Anda di halaman 1dari 17

Implementasi

pasal 33 di
dalam
kehidupan
Ekonomi
Bangsa
1. Amanda Citra (E2A021119)
2. Farid Maulana (E2A021118)
3. Galih Pratama (E2A021116)
4. Neyralin Astifandani (E2A021115)
5. Salsabila Ayu (E2A021117)
6. Syamaidzar Syaka (E2A021120)

—Nama
Kelompok
Makna pasal 33
UUD 1945
Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 merupakan pesan moral dan pesan budaya dalam konstitusi Republik
Indonesia di bidang kehidupan ekonomi. Pasal ini bukan sekedar memberikan petunjuk tentang susunan
perekonomian dan wewenang negara mengatur kegiatan perekonomian, melainkan mencerminkan cita-cita,
suatu keyakinan yang dipegang teguh serta diperjuangkan secara konsisten oleh para pimpinan
pemerintahan.

Para pemimpin Indonesia yang menyusun Undang Undang Dasar 1945 mempunyai kepercayaan, bahwa cita-
cita keadilan sosial dalam bidang ekonomi dapat mencapai kemakmuran yang merata, yaitu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu dibentuklah dalam Undang Undang Dasar 1945, Pasal 33 yang
berada dalam Bab XIV dengan judul “Kesejahteraan Sosial“. Maksudnya, Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945
adalah suatu, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara.

Sistem ekonomi yang pada cita-citanya bertujuan mencapai kesejahteraan sosial. Pasal 33 Undang Undang
Dasar 1945 itu adalah sendi utama bagi politik perekonomian dan politik sosial Republik Indonesia.
Makna pasal 33
UUD 1945
Sejak Indonesia Merdeka dan menetapkan Undang Undang Dasar 1945 telah dengan tegas digariskan
kebijakan nasional untuk melakukan “transformasi ekonomi dan transformasi sosial”. Mengenai transformasi
ekonomi adalah mengubah sistem ekonomi kolonial yang subordinasi menjadi sistem ekonomi nasional yang
demokratis. Sistem ekonomi kolonial adalah sistem ekonomi yang didasarkan paham individualisme atau asas
perorangan, mengikuti ketentuan Wetboek van Koophandel (WvK/KUHD). Sistem ekonomi nasional adalah
sistem ekonomi berdasarkan paham demokrasi ekonomi Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945.

Transformasi sosial adalah mengubah pola hubungan ekonomi subordinasi, seperti tuan-hamba, juragan-
buruh (sebagaimana berlaku pada zaman VOC/Vereenigde Oostindische Compagnie, pasca VOC, Brother
hood dan pasca Brother hood) perlu diubah menjadi hubungan ekonomi yang demokratis, yaitu pola
hubungan ekonomi yang parsipatori dan emansipatori.

Mengingat berlakunya sistem ekonomi kolonial yang berdasarkan pada asas perorangan atau paham
individualisme, sebagai konsekuensi dari ketentuan Pasal II Aturan Peralihan Undang Undang Dasar 1945, maka
di dalam menyusun sistem ekonomi nasional, “asas perorangan” atau paham individualisme (yang menjadi
dasar liberalisme dan hidupnya kapitalisme) seharusnyalah bersifat temporer, bukan permanen.
Pasal 33 ayat (1), (2),
(3)
Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.” Makna yang terkandung dalam ayat tersebut sangat dalam,
yakni sistem ekonomi yang dikembangkan seharusnya tidak basis persaingan serta atas asas
yang sangat individualistik.

Demikian pula dalam Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945 memberikan maklumat yang sangat
terang-benderang bahwa pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam kegiatan
ekonomi. Ekonomi bukan hanya dilakukan oleh masyarakat, swasta, atau individu, terutama untuk
cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, kemudian bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Itu juga harus dikuasai oleh negara untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selama ini juga telah terjadi eksklusifisme pembangunan.
Prinsip partisipasi dan emansipasi pembangunan tidak ditegakkan, seharusnya dalam setiap
kemajuan pembangunan rakyat harus senantiasa terbawa serta. Kemajuan ekonomi rakyat
haruslah inheren dengan kemajuan pembangunan nasional seluruhnya. Kekaguman terhadap yang
serba barat menambah kekurang waspadaan yang secara tidak langsung dengan semena-mena
menggusur rakyat kecil dan lemah.
Paham Strukturalisme
Baik strukturalisme awal maupun neo-strukturalisme, yaitu suatu paham yang menolak
ketimpangan-ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadilan sosial ekonomi. Kaum
strukturalis menempatkan ilmu ekonomi pada peran normatifnya, dalam rangka perwujudan
keadilan dan kesetaraan sosial ekonomi. Strukturalisme cenderung menolak mekanisme pasar-
bebas, karena pasar-bebas secara inheren tak mampu mengatasi ketidak-adilan sosial ekonomi.
Aliran strukturalis adalah kelompok yang sangat gencar melakukan kritik terhadap ekonomi pasar-
bebas. Aliran ini muncul untuk merespon gagasan-gagasan ECLAC (Komisi Ekonomi PBB untuk
Amerika Latin).

Oleh sebab itu kaum strukturalis banyak menggelar tuntutan transformasi ekonomi dan
transformasi sosial yang harus dianggap inheren dalam pembangunan nasional. Budiono
menyatakan perlunya terselenggara kemandirian ekonomi dengan cara merestrukturisasi
perekonomian Indonesia yaitu dengan mengubah Indonesia dari posisi export economie di masa
kolonial, yang menempatkan Hindia Belanda sebagai onderneming besar dan penyediaan buruh
murah
0
Ekonomi Kapitalis dan
Ekonomi
EkonomiSosialis
0 Kapitalis
1. sistem di mana pelaku usaha swasta memiliki dan mengendalikan properti
sesuai dengan kepentingan mereka. Sementara permintaan dan
penawaran berjalan secara bebas dalam menetapkan harga pasar,
sehingga peran negara sangat terbatas.

2. Sosialis
Ekonomi
sistem ekonomi yang menjadikan pemerintah sebagai pihak yang
berperan penting dalam mengendalikan dan mengatur semua
kegiatan ekonomi. Dimana menurut mereka sistem ekonomi tersebut
menimbulkan banyak masalah internal negara.
Instrumen Penting dalam
Perekonomian
Pasar merupakan instrument terpenting dalam perekonomian. Sedangkan yang ditransaksikan bisa
meliputi barang dan jasa sehingga disebut pasar barang atau pasar jasa, atau tenaga kerja
sehingga disebut dengan pasar tenaga kerja, atau yang diperjualbelikan uang sehingga disebut
pasar uang, atau yang diperjualbelikan surat-surat berharga baik saham atau surat utang, yang
biasa disebut dengan pasar modal.

Pasar ada yang merakyat seperti pasar tradisional dengan beribu atau berjuta pelakunya serta
praktis beraktifitas terus menerus selama 24 jam. Tetapi ada juga pasar yang amat elit seperti
bursa efek yang hanya beraktivitas/ bertransaksi dari pukul 09:00 sampai dengan 16:00 dengan 1
jam break, tutup Sabtu dan Minggu serta pada hari-hari besar, bertempat di gedung yang sejuk
dan mewah, dan cenderung dimanjakan atau didewa-dewakan oleh pemerintah dan dijadikan
sebagai indikator keberhasilan ekonomi meskipun pelakunya amat terbatas.
 
Distorsi Pasar
Di pasar bebas semua barang dan jasa adalah komersil. Penggunaan jalan toll berbayar misalnya,
akan memberikan kontribusi yang besar dalam perhitungan PDB dan sebaliknya pemakaian jalan
negara yang gratis tidak memberikan kontribusi pada perhitungan besarnya PDB. Sementara
pendapatan rata-rata per kapita adalah besarnya PDB dibagi dengan jumlah penduduk yang belum
tentu mencerminkan tingkat kesejahteraan rakyat pada umumnya karena hanya rata-rata di atas
kertas , sementara dalam kenyataannya bisa terjadi kesenjangan pendapatan yang ekstrim. Bisa
jadi kehadiran negara justru semakin menjauhkan tujuan dari sistem ekonomi yang seharusnya
diwujudkan, misalnya karena faktor ketidakjujuran atau keberpihakan pada pihak yang salah
sehingga kebijakan negara justru merugikan rakyat banyak atau menguntungkan pelaku pasar
yang kuat hingga melahirkan ketidakadilan sosial yang tercermin antara lain pada ketimpangan
angka gini ratio.

Pasal 33 dan Penjelasannya jelas mengatur barang dan jasa apa yang harus diatur oleh negara,
baik produksi dan tentunya distribusi dan harganya, yaitu yang dinilai penting bagi negara.
Demokrasi Ekonomi
Di dalam demokrasi ekonomi harus memuat partisipasi masyarakat dalam tiga level sekaligus.
Yang pertama adalah bahwa seluruh anggota masyarakat harus terlibat dalam proses
produksi, tidak diperbolehkan harus dihindari kegiatan produksi itu dilakukan hanya oleh
sebagian masyarakat, seluruh masyarakat terlibat di dalam kegiatan produksi. Kedua, bahwa
partisipasi harus dimaknai juga bahwa masyarakat turut menikmati hasil produksi nasional.
Ada kenyataan bahwa mereka terlibat dalam kegiatan produksi, misalnya sebagai pekerja,
tetapi hasil dari produksi itu mereka tidak mendapatkan atau bahkan dalam pengertian yang
lebih moderat, mereka hanya mendapatkan bagian yang sedikit. Dan yang terakhir, partisipasi
dalam demokrasi ekonomi dimaknai bahwa seluruh anggota masyarakat harus turut memiliki
modal maupun faktor produksi yang lainnya. Tidak diperbolehkan faktor produksi itu
mengerucut di dalam satu kelompok masyarakat.
Sistem Perekonomian Pancasila
dalam UUD 1945 Pasal 33
● Ayat 1:  Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan.

● Ayat 2: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

● Ayat 3: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

● Ayat 4: Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi


dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.

● Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang
Nilai Dasar
Ekonomi
menurut UUD
1.1945 Pasal 33
Kerjasama
2. Gotong Royong
3. Kekeluargaan
4. Keadilan
Faktor Menurut UUD 1945
Pasal 33
Proses pembangunan sistem ekonomi di suatu negara dipengaruhi banyak
faktor, baik internal maupun eksternal.

Faktor-faktor internal, di antaranya adalah kondisi fisik, lokasi geografi,


jumlah, serta kualitas sumber daya alam dan manusia.

Faktor-faktor eksternal di antaranya adalah perkembangan teknologi,


kondisi perekonomian dan politik dunia, serta keamanan global. 
Karakteristik Sistem Ekonomi
Indonesia
● Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan bersama (gotong royong) dengan
yang mengedepankan hubungan kekeluargaan.

● Cabang-cabang produksi yang bersifat strategis dan merupakan hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.

● Alasan pemerintah menguasai produksi barang-barang stategis baik yang ada di tanah
air Indonesia adalah semata-mata untuk kemakmuran rakyat.

● Indonesia menggunakan sistem ekonomi campuran disebut juga sistem ekonomi


pancasila.

● Kegiatan ekonomi yang dilakukan juga harus memiliki prinsip berkelanjutan dan


berwawasan lingkungan.

● Pemerintah juga mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh swasta secara umum, agar


terhindar dari praktik kecurangan seperti penipuan, praktik monopoli yang merugikan,
serta mafia perdagangan. Tujuannya, agar tercipta keadilan di tengah-tengah
masyarakat.
Kondisi Perusahaan yang
dikuasai Pemerintah
Inti dari pasal 33 UUD 1945 adalah keberpihakan kepada rakyat, namun semua itu hanya tertera
dalam undang-undang saja, tidak dijalankan sepenuhnya di lapangan. Banyak perusahaan-
perusahaan yang mengatasnamakan negara tetapi saham milik asing. Adapun mereka yang
dikatakan sebagai BUMN tidak mau merugi, padahal mereka ada untuk kepentingan, kesejahteraan
rakyat. Bukankah BUMN milik negara? Jadi, BUMN tidak perlu membuat laba, BUMN ada untuk rakyat
dan bermanfaat untuk rakyat .

Contoh yang dapat kita ambil adalah Pertamina, perusahaan yang mengurus minyak, gas bumi di
Indonesia. Pertamina sudah merasa rugi telah memberikan subsidi BBM dan berencana akan
menghapus subsidi BBM, seharusnya Pertamina melakukan yang terbaik untuk rakyat. Disini
perusahaan negara belum optimal dalam menjalankan Pasal 33. Banyaknya saham asing masuk ke
perusahaan Indonesia diakibatkan karena ada beberapa perusahaan yang mengalami
kebangkrutan sehingga sebagian kecil atau sebagian besar terpaksa dijual ke inverstor asing.
Penjualan saham ini dikatakan sebagai penyelamatan perusahaan agar tidak gulung tikar. Hal ini
menyebabkan banyak perusahaan yang bersimbol kepemilikan negara ternyata dimiliki asing.
Dinamika Perusahaan
Milik Negara
Perusahaan-perusahaan asing lebih maju, lebih menarik ketimbang perusahaan negara.
Contohnya TVRI yang notabene milik negara, akan tetapi banyak program-program televisi
yang membosankan, kualitas gambar kalah jauh dengan siaran televisi swasta. dan masih
banyak lagi perusahaan negara yang tidak mementingkan kepentingan rakyat. Tingkat
korupsi yang tinggi, kurangnya pengawasan, lemahnya kedisiplinan menyebabkan upaya
untuk meningkatkan kemakmuran rakyat menjadi kabur dalam prakteknya.

Pasal 33 memang sangat relevan untuk kepentingan rakyat Indonesia. Dan pasal tersebut
pun tidak harus dirubah tetapi harus ditambah lagi dalam ayatnya. Karena masih ada
peraturan-peraturan yang kurang lengkap. Kedisiplinan adalah modal utama dalam
menjalankan pasal tersebut, pemerintah harus tegas melaksanakan amanat dari pasal 33.
Akhirnya, kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi untuk menjaga kekayaan alam
negara kita. Nasionalisme sangat penting untuk menjaga kekayaan alam kita. Rasa
nasionalisme memberikan rasa kekeluargaan sebagai bangsa Indonesia, memiliki rasa
kebersamaan.
Thank
s!

Anda mungkin juga menyukai