Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Aglomerasi Terhadap Perekonomian

Konsep Aglomerasi
Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan karena
penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity )yang diasosiasikan
dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja dan konsumen (Kuncoro, 2002).
Keuntungan-keuntungan dari konsentrasi spasial sebagai akibat dari ekonomi skala (scale
economies )disebut dengan ekonomi aglomerasi (agglomeration economies ).(Mills dan
Hamilton, 1989).Pengertian ekonomi aglomerasi juga berkaitan dengan eksternalitas
kedekatan geografis dari kegiatan-kegiatan ekonomi,bahwa ekonomi aglomerasi merupakan
suatu bentuk dari eksternalitas positif dalam produksi yang merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kota.(Bradley and Gans,1996).Ekonomi aglomerasi
diartikan sebagai penurunan biaya produksi karena kegiatan-kegiatan ekonomi berlokasi pada
tempat yang sama. Ahli ekonomi Hoover juga membuat klasifikasi ekonomi aglomerasi
menjadi 3 jenis (Isard, 1979) yaitu :
1. large scale economies
merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan karena membesarnya skala produksi
perusahaan tersebut pada suatu lokasi.
2. localization economies merupakan keuntungan yang diperoleh bagi semua perusahaan dalam
industri yang sama dalam suatu lokasi.
3. urbanization economies merupakan keuntungan bagi semua industri pada suatu lokasi yang
sama sebagai konsekuensi membesarnya skala ekonomi (penduduk,pendapatan, output atau
kemakmuran)dari lokasi tersebut.
Berbeda dengan pendapat para ahli ekonomi yang lain,O ’Sullivan (1996) membagi ekonomi
aglomerasi menjadi dua jenis yaitu ekonomi lokalisasi dan ekonomi urbanisasi.
Terbentuknya Aglomerasi
Adanya aglomerasi ditandai oleh beberapa hal berikut :
a) Persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak
b) Pelaksanaan segala bentuk efisien dalam penyelenggaraan industry
c) Peningkatan produktivitas hasil industry dan mutu produksi
d) Pemberian kemudahan bagi kegiatan industry
e) Kemudahan control dalam hubungan tenaga kerja
f) Pemerataan lokasi industry sesuai dengan jumlah secara tepat dan berdaya guna serta
menyediakan industry yang berwawasan lingkungan
Terbentuknya aglomerasi membutuhkan adanya teknologi, modal dan ketersediaan
infrastruktur. Teori pertumbuhan endogeneous model menjelaskan bahwa pertumbuhan suatu
wilayah diperlukan adanya kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dan lokasi tumbuhnya
skala ekonomi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Kekuatan
sentripetal atau, lebih tepatnya, prevalensi kekuatan sentrifugal dalam jangka panjang akan
mengarah terbentuknya aglomerasi (Orlando Gomes, 2007).

Mengukur Kekuatan Aglomerasi


Menurut (M. Irfan Affandi, 2009), aglomerasi dapat diketahui dari sumbangan masing-
masing sektor terhadap PDRB wilayah. Penghitungan ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode, diantaranya :
1. Koefisien Hoover-Balassa
Pendekatan ini menyatakan bahwa spesialisasi relatif pada suatu wilayah terjadi apabila
spesialisasi industri dalam suatu wilayah lebih besar daripada spesialisasi industri dalam
wilayah agregat
2. Indeks Spesialisasi Regional
Merupakan indeks yang digunakan untuk menganalisis perbedaan struktur industri pada suatu
wilayah dengan struktur industri pada suatu wilayah lain maupun seluruh wilayah menjadi
standar.
3. Indeks Gini Lokasional
Digunakan untuk menganalisis tingkat spesialisasi suatu sektro
4. Indeks Kekuatan Aglomerasi
Indeks kekuatan aglomerasi menunjukkan besarnya kekuatan aglomerasi mendorong
kekuatan spasial.
5. Indeks Ellison-Glaeser atau Pengaruh Aglomerasi
Indeks Ellison-Glaeser diperlukan untuk menganalisis pengaruh natural advantage dan
knowledge spillovers terhadap konsentrasi spasial dari industri.
Menurut De Propris, 2005 selain menggunakan metode Location Quotient dan Ellison-
Glaeser, untuk mengukur konsentrasi kegiatan ekonomi dapat menggunakan metode
Manufacturing intensity calculations .
Di Provinsi Lampung, sektor agroindustri memberikan kontribusi pada PDRB yang besar dari
tahun 2000 sampai tahun 2005. Kontribusi sektor ini dari tahun 2000-2005 semakin
meningkat. Tercatat nilai ekspor industri hasil pertanian tahun 2000 sebesar US $ 245 812.64
ribu. Pada tahun 2005, nilai ekspor industri hasil pertanian meningkat hingga mencapai US $
586 216.46 ribu. Aglomerasi sektor agroindustri di Provinsi Lampung terjadi karena posisi
Provinsi Lampung dekat dengan JABOTABEK sebagai daerah pemasaran dan dekat dengan
sumber bahan baku. Analisis peranan agroindustri dalam perekonomian wilayah dilakukan
agar target agroindustri dalam meningkatkan output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja
wilayah memberikan kontribusi yang besar.
Dampak Aglomerasi
Sebuah proses aglomerasi merangsang pertumbuhan di atas kemajuan teknologi, jika
tidak, pertumbuhan akan lebih rendah daripada tingkat kemajuan teknologi. Beberapa orang
mengatakan bahwa aglomerasi atau konsentrasi yang memungkinkan adanya peningkatan
tingkat output akan menciptakan kekayaan, namun di sisi lain kekuatan sentrifugal biaya
transaksi bertolak belakang dengan kekuatan sentripetal dari skala ekonomi. Adanya
konsentrasi kegiatan ekonomi selain akan memungkinkan terjadinya peningkatan nilai output
juga akan menimbulkan peningkatan biaya transaksi sehingga utilitasnya menjadi rendah.
Inilah alasan mengapa dalam jangka panjang aglomerasi belum tentu bernilai positif. Nilai
aglomerasi dapat bernilai negatif atau mungkin nol, tergantung pada nilai parameternya.
Dalam kasus tertentu adanya perubahan nilai aglomerasi akan menunjukkan hasilnya dalam
jangka panjang dimana tingkat pertumbuhan ekonomi per kapita sesuai dengan tingkat
pertumbuhan teknologi sehingga mudah untuk mengidentifikasi keseimbangan yang
merupakan trade off teknologi dan trade off konsumsi modal. (Orlando Gomes, 2007)
Geographical distribution dalam sektor industri sangat penting dalam memahami
konsep aglomerasi. Dari prespektif pengembangan bisnis, pemetaan industri sangat penting
dalam membantu mengambil keputusan untuk menentukan lokasi produksi. Lokasi yang
dipilih berdasarkan ketersediaan tenaga kerja yang potensial dan memiliki skill serta jarak
dari pasar dan pemasok input produksi. Pemetaan industri juga dapat digunakan oleh
pemerintah selaku pembuat kebijakan untuk menentukan prioritas dan alokasi sumber daya
yang tepat. (Andrew James Crwaly, 2010)
Penelitian Andrew James Crawly pada tahun 2010 menilai bahwa ukuran perusahaan
dalam kondisi konsentrasi manufaktur di beberapa daerah di South Wales telah dieksplorasi
hingga menunjukkan adanya potensi untuk aglomerasi manufaktur. Menurut Baldwin dan
Martin (2003), "aglomerasi dapat dianggap sebagai mitra wilayah pertumbuhan ekonomi”.
Ciccone (2002) menemukan bukti empiris yang menunjukkan bahwa aglomerasi memiliki
efek positif dalam pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Hal ini mendukung gagasan
bahwa aglomerasi dapat menjadi sukses.
Penelitian yang dilakukan Ayutia Nurwita, Kawik Sugiana dan Suryanto menunjukkan
bahwa variabel ekonomi aglomerasi, variabel tingkat pendidikan dan variabel regional
spillover mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten dan
kota selama periode 1991-1999. Pada periode 1997-1999 ketika terjadi krisis ekonomi, tidak
semua variabel signifikan. Hanya terdapat dua variabel yang signifikan yaitu kondisi awal
daerah dan variabel tingkat pendidikan. Pengaruh ekonomi aglomerasi terhadap pertumbuhan
ekonomi kabupaten dan kota ditunjukkan dengan koefisien variabel DIFER (indeks
keberagaman jenis industri), DPOP (keberagaman kegiatan ekonomi dalam suatu daerah),
dummy daerah industri (DAG) dalam model fungsi pertumbuhan ekonomi kabupaten dan
kota di Provinsi Jawa Barat. Tingkat keberagaman memberikan pengaruh yang positiv
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat. Semakin
beragam jenis kegiatan industri makan akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi begitu
pula sebaliknya. Terbukti Kabupaten Bekasi, kabupaten Tangerang dan Kota Cirebon
memiliki keberagaman yang tinggi sehingga laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten tersebut
juga tinggi. Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Sumedang menunjukkan nilai keberagama
yang rendah sehingga laju pertumbuhan ekonomi di kedua kabupaten ini rendah. Variabel
dummy industri dan kepadatan penduduk berpengaruh secara positif terhadap laju
pertumbuhan ekonomi.
Aglomerasi (Matias Siagian,2005) akan menimbulkan disparitas desa-kota.
Terkonsentrasinya kegiatan ekonomi di suatu tempat akan mengakibatkan terjadinya
mobilitas penduduk ke tempat tersebut. Hal ini dapat menyebabkan daerah asal ditinggalkan
oleh penduduknya dan kegiatan ekonomi berjalan lambat. Semakin jauhnya jarak antara
penduduk kaya dan penduudk miskin merupakan masalah yang perlu diselesaikan. Masalah
ini dapat dieliminir dan dikikis secara perlahan-lahan dengan melakukan kaji ulang terhadap
strategi pembangunan dengan segala kebijakan-kebijakan publik dan kebijakan sosial yang
mengikutinya. Distribusi investasi yang merata harus diupayakan sehingga wilayah-wilayah
terbelakang dapat mengejar ketertinggalannya menuju pada kondisi merata.
DAFTAR PUSTAKA

Matias, Siagian . 2005 . Aglomerasi dan Kemiskinan Perkotaan . Jurnal Wawasan Volume
11, Nomor 2 . Universitas Sumatra Utara

Nurwita, Ayutia dkk . 2005 . Analisis Spasial-Ekonomi Wilayah : Pengaruh Ekonomi


Aglomerasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat
Tahun 1991-1999 . Jurnal Perencanaan Kota dan Daerah . Magister Perencanaan Kota dan
Daerah

Affandi, M. Irfan . 2009 . Konsentrasi Spasial, Kekuatan Aglomerasi dan Klaster Sektor
Agroindustri di Provinsi Lampung . Universitas Lampung

Crawley, Andrew James and Stephen Hill . 2010 . Is Industrial Agglomeration Increasing?
New Evidance from a Small Open Economy. Cardiff Business School, Cardiff University,
Cardiff, UK, and Business Faculty, Sohar University, Sohar, Sultanate of Oman

Gomes, Orlando . 2007 . Space, Growth and Technology: an Integrated Dynamic Approach .
Escola Superior de Comunicac¸a˜ o Social (Instituto Polite´cnico de Lisboa) and Unidade de
Investigac¸a˜ o em Desenvolvimento Empresarial (UNIDE/ISCTE), Lisbon, Portugal

Anda mungkin juga menyukai