Ada 3 macam kemungkinan hubungan yang terjadi antara eksistensi fisik kota dan batas
administrasi (Northam, 1979) :
2. Urban Sprawl
Perkembangan fisik kota yang tidak beraturan menyebabkan perubahan bentuk kota. Secara
garis besar terdapat tiga jenis proses perluasan areal kekotaan atau urban sprawl. (Yunus, 2000:
125)
1. Perembetan konsentris, merupakan jenis perembetan areal kekotaan yang paling lambat.
Perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada seluruh bagian luar kenampakan fisik kota.
Membentuk suatu kenampakan morfologi kota yang relatif kompak sehingga peran transportasi
terhadap perembetan konsentris ini tidak begitu besar.
2. Perembetan memanjang, menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di
seluruh bagian sisi-sisi luar dari pada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di
sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota.
3. Perembetan meloncat. Perkembangan lahan kekotaan terjadi berpencaran secara sparadis
dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian sehingga keadaan yang demikian sangat
menyulitkan Pemerintah Kota untuk membangun prasarana-prasarana fasilitas kebutuhan hidup
sehari-hari.
Teori pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut Boudeville (ahli ekonomi
Prancis), pusat pertumbuhan adalah sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan yang
ada di permukaan Bumi. Suatu kota atau wilayah kota yang mempunyai industri populasi yang
kompleks, dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Industri populasi merupakan industri
yang mempunyai pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak langsung) terhadap kegiatan
lainnya.
Teori ini dipelopori oleh Francois Perroux Ahli ekonomi regional bekebangsaan Perancis pada
sekitar tahun 1955. Teori Perroux berlandaskan pada Teori Inovasi cipntaan Shcumpeter, dimana
Shcumpeter memfokuskan pada peran Inovasi (kewiraswastaan) di dalam meningkatkan
pertumbuhan/ pembangunan ekonomi.
Konsep Growth Pole menurut Perroux: berdasarkan fakta dasar perkembangan keruangan
(spasial), pertumbuhan tidak terjadi di sembarang tempat dan juga tidak terjadi secara serentak;
pertumbuhan itu terjadi pada titik-titik atau kutub-kutub perkembangan, dengan intensitas yang
berubah-ubah; dan pertumbuhan itu menyebar sepanjang saluran-saluran yang beraneka ragam
terhadap keseluruhan perekonomian.
Namun, selain Perroux, terdapat beberapa orang lain yang berusaha untuk mendefinisikan apa
itu Growth Pole, antara lain:
Sebagai sebuah teori, Growth Pole digunakan karena memiliki beberapa kelebihan antara lain
a) Salah satu alat utama yang dapat melakukan penggabungan antara prinsip-prinsip
Konsentrasi dengan Desentralisasi
b) Teori yang menjadi dasar strategi kebijakasanaan pembangunan wilayah melalui industri
daerah.
c) Awalnya pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di seluruh wilayah. Akan tetapi terjadi
hanya terbatas pada beberapa tempat tertentu dengan variabel-variabel yang berbeda
intensintasnya yang berfungsi untuk memicu/menstimulus perkembangan wilayah secara
keseluruhan.
d) Salah satu cara untuk menggalakan kegiatan pembangunan suatu daerah tertentu melalui
pemanfaatan aglomeration economies sebagai faktor pendorong utama.
Secara Fungsional
Suatu lokasi kosentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang sifat hubungannya,
memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik
kedalam maupun keluar (daerah belakangnya)
Secara Geografis
Suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya
tarik (pole of attraction) yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi
didaerah yang bersangkutan dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang
ada.
Menurut Ferroux, growth pole lebih menyangkut economic region daripada geographic region,
yang didasarkan pada konsep sebagai berikut:
a) Leading/Propulsive Industry,
Pada kutub pertumbuhan, perusahaan-perusahaan pendorong yg besar yg termasuk leading
industries mendominasi unit-unit ekonomi lainnya. Suatu leading industry mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Kaitan-kaitan antar industri yg kuat dg sektor-sektor lainnya. Kaitan ini dapat berbentuk
kaitan ke depan (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage).
2) Permintaan terhadap produknya mempunyai elastisitas pendapatan yg tinggi, yg
produknya biasanya dijual ke pasar-pasar nasional.
Perroux sendiri dalam teorinya, secara singkat menyebutkan bahwa inti dari Growth Pole adalah
1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang merupakan industri
penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan antar industri sangat erat,
maka perkembangan industri unggulan akan mempengruhi perkembangan industri lain yang
berhubungan dengan industri unggulan.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian
karena akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (unggulan) dengan
industri yang relatif pasif atau industri yang tergantung industri unggulan.
Growth Pole pula menyebutkan tentang konsep Industri Utama dan Industri Pendorong, yang
secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Konsep polarisasi, pertumbuhan dari pada industri utama dan industri pendorong akan
menimbulkan polarisasi unit-unit ekonomi lain ke kutub pertumbuhan.
2. Terjadinya aglomerasi yang ditandai :
Scale economies
Keuntungan yang dapat timbul karena pusat pengembangan memungkinkan
perusahaan industri bergabung dalam operasi skala besar, karena ada jaminan
sumber bahan baku dan pasar.
Localization Economies
Timbul akibat adanya saling keterkaitan antar industri sehingga kebutuhan bahan
baku dan pasar dapat dipenuhi dengan mengeluarkan ongkos angkut yang minimum
Urbanization economies
Timbul karena fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang dapat digunakan secara
bersamaan sehingga pembebanan ongkos untuk masing-masing perusahaan dapat
dilakukan serendah mungkin.
Sebagai sebuah kutub, tentu tidak semua industri dapat dikembangkan di dalam pusat wilayah
pertumbuhan, industri yang diprioritaskan pada pusat pertumbuhan dapat diidentifikasi melalui
cara sebagai berikut
Pertama, melakukan inventarisasi tentang potensi pengembangan yang ada pada wilayah
setudi. Baik yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum. Informasi tentang potensi
melalui data produksi (kontribusi dan LQ masing-masing sektor terhadap PDRB).
Kedua, melihat keterkaitan dari setiap kegiatan produksi tersebut dengan kegiatan
lainnya. Dengan menggunakan tabel input output, melalui informasi ini diketahui
keterkaitan industri hulu dan hilir.
Ketiga, meneliti orientasi lokasi dari masing-masing industri tersebut dengan
menggunakan peralatan analisa Weber (teori lokasi)
Keempat, Menentukan pembangunan fasilitas ekonomi yang dibutuhkan setiap pusat
pengembangan. Sehingga dapat tumbuh dan berfungsi sebagai motor penggerak
pembangunan untuk masing-masing wilayah.
D. Kesimpulan
Secara ringkas terdapat 3 sikap atau tanggapan terhadap teori pusat pertumbuhan ini,
natara lain: