Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL ILMIAH

PERENCANAAN ULANG EMBUNG LILIN DI KECAMATAN GERUNG


KABUPATEN LOMBOK BARAT
(Redesign of Lilin Small Dam in Gerung District West Lombok)

Dewandha Mas Agastya1, Heri Sulistiyono2, Agustono Setiawan2


1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
2Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK

Embung merupakan salah satu bangunan air yang tujuannya menampung air untuk memenuhi
kebutuhan air irigasi dan air baku pada daerah yang membutuhkan. Perencanaan ulang Embung Lilin
ini diharapkan untuk meningkatkan hasil pertanian dan kebutuhan air baku untuk masyarakat di Daerah
Irigasi Embung Lilin yang berada di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat. Studi ini
direncanakan dimensi tubuh embung, pelimpah (Spillway), pengambilan (Intake), stabilitas terhadap
gaya – gaya yang bekerja dan rencana anggaran biaya.
Dalam analisis hidrologi didapatkan debit banjir rancangan kala ulang 100 tahun menggunakan
Metode HSS Nakayasu sebesar 17,813 m 3/dt dengan volume tampungan sebesar 34.500 m3 pada
elevasi +56,50 m yang digunakan untuk elevasi pelimpah dengan tinggi 13,50 m dan lebar pelimpah
sebesar 18,00 m. Elevasi muka air banjir berada pada +57,05 m dengan dasar sungai pada elevasi
+43,00 m. Puncak tubuh embung berada pada elevasi +57,60 m dengan tinggi 14,60 m, lebar mercu
embung 2,00 m, kemiringan lereng hulu 2V:1H dan hilir 1V:1H. Konstruksi stabil terhadap gaya – gaya
yang bekerja pada kondisi kosong, normal dan banjir. Saluran pengambilan menggunakan pipa baja
dengan diameter 10” (0,25 m) yang terletak pada elevasi +45,00 m untuk di hulu dan elevasi pipa dihilir
+43,00 m dengan panjang pipa 24,50 m. Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk membangun
Embung Lilin senilai Rp 10.294.100.000,00 (Sepuluh milyar dua ratus sembilan puluh empat juta seratus
ribu rupiah).

Kata Kunci : Perencanaan, Embung, Pelimpah, Bangunan Pengambilan

I. Pendahuluan BPS tahun 2004, diketahui bahwa kondisi DAS


Embung Lilin termasuk klasifikasi DAS kecil (<
1.1. Latar Belakang 500 km2) yaitu 0,97 km2 dengan panjang sungai
Dalam mengelola kondisi wilayah di 1,13 km. Potensi areal daerah irigasi di bagian
Provinsi Nusa Tenggara Barat, terutama di hilir Embung Lilin seluas 81,00 Ha. Banjir yang
Pulau Lombok, serta untuk keluar dari krisis terjadi pada tahun 2017 menyebabkan air
pangan dan mempertahankan swasembada melampaui puncak tubuh embung
beras dilakukan upaya dalam pembangunan (overtopping) sehingga tubuh dan pelimpah
prasarana dan sarana bidang sumber daya air, embung mengalami keruntuhan (failure) dan
seperti bendung, embung dan bendungan menyebabkan kerusakan. Kerusakan pada
Pada tahun 2007 Balai Wilayah Sungai tubuh embung mengakibatkan sebagian besar
NT I merencanakan Embung Lilin. Embung ini air di dalam tampungan limpas dan
terletak di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung menyebabkan terjadinya genangan. Sehingga
Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa perlu dilakukan Perencanaan Ulang Embung
Tenggara Barat, yang secara geografis terletak Lilin Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok
pada posisi 116°07'30"BT dan 08°43'30"LS. Barat agar dapat dilakukannya rehabilitasi
Hasil pengamatan berdasarkan peta rupa terhadap embung tersebut.
bumi tahun 2004 dan data spasial daerah dari
Bokah Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok
II. Dasar Teori Tengah.

2.1. Tinjauan Pustaka Dicky Rahmadiar Aulial Ardi (2013),


Baiq Indra Romdiana (2016), melakukan melakukan Perencanaan Embung Bulung di
Tinjauan Ulang Perencanaan Embung Bisok Kabupaten Bangkalan.
1
Alexander dan Syarifudin Harahab (2009), dengan :
telah dilakukan Perencanaan Embung X2 : parameter chi kuadrat terhitung
Tambakboyo Kabupaten Sleman Daerah G : jumlah sub kelompok
Istimewa Yogyakarta. Oi : nilai jumlah pengamatan pada sub
kelompok ke-i
2.2. Landasan Teori Ei : jumlah nilai teoritis pada sub ke-i
2.2.1. Curah Hujan Rata – Rata b. Uji Smirnov - Kolmogorov
Dalam analisa hidrologi untuk Uji kecocokan Smirnov – Kolmogorov,
menentukan hujan rerata daerah digunakan : disebut uji kecocokan non parametik (non
P A P  A P  ...  A P
1 1 2 2 n n parametic test), karena pengujiannya tidak
A  A  ...  A
1 2 n
menggunakan fungsi distribusi tertentu.
dengan : ∆max = maksimum [𝑃 − 𝑃′ ]
𝑃̅ : hujan rerata kawasan, dengan :
𝑃1 , 𝑃2 , … , 𝑃𝑛 : hujan stasiun 1, 2, 3, …, n, ∆max = penyimpangan absolut peluang
𝐴1 , 𝐴2 ,… , 𝐴𝑛 : luas daerah yang mewakili stasiun teoritis dan pengamatan
1, 2, 3, …, n. P = peluang teoritis
𝑃′ = peluang empiris
2.2.2. Analisis Distribusi Frekuensi
2.2.4 Analisis Debit Banjir Rancangan
Parameter yang digunakan dalam
Pada kajian ini debit banjir rancangan
pemilihan jenis distribusi curah hujan yaitu :
dihitung dengan metode Hidrograf Satuan
Nilai rerata curah hujan (𝑥̅ ) dengan rumus :
∑ni=1 X Nakayasu. Bentuk hidrograf satuan diberikan
̅
X= oleh persamaan berikut :
n
dengan : a. Pada kurva naik (0 < t < Tp)
2,4
𝑥̅ : nilai rerata curah hujan (mm) t
Qa = Qp ( )
𝑥𝑖 : data curah hujan (mm) Tp

n : jumlah data b. Pada kurva turun (Tp < t < T0,3)


Standar Deviasi (Sd) dengan rumus : 𝑄𝑟 = 𝑄𝑝 × 0,3(𝑡−𝑇𝑝)/𝑇0,3
n 2 c. Pada kurva turun (T0,3 < t < T0,32)
√∑i=1(X − ̅
X)
Sd = 𝑄𝑟 = 𝑄𝑝 × 0,3[(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5𝑇0,3)/(1,5𝑇0,3)]
n−1
d. Pada kurva turun (t > T0,32)
Koefisien Variasi (Cv) dengan rumus :
Sd 𝑄𝑟 = 𝑄𝑝 × 0,3[(𝑡−𝑇𝑝)+(1,5𝑇0,3)]/(2𝑇0,3)
Cv =
̅
X
Koefisien Kemencengan (Cs) dengan rumus :
n
n × ∑i=1(X − ̅
X)3
Cs =
(n − 1)(n − 2)Sd3
Koefisien Kurtosis (Ck) dengan rumus :
n
n2 × ∑i=1(X − ̅
X)4
Ck =
(n − 1)(n − 2)(n − 3)Sd4
dengan :
S : simpangan baku dari sampel, Gambar 2.1. Hidrograf Satuan Sintetik
n : jumlah data, Nakayasu
Cs : koefisien kepencengan, Sumber : Soemarto, 1995
Cv : koefisien variasi,
Ck : koefisien kurtosis, 2.2.5 Analisis Hidrolika
Xi : data curah hujan, a. Tinggi Embung, perbedaan antara
𝑋̅ : rerata curah hujan. elevasi permukaan pondasi dan elevasi
mercu embung.
2.2.3 Uji Kecocokan Agihan H = tinggi air normal +He +Fb
a. Uji Chi Kuadrat (Chi-Square) dengan :
Uji kuadrat dimaksudkan untuk H = tinggi embung (m),
menentukan persamaan distribusi peluang Fb = tinggi jagaan (m),
yang dipilih dapat mewakili distribusi statistik He = tinggi banjir atas pelimpah (m).
sampel data yang dianalisis. b. ‘Lebar Mercu Embung
1
G
(Oi − Ei )2 b = 3,6 𝐻 3 – 3
𝜒ℎ 2 =∑ dengan :
Ei
i=1 b = lebar mercu
H = tinggi embung
2
c. Lebar Efektif Pelimpah
L = L’ – 2 [n.Kp + Ka] . H  w
= berat jenis air (ton/m 3),
dengan : Kh = koefisien gempa,
L = lebar efektif pelimpah (m), Z = rasio perbandingan untuk H1/H2,
L’ = lebar pelimpah sesungguhnya (m),
n = jumlah pilar di atas mercu pelimpah, 2.2.8. Rencana Anggaran Biaya
Kp = koefisien kontraksi pada pilar, Rencana anggaran biaya adalah
Ka =koefisien kontraksi dinding samping, perhitungan biaya yang diperlukan untuk bahan
H= tinggi air diatas mercu pelimpah (m). dan upah yang berhubungan dengan
d. Peredam Energi pelaksanaan bangunan atau sebuah proyek.
Sebelum aliran air yang melintasi
bangunan pelimpah dikembalikan ke sungai, III. Metodologi Penelitian
maka aliran dengan kecepatan yang tinggi 3.1. Lokasi Penelitian
dalam kondisi super kritis tersebut harus Lokasi penelitian dilakukan pada Embung
diperlambat dan dirubah pada kondisi sub Lilin di wilayah Dusun Lilin, Desa Banyu Urip,
kritis. Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.

2.2.6. Bangunan Pengambilan (Intake)


Bangunan pengambilan berfungsi untuk 3.2. Bagan Alir Perencanaan
mengelakkan air dari sungai dalam jumlah yang Urutan konsep perencanaannya sebagai
ditentukan untuk memenuhi kebutuhan air berikut :
irigasi. Kapasitas pengaliran menggunakan
persamaan sebagai berikut :
a. Luas Penampang Pipa (A)
A = ¼ π D2
b. Kecepatan Aliran Pada Saluran Pipa (V)
𝑉1 2 𝑉22
Z1 + = Z2 + + ∆𝐻
2𝑔 2𝑔
c. Debit Aliran Pada Saluran Pipa (Q)
Q =VxA
dengan :
A = luas penampang pipa (m 2),
D = diameter pipa (m),
Q = debit pada saluran (m 3/det),
V = kecepatan aliran (m/det),
Z1 = elevasi intake hulu (m),
Z2 = elevasi intake hilir (m),
∆𝐻 = beda tinggi intake hulu dan hilir,
Hf = kehilangan tenaga gesekan (m),
L = panjang pipa (m),
F = koefisien gesekan pada saluran,
G = percepatan gravitasi.

2.2.7. Analisis Stabilitas


Analisis stabilitas menghitung gaya
yang bekerja pada bangunan yaitu tekanan air
normal, tekanan setinggi muka air banjir, gaya
gempa dan reaksi pondasi.
a. Tekanan Air Statis (Anonim1, 1986)
1 Gambar 3.1. Bagan Alir Perencanaan
PW = × γW × H 2
2
dengan : IV. Analisa dan Pembahasan
PW = tekanan air statis (ton), 4.1. Analisis Data Curah Hujan
 w
= berat jenis air (ton/m 3), Data curah hujan yang digunakan untuk
perencanaan Embung Lilin ini adalah curah
H = kedalaman air (m). hujan rata – rata di daerah yang berpengaruh.
b. Tekanan Air Dinamis Hasil analisa Poligon Thiessen menunjukkan
7 stasiun hujan yang berpengaruh yaitu stasiun
Pd = × γw × H2 2 × Kh × (1 − 𝑍1,5 )
12 hujan Kuripan dan Kabul.
dengan :
PD = tekanan air dinamis (ton),
3
4.2. Analisis Distribusi Frekuensi LENGKUNG KAPASITAS
Analisis distribusi frekuensi dimaksudkan
untuk mendapatkan curah hujan rencana yang LUAS GENANGAN (Ha)
ditetapkan. Curah hujan periode ulang tertentu 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
ditetapkan menggunakan metode distribusi 65
Normal dan diperoleh harga curah hujan 60

ELEVASI (m)
periode ulang 100 tahun sebesar 136,406 mm.
55

4.3 Curah Hujan Efektif 50

Kondisi DAS Embung Lilin merupakan 45


daerah yang bergelombang dan sebagian 40
berupa hutan, persawahan dan daerah yang 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
ditanami. Dari hasil peninjauan lokasi tersebut VOLUME TAMPUNGAN (m3)
maka koefisien pengaliran DAS Embung Lilin
ditentukan sebesar 0,75 dan didapatkan curah Gambar 4.2. Grafik Lengkung Kapasitas
hujan efektif sebesar 102,304 mm.
Tabel 4.1. Curah Hujan Efektif Periode Ulang 4.6 Penelusuran Banjir (Flood Routing)
Periode Tujuan penelusuran banjir adalah untuk
X (mm) C Reff
Ulang mengetahui daya tampung embung terhadap
2 72,150 0,75 54,113 banjir rencana yang terjadi. Hasil analisa
5 95,315 0,75 71,486 penelusuran banjir menunjukkan debit outflow
10 107,449 0,75 80,587 sebesar 14,487 m3/dt.
20 117,377 0,75 88,033
25 119,308 0,75 89,481
50 128,684 0,75 96,513 Hubungan Inflow - Outflow
100 136,406 0,75 102,304 20
200 143,300 0,75 107,475
Debit (m3/dt)

15
500 151,573 0,75 113,680
1000 157,365 0,75 118,024 10
PMP 496,940 0,75 372,705 5
Sumber : Hasil Perhitungan 0
0 4 8 12 16 20 24
4.4 Analisis Debit Banjir Rancangan Waktu (Jam)
Pada perencanaan ulang Embung Lilin
analisis debit banjir rancangan dengan metode Waktu Debit Inflow Debit Outflow
HSS Nakayasu yaitu hubungan antara debit
yang mengalir dan waktu. Grafik hidrograf Gambar 4.3. Grafik hubungan Inflow dan
Nakayasu menunjukkan debit maksimum pada Outflow
periode ulang 100 tahun sebesar 17,813 m 3/dt.
4.7 Perencanaan Tubuh Embung
HIDROGRAF BANJIR RANCANGAN Tubuh Embung Lilin direncanakan
80 dengan tipe urugan batu, dimana material
diambil dari daerah sekitar lokasi embung.
Debit (m3/dt)

60
Perhitungan yang dilakukan memperoleh hasil
40
sebagai berikut :
20 Tinggi puncak embung 14,60 m, lebar mercu
0
embung 2,00 m, kemiringan lereng hulu 2V:1H
0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00 24.00 dan hilir 1V:1H.
Waktu (Jam)
Q2 Tahun Q5 Tahun Q10 Tahun 4.8 Perencanaan Pelimpah (Spillway)
Q20 Tahun Q25 Tahun Q50 Tahun
Q100 Tahun Q200 Tahun Q500 Tahun Bangunan pelimpah harus mampu
Gambar 4.1. Grafik Hidrograf banjir rancangan melimpahkan kelebihan air debit banjir yang
akan dibuang sebesar 14,487 m 3/dt. Pelimpah
4.5 Analisis Kapasitas Tampungan menggunakan mercu tipe Bulat dengan
Analisis kapasitas tampungan didapatkan ketinggian air di atas mercu (He) 0,545 m, tinggi
dari data topografi. Hasil analisis ini pelimpah 13,50 m pada elevasi 13,50 m dan
mendapatkan grafik hubungan antara elevasi, lebar pelimpah 18,00 m
luas dan volume tampungan yaitu 34.500 m 3
seperti Gambar 4.2.

4
4.9 Bangunan Peredam Energi b. Analisis Stabilitas Pelimpah (Spillway)
Bangunan peredam energi tergantung Berdasarkan hasil analisis gaya – gaya
pada kecepatan aliran (V) 17,181 m/dt, yang bekerja pada pelimpah dapat dilihat pada
bilangan Froude (Fr) 24,532 dan debit Tabel 4.3. dibawah ini :
persatuan lebar (q) 14,487 m3/dt/m.
Berdasarkan hasil analisis ditetapkan Tabel 4.3.Rekapitulasi stabilitas Pelimpah
menggunakan tipe USBR Tipe III. Panjang total Kontrol
kolam olak (L) 5,00 m, panjang antara blok No Kondisi Ket
Hitungan SF
muka dan blok halang 1,50 m. Tinggi ambang 1 Kosong
hilir (n) 0,24 m dan tinggi dinding jagaan a. Guling 8,23 > 1,30 AMAN
samping 2,50 m. b. Geser 11,76 > 1,10 AMAN
c. Daya
dukung 69,62 < 544,69 AMAN
4.10 Bangunan Pengambilan (Intake) tanah
Bangunan pengambilan direncanakan 2 Normal
menggunakan pipa baja keling yang diletakkan a. Guling 3,98 > 1,30 AMAN
di sebelah kiri embung dengan dimensi 10” b. Geser 3,03 > 1,10 AMAN
c. Daya
(0,25m) untuk mengairi areal irigasi seluas 81 dukung 89,94 < 544,69 AMAN
Ha. Elevasi Intake di hulu (Z1) +45,00 m dan di tanah
hilir (Z2) +43,00 m dengan panjang pipa 24,50 3 Banjir
m. Dari hasil analisis kebutuhan air tanaman a. Guling 3,07 > 1,30 AMAN
b. Geser 2,31 > 1,10 AMAN
didapatkan nilai kebutuhan air 100,035 lt/dt
c. Daya
<245 lt/dt, dukung 78,98 < 544,69 AMAN
tanah
4.11 Analisis Stabilitas Sumber : Hasil Perhitungan
Analisis stabilitas Embung Lilin pada
tubuh embung dan pelimpah (spillway) akan c. Kontrol Stabilitas terhadap Piping
dianalisis berdasarkan kondisi kosong, normal, Untuk mencegah terjadi pecahnya bagian
banjir dan berdasarkan kondisi saat gempa. hilir bangunan pelimpah (Spillway), harga
a. Analisis Stabilitas Tubuh Embung keamanan terhadap erosi tanah harus
Hasil analisis stabilitas tubuh embung sekurang – kurangnya 2 (SF≥2).
akibat gaya yang bekerja disajikan dalam − CL Kondisi Air Normal
rekapitulasi hasil perhitungan di Tabel 4.2. 1
dibawah ini : (25,00 + × 28,91)
CL = 3 = 2,39 > 2,00
14,50
Tabel 4.2.Rekapitulasi stabilitas Embung
− CL Kondisi Air Banjir
Kontrol
No Kondisi Ket 1
(25,00 + × 28,91)
Hitungan SF
CL = 3 = 2,30 > 2,00
1 Kosong 15,05
a. Guling 23,22 > 1,30 AMAN
b. Geser 6,31 > 1,10 AMAN d. Kontrol Tebal Kolam Olak
c. Daya Untuk tebal kolam olak direncanakan
dukung 29,62 < 889,63 AMAN
tanah
sebesar 2,50 m, sehingga didapatkan angka
2 Normal keamanan :
a. Guling 7,19 > 1,30 AMAN
b. Geser 1,93 > 1,10 AMAN dx 2,50
c. Daya
Sf = × γpas = × 2,2
Px − Wx 5,359 − 1,700
dukung 21,90 < 889,63 AMAN
tanah = 1,503 > 1,5 (Aman)
3 Banjir
a. Guling 6,68 > 1,30 AMAN 4.12 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
b. Geser 1,83 > 1,10 AMAN
c. Daya Berdasarkan hasil analisis volume
dukung 22,20 < 889,63 AMAN pekerjaan dan analisis harga satuan diperoleh
tanah rencana anggaran biaya Embung Lilin di
Sumber : Hasil Perhitungan Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat
mulai pekerjaan pekerjaan tanah, tubuh dan
pelimpah embung, serta intake diperoleh senilai
Rp 10.294.100.000,00 (Sepuluh milyar dua
ratus sembilan puluh empat juta serratus ribu
rupiah)

5
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Perencanaan V. Kesimpulan dan Saran
DATA TEKNIS EMBUNG
HASIL 5.1. Kesimpulan
PERENCANAAN Berdasarkan hasil analisa dan
A Waduk dan Genangan perencanaan Embung Lilin, maka dapat diambil
1. Luas Daerah Tangkapan 1,09 km2 kesimpulan sebagai berikut :
2. Panjang Sungai 1,13 km 1. Pada perhitungan debit banjir rancangan
3. Nama DAS DAS DODOKAN untuk kala ulang 100 tahun (Q100) dengan
4. Nama Sungai Sungai Lilin menggunakan metode Nakayasu
5. Stasiun Hujan Kuripan, Kabul diperoleh debit banjir rancangan sebesar
6. Panjang Data 24 tahun 17,813 m3/dt.
Hujan Harian 2. Hasil dari perencanaan Tubuh, Pelimpah
7. Data Hujan Maksimum (Spillway) dan Pengambilan (Intake)
8. Kapasitas Tampungan Embung Lilin :
34.500,00 m3
Efektif
a. Dimensi tubuh Embung Lilin
9. Kapasitas Tampunga Mati 720,886 m3
direncanakan menggunakan
10. Luas Genangan 0,421 Ha
pasangan batu. Panjang total embung
11. Elevasi Muka Air Banjir
+57,05 m diperoleh yaitu 74,74 m dengan lebar
(MAB)
12. Elevasi Muka Air Normal puncak 2,00 m, kemiringan lereng
+56,50 m
(MAN) hulu 2V : 1H dan kemiringan lereng
13. Debit Banjir (Q100) 17,813 m3/dt hilir 1V : 1H. Tinggi tubuh embung
14. Metode Debit Banjir 14,60 m pada elevasi +57.60 dengan
HSS Nakayasu
Rancangan
kedalaman pondasi 3,00 m dan lebar
dasar embung 26,90 m.
B Tubuh Embung
b. Dimensi pelimpah (spillway) Embung
1. Tipe Embung Pasangan Batu
Lilin direncanakan lebar pelimpah
2. Tinggi Embung 14,60 m
18,00 m dengan menggunakan
3. Kedalaman Pondasi 3,00 m
pelimpah tipe bulat dengan tinggi air
4. Panjang Embung 74,74 m
banjir di atas mercu 0,545 m. Tinggi
5. Lebar Puncak 2,00 m pelimpah (spillway) 13,50 m, panjang
6. Elevasi Puncak +57,60 m kolam olak USBR Tipe III 5,00 m
7. Elevasi Dasar Sungai +43,00 m dengan tinggi jagaan pada kolam olak
8. Elevasi Dasar Galian +40,00 m sebesar 2,50 m dan panjang
9. Kemiringan Lereng 2V:1H / 1V:1H pelindung terhadap gerusan (rip –
rap) 9,00 m.
C Pelimpah (Spillway) c. Dimensi saluran pengambilan (Intake)
1. Tipe Pelimpah Bulat Embung Lilin ini direncanakan pipa
Pelimpah intake sebesar 10” (0,25 m) yang
2. Letak Pelimpah Tengah dilengkapi dengan Gate Valve
3. Tinggi Pelimpah 13,50 m dengan panjang pipa 24,50 m dan
4. Lebar Pelimpah 18,00 m terletak pada sisi kiri embung.
5. Elevasi Mercu Pelimpah +56,50 m 3. Berdasarkan hasil analisis stabilitas
6. Elevasi Apron +43,00 m terhadap tubuh embung dan pelimpah
7. Tipe Kolam Olak USBR Tipe III (spillway) aman terhadap gaya guling,
8. Panjang Kolam Olak 5,00 m geser dan daya dukung tanah saat kondisi
9. Lebar Kolam Olak 18,00 m kosong, normal dan banjir.
10. Elevasi Kolam Olak +42,00 m 4. Pada perhitungan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) Embung Lilin diperoleh biaya
D
Bangunan Pengambilan pembangunan sebesar Rp
(Intake) 10.294.100.000,00 (Sepuluh milyar dua
1. Tipe Gate Valve ratus sembilan puluh empat juta seratus
2. Diameter 0,25 m ribu rupiah).
Sebelah Kiri
3. Letak Intake Embung
4. Elevasi Inlet +45,00 m
5. Elevasi Outlet +43,00 m
Sumber : Hasil Perhitungan

6
5.2. Saran Manarabih, Iaumid. 2015. Perencanaan
Adapun saran yang ingin disampaikan Embung Brami di Desa Mertak Kecamatan
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Tugas
adalah sebagai berikut : Akhir S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas
1. Sebelum melakukan analisa dan Teknik Universitas Mataram: Mataram
perencanaan sebaiknya diperhatikan Romdiana, Baiq Indra. 2016. Tinjauan Ulang
terlebih dahulu kelengkapan dan Perencanaan Embung Bisok Bokah
keakuratan data yang dibutuhkan Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok
sehingga dapat memudahkan dalam Tengah. Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik
proses analisa dan perencanaan. Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram:
2. Menggunakan referensi – referensi baik Mataram
dari buku maupun artikel – artikel yang Soedibyo. 2003. Teknik Bendungan. Pradnya
berkaitan dengan perencanaan Paramita: Jakarta
tersebut agar diperoleh hasil analisa Soemarto. CD. 1995. Hidrologi Teknik. Usaha
atau perencanaan yang baik dan benar. Nasional: Surabaya.
3. Untuk pemanfaatan Embung Lilin Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode
secara maksimal maka diperlukan Statistik Untuk Analisa Data. Nova:
pengawasan yang lebih teliti lagi Bandung.
terhadap sistem pembagian atau Sosrodarsono, S., dan Takeda, K. 2006.
penyaluran air ke daerah layanan Bendungan Tipe Urugan. Pradnya Paramita:
embung. Jakarta.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 2003.
Daftar Pustaka Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya
Paramita: Jakarta.
Alexander., dan Harahab, Syarifudin. 2009. Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Beta
Perencanaan Embung Tambakboyo Offset: Yogyakarta
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta. Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro: Semarang.
Anonim1. 1986. Kriteria Perencanaan 02
Bagian Bangunan Utama. Departemen
Pekerjaan Umum.
Anonim2. 1986. Kriteria Perencanaan 06
Bagian Parameter Bangunan. Departemen
Pekerjaan Umum.
Anonim3. 2007. Detail Desain Embung Kecil
Tersebar Di Pulau Lombok. Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara I: Narmada.
Anonim4. 1994. Maret. Kriteria Desain Embung
Kecil untuk Daerah Semi Kering di
Indonesia. PUSLITBANG Pengairan.
Anonim5. 2010. Tata cara pembuatan kolam
retensi dan polder. Departemen Pekerjaan
Umum.
Ardi, Dicky Rahmadiar Aulial. 2013.
Perencanaan Embung Bulung di Kabupaten
Bangkalan. Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh November:
Surabaya
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta
Kamiana, Made. 2011. Teknik Perhitungan
Debit Banjir Rencana Bangunan Air. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Memed, M., dan Mawardi, E. 2015. Desain
Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi
Teknis. Alfabeta: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai