Strategi yang jelas dan pendukung yang matang mungkin tidak akan bermanfaat
jika perusahaan gagal melaksanakannya dengan cermat. Menurut McKinsey
Consulting Firm, strategi hanya merupakan salah satu dari tujuh unsur yang
ditunjukkan oleh perusahaaan yang dikelola dengan .baik. Kerangka keberhasilan
usaha 7-S dari McKinsey, tiga unsur pertamanya adalah strategi (strategy),
struktur (structure), dan sistem (.Systems) dianggap sebagai “perangkat keras”
keberhasilan. Empat unsur selanjutnya, yaitu gaya (style), staf (stafi), ketrampilan
(skill) dan nilai bersama (shared value) adalah “perangkat lunaknya”.
A. Struktur Organisasi
Struktur sederhana merupakan struktur yang terdiri dari majikan dan beberapa
karyawan. Struktur sederhana merupakan struktur yang derajat
departementalisasinya rendah, rentang kendali yang lebar dan kurang formal.
Seluruh strategi dan keputusan operasional dibuat oleh majikan atau pemilik atau
oleh sebuah tim kecil yang terdiri dari pemilik bersama partner. Sebagian besar
bisnis yang ada di dunia ini menggunakan struktur sederhana.
Keunggulan:
Kelemahan:
1. Keputusan lambat,
2. Sulit untuk menentukan mana yang harus bertanggungjawab,
3. Sulit untuk menilai prestasi kerja,
4. Mendorong spesialisasi yang sempit,
5. Mengandung potensi yang kuat untuk terjadinya konflik antarfungsi.
Struktur divisional merupakan struktur dalam sebuah unit yang relatif otonom
atau divisi yang diperintah oleh kantor pusat perusahaan tetapi masing-masing
divisi mempunyai spesialisasi fungsi sendiri-sendiri yang menyediakan produk
atau jasa yang berbeda dari divisi lain. Banyak perusahaan yang mengalami
kesulitan dalam mengendalikan dan mengevaluasi operasi divisi-divisi perusahaan
yang seperti ini. Oleh sebab itu perusahaan meng-adaptasi struktur divisional
dengan mengombinasikan berbagai divisi atau bagian dari divisi yang kemudian
dikelompokkan secara bersama berdasarkan berbagai elemen strategis yang
umum, yang biasanya dikaitkan dengan perbedaan produk atau pasar. Kelompok
tersebut dinamakan unit bisnis strategis (Strategie business unit). Keunggulan dan
kelemahan struktur unit bisnis strategis serupa dengan struktur divisional.
Sedangkan bentuk akhir dari organisasi divisional adalah struktur perusahaan
holding (holding Company structure) yang merupakan sebuah entitas perusahaan
yang merupakan kumpulan dari divisi dan bisnis yang seringkali tidak
berhubungan, misalnya entitas perusahaan bertindak sebagai pengawas keuangan
"holding” ketertarikan kepemilikan dalam berbagai bagian dari perusahaan, tetapi
mempunyai keterlibatan manajerial secara langsung yang kecil.
Keunggulan:
1. Pekerjaan keseluruhan lebih mudah dikoordinasikan dan prestasi kerja
tinggi dapat dipertahankan,
2. Keputusan lebih cepat,
3. Lebih mudah untuk menilai prestasi kerja,
4. Pengembangan dan strategi dekat dengan lingkungan,
5. Memberikan landasan pelatihan bagi para manajer strategis,
6. Lebih terfokus pada produk, pasar dan tanggapan cepat terhadap
perubahan,
7. Spesialisasi fungsional masih terpelihara pada masing-masing divisi.
Kekurangan:
Keuntungan:
Kekurangan:
Perusahaan Perusahaan R
R&D &D
Independen Independen
Pra
Eksekutif
Aliansi strategis merupakan perjanjian kerja sama antara dua atau lebih
perusahaan yang saling memanfaatkan kemampuan, sumber-daya atau
keahliannya untuk mencapai sasaran perusahaan masing-masing. Hubungan
antarperusahaan tersebut dalam cakupan hori-sontal pada tingkatan rantai nilai
yang sama. Bentuk aliansi biasanya digunakan untuk merancang kerjasama antara
suplier dan produsen, digunakan untuk mengidentifikasi hubungan kerja-sama
yang erat antara perusahaan yang saling bersaing atau yang berhubungan dalam
industri. Hubungan aliansi diharapkan akan menjadi kepentingan strategis dalam
jangka panjang bagi perusahaan yang beraliansi tersebut. Xerox dengan Fuji telah
bekerja sama memasuki 45 tahun pada 2007 dan Samsung dengan Corning
beraliansi strategis sejak 1970-an. Demikian pula aliansi strategis Sony Ericson,
yaitu aliansi strategis antara perusahaan Jepang Sony Corporation dengan
perusahaan Swedia Ericson yang dimulai pada 21 Agustus 2001. Sony
mempunyai pengalaman di bidang con-sumer electronics, sedangkan Ericson ahli
dalam produksi mobile handset. Setelah Sony Ericson pada triwulan ketiga 2003
memperkenalkan camera phones, Sony Ericson menuai profit sebesar 62 juta Euro
yang menjadikan Sony Ericson melompat menjadi peringkat 5 di dunia untuk
pasar telepon bergerak. Setelah pasar Eropa dan Amerika mengalami kejenuhan,
Sony Ericson mencoba merambah pasar Asia yang menunjukkan kebutuhan pasar
akan telepon yang sangat besar.
Di samping itu muncul organisasi yang disebut sebagai organisasi tanpa tapal
batas, yaitu organisasi yang ukurannya besar, dapat menghilangkan batas
horisontal dan vertikal untuk memecahkan hambatan eksternal antara perusahaan
dengan pelang-gan dan pemasoknya. Organisasi tersebut berusaha menghilangkan
rantai komando. General Electric, Toyota, Motorola, Coca-Cola, Xerox termasuk
kelompok organisasi tanpa batas.
1. Sistem Imbalan
2. Sistem Informasi
Sistem vang baru berkembang pesat adalah sistem informasi. Teknologi informasi
merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan,
menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya
(McKeown, 2001). Teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang
menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi,
menyimpan, mengomunikasikan, dan atau menyampaikan informasi (Williams,
Sawyer, 2005). Teknologi informasi merupakan kombinasi teknologi komputer
(perangkat keras dan perangkat lunak) untuk mengolah dan menyimpan informasi
dengan teknologi komunikasi untuk melakukan transmisi informasi (Martin,
Brown, DeHayes, Hoffer, Perkins, 2005). Definisi tersebut mengandung dua hal
penting, yaitu teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Dengan adanya
teknologi informasi ini maka perusahaan kecil dan menengah dapat memasuki
pasar global. Perusahaan yang mula-mula kecil, seperti Amazon (toko buku
kecil), Yahoo, portal yang didirikan oleh dua mahasiswa, Ebay yang semula situs
lelang sederhana, saat ini menjadi perusahaan raksasa hanya dalam waktu singkat
karena teknologi informasi.
Bisnis dalam abad informasi harus bersaing dalam pasar yang penuh tantangan,
dengan perubahan yang cepat, kompleks, global, sangat kompetitif dan terfokus
pada pelanggan. Lebih jauh lagi, faktor-faktor ini bisa berubah secara cepat,
kadang-kadang secara tidak terduga (Knoke, 1996). Perusahaan-perusahaan kecil
dan menengah harus bereaksi dengan cepat untuk menghadapi kendala dan
peluang yang muncul dari lingkungan bisnis baru ini (Drucker, 1995).
Lingkungan bisnis merujuk pada kombinasi faktor sosial-budaya, politik-hukum,
ekonomi, ekologi, demografi dan teknologi yang mempengaruhi aktivitas-
aktivitas bisnis. Arah dan besarnya perubahan mempengaruhi organisasi dalam
melanjutkan percepatan yang menyebabkan meningkatnya ketidakpastian dalam
strategi dan operasi organisasi. Karena laju perubahan serta tingkat ketidakpastian
di lingkungan persaingan pada masa datang diperkirakan akan kian cepat,
organisasi akan bergerak di bawah tekanan yang semakin meningkat untuk
berproduksi lebih banyak lagi secara lebih cepat, dengan memanfaatkan sumber
daya yang sedikit. Boyet and Boyed (1997) menekankan perubahan dramatis ini
dan menggambarkannya sebagai tekanan bisnis atau dorongan bisnis. Mereka
berdua mempertahankan argumen bahwa agar bisa sukses (atau bahkan untuk
sekedar bertahan) dalam dunia yang dinamis ini maka perusahaan perlu
mengambil bukan hanya tindakan-tindakan tradisional seperti menurunkan biaya
dan menutup fasilitas-fasilitas yang tidak menguntungkan, tetapi juga aktivitas
inovatif seperti membuat produk-produknya sesuai dengan yang dibutuhkan
konsumen, membuat produk baru, atau menyediakan layanan konsumen yang
handal. Kami menyebut aktivitas tradisional dan inovatif ini, beberapa di
antaranya saling berkaitan. Sebagai contoh, tanggapan terhadap keluhan
konsumen dengan cepat. Aktivitas ini bisa dilaksanakan di dalam beberapa atau
semua proses organisasi, mulai dari pemrosesan harian daftar gaji secara rutin
hingga order entry ke aktivitas strategis seperti strategi perusahaan. Bisa juga
terjadi dalam proses yang dikenal sebagai extended supply chain, yakni di dalam
proses interaksi antara satu per-usahaan dengan supplier, pelanggan, dan partner
lain seperti pada kasus Intel dan Wal-Mart. Sebuah respons bisa merupakan suatu
reaksi terhadap tekanan yang sudah ada atau juga bisa merupakan suatu inisiatif
yang akan mempertahankan organisasi dari berbagai hal yang berpotensi menjadi
tekanan. Berbagai dorongan bisnis menimbulkan tekanan dalam organisasi.
Organisasi merespons dengan aktivitas yang didukung oleh teknologi informasi.
Untuk memahami aplikasi teknologi informasi dalam organisasi masa kini maka
akan bermanfaat kalau meninjau kembali faktor-faktor lingkungan bisnis utama
yang menciptakan tekanan-tekanan pada organisasi. Untuk membantu Anda
mema-hami pengaruh tekanan bisnis pada organisasi, kami akan meng-gunakan
sebuah kerangka manajemen klasik yang semula dikem-bangkan oleh Levitt, yang
kemudian dimodifikasi Scott-Morton (Scott-Morton dan Allen, 1994), serta
Turban (2001), dan kemu-dian kami modifikasikan lagi untuk mencerminkan
peran teknologi informasi secara umum.
Organisasi akan bereaksi terhadap lingkungan bisnis yang berubah cepat tersebut.
Aktivitas semacam ini meliputi eksploitasi peluang yang diciptakan oleh
dorongan-dorongan dari luar. Aktivitas respons utama organisasi dibagi dalam
lima kategori: sistem strategis untuk mencapai keunggulan kompetitif, upaya
perbaikan berkesinambungan, businnes process reengineering (BPR), aliansi
bisnis, dan electronic commerce (E-Commerce).
Sistem strategis atau strategie System (Callon 1996) memberikan keunggulan
strategis bagi organisasi, yang dengan demikian akan memudahkan organisasi
dalam meningkatkan pangsa pasar, bernegosiasi secara lebih baik dengan pihak
supplier, atau mencegah masuknya para pesaing ke dalam wilayah suatu
perusahaan. Ada banyak sekali sistem strategis yang didukung E-Commerce.
Contohnya, sistem pengiriman semalam yang dilakukan FedEx serta kemampuan
sistem di dalam perusahaan tersebut untuk melacak status perjalanan dari tiap-tiap
paket tunggal. Kebanyakan pesaing FedEx meniru sistem ini. Oleh karena itu
FedEx memindahkan sistem ke Internet. Pesaing-pesaingnya membuntuti dengan
cepat hingga kemudian FedEx memperkenalkan aktivitas barunya.
Business process rengineering mengacu pada suatu inovasi utama dalam struktur
organisasi serta cara dalam menjalankan bisnisnya. Dengan rekayasa ulang proses
bisnis, dimensi teknologi, manusia, dan organisasi dalam perusahaan mungkin
akan berubah (Hammer dan Chappy 1993). Lebih dari 70% perusahaan di AS
mengklaim akan melaksanakan rekayasa ulang dalam berbagai hal. Teknologi
informasi, khususnya EC, memainkan peran utama dalam BPR. Misalnya, EDI
memfasilitasi transaksi tanpa kertas secara cepat yang memungkinkan perusahaan
mengurangi beberapa departemennya hingga sebanyak 80% (Kasus Ford dalam
Hammer dan Chappy, 1993). Electronic commerce bagi perusahaan kecil dan
menengah dapat memberikan fleksibilitas dalam produksi, memungkinkan
pengiriman ke pelanggan secara lebih cepat untuk produk yang berupa perangkat
lunak dan mendukung transaksi cepat tanpa kertas antara perusahaan supplier,
perusahaan manufaktur dan perusahaan pengecer {retailer). Wilayah-wilayah
BPR yang didukung oleh teknologi informasi adalah sebagai berikut: (1)
mengurangi waktu proses bisnis (cycle time) benar-benar sangat penting dalam
meningkatkan produktivitas dan daya saing (Wetherle 1996). Demikian pula
mengurangi waktu sejak lahirnya gagasan hingga implementasinya. Waktu untuk
memasarkan sangat penting, sebab yang bisa lebih awal masuk ke pasar dengan
suatu produk, atau yang bisa memberi pelayanan kepada pelanggan secara lebih
cepat daripada yang bisa dilakukan pesaing maka ia akan menikmati keunggulan
kompetitif tersendiri. Aplikasi berdasar ekstranet dapat digunakan untuk
memperlancar berbagai langkah dalam proses pengembangan produk atau jasa,
pengujian, dan implementasi. Satu contoh cycle time reduction (pengurangan
masa siklus) dalam membawa obat-obat baru ke pasar. (2) Memberi pegawai
otoritas untuk bertindak dan membuat keputusan sendiri merupakan suatu strategi
yang digunakan oleh banyak organisasi sebagai bagian dari BPR. Pemberdayaan
(empowerment) erat kail annya dengan konsep tim yang self-directed, swa-kelola
(Mankin et.al., 1996 dan Lipnack and Stamps, 1997). Manajemen me limpahkan
kewenangan kepada tim yang bisa menyelesaikan de sentralisasi pengambilan
keputusan dan otoritas tetapi dalam waktu yang bersamaan mendukung kontrol
terpusat. Misalnya, Internet dan internet memungkinkan para pegawai yang telah
terberdaya-kan untuk mengambil keputusan mendesak. Sistem jaringan pakar bisa
memberi saran bagi anggota tim ketika tidak ada pakar manusia. Kenyataannya,
menjual pengetahuan di Internet menjadi satu aktivitas EC yang penting. (3) Para
pegawai dapat mengakses kecakapan teknis organisasional melalui internet yang
dimiliki perusahaan. Beberapa basis pengetahuan yang dibuka untuk umum
dengan tarif biaya tertentu mendatangkan pemasukan tersendiri (misalnya yang
dilakukan www.knowledgespace.com). (4) Sekarang ini perusahaan-perusahaan
menjadi semakin customer-oriented. Dengan kata lain, mereka mesti memberikan
banyak perhatian kepada pelanggan beserta kesukaannya kemudian melakukan
rekayasa ulang agar bisa memenuhi permintaan konsumen, ini bisa dilakukan
dengan mengubah proses manufakturing dari mass production menuju mass
customization (Pine and Gimore, 1997). Dalam produksi massal, perusahaan
memproduksi item-item yang sejenis secara besar-besaran, sedang dalam
kustomisasi massal, item-item diproduksi dalam jumlah besar namun
dikustomisasi hingga sesuai dengan keinginan setiap pelanggan. Electronic
commerce merupakan perantara ideal bagi mass customization. (5) Banyak
perusahaan menyadari bahwa aliansi dengan perusahaan lain, bahkan dengan
pesaing, bisa jadi menguntungkan. Misalnya, General Motors, Ford, dan Chrlyser
membuat satu ekstranet dengan supplier mereka. Ada sejumlah tipe aliansi, seperti
pembagian sumberdaya, penetapan hubungan permanen supplier-perusahaan, dan
penciptaan upaya riset bersama. Tipe yang paling menarik adalah temporary joint
venture (patungan sementara), di mana beberapa perusahaan membentuk satu
organisasi khusus untuk sebuah misi yang spesifik selama kurun waktu tertentu.
Ini merupakan satu contoh korporasi virtual (virtual Corporation) yang •bisa jadi
merupakan bentuk organisasi perusahaan yang lazim di masa yang akan datang.
Satu tipe aliansi bisnis yang lebih permanen, yang menghubungkan perusahaan
manufaktur, supplier, dan korposari finansial dikenal dengan sebutan keiretsu,
suatu istilah dalam bahasa Jepang yang berarti suatu aliansi bisnis permanen.
Demikian juga supply chain mangement dapat dimudahkan oleh ekstranet. Tipe
aliansi ini, juga yang lain, akan sangat didukung oleh teknologi informasi yang
beragam, mulai dari EDI hingga transmisi elektronis.
1. Nilai Bersama
Nilai bersama lebih memiliki makna pribadi jika anggota perusahaan memandang
nilai bersama itu sebagai pedoman bagi perilaku yang layak dalam organisasi itu
dan mematuhi nilai bersama tersebut. Aggota perusahaan akan memberikan
komitmennya kepada nilai bersama tersebut bila nilai bersama tersebut
diinternalisasi sehingga nilai bersama tersebut merupakan nilai-nilai pribadi
anggota perusahaan.
2. Budaya Organisasi
Nilai bersama yang telah diinternalisasi akan membentuk dan menjadi komponen
budaya organisasi. Hofstede (1994:180) mendefinisikan budaya organisasi
sebagai program pemikiran secara kolektif yang membedakan para anggota suatu
organisasi dari organisasi lainnya. Budaya organisasi mempunyai pengaruh kuat
terhadap perilaku karyawan. Tetapi apa yang dapat manajemen kerjakan untuk
merancang sebuah budaya yang membentuk karyawan sesuai dengan keinginan
manajemen? Ketika sebuah organisasi telah berdiri kokoh maka manajemen
mempunyai kemampuan besar untuk mempengaruhi karyawan. Tetapi pada
organisasi yang belum kokoh atau organisasi yang masih kecil, masih sedikit sub-
budaya. Setiap orang tahu bahwa pendiri memberikan sentuhan langsung dengan
visinya tentang apa organisasi itu. Tidak meng-herankan bahwa di bawah kondisi
ini manajemen mempunyai peluang untuk menciptakan sebuah budaya yang akan
memberikan fasilitas untuk mencapai prestasi terbaik meraih tujuan organisasi.
Meskipun demikian pada saat organisasi telah kokoh maka domina-si budaya juga
telah kokoh. Budaya yang telah diberikan ini mem-buat karakteristik relatif stabil
dan permanen, yang menjadikannya antipati terhadap perubahan. Butuh waktu
untuk membentuk dan membuat organisasi tersebut kokoh yang cenderung
menjadi budaya tersebut berakar kuat. Budaya yang kuat merupakan bagian dari
menolak perubahan, karena karyawan menjadi berkomitmen kepada budaya
tersebut. Maka jika suatu budaya yang diberikan telah usang, menjadi tidak sesuai
dengan suatu organisasi dan suatu yang merugikan terhadap manajemen, maka
kemungkinan kecil manajemen akan mengubahnya, khususnya dalam jangka
pendek. Perubahan budaya harus diukur dalam tahunan, bukan dalam mingguan
atau bulanan. Kondisi perubahan budaya yang disukai dapat meningkatkan
profitabilitas dan perubahan budaya dapat diimplementasikan dengan sukses pada
saat ada krisis yang besar dan keluarnya pemimpin tertinggi. Suatu organisasi
yang masih muda dan masih kecil, dominasi budayanya masih lemah, demikian
tulis Stephen Robbins dalam buku Essential of Organizational Behavior.
Nilai yang dominan dalam organisasi sering dimunculkan dalam suatu kata pada
periklanan dan komunikasi internalnya untuk meningkatkan keunggulan bersaing.
Procter & Gamble menggunakan kata "kualitas produk", General Electric
memakai kata "inovasi", Xerox menggunakan tema "hormat kepada individu dan
pelayanan kepada pelanggan", Microsoft dalam periklanannya memakai Realize
Your Potential dan McDonald’s menekankan pada QSCV (Quality, Service,
Clearness and Valué).
Organisasi global saat ini merupakan budaya organisasi yang di-bentuk oleh
berbagai macam budaya. Norma sosial menciptakan perbedaan yang melintasi
batasan negara yang mempengaruhi bagaimana orang berinteraksi, membaca
isyarat personal dan sebaliknya saling berhubungan secara sosial. Nilai dan sikap
juga mempunyai perbedaan berbagai macam dari negara satu dan negara lainnya.
Nilai struktur individual berpusat di Amerika Utara, sedangkan nilai struktur
kelompok didominasi oleh Jepang. Agama dari satu dengan yang lain juga
berbeda. "Budaya bisnis global yang dikuasai kapitalis saat ini sebagai monster
yang memangsa dirinya sendiri. Budaya bisnis masa depan harus berdasarkan
kecerdasan spiritual yang tinggi yang berkaitan dengan komunikasi, keadilan,
relasi, kepercayaan, kekuasaan, kebenaran, fleksibilitas dan pemberdayaan.” tulis
Zohar dan Marshall dalam Spiritual Capital. Budaya bisnis dari institusi berdasar
agama, misalnya syariah, harus merefleksikan nilai-nilai yang sesuai dengan
syariah, baik dalam segi perilaku mulai dari hubungan internal, bertransaksi
dengan pelanggan, kebijakan dan prosedur, praktik bisnis, pakaian, dekorasi,
maupun citra. Nilai syariah adalah keadilan, kesejahteraan, kasih sayang dan
kebijaksanaan dunia dan akhirat. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu
moralitas dan spiritualitas kolektif yang apabila digabungkan dengan produksi
barang dan jasa akan menopang pertumbuhan dan kemajuan jalan hidup yang
syariah.
"Sesungguhnya pada zaman sebelum kamu sekalian ada seorang laki-laki yang
telah didatangi oleh seorang malaikat untuk mencabut nyawanya. Lalu dia
ditanya, Apakah engkau tahu amal kebaikan? Dia menjawab: Aku tidak tahu. Lalu
dikatakan kepadanya: Lihatlah. Dia menjawab: Aku sama sekali tidak
mengetahui, hanya aku pernah bertransaksi jual-beli dengan banyak manusia di
dunia dan aku memudahkan transaksi tersebut. Aku bersikap baik kepada orang
kaya dan aku memudahkan orang yang dalam keadaan kesulitan. Setelah itu Allah
memasukkan dia ke dalam surga,” sabda Rasulullah (HR. Muttafaqun dalam kitab
Al-Misykat).
D. Gaya Kepemimpinan
1. Berpikir Integratif
Dari hasil wawancara terhadap 50 pemimpin, Roger Martin (2007) menemukan
cara berpikir pemimpin yang sukses, yaitu berpikir integratif. Berpikir integratif
menurutnya meliputi empat langkah. Pertama, pada saat menentukan masalah
yang penting maka mereka sangat menonjol. Mereka mampu berpikir di luar hal
yang kadang-kadang kurang nyata tetapi merupakan faktor yang masih berkaitan.
Sebaliknya pemimpin tradisional hanya berfokus pada gambaran yang nyata dan
masih berkaitan.
Ketiga, pemimpin yang berpikir integratif melihat masalah secara keseluruhan dan
melihat bagaimana bagian satu dengan bagian lain berhubungan secara bersama-
sama dan bagaimana keputusan mempengaruhi satu dengan yang lain. Sedangkan
pemimpin tradisional memecahkan masalah dengan membagi ke dalam bagian-
bagian dan menyelesaikan masalah tersebut secara terpisah atau secara berurutan.
Keempat, pemimpin yang berpikir integratif mampu memecahkan ketegangan
secara kreatif dengan menggunakan ide yang berlawan¬an dan alternatif baru
sehingga membuahkan hasil yang inovatif. Sebaliknya pemimpin tradisional
membuat pilihan-pilihan dan memilih dari pilihan terbaik yang tersedia.
Michael Dell, CEO Dell Computer, berpikir integratif ketika mem-buat inventori
Dell Computer mempunyai kecepatan 5 atau 6 kali dibanding pesaingnya,
Compaq, dan memutuskan untuk menjual komputer secara online, yang akhirnya
membuat Dell Computer menjadi penjual komputer pribadi nomor satu di dunia.
John F. Welch, Jr., mantan CEO dari General Electric, menyata¬kan, “Pemimpin
bisnis yang baik menciptakan visi, mengomuni¬kasikan visi, bersemangat dengan
visinya dan berusaha untuk men¬capainya.” Pengganti Jack Welch, Jeff immelt
mempunyai visi mencoba untuk mendorong inovasi dan berusaha untuk
meng¬ambil risiko.
Bill Gates mempunyai visi “sebuah komputer di atas setiap meja kerja di setiap
rumah, menjalankan perangkat Microsoft”. Maka setelah Bill Gates menciptakan
MS-DOS, ia membuat sistem ope rasi Windows seperti halnya rumah
menggunakan jendela (win dow) yang menyebabkan Bill Gates menjadi
entrepreneur terkaya di dunia. Tidaklah benar bahwa hanya Bill Gates semata
yang berperan dalam menempatkan PC di kantor-kantor dan di rumah- rumah di
seluruh dunia, tetapi Bill Gates mempunyai visi untuk melihat apa yang mungkin
dan keinginan untuk mengubah visi tersebut menjadi kenyataan.
Thomas Watson Sr. mengganti nama perusahaan Computing Tabulating
Recording Company menjadi International Business Machine (IBM), meskipun
saat itu belum beroperasi secara inter-nasional, tetapi Thomas Watson mempunyai
visi bahwa perusaha¬an tersebut di kemudian hari akan menjadi perusahaan yang
ber¬operasi secara internasional. Ketika Watson memberi nama per¬usahaannya
International Business Machine (IBM), banyak orang ketika itu
menertawakannya. Ada yang bilang bahwa Watson terlalu membesar-besarkan
perusahaannya. Sekarang terbukti IBM merupakan perusahaan modern dan para
manajernya menjadi pemeran utama dengan setelan baju putih, dasi polos, dengan
semangat menjual yang luar biasa. Demikian pula ketika IBM mengalami
keterpurukan, muncullah pemimpin baru Lou Gerstner yang mengubah visi IBM
sebagai perusahaan komputer menjadi IBM sebagai perusahaan manajemen solusi
bisnis. Pada tahun 2007 ini IBM terpilih sebagai perusahaan komputer yang
paling menga-gumkan dunia versi majalah Fortune.
Jeff Bezos merupakan pendiri Amazon.com yang pada awalnya hanya merupakan
toko buku. Mengapa ia menamakan perusahaan¬nya dengan Amazon? Karena
“sungai Amazon merupakan sungai terbesar di dunia” kata Jeff Bezos. Bagaimana
dengan sungai Nil? Sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia. Jika
dibanding¬kan dengan Sungai Amazon, volume air Sungai Nil hanya me¬rupakan
anak Sungai Amazon. Sungai Amazon memuat 20% air bersih dunia. Jeff Bezos
mempunyai visi bahwa perusahaannya kelak akan menjadi perusahaan yang
menguasai 20% pasar dunia. Amazon.com yang membuka situs E-commercenya
pada bulan Juli 1995, bermula dari toko buku kemudian meluas ke compact disk
(CD) kemudian ke lelang dan sekarang ribuan produk yang berbeda dan pedagang
yang berbeda. Pada tahun 1996 dapat menjual 15,7 juta dolar dan melonjak
menjadi 600 juta dolar pada tahun 1998. Amazon.com dilaporkan pada tanggal 1
November sampai 23 Desember 2002, konsumen yang melakukan order di
seluruh dunia 56 juta item sehingga menjadi toko Online terbaik tahun 2002 versi
majalah Yahoo.
Meskipun demikian banyak pemimpin yang tidak memiliki unsur spiritual dalam
visi hidup mereka. Tidak heran banyak pemimpin yang sepintas tampak bahagia,
makmur dan sukses duniawi yang melimpah, tetapi hidup mereka hampa tak
bermakna. The New York Times melaporkan bahwa pendapatan riil telah
meningkat lebih dari 16% selama tiga puluh tahun ini di Amerika, namun brang
Amerika yang menggambarkan diri mereka sendiri sebagai “sangat bahagia”
sesungguhnya dalam kurun waktu yang sama telah turun dari 36% menjadi 29%.
Dalai Lama mengatakan “Orang dapat lebih bahagia jika saja mereka saling
berbagi kekayaan, ber-bagi teman yang lebih banyak, nama yang lebih harum,
hal-hal positif yang diwariskan, dan juga berkurangnya penyesalan saat mereka
meninggal nanti. Mereka dapat berkata pada diri sendiri, setidaknya aku telah
menggunakan uangku untuk membantu orang lain” demikian tulis Howard C.
Cutler dalam buku The Art of Happiness at Work. Pemimpin besar yang tidak
bergelimang harta, bahkan tidur di tikar yang membekas pada tubuhnya,
bersahabat dengan kemiskinan dan orang yang lemah, tetapi hidupnya penuh
makna adalah Muhammad SAW, yang merupakan pemimpin yang mempunyai
visi menjadi rahmat seluruh alam.
Kita sejak kecil telah diajarkan berbicara, menulis dan membaca. Kita tidak
diajarkan bagaimana cara-nya mendengar yang baik itu. Mendengar ada beberapa
tingkatan, mulai dari tidak berusaha mendengar, pura-pura mendengar, mendengar
hanya bagian yang kita senangi saja, mendengar dengan penuh perhatian dan
men¬dengar aktif. Mendengar aktif merupakan titik pusat komunikasi.
Mendengar aktif lebih efektif digunakan apabila lawan bicara mempunyai
masalah. Mulai dari masalah yang dialami anak-anak, remaja, orang tua sampai
masalah di perusahaan. Tujuan mende¬ngar aktif adalah membantu lawan bicara
beralih dari masalah yang tampak ke masalah yang mendasar atau masalah yang
sesung¬guhnya, mencegah Anda memberikan pemecahan masalah, mem¬bantu
lawan bicara memecahkan masalah secara mandiri dan me¬rangsang hubungan
yang lebih hangat.
Semut merupakan binatang yang diabadikan oleh Allah dalam Al- Qur’an dalam
Surat An-Naml (se-mut). Allah menyebut dalam surat ini agar manusia
mengambil pelajaran dari kehidupan semut. Semut adalah binatang yang hidup
berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat
sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan musim dingin. Kerapian
dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut sebagai bagian yang harus
dicontoh oleh manusia. Semut juga mempunyai kemampuan bekerjasama dengan
binatang lain, salah satunya adalah kutu daun.
Jenis semut dan kutu daun tertentu memiliki hubungan yang di-sebut simbiosis.
Dalam simbiosis, binatang berbeda jenis saling membantu. Kutu daun merupakan
serangga kecil yang bergerak lamban, hidup pada tumbuh-tumbuhan dan
memakan nektar. Nektar itu dihisap dari batang pohon dengan mulutnya yang
tajam dan panjang. Sewaktu dicerna, nektar berubah menjadi bahan manis yang
disebut embun madu. Bahan ini kemudian dike-luarkan oleh kutu melalui organ
yang disebut kornikula. Embun madu ini makanan kegemaran semut merah, yang
memakan sebanyak yang dapat dihasilkan oleh kutu daun itu. Dengan me-
melihara kutu daun, semut memiliki cadangan makanan yang selalu siap sedia.
Untuk melindungi cadangan embun madunya, semut sangat mem perhatikan kutu
daun miliknya. Misalnya, semut akan memindah kan kutu itu ke tempat yang
banyak nektarnya dan apabila wilayah pencarian makanan itu menjadi terlalu
padat, semut akan me-mindahkan kutu itu ke wilayah yang lebih longgar. Semut
juga menyerang setiap serangga yang mencoba memakan kutu daun itu. sekalipun
si penyerang mungkin jauh lebih besar daripada semut itu sendiri. Ilmuwan belum
memperoleh kepastian kapan atau bagaimana hubungan istimewa ini dimulai.
Akan tetapi dengan ditemukannya semut serta kutu daun yang telah menjadi fosil
secara bersama-sama, itu bukti bahwa dua jenis serangga ini telah saling
membantu sekurang-kurangnya sejak 30 juta tahun yang lampau.
Kisah semut dan kutu daun tersebut, menurut Stephen R. Covey, disebut
efektivitas, yang merupakan keseimbangan antara produksi dan kemampuan
produksi. Produksi merupakan hasil yang di inginkan, yaitu embun madu.
Sedangkan kemampuan produksi adalah kemampuan atau aset yang menghasilkan
embun madu, yaitu kutu daun. Semut berusaha untuk memelihara dan menjaga
kutu daun sebaikbaik agar kutu daun tersebut tetap menghasilkan
embun madu. Semut melakukan tindakan yang efektif.
Dalam bisnis, sering kita mencari keuntungan atau hasil jangka pendek dengan
merusak kemampuan produksi atau aset fisik, mi-salnya mobil, komputer,
telepon, fax, bahkan tubuh kita atau ling-kungan kita. Kita jarang memelihara atau
merawat mobil, kom¬puter, telepon dan fax. Setelah aset tersebut rusak maka kita
baru sadar bahwa aset tersebut merupakan aset kunci. Biaya untuk memperbaiki
aset tersebut jauh lebih mahal daripada biaya untuk memelihara aset tersebut
secara rutin. Kita telah melakukan hal yang tidak efektif.
Kita juga sering berbicara tentang pelayanan pelanggan. Kita sering mengabaikan
orang yang berurusan dengan pelanggan, yaitu karya-wan. Kita baru sadar setelah
sedikit demi sedikit pelanggan me-ninggalkan kita. Kepercayaan dan loyalitasnya
kepada kita hilang. Biasanya justru kita menyalahkan karyawan. Itulah tindakan
yang tidak efektif. Kalau kita ingin karyawan kita memperlakukan pe-langgan
dengan baik, maka kita juga harus memperlakukan karya-wan seperti pelanggan
kita. ’’Anda dapat membeli tangan sese¬orang, tetapi tidak pernah dapat membeli
hatinya. Hati adalah tempat berada antusiasme dan loyalitas. Anda dapat membeli
punggungnya, tetapi tidak dapat membeli otaknya. Itulah tempat kreativitas,
kecerdasan, akal.” kata Stephen R. Covey. Untuk ber- tidak efektif ternyata kita
harus belajar kepada semut dan kutu daun.
Hal itu harus dilakukan dengan kelembutan dan kejernihan hati, mengendalikan
amarah, kepemaafan, keadilan, kasih sayang, selalu mendoakan, selalu
bermusyawarah dengan empatik, bekerja keras dan berpasrah diri kepada Allah.
Pemimpin terbaik dunia tersebut rpenurut Michael Hart adalah Muhammad SAW.
Sesudah bangunan Ka’bah rusak, diperbaiki setinggi orang berdiri, tiba gilirannya
untuk meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut
timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya
mendapat kehormatan meletakkan batu itu di tempatnya. Demikian memuncaknya
per-selisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara karena¬nya.
Keluarga Abd’d Dar dan keluarganya ‘Adi bersepakat tidak akan membiarkan
kabilah manapun campur tangan dalam kehor¬matan yang besar ini. Untuk itu
mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga Abd’d Dar membawa sebuah
baki berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu guna memperkuat
sumpah mereka. Karena itu lalu diberi nama La’aqat’d-Damm, yang berarti jilatan
darah.
Abu Umayya bin’l-Mughira dari Banu Makhzum merupakan orang yang tertua di
antara mereka, dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan serupa itu ia
berkata kepada mereka ’’Serahkanlah putusan kamu ini di tangan orang yang
pertama sekali memasuki pintu Shafa ini.” Tatkala mereka melihat Muhammad
adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru: ”Ini al-Amin, kami
dapat menerima keputusannya.” Lalu mereka menceritakan peris¬tiwa itu
kepadanya. Iapun mendengarkan dan melihat di mata mereka betapa berkobarnya
api permusuhan itu. Ia berpikir seben¬tar lalu berkata ’’Kemarikan sehelai kain.”
Setelah kain dibawakan, dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu
diletakkannya de¬ngan tangannya sendiri, kemudian Muhammad berkata,
’’Hendak¬nya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini.” Mereka ber-sama-
sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan di-letakkan. Lalu
Muhammad mengeluarkan batu batu itu dari kain dan meletakannya di tempatnya.
Dengan demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan.
Muhammad melakukan apa yang dalam manajemen disebut berpikir menang-
menang yang dapat mewujudkan sinergi.
Bill Gates dan Paul Allen merintis Microsoft pada 1975. Perusahaan tersebut
ketika itu masih kecil tetapi mempunyai mimpi “sebuah komputer di atas setiap
meja kerja di setiap rumah, menjalankan perangkat Microsoft.” Microsoft
menciptakan sistem operasi MS- DOS, kemudian membuat Windows (Jendela-
jendela) yang terda¬pat di hampir setiap rumah dan kantor. Akhirnya sekarang
telah terbukti, sistem operasi Windows menguasai 80% sistem operasi dunia.
Untuk menggapai mimpi tersebut Microsoft hanya mempe¬kerjakan orang-orang
cerdas dan kemudian membentuk tim-tim kecil yang kreatif untuk mengerjakan
suatu proyek dalam waktu tertentu. Setiap individu mempunyai peran yang sesuai
dengan pengetahuan dan ketrampilannya. Setiap unit di perusahaan ini melakukan
pekerjaan dengan pola yang relatif sama, yaitu mem- .buat tim kerja yang relatif
kecil dan secara bersama-sama menye¬lesaikan tugas dengan sukses.
Setiap tim kerja di Microsoft mempunyai kebebasan untuk me-nentukan cara
terbaik menyelesaikan tugas dengan kreativitas yang mereka miliki. Meskipun
demikian tetap dibingkai oleh pedoman tertentu. Keputusan-keputusan kecil
masih menjadi kekuasaan ke¬tua tim kecil. Rancangan besar tujuan dan kegiatan
proyek selalu dipresentasikan kepada semua anggota untuk dibahas bersama-
sama. Setiap tim kerja mengajukan cara pendekatan yang akan di¬gunakan untuk
menyelesaikan proyek. Proposal kemudian didis¬kusikan dan dibahas. Proposal
yang ditolak, tim kerja harus membuat proposal baru. Keberhasilan Microsoft
bukan semata- mata karena Bill Gates dan Paul Allen, tetapi lebih ditentukan oleh
tim kerja.
Nasihat ini mencerminkan karakter dinamik dan lintas disiplin dari analisis Ibnu
Khaldun. Ia bersifat lintas disiplin karena meng hubungkan semua variabel politik
dan sosioekonomi yang penting, seperti syariah (S), otoritas politik atau wazi (G),
manusia atau rijal (N), harta benda atau mal (W), pembangunan atau imarah (g)
dan keadilan atau al-adl (j), dalam sebuah daur perputaran interdepen den,
masing-masing mempengaruhi yang lain dan pada gilirannya akan dipengaruhi
oleh yang lain pula. Mengingat operasi daur ini terjadi dalam sebuah reaksi
berantai dalam suatu periode yang panjang, suatu dimensi dinamisme dimasukkan
ke dalam kese luruhan analisis dan membantu menjelaskan bagaimana faktor
faktor politik, moral, sosial dan ekonomi berinteraksi terus-mene¬rus dan
mempengaruhi kemajuan dan kemunduran atau jatuh dan bangunnya suatu
peradaban. Hal ini juga bersrti bahwa jatuh bangunnya perusahaan ditentukan
oleh syariah (S), kebijakan manajemen (G), kualitas sumberdaya manusia (N),
modal perusaha-an (W), kinerja perusahaan (g) dan keadilan (j) yang diterapkan
dalam perusahaan.
Dalam buku At-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk, yang ditulis oleh Al-
Ghazali dikisahkan Zaid bin Aslam bertutur sebagai beri kut: Pada suatu malam
aku melihat Umar bin Khaththab berkeli ling bersama para peronda malam. Aku
menemuinya dan berkata "Bolehkah aku menemanimu?" Umar menjawab
"Tentu.” Ketika kami ke luar kota, kami melihat api, kami berkata “Mungkin di
sana ada seorang pengembara.” Kami menuju api itu. Kami melihat seorang janda
perempuan dengan tiga anaknya yang sedang mena-ngis. Perempuan itu telah
menaruh panci di atas api tersebut. Perempuan itu berkata, “Ya Allah berilah aku
keadilan dari Umar. Ambilkan hakku darinya dengan benar. Dia kekenyangan
sedang kami kelaparan.” Mendengar perkataan itu Umar menghampirinya dan
mengucapkan salam kepadanya. Ia kemudian berkata, “Boleh¬kah aku mendekat
kepadamu?” Perempuan itu berkata, “Jika eng¬kau mendekati aku untuk berbuat
baik maka dengan nama Allah aku ijinkan.” Umar mendekat dan bertanya
kepadanya mengenai keadaan dia dan anak-anaknya. Perempuan itu berkata, “Aku
dan anak-anakku datang dari tempat yang jauh. Aku merasa takut sedangkan
mereka merasa lapar. Aku dan anak-anakku sudah kelelahan dan kelaparan
sehingga mereka tidak bisa tidur.” Umar bertanya, “Lalu apa yang ada dalam
panci itu?” Perempuan itu berkata, “Aku menaruh air di dalam panci itu untuk
mengalihkan perhatian mereka sehingga mereka mengira bahwa itu adalah
makanan. Dengan demikian mereka akan bersabar.” Umar pergi menuju toko
makanan untuk membeli makanan. Dia pergi ke toko tepung dan membeli tepung
sekarung penuh. Kemudian menaruh karung itu di pundaknya dan pergi menemui
perempuan tadi dan anak-anaknya. Zaid berkata, “Wahai Amirul Mukminin,
biarlah aku memanggul karung itu.” Umar berkata, “Kalau engkau me-
manggulkan karung itu untukku, lalu siapa yang akan menanggung dosaku dan
yang akan menghalangi aku dari doa perempuan dan anak-anaknya itu?”
Akhirnya Umar memanggul sendiri karung itu sambil menangis hingga sampai
tempat perempuan tadi. Perem¬puan itu berkata, “Terima kasih, semoga Allah
membalas kebaikan¬mu dengan balasan yang lebih baik." Umar mengambil
beberapa bagian tepung dan sejumlah makanan, kemudian menaruhnya dalam
panci dan menyalakan apinya. Setiap kali apinya mati, dia meniupnya sehingga
debunya berjatuhan ke wajah dan pakaiannya. Dia lakukan itu sampai makanan
tersebut matang. Kemudian Umar menaruh makanan itu di dalam mangkuk besar
dan berkata kepada perempuan tadi, “Makanlah.” Akhirnya perempuan dan anak-
anak-nya makan makanan tersebut. Umar berkata, “Wahai perempuan, janganlah
engkau mendoakan kecelakaan bagi Umar karena sesungguhnya dia tidak
mengetahui berita tentang keadaanmu dan anak-anakmu.” Umar menghadirkan
hati dan jiwa dalam memimpin.
Karyawan adalah nasi, sedangkan gaya manajemen adalah lauknya. Jack Welch,
CEO dari General Electric ketika itu mengatakan,“Kita sedang mempertaruhkan
sesuatu hal kepada orang-orang kita maka kita perlu memberdayakan mereka,
memberi mereka sumber-sum¬ber dan keluar dari kesulitan dengan menggunakan
cara mereka.” Jack Welch menginvestasikan separuh waktunya bersama kar-
yawan-karyawannya.
“Dua pemimpin korporat terbesar abad ini adalah Alfred Sloan dari General
Motors dan Jack Welch dari General Electric. Welch akan jadi lebih besar dari
keduanya, karena merencanakan paradigma baru, kontemporer, bagi korporasi
yang modelnya dipakai untuk Abad 21.” ujar Noel Tichy dari Universitas
Machigan, pengamat gaya manajerial Welch.
Fungsionalitas merujuk pada proses itu sendiri, yang merupakan alat dan sistem
yang memungkinkan perusahaan meletakkan orang
yang benar dengan ketrampilan yang benar dalam tempat yang benar pada waktu
yang benar. Untuk mengembangkan manajer berbakat lokal berstandar global,
HSBC merancang secara terpusat kebijakan dan praktik sumberdaya manusia
dengan mengakomo¬dasi keluwesan budaya lokal. Perusahaan secara luas
mengolah penilaian, rekrutmen, manajemen karir dan pengembangan
kepe¬mimpinan, tetapi kantor lokal dapat mengadaptasi kemampuan sumberdaya
dan budaya yang dibutuhkan lokal. Misalnya dalam penilaian, masing-masing
kantor harus memilih paling sedikit dua dari tes psikometrik, wawancara individu
dan umpan balik 360 derajat. Mereka harus menggunakan skala peringkat standar
dan memasukkan data kinerja tiga tahun terakhir.