Anda di halaman 1dari 3

Nirmala Fitriyana

11181110000025 – 4A
Sosiologi Perkotaan

URBANISASI DALAM PERSPEKTIF SISTEM DUNIA

Secara umum, proses urbanisasi dipahami sebagai proses pengkotaan yang merupakan
proses perubahan suatu kawasan yang semuala berciri pedesaan (rural) menjadi suatu
kawasan perkotaan (urban). Urbanisasi diukur berdasarkan peningkatan jumlah penduduk
yang tinggal di kawasan perkotaan dibandingkan dengan total penduduk dari negara tersebut.
Urbanisasi dapat dipahami dengan dua pendekatan utama, salah satunya pendeketan
intrasocietal. Salah satu pendekatan inrasocietal yang paling berpengaruh saat ini adalah
teori sistem dunia. Teori sistem dunia disini mengasumsikan bahwa dunia internasional diatur
oleh sistem ekonomi, yaitu sistem ekonomi kapitalis global. Semua masyarakat di dunia saat
ini hampir tidak ada yang tidak tercakup dalam sistem kapitalis dunia saat ini, termasuk
Indonesia.

Dari sistem ekonomi yang disebut sebagai pengatur sistem dunia, Wallerstein sebagai
pencetus teori ini melukiskan sistem pembagian kerja hirarkis di dunia menjadi core (sentral)
dan peripheri. Dari pembagian ini dihasilkan dua buah konsep yang disebut dengan
incorporation (penggabungan) dan konsep periperalization. Konsep incorporation diartikan
sebagai fenomena proses masuknya suatu negara atau kawasan dalam orbit ekonomi dunia
dan karenanya ia sulit melepaskan diri lantaran begitu kuatnya cengkraman ekonomi kapitalis
dunia itu. Selain itu ada konsep periperalization yang merupakan konsep lebih lanjut dari
incorporation, dimana transformasi lebih lanjut kehidupan sehari-hari penduduk setempat
yang bersifat ‘baru’ setelah negara tersebut bergabung dalam sistem ekonomi dunia.

Urbanisasi mulai terlihat saat muncul konsep yang disebut dengan pembagian kerja
internasional baru (new international division of labor). Sistem baru ini berbentuk perluasan
sistem produksi dari negara-negara core ke negara-negara dunia ketiga yang sekarang dikenal
sebagai negara peripheri. Para perusahaan multinasional memiliki strategi membuka cabang
dan pabrik di kota-kota dunia ketiga dengan harapan dapat meraup untung yang maksimal.
Karena dari segi biaya, pola pemindahan produksi jauh lebih murah dibanding dengan
membawa bahan-bahan ke negara mereka dan melalukan produksi disana. Dari teori sistem
dunia yang terjadi saat ini menyebabkan tiga dampak dalam urbanisasi, antara lain seperti di
bawah ini.
Nirmala Fitriyana
11181110000025 – 4A
Sosiologi Perkotaan

Pertumbuhan Daerah Perkotaan (Urban Growth)


Pertumbuhan kota (urban growth) adalah perluasan daerah perkotaan yang bertumpu
pada dua elemen pokok, yaitu perluasan wilayah dan peningkatan jumlah penduduknya. Kita
biasanya hanya melihat perpindahan penduduk berdasarkan dua faktor yaitu faktor penarik
dan faktor pendorong di tingkat lokal. Namun, pada dasarnya kedua faktor itu adalah refleksi
gerak kapitalisme dunia yang muncul di daerah asal maupun daerah tujuan. Saat space atau
wilayah perkotaan tetap namun jumlah penduduk terus melonjak maka akan terjadi division
of labor. Disinilah terbentuk dua sektor kerja baru sektor tertier dan sektor informal, dimana
sektor ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak namun tidak dapat diatur
secara formal oleh negara. Inilah yang menjadi salah satu faktor negara core merelokasikan
tempat produksi mereka agar dapat mendapatkan tenaga kerja dengan biaya yang murah dan
menghasilkan keuntungan yang maksimal.

Urbanisasi Berlebih (Overurbanized)

Konsep ini merujuk pada ketidakberhasilan industrialisasi di suatu kota untuk


menyerap lonjakan penduduk tersebut. Asumsi urbanisasi berlebih yaitu proses pengkotaan
harus berjalan seiring dengan perkembangan, dimana asumsi ini lahir dari proses yang terjadi
di USA dan Eropa Barat. Namun asumsi tersebut terlalu sederhana maka dari itu tidak
berlaku di negara dunia ketiga. Yang harus dilakukan adalah memahami watak dari industri
di dunia ketiga yang sarat dengan kepentingan kaum elit dan tidak memihak pada
kepentingan penduduk lokal.

Keunggulan Kota (Urban Primacy)

Aspek lain dari urbanisasi yang menjadi perhatian sistem dunia adalah tentang
keunggulan kota. Keunggulan kota (urban primacy) adalah dominasi kota terbesar dalam
suatu wilayah baik secara kependudukan dan/atau secara fungsional. Indikator yang
digunakan adalah dengan membandingkan jumlah penduduk kota pertama terbesar dengan
yang kedua dalam jaringan kota dalam suatu wilayah tertentu. Urban primacy ini dapat
dipahami dengan memahami istilah primate city terlebih dahulu. Primate city atau kota utama
dalam negara dunia ketiga dirancang sedemikian rupa untuk digunakan sebagai jendela untuk
menyalurkan komoditi lokal ke pasar dunia. Semua infrastruktur yang diinvestasikan oleh elit
dari negara core sejak awal memang dirancang untuk memudahkan ekonomi eksport.
Nirmala Fitriyana
11181110000025 – 4A
Sosiologi Perkotaan

Dengan demikian, konsep urban primacy ini merupakan tanda adanya ketidaksamaan
proses urbanisasi dalam suatu wilayah, karena adanya integrasi dan pertumbuhan ekonomi
nasional yang berimbang. Selain itu, birokrasi negara yang tersentralisasi juga berperan
penting dalam kemunculan pertumbuhan ekonomi yang terpusat pada kota utama (primate
city). Idealnya, jaringan antar kota dalam suatu negara mengalami proses pengkotaan dan
distribusi penduduk yang relatif berimbang, karena bertumpu sistem ekonomi yang sehat dan
mapan.

Referensi :
Bahan Ajar Sosiologi Perkotaan
1. Ronan Paddison, (ed.) Handbook of Urban Studies, h. 143-160
2. Gumilar R Sumantri, dkk, Sosiologi Perkotaan, Modul UT, 2004, h. 7.1-7.26
3. BN marbun, Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek, 1994, h.58-74

Anda mungkin juga menyukai