Operator harus yakin bahwa roda-roda berada di atas permukaan tanah yang
cukup kuat dan keras untuk menghindari supaya ban-ban tidak terperosok ke
dalam tanah yang kurang baik, misalnya pada permukaan tanah hasil buangan
sebelumnya.







Gambar VI-2. Bottom Dump Truck












VII. BIAYA ALAT-ALAT BERAT

VII.1. UMUM

Dalam pekerjaan-pekerjaan yang besar seperti pekerjaan konstruksi,
pekerjaan transportasi dan pekerjaan bendung, selalu digunakan alat-alat
berat. Untuk operai dengan alat-alat berat harus dipertimbangkan biaya-
biaya yang disediakan untuk penggunaan alat, waktu yang harus diselsaikan,
keuntungan yang diperoleh dan pertimbangan lainnya.
Biaya untuk alat berat dapat dihitung dengan prakiraan-prakiraan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Biaya tersebut meliputi Owning Cost (biaya
kepemilikan) dan Operating Cost (biaya operasi) yang sering disebut sebagai
O & O cost (Owning and Operating Cost). Owning Cost secara pasti sangat
sulit ditentukan karena dipengaruhi oleh umur ekonomis alat yang tidak dapat
diramalkan dengan tepat, suku bunga, pajak dan asuransi, yang setiap waktu
dapat berubah-ubah besarnya. Operating Cost besarnya dipengaruhi oleh
pemakaian bahan bakar, minyak pelumas untuk mesin dan hidrolis, umur ban,
reparasi dan pemeliharaan, penggantian suku cadang khusus dan upah
operator.
Pada bab-bab berikut akan diuraikan beberapa hal yang berhubungan
untuk menghitung biaya biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan alat berat.


VII.2. OWNING COST

Owning cost ialah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama
alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri.
Biaya ini harus diperhitungkan karena alat semakin lama akan berkurang hasil
produksinya, bahkan pada waktu tertentu alat sudah tidak dapat berproduksi
lagi, hal ini disebut sebagai depresiasi.
Nilai depresiasi ditentukan oleh harga beli alat waktu didatangkan beserta
perlengkapannya, prakiraan umur ekonomis alat, nilai residu alat (nilai jual
pada akhir umur ekonomis) dan nilai reproduksi alat. Untuk menentukan nilai
depresiasi alat dalam satuan waktu tertentu ada beberapa metode seperti
berikut ini.

1. Straight Line Method
Straight Line method ialah metode untuk menentukan nilai depresiasi alat
tiap tahun-nya sama besar atau sering disebut dengan metode Garis Lurus.
Pada metode ini nilai depresiasi tiap tahunnya diperoleh dengan membagi nilai
reproduksi dengan Umur Ekonomis alat.

Contoh 7-1 : Harga beli alat : Rp. 100.000.000,-
Umur ekonomis : 5 tahun
Niali residu : Rp. 20.000.000,-

Nilai Reproduksi = Rp. 100.000.000,-
= Rp. 20.000.000,-
(-)
= Rp. 80.000.000,-

Depresiasi pertahun Rp
Rp
=

= , 000 . 000 . 16 .
5
, 000 . 000 . 80 .


Metode ini sangat sesuai digunakan apabila alat bekerja kontinu setiap tahun,
misalnya dapat diperkirakan bekerja selama 2000 jam pertahunnya.

2. Reducing Charge Method
Reducing Charge Method adalah metode untuk menentukan jumlah
depresiasi yang menurun atau berkurang jumlahnya untuk setiap tahunnya.
Pertimbangan cara ini ialah semakin tua alat semakin menurun produksinya.
Metode ini dibedakan dalam dua metode lagi ialah sebagai berikut.

a. Declining Balance Method, ialah metode untuk menentukan jumlah
depresiasi dari tahun ke tahun adalah sebesar prosentase tertentu dari nilai
buku alat pada tahun yang bersangkutan. Besarnya prosentase dapat dihitung
berdasarkan harga beli, nilai residu dan umur ekonomis alat. Nilai buku adalah
harga beli alat dikurangi depresiasi yang telah diperhitungkan.

Contoh 7-2 :
Harga beli alat : Rp. 30.000.000,-
Depresiasi per tahun : 40% dari nilai buku
Umur ekonomis alat : 5 tahun
Nilai Residu : Rp. 4.000.000,-
Harga beli alat = Rp.30.000.000,-
Depresiasi tahun ke 1 = 40% x Rp.30.000.000,- = Rp.12.000.000,-
Nilai buku tahun ke 2 = Rp.18.000.000,-
Depresiasi tahun ke 2 = 40% x Rp.18.000.000,- = Rp.7.200.000,-
Nilai buku tahun ke 3 = Rp. 10.800.000,-
Seterusnya lihat tabel VII-1.

Tabel VII-1. Depresiasi dengan metode Declining Balance Method

Tahun ke % Depresiasi Depresiasi (Rp.) Nilai Buku (Rp.)
1
2
3
4
5
1)

5
2)

40
40
40
40
40
-
12.000.000
7.200.000
4.320.000
2.592.000
1.555.200
-
30.000.000
18.000.000
10.800.000
6.480.000
3.888.000
4.000.000

Dari Tabel VII-1 dapat dilihat nilai buku tidak lagi mengalami depresiasi
setelah mencapai nilai residu yang telah diperkirakan pada contoh diatas
sebesar Rp. 4.000.000,-, sehingga nilai buku yang digunakan adalah nilai buku
pada tahun ke 5
2)
, untuk kasus yang lain mungkin berlaku pada nilai buku
tahun ke 5
1)
.

b. Sum of the Years Digit Method, ialah metode untuk menentukan besarnya
depresiasi tiap tahun berdasar pada jumlah angka-angka tahun dari umur
ekonomis alat yang bersangkutan sebagai koefisien pembagi, dan bedasar
pada sisa umur ekonomis dari alat.

Contoh 7-3 :

Harga beli alat : Rp. 100.000.000,-
Prakiraan uur ekonomis : 5 tahun
Nilai residu : Rp. 25.000.000,-

Berdasar umur ekonomis, jumlah angka-angka tahun adalah :
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Nilai reproduksi = Rp. 100.000.000 (-) Rp. 25.000.000
= Rp. 75.000.000
Besar Depresiasi dari tahun ke tahun dihitung seperti pada Tabel VII-2.

Tabel VII-2. Depresiasi berdasar Nilai Angka Tahun.

Tahun ke Rasio
Depresiasi
Nilai
Reproduksi
(Rp.)
Depresiasi
(Rp.)
Nilai buku
(Rp.)
0
1
2
3
4
5
0
5/15
4/15
3/15
2/15
1/15
75.000.000
75.000.000
75.000.000
75.000.000
75.000.000
75.000.000
0
25.000.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
100.000.000
75.000.000
55.000.000
40.000.000
30.000.000
25.000.000

Pada Tabel VII-2 terlihat nilai buku pada tahun ke-5 pada akhir umur
ekonomis alat yang besarnya Rp. 25.000.000,- sesuai dengan prakiraan nilai
residu.

Untuk menghitung Owning Cost, di samping menentukan depresiasi harus
juga diperhitungkan suku buang, pajak, asuransi dan biaya penyimpanan. Cara
menentukan besarnya suku bunga , pajak dan asuransi tiap-tiap negara
berbeda-beda, tergantung di negara mana alat trsebut digunakan.
Nilai rata-rata untuk suku bunga, pajak dan asuransi per tahun di
dasarkan pada nilai rata-rata alat selama umur ekonomis. Untuk menghitung
dengan mudah dapat digunakan rumus yang didasarkan pada nilai depresiasi
dengan metode garis lurus berikut.

P
n
n S n P
2
) 1 ( ) 1 ( + +
=

Keterangan : P = biaya rata-rata yang dikeluarkan pertahun
P = harga beli alat
S = salvage value (nilai residu)
n = prakiraan umur ekonomis alat

Contoh 7-4 :

Harga beli alat : Rp. 100.000.000,-
Nilai residu : Rp. 25.000.000,-
Umur ekonomis : 5 tahun (2000 jam pertahun)

Misalnya : suku bunga : 15%
Pajak : 2,5%
Asuransi dll : 2,5%
Total annual rates : 20%

P
) 50 ( 2
) 1 5 ( 000 . 000 . 25 . ) 1 5 ( 000 . 000 . 100 . + +
=
Rp Rp


P = Rp. 70.000.000,- per tahun atau

P = Rp. 35.000,- per jam

Sehingga suku bunga, pajak dan asuransi dihitung :
Rp. 35.000,- x 20% = Rp. 7.000,- per jam


VII.3. OPERATING COST

Operating Cost atau biaya operasi alat yang dikeluarkan selama alat
tersebut digunakan. Biaya operasi ini meliputi bahan bakar, minyak pellumas
atau minyak hidrolis, penggantian ban, perbaikan atau pemeliharaan,
penggantian suku cadang khusus, misalnya mata pisau pada dozer dan gaji
operator.

1. Bahan bakar

Untuk konsumsi bahan bakar alat tergantung dari besar kecilnya daya
mesin yang digunakan disamping kondisi medan yang ringan atau berat juga
menentukan. Pabrik pembuat alat biasannya memberikan prakiraan konsumsi
bahan bakar sesuai daya mesin alat yangdinyatakan dalam liter/jam atau
galon/jam. Apabila tidak ada prakiraan konsumsi bahan bakar dapat digunakan
pendekatan berikut.

a. 0,06 galon/jam untuk mesin dengan bahan bakar bensin
b. 0,04 galon/jam untuk mesin dengan bahan bakar solar/disel

Perlu diperhatikan bahwa selama pengoperasian alat mesin tidak selalu
bekerja 100%. Misalnya pada alt gali, pemakaian tenaga mesin 100% hanya
pada waktu menggali dan mengangkat tanah saja, sedang pada waktu bucket
kosong mesin tidak menggunakan tenaga penuh. Efisiensi kerja operator
dalam satu jam kerja juga tidak penuh 100%, misalnya hanya 50 menit/jam
saja, hal ini disebut dengan Operating Factor, yang semakin besar operating
factor nya makin besar pula tenaga mesin bekerja.

2. Minyak pelumas

Kebutuhan minyak pelumas dan minyak hidrolis tergantung pada besarnya
bak karter (crank case) dan lamanya periode penggantian minyak pelumas,
biasanya antara 100 sampai 200 jam pemakaian.
Untuk kebutuhan minyak pelumas, minyak hidrolis, gemuk (grease) dan
filter biasanya pabrik pembuat meberikan prakiraan yang dinyatakan dalam
liter/jam atau gallon/jam tergantung kondisi medan kerjanya. Kondisi medan
kerja dibedakan dalam tiga keadaan yaitu :

a. Ringan : gerakan-gerakan teratur dan banyak istirahat, tidak membawa
muatan penuh,
b. Sedang : gerakan-gerakan teratur muatan tidak penuh,
c. Berat : bekerja terus menerus dengan tenaga mesin penuh (operating
factor besar).

Apabila dari pabrik tidak memberikan prakiraan konsumsi minyak pelumas,
maka dapat diprakirakan sebagai berikut :

q

Keterangan : q = kebutuhan minyak pelumas (galon/jam)
HP = daya mesin (HP atau Daya Kuda)
C = Kapasitas bak karter (galon)
T = waktu pemakaian

3. Biaya Ban

Biaya ban terganung dari harga ban di tempat alat yang bersangkuan
dioperasikan dan prakiraan umur ban menurut pengalaman, atau menurut
rekomendasi pabrik pembuatnya. Besarnya biaya penggantian ban ditentukan
sebagai berikut :

4. Biaya perbaikan/pemeliharaan

Untuk menjaga kondisi alat agar dapat bekerja normal dan baik perlu
adanya pemeliharaan,penggantian suku cadang dengan yang baru. Faktor yang
mempengaruhi besarnya biaya perbaikan alat adalah kondisi pemakaian alat,
kecakapan operator dan adanya perawatan yang memadai.
Besarnya faktor untuk menentukan biaya perbaikan dan pemeliharaan
biasanya sudah ada rekomendasi dari pabrik pembuat alat, yang besarnya
tergantung dari kondisi pemakaiannya dan ditenukan sebagai berikut :

5. Penggantian suku cadang khusus

Suku cadang khusus yang dimaksud adalah bajak, ujung mata pisau pada
bulldozer dan alat-alat khusus lainnya yang kerusakannya lebih cepat
dibanding suku cadang yang lain, waktu kerusakannya tidak tertentu,
tergantung pemakaian dan medan kerja. Untuk menghitung biaya suku cadang
khusus ini tidak termasuk dalam pos perbaikan dan pemeliharaan tetapi
dihitung dalam pos tersendiri.

6. Gaji Operator

Untuk menentukan gaji atau upah operator faktor yang mempengaruhi
ialah kecakapan dan pengalamanoperator, kemampuan pemilik alat serta
kondisi sosial negara yang bersangkutan.


VII.4. BIAYA SEWA

Berdasar analisis-analisis yang diuraikan di atas Departemen Pekerjaan Umum
mengeluarkan buku Pedoman Tata Cara Penggunaan Peralatan, yang
menyangkut juga besarnya nilai sewa alat-alat berat yang dipengaruhi oleh
umur ekonomis alat dan penetapan tarif sewa sesuai umur alat yang
bersangkutan. Dari buku Pedoman Tata Cara Penggunaan Peralatan ada
beberapa tabel yang dapat digunakan, salah satunya seperti Tabel VII-3.

Contoh 7-5 :
Cara pemakaian Tabel VII-3.
Bulldozer Caterpillar D4-D, harga beli Rp. 53.000.000,-
Umur ekonomis 5 tahun (5 x 2000 = 10.000 jam)
Jumlah biaya pemeliharaan selama umur ekonomis 90%.

Dari Tabel VII-3 dapat diketahui,
- pada tahun sewa ke 1, faktor pengali 252,00
- pada tahun sewa ke 2, faktor pengali 231,00
- pada tahun sewa ke 3, faktor pengali 214,00
- pada tahun sewa ke 4, faktor pengali 201,00
- pada tahun sewa ke 5, faktor pengali 193,00

Untuk menghitung besarnya biaya sewa perjam digunakan rumus berikut :
Biaya sewa =
Sehingga biaya sewa pada :
- tahun ke 1 =
- tahun ke 2 =
- tahun ke 3 =

Biaya sewa tersebut diatas belum termasuk biaya untuk bahan bakar,
minyak pelumas dan minyak hidrolis, penggantianban, biaya untuk suku cadang
khusus dan upah operator.

Tabel VII-3. DAFTAR FAKTOR PENGALI TARIF SEWA PERALATAN
PER JAM PEMELIHARAAN Tk.III dan Tk.IV OLEH DEPT.PU
(PERBAIKAN DALAM POS KONSTRUKSI)

Anda mungkin juga menyukai