Abstrak
Persoalan banjir telah menjadi permasalahan dunia karena hampir dialami oleh seluruh negara yang
ada pada saat ini. Banjir terjadi akibat meningkatnya intensitas hujan dan naiknya permukaan air
laut sehingga kemampuan sungai untuk mengalirkan air ke laut menjadi menurun. Tujuan dari
penelitian ini adalah meramalkan curah hujan yang menyebabkan terjadinya debit puncak atau
banjir. Metode yang digunakan untuk peramalan debit puncak adalah Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
dengan algoritma back propagation. Data masukkan untuk program JST adalah data koefisien
aliran (c ), intensitas curah hujan (I), dan luas daerah aliran sungai (A). JST digunakan untuk
meramal debit banjir selama satu hari (24 jam). Pengujian dilakukan untuk mencari arsitektur dan
nilai parameter JST yang paling optimal pada proses pelatihan. Selain itu, pengujian dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar sistem mengenali data yang dimasukkan setelah melewati tahap
pelatihan. Hasil penelitian menunjukan bahwa JST dengan algoritma Backpropagation yang sudah
dilatih dapat memprediksi debit banjir dengan persentase kesalahan sangat kecil. Tingat akurasi
yang dihasilkan sebesar 97,5% dengan MAPE sebesar 0,5%.
Kata Kunci : Curah hujan, Debit puncak, Artificial Neural Network, Backpropagation.
Abstract
The problem of flooding has become the world's problems as experienced by almost all the
countries that exist at this time . Flooding caused by the increased intensity of rainfall and rising
sea levels that the ability of the river to drain water into the sea to decrease. The purpose of this
study is to predict rainfall causes or flood peak discharge . The method used to forecast the peak
discharge is an Artificial Neural Network ( ANN ) with back propagation algorithm . Enter data for
ANN program is a data flow coefficient ( c ) , rainfall intensity ( I) , and the extensive watershed (
A ) . ANN is used to predict the flood discharge during one day ( 24 hours ) . The test is performed
to find the architecture and the value of the optimal ANN parameters in the training process . In
addition , testing was conducted to determine how much the system recognizes the data entered
after passing the training phase . The results showed that ANN with backpropagation algorithm can
be trained to predict the flood discharge accurately. Resulting accuracy level is 97.5 % with MAPE
at 0,5 % .
Keywords : Rainfall , Peak discharge, Artificial Neural Network , Backpropagation .
1. Pendahuluan
Peramalan banjir merupakan kegiatan yang berkontribusi dalam melindungi kehidupan manusia,
terutama penduduk yang tinggal di pinggiran sungai. Para peneliti di bidang sumber daya air telah
mengembangkan berbagai model hidrologi dan hidrolika untuk memwujudkan tujuan tersebut.
Metode hidrologi yang dikembangkan didasarkan pada prinsip konservasi massa. Asumsi dasar
yang digunakan adalah kelinieran (linearity) sehingga model ini memiliki keterbatasan dalam
menganalisis phenomena banjir yang tidak linier. Contoh dari model ini adalah Metode
Muskingum.
Phenomena banjir yang tidak linier diselesaikan dengan metode hidrolika dari St. Venant yang
terdiri dari persamaan kontinuitas dan momentum. Akan tetapi persamaan ini hanya bisa
Prosiding 1st Andalas Civil Engineering National Conference; Padang, 27 November 2014 65
Gunawan, G., Peramalan Curah Hujan dan Debit Puncak
diselesaikan secara numerik serta membutuhkan teknik penyelesaian yang sangat kompleks,
sehingga sering menimbulkan persoalan konvergensi dan stabilitas yang tak dapat diperhitungkan.
Selain itu, metode ini mensyaratkan adanya informasi distribusi (distributed information) dari
karaktersistik daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS). Dalam banyak kasus DAS di
Indonesia, penentuan dan pengukuran informasi ini tidaklah mudah dan data yang tersedia juga
tidak lengkap.
Model alternatif yang dapat digunakan untuk peramalan phenomena banjir yang tidak linier pada
suatu daerah yang miskin akan informasi distribusi dari karaktersistik DAS adalah Artificial Neural
Network (ANN) atau Jaringan Saraf Tiruan (JST). Berbagai penelitian tentang pengunaan ANN
untuk peramalan banjir di berbagai DAS di negara lain adalah antara lain : Smith dan Eli (1995)
menerapkan model ANN dengan algoritma back- propagation untuk memprediksi debit dan waktu
puncak pada suatu DAS (daerah aliran sungai). Tokar dan Johnson (1999) membandingkan model
ANN dengan regresi dan model konseptual sederhana. Liong, Lim, Paudyal (2000) melakukan
peramalan debit banjir suatu sungai dengan pendekatan ANN di Bangladesh. Chau dan Cheng
(2002) melakukan prediksi real-time dari tahap air dengan Pendekatan ANN menggunakan
algoritma back propagation. Joorabchi, et al (2007 ) melakukan peramalan debit banjir
menggunakan ANN di Fitzroy River, Australia. Hasilnya memiliki tingkat akurasi yang tinggi.
Walaupun AAN memiliki keterbatasan dalam memprediksi dalam pemodelan hujan-aliran namun
hasil peramalannya cuku baik ( De Vos and Rientes, 2005). Tingkat ketelitian hasil peramalan debit
sungai dengan ANN lebih baik jika dibandingkan dengan model stokastik (Fereydooni et al,
2012).hasil penelitian yang dilakukan oleh Dawson and Wilby (2001)menunjukan bahwa ANN
sangat baik untuk pemodelan hidrologi. Oleh karena penelitian bertujuan untuk peramalan debit
banjir menggunakan ANN dengan algoritma back progatioan pada DAS Air Bengkulu. Aplikasi
dari ANN pada DAS Air Bengkulu didasarkan pada pertimbangan karakteristik iklim yang berbeda
dengan penelitian terdahulu.
2. Metode Penelitian
2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Air Bengkulu, Desa Tanjung Jaya, Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai
Serut, Kota Bengkulu (Gambar 1).
Prosiding 1st Andalas Civil Engineering National Conference; Padang, 27 November 2014 66
Gunawan, G., Peramalan Curah Hujan dan Debit Puncak
2.2. Data
Data yang dibutuhkan untuk pemodelan hidrologi Hujan-aliran menggunakan ANN dengan
algoritma Back Propogation adalah data untuk pelatihan, pengujian, dan untuk prediksi atau
peramalan. Data untuk pelatihan adalah data hujan selama 92 hari yaitu mulai dari tanggal 1
November 2013 sampai dengan 31 Januari 2014. Data untuk pengujian adalah data hujan selama 4
hari yaitu pada tanggal 1-4 Februari 2014 dan data untuk prediksi atau peramalah adalah data
hujan selama 1 (satu) hari pada tanggal 5 Februari 2014. Selain data hujan diatas dibutuhkan data
koefisien aliran (c) dan data luas daerah aliran sungai (DAS).
2.3. Penentuan Variabel untuk Estimasi Debit Banjir
Banjir adalah suatu peristiwa hujan yang mengakibatkan terjadi peningkatan debit aliran yang
relatif besar sehingga aliran air melimpas diluar alur sungai dan menimbulkan genangan sehingga
mengakibatkan gangguan baik terhadap manusia maupun terhadap harta bendanya.
Debit banjir adalah banyaknya aliran air yang terdapat diatas permukaan tanah pada suatu waktu
yang disebabkan oleh curah hujan yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan kemampuan tanah
untuk menyerap air sehingga jumlah air hujan yang masuk ke saluran alam atau buatan melebihi
daya tampung atau kapasitas dari saluran tersebut. Berbagai macam model analitik telah
dikembangkan oleh para peneliti untuk memperkirakan debit puncak atau debit banjir di berbagai
negara. Namun metode yang paling populer dan sering digunakan adalah metode rasional. Adapun
bentuk dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
Q = C. I. A (1)
Dimana:
Q = Debit/aliran banjir (m3/ jam)
I = Intensitas hujan satuan (mm/jam)
A = Luas daerah aliran sungai (m2)
C = Koefisien aliran.
Nilai dari variable koefisien aliran ( C ) umumnya ditentukan berdasarkan tabel yang telah ada.
Akan tetapi untuk hasil yang lebih sesuai dengan kondisi daerah penelitian maka nilai variabel C
ditentukan menggunakan SIG (sistem informasi geografis) dengan memperhitungkan jenis tutupan
lahan, kelerengan, dan jenis tanah. Nilai C suatu DAS ditentukan menggunakan persamaan berikut:
(2)
Dimana :
Cdas = Nilai koefisien aliran yang mewakili DAS tersebut
Ci = Nilai Koefisien aliran pada setiap sub bagian DAS
A = Luas (m2)
Nilai intensitas hujan dapat diperkirakan menggunakan berbagai metode yang disesuaikan dengan
data hujan yang tersedia. Pada lokasi penelitian, data hujan yang tersedia adalah data hujan harian
maka persamaan yang digunakan adalah persamaan Mononobe, secara matematis dinyatakan
sebagai berikut :
(3)
Dimana :
I = Intensitas hujan maksimum dalam satu hari (mm/jam)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
Luas dari DAS dapat ditentukan dengan melakukan deliniasi batas DAS menggunakan SIG. Data
yang dibutuhkan untuk melakukan deliniasi tersebut adalah DEM-SRTM (digital elevation model-
shutle radar trophical measurement). Hasilnya akan lebih baik jika DEM-SRTM yang ada
Prosiding 1st Andalas Civil Engineering National Conference; Padang, 27 November 2014 67
Gunawan, G., Peramalan Curah Hujan dan Debit Puncak
dimodifikasi dengan kerapatan kontur tertentu, semakin rapat kontur yang dibuat maka semakin
baik hasilnya akan tetapi semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk kompilasi (Gunawan, 2011).
2.4. Estimasi Debit Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST)
Untuk melakukan peramalan debit dengan JST tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Proses Pelatihan Data
Pelatihan data dengan Jaringan Syaraf Tiruan menggunakan Algoritma Backpropagation
dengan metode pelatihan Levenberg-Marquardt. Pada proses ini, data yang dibutuhkan
adalah data koefisien aliran, data intensitas hujan, data luas daerah aliran sungai, data
target, dan data parameter jaringan. Pada proses ini dilakukan pelatihan data dengan
Backpropagation menggunakan metode Levenberg-Marquardt. Hasil dari pelatihan akan
berupa bobot yang nantinya digunakan untuk pengujian dan peramalan data.
2. Proses Pengujian Data
Pengujian dengan menggunakan data target dan bobot hasil dari pelatihan dengan
menggunakan Algoritma Backpropagation metode pengujian Levenberg-Marquardt,
Pada proses pengujian ini, user akan memasukkan kembali data koefisien aliran, data
intensitas hujan, data luas daerah aliran sungai, data target dan data parameter jaringan.
Disini akan dilakukan pengujian apakah data yang dihasilkan sama atau mendekati data
target (data sesungguhnya) dengan menggunakan bobot hasil pelatihan sebelumnya.
Pengujian disini digunakan untuk membuktikan apakah pelatihan data yang kita lakukan
sudah benar atau tidak
3. Proses Peramalan Data
Peramalan sistem dengan menggunakan bobot hasil pelatihan, Pada peramalan data ini,
user kembali menginputkan data koefisien aliran, data intensitas hujan, data luas daerah
aliran sungai, dan data parameter jaringan. Hasil dari peramalan ini sendiri akan berbentuk
debit banjir (Q) kedepannya
4. Proses Validasi
Validasi yang merupakan hasil perbandingan antara data prediksi dengan data sesungguhnya.
Pada proses validasi ini user kembali menginputkan data koefisien aliran, data intensitas
hujan, data luas daerah aliran sungai, dan data parameter jaringan. Hasil dari data prediksi
yang telah dilakukan pada proses prediksi akan dibandingkan dengan data-data yang telah
diinputkan pada proses validasi untuk mengetahui seberapa akurat hasil prediksi yang
dilakukan. Hasi dari validasi ini disajikan dalam bentuk grafik.
Prosiding 1st Andalas Civil Engineering National Conference; Padang, 27 November 2014 68
Gunawan, G., Peramalan Curah Hujan dan Debit Puncak
Prosiding 1st Andalas Civil Engineering National Conference; Padang, 27 November 2014 69
Gunawan, G., Peramalan Curah Hujan dan Debit Puncak
Grafik hasil pelatihan menunjukkan hasil yang baik dengan persamaan regresi adalah sebagai
berikut:
Y = 1 T + 0.0006 .........................................................................................................................(4)
Dimana Y adalah output dan T adalah target. Dengan demikian model yang dikembangkan bisa
mengenal data yang disimpan sebelumnya dengan cukup akurat. Selanjutnya data yang telah dilatih
dilakukan pengujian. Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
jaringan yang telah dilatih sebelumnya mengenli pola-pola data yang akan diramal. Hasil dari
pengujian disajikan pada Gambar 3.
Prosiding 1st Andalas Civil Engineering National Conference; Padang, 27 November 2014 70
Gunawan, G., Peramalan Curah Hujan dan Debit Puncak
Dari gambar dapat dilihat bahwa data target (o) yang berbentuk lingkaran, dan data output (*) yang
berbentuk bintang berada pada posisi yang berdekatan. Maknanya adalah JST yang dikembangkan
cukup mampu mengenal pola-pola dari data-data yang telah dilatih sebelumnya dan mengenali
pola-pola data yang bersifat outlier. Persamaan regresi dari hasil pengujian terhadap data yang
telah dilatih adalah sebagai berikut :
Y = 1T + 4.8e-0.16 (5)
Persamaan regresi ini didapat dengan menggunakan fungsi postreg pada Matlab. Selanjutnya
dilakukan peramalan (forecast) debit banjir. Berikut ini adalah gambar dari grafik peramalan debit
banjir pada tanggal 7 Februari 2014.
Berdasarkan grafik hasil prediksi pada Gambar 4 diatas, garis berwarna merah adalah data target
(data sesungguhnya), garis biru menunjukkan data output (data hasil prediksi). Perbandingan antara
garis output dengan target cukup mendekati hasil yang sesungguhnya akan tetapi masih ada sedikit
perbedaannya pada titik-titik tertentu. Perbedaan antara target dengan output (hasil prediksi) ini
disebut dengan error dan nilainya dapat dihitung dengan menggunakan MAPE (Mean Absolute
Percentage Error). Besarnya nilai MAPE dari keluaran model adalah 0,5% artinya tingkat
kesalahan yang terjadi sangat kecil.
Prosiding 1st Andalas Civil Engineering National Conference; Padang, 27 November 2014 71
Gunawan, G., Peramalan Curah Hujan dan Debit Puncak
Prosiding 1st Andalas Civil Engineering National Conference; Padang, 27 November 2014 72