Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul PERAN EKONOMI KERAKYATAN
DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN NASIONAL yang merupakan salah
satu tugas Kewarganegaraan.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


namun demikian telah memberi manfaat bagi Penulis. Akhir kata penulis berharap
Makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Surabaya,27 Desember 2015

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Ekonomi Kerakyatan

BAB III PENUTUP

Daftar Pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tim Dalam perkembangan globalisasi seperti kita saksikan saat ini


ternyata tidak makin mudah menyajikan pemahaman tentang adanya sistem
ekonomi Indonesia. Kaum akademisi Indonesia terkesan makin mengagumi
globalisasi yang membawa perangai kemenangan sistem kapitalisme Barat.
Sikap kaum akademisi semacam ini ternyata membawa pengaruh besar terhadap
sikap kaum elite politik muda Indonesia, yang mudah menjadi ambivalen
terhadap sistem ekonomi Indonesia dan ideologi kerakyatan yang melandasinya.

Pemahaman akan sistem ekonomi Indonesia bahkan mengalami suatu


pendangkalan tatkala sistem komunisme Uni Soviet dan Eropa Timur dinyatakan
runtuh. Kemudian dari situ ditarik kesimpulan kelewat sederhana bahwa sistem
kapitalisme telah memenangkan secara total persaingannya dengan sistem
komunisme. Dengan demikian, dari persepsi simplisistik semacam ini, Indonesia
pun dianggap perlu berkiblat kepada kapitalisme Barat dengan sistem pasar-
bebasnya dan meninggalkan saja sistem ekonomi Indonesia yang sosialistik itu.

Kesimpulan yang misleading tentang menangnya sistem


kapitalisme dalam percaturan dunia ini ternyata secara populer telah pula
mengglobal. Sementara pemikir strukturalis masih memberikan peluang
terhadap pemikiran obyektif yang lebih mendalam, dengan membedakan antara
runtuhnya negara-negara komunis itu secara politis dengan lemahnya (atau
kelirunya) sistem sosialisme dalam praktiknya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan (Demokrasi ekonomi) adalah system ekonomi


nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, di
mana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau
penilikan anggotaanggota masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat (rakyat) dalam mengendalikan jalannya roda
perekonomian (Baswir, 1993).

Ekonomi kerakyatan adalah tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan


yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan
rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas
perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil.

Landasan Konstitusional Sistem Ekonomi Kerakyatan


Sistem Ekonomi Kerakyatan merupakan sistem ekonomi Aplikasi
Ekonomi Kerakyatan Multi Sektoral yang mengacu pada amanat konstitusi
nasional, sehingga landasan konstitusionalnya adalah produk hukum yang
mengatur (terkait dengan) perikehidupan ekonomi nasional yaitu: Pancasila (Sila
Ketuhanan, Sila Kemanusiaan, Sila Persatuan, Sila Kerakyatan, dan Sila Keadilan
Sosial)
1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Pasal 28 UUD 1945: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tertulis dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-
undang. 3. Pasal 31 UUD 1945: Negara menjamin hak setiap warga Negara
untuk memperoleh pendidikan
3. Pasal 33 UUD 1945: a) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. b) Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
c) Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat.
4. Pasal 34 UUD 1945: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara.

4
Nilai-Nilai Dasar Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan mengacu pada nilai-nilai Pancasila sebagai


sistem nilai bangsa Indonesia yang tujuannya adalah mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia dengan salah satu unsur intrinsiknya adalah
Ekonomi Pancasila (Mubyarto: 2002) yang nilai-nilai dasar sebagai berikut:

1. Ketuhanan, di mana roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan


ekonomi, sosial, dan moral
2. Kemanusiaan, yaitu: kemerataan sosial, yaitu ada kehendak kuat warga masyarakat
untuk mewujudkan kemerataan sosial, tidak membiarkan terjadi dan berkembangnya
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial.
3. Kepentingan Nasional (Nasionalisme Ekonomi), di mana nasionalisme ekonomi; bahwa
dalam era globalisasi makin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional
yang kuat, tangguh, dan mandiri.
4. Kepentingan Rakyat Banyak (Demokrasi Ekonomi): demokrasi ekonomi berdasar
kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku
ekonomi perorangan dan masyarakat.
5. Keadilan Sosial, yaitu: keseimbangan yang harmonis, efisien,dan adil antara
perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan
bertanggungjawab,menuju pewujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ciri Sistem Ekonomi Kerakyatan

1. Peranan Vital Negara (Pemerintah).


Sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, negara memainkan
peranan yang sangat penting dalam system ekonomi kerakyatan. Peranan negara tidak
hanya terbatas sebagai pengatur jalannya roda perekonomian. Melalui pendirian
Badanbadan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu untuk menyelenggarakan cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak,
negara dapat terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi
tersebut. Tujuannya adalah untuk menjamin agar kemakmuran masyarakat senantiasa
lebih diutamakan daripada kemakmuran orang seorang, dan agar tampuk produksi tidak

5
jatuh ke tangan orang seorang, yang memungkinkan ditindasnya rakyat banyak oleh
segelintir orang yang berkuasa.
2. Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan. Tidak benar jika
dikatakan bahwa sistem ekonomi kerakyatan cenderung mengabaikan efisiensi dan
bersifat anti pasar. Efisiensi dalam sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya dipahami
dalam perspektif jangka pendek dan berdimensi keuangan, melainkan dipahami secara
komprehensif dalam arti memperhatikan baik aspek kualitatif dan kuantitatif, keuangan
dan non-keuangan, maupun aspek kelestarian lingkungan. Politik ekonomi kerakyatan
memang tidak didasarkan atas pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas, melainkan atas
keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan.
3. Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar, dan kerjasama
(kooperasi). Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi kerakyatan, kecuali untuk
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak, tetap didasarkan atas mekanisme pasar. Tetapi mekanisme pasar bukan satu-
satunya. Selain melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk diselenggaran
melalui mekanisme usaha bersama (koperasi). Mekanisme pasar dan koperasi dapat
diibaratkan seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang sama dalam mekanisme alokasi
sistem ekonomi kerakyatan.
4. Pemerataan penguasaan faktor produksi. Dalam rangka itu, sejalan dengan amanat
penjelasan pasal 33 UUD 1945, penyelenggaraan pasar dan koperasi dalam sistem
ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus menerus melakukan penataan
kelembagaan, yaitu dengan cara memeratakan penguasaan modal atau faktor-faktor
produksi kepada segenap lapisan anggota masyarakat. Proses sistematis untuk
mendemokratisasikan penguasaan faktor-faktor produksi atau peningkatan kedaulatan
ekonomi rakyat inilah yang menjadi substansi sistem ekonomi kerakyatan.

Tim telah menelusuri sejumlah masalah yang sungguh memprihatinkan.


Kegusaran utama kami adalah bahwa kebijaksanaan pembangunan Indonesia
telah dipengaruhi secara tidak wajar dan telah terkecoh oleh teori-teori ekonomi
Neo-klasik versi Amerika yang agresif khususnya dalam ketundukannya pada
aturanaturan tentang kebebasan pasar, yang keliru menganggap bahwa Ilmu
ekonomi adalah obyektif dan bebas nilai, yang menunjuk secara keliru pada

6
pengalaman pembangunan Amerika, dan yang semuanya jelas tidak tepat sebagai
obat bagi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia dewasa ini.
Pakar-pakar ekonomi Indonesia yang memperoleh pendidikan ilmu
ekonomi Mazhab Amerika, pulang ke negerinya dengan penguasaan peralatan
teori ekonomi yang abstrak, dan serta merta merumuskan dan menerapkan
kebijakan ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan, yang menurut mereka juga
akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Para teknokrat ini bergaul akrab dengan pakar-pakar dari IMF dan Bank
Dunia, dan mereka segera tersandera ajaran dogmatis tentang pasar, dengan alasan
untuk menemukan lembaga dan harga-harga yang tepat, dan selanjutnya
menggerakkan mereka lebih lanjut pada penelitian-penelitian dan arah
kebijaksanaan yang memuja-muja persaingan atomistik, intervensi pemerintah
yang minimal, dan menganggung-agungkan keajaiban pasar sebagai sistem
ekonomi yang baru saja dimenangkan.

Sistem Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat


Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia
yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan
menunjukan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Pemihakan dan
perlindungan ditujukan pada ekonomi rakyat yang sejak zaman penjajahan sampai
57 tahun Indonesia merdeka selalu terpinggirkan. Syarat mutlak berjalannya
system ekonomi nasional yang berkeadilan social adalah berdaulat di bidang
politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya.
Strategi pembangunan yang memberdayakan ekonomi rakyat merupakan
strategi melaksanakan demokrasi ekonomi, yaitu, produksi dikerjakan oleh semua
untuk semua dan di bawah pimpinan dan penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakat lebih diutamakan ketimbang kemakmuran orang
seorang. Mak, kemiskinan tidak dapat ditoleransi sehingga setiap kebijakan dan
program pembangunan generasi mendatang sekaligus memberikan jaminan social
bagi mereka yang paling miskin dan tertinggal .
Ekonomi Kerakyatan

7
Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum dasar demokrasi ekonomi, yang
menjelaskan bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah
pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran seorang. Sebab itu
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan. Bangun perusahaanyang sesuai dengan itu ialah koperasi

PERAN NEGARADALAM SISTEM EKONOMI KERAKYATAN


1. Menyusun Perekonomian berdasarkan atas azas kekeluargaan (tolong
emolong/gotong royong/kolektivisme), yaitu dengan menjadikan
koperasi sebagai model makro dan mikro perekonomian Indonesia;
2. Menguasai cabang-cabang produksi yang paling penting bagi Negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak, yaitu dengan
mengembangkan BUMN sebagai motor oenggerak perekonomian
nasional;
3. Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi,air, dan segala
kekayaan yang terkandung didalamnya bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat;
4. Memenuhi hak setiap warga Negara untuk medapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan;
5. Memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar

Sebagai sebuah paham dan sistem ekonomi yang bermaksud menegakkan


kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi, tentu sangat wajar bila ekonomi
kerakyatan cenderung mendapat perlawanan dari berbagai kalangan. Bagi para
penganut kapitalisme neoliberal, misalnya, gagasan ekonomi kerakyatan tidak
hanya dipandang tidak sejalan dengan teoriteori ekonomi yang telah mereka
yakini, tetapi juga cenderung dipandang sebagai ancaman serius terhadap
pemenuhan kepentingan-kepentingan pribadi mereka. Terdapat berbagai argumen
yang sering dilontarkan oleh para penghayat kapitalisme neoliberal untuk
melecehkan ekonomi kerakyatan. Mereka yang bergerak dalam dunia akademis
biasanya akan segera mengatakan bahwa ekonomi kerakyatan hanyalah sebuah

8
jargon politik, tidak ada dalam teks book, dan tidak ada coritohnya dalam dunia
nyata. Sementara mereka yang bergerak di sektor dunia usaha, cenderung
mengasosiasikan ekonomi kerakyatan dengan sistem ekonomi sosialis otoriter ala
Uni Soviet yang sudah bangkrut itu.
Agak berbeda dari para penghayat paham kapitalisme neoliberal adalah
mereka yang bersimpati terhadaip substansi ekonomi kerakyatan, tetapi tidak
yakin terhadap peluang penerapannya. Kelompok yang tergolong ragu-ragu ini
biasanya menganggap ekonomi kerakyatan sebagai sebuah gagasan idealis yang
tidak realistis. Menurut mereka, di tengah-tengah hegemoni kapitalisme noeliberal
yang ditandai oleh berlangsungnya dominasi kapitalisme kasino seperti saat ini,
bagaimana mungkin ekonomi kerakyatan dapat diselenggarakan?
Perlawanan dan keragu-raguan terhadap ekonomi kerakyatan adalah hal
yang wajar. Sebagai sebuah paham dan sistem ekonomi, setidak-tidaknya dalam
jangka pendek, ekonomi kerakyatan memang tidak bermaksud membahagiakan
semua kalangan. Artinya, walau puri dalam jangka panjang ekonomi kerakyatan
menjanjikan kondisi perekonomian yang lebih berkeadilan, dalam jangka pendek
ia adalah ancaman yang sangat serius bagi mereka yang telah merasa sangat
diuntungkan oleh sistem ekonomi kapitalis neoliberal. Sehubungan dengan itu,
mungkin ada baiknya bila dikemukakan secara singkat argumentasi yang melatar
belakangi pentingnya pelaksanaan demokratisasi modal atau demokratisasi
penguasaan faktor-faktor produksi dalam rangka penyelenggaraan system
ekonomi kerakyatan. Selain didasarkan pada motivasi untuk menciptakan
keadilan ekonomi, secara politik, demokratisasi modal atau demokratisasi
penguasaan faktorfaktor produksi adalah pilar penting bagi sistem demokrasi
sosial Indonesia untuk menjamin terselenggaranya demokrasi politik dalam arti
yang sebenarnya (Hatta, 1960).
Dalam pandangan ekonomi kerakyatan, demokrasi politik saja tidak
mencukupi bagi rakyat banyak untuk mengendalikan jalannya roda
perekonomian. Sebab, sebagaimana berbagai bidang kehidupan lainnya,
persaingan politik sangat tergantung pada modal. Dengan demikian, walau pun
suatu masyarakat telah memiliki kelembagaan politik yang secara prosedural

9
tergolong demokratis, letapi faktor modal akan tetap memainkan peranan sangat
penting dalam mempengaruhi pilihan-pilihan politik masyarakat. Sebagaimana
pemah dikemukakan oleh Gramsei (dalam Sugiono, 1999), sesungguhnya para
pemodal besar tidak hanya cenderung memanfaatkan negara sebagai sarana untuk
membela kepentingan kelas mereka. Melalui kekuatan modal yang mereka miliki,
demokrasi pun cenderung mereka pakai sekedar sebagai sarana untuk
melestarikan posisi dominan mereka di tengah-tengah masyarakat.

Agenda Ekonomi Kerakyatan


Dalam rangka ilu, agar ekonomi kerakyatan tidak hanya berhenti pada
tingkat wacana, sejumlah agenda kongkret ekonomi kerakyatan harus segera
diangkat kepermukaan. Dalam garis besarnya terdapat tujuhi agenda pokok
ckonomi kerakyatan yang perlu mendapat perhatian. Ketujuhnya adalah inti dari
politik ekonomi kerakyatan dan merupakan titik masuk untuk menyelenggarakan
sistem ekonomi kerakyatan dalam jangka panjang.
Pertama, memperjuangkan penghapusan sebagian utang luar negeri
Indonesia sebagai upaya untuk mengurangi tekanan terhadap belanja negara dan
neraca pembayaran. Penghapusan utang luar negeri terutama perlu dilakukan
terhadap utang luar negeri yang tergolong sebagai utang najis (odious debt), yaitu
utang luar negeri yang proses pembuatannya sarat dengan manipulasi para
kreditur, sedangkan pemanfaatannya cenderung diselewengkan oleh para pejabat
yang berkuasa untuk memperkaya diri mereka sendiri (Adam.)
Selanjutnya, pembuatan utang luar negeri baru perlu dihentikan, sebab
selain ini ia lebih banyak ditujukan untuk menjaga keseimbangan neraca
pembayaran dan membangun berbagai proyek yang bersifat memfasilitasi
penanaman modal asing di sini. Selain tidak bermanfaat bagi peningkatan
kemakmuran rakyat, pembuatan utang luar negeri baru hanya akan menyebabkan
semakin dalamnya perekonomian Indonesia terpuruk ke dalam perangkap utang.
Kedua, meningkatkan disiplin pengelolaan keuangan negara dengan
tujuan untuk memerangi KKN dalam segala dimensinya. Salah satu tindakan yang
perlu diprioritaskan dalam hal ini adalah penghapusan dana-dana non-bujeter

10
yang lersebar secara merata pada hampir semua instansi pemerintah. Melalui
peningkatan disiplin pengelolaan keuangan negara ini, diharapkan tidak hanya
dapat diketahui volume pendapatan dan belanja negara yang sesungguhnya, tetapi
nilai tambah dari berbagai komponen keuangan negara itu terha'dap peningkatan
kilalitas pelayanan publik dapat ditingkatkan pula. Sehubungan dengan itu,
peranan negara dalam penyelenggaraan perekonomian nasional sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal 33 UUD 1945, wajib dipertahankan. Peranan ekonomi
negara tidak hanya terbatas sebagai pembuat dan pelaksana peraturan. Melalui
pengelolaan keuangan negara yang disiplin, negara selanjutya memiliki kewajiban
dalam memenuhi hak-hak dasar ekonomi setiap warga negara. Prioritas peranan
negara dalam hal ini adalah dalam menanggulangi kemiskinan, menyediakan
peluang kerja, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik bagi setiap anggota
masyarakat.
Ketiga, mendemokratisasikan pengelolaan BUMN. Sebagaimana
diketahui pengelolaan BUMN selama ini cenderung didominasi oleh para pejabat
pemerintah pusat. Dominasi para pejabat pemerintah ini tidak hanya berakibat
pada buruknya kualitas pelayanan BUMN, tetapi teratama berdampak pada
berubah BUMN menjadi objek sapi perah para penguasa. Dengan latar belakang
seperti itu, alih-alih tumbuh menjadi badan usaha meringankan beban keuangan
negara, BUMN justru hadir sebagai badan usaha yang menggerogoti keuangan
negara. Untuk mengakhiri hal itu, solusinya bukanlah dengan melakukan
privatisasi BUMN, tetapi dengan mendemokratisasikan pengelolaannya. Tiga hal
yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut. Pertama, otonomi
penyelenggaraan BUMN dari birokrasi pemerintahan, yaitu dengan
melimpahkannya kepada sebuah badan otonom yang secara khusus dibentuk
sebagai penyelenggara BUMN. Kedua, peningkatan perananserikat pekerja dalam
penyelenggaraan BUMN, baik dengan secara langsung mengikutsertakan pekerja
sebagai pemilik saham BUMN, atau raemberi hak suara kepada. para pekerja
BUMN melalui penerbitan Undang Undang. Ketiga, khusus bagi BUMN yang
bergerak dalam bidang eksplorasi sumberdaya alam, keikutsertaan pemerintah
daerah dalam kepemilikan perlu dipertimbangkan (Baswir, 2003}.

11
Keempat, peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Hal ini terutama harus
diselenggarakan dengan melakukan pembagian pendapatan (revenue and tax
sharring), yaitu dengan memberikan hak kepada pemerintah daerah untuk turut
secara langsung dalam pengumpulan berbagai jenis pajak yang selama ini
dimonopoli oleh pemerintah pusat Bahkan, untuk jenis-jenis pajakterteritu seperti
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), hak pungut sebaiknya langsung . diserahkan
kepada pemerintah daerah.
Kelima, pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasar para pekerja serta
peningkatan partisipasi para pekerja dalam penyelenggaraan perusahaan. Sesuai
dengan amanat Pasal 27 ayat 2 UUD 1945, setiap warga negara Indonesia tidak
hanya berhak mendapatkan pekerjaaan, tetapi juga berhak mendapatkan
penghidupan yang layak bordasarkan kemanusiaan. Dalam rangka itu,
peningkatan partisipasi pekerja dalam penyelenggaraan perusahaan (demokrasi di
tempat kerja), yang antara lain dapat dimulai dengan menyelenggarakan program
kepemilikan saham bagi para pekerja (employee stock option program), adalah
bagian integral dari proses pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasar para
pekerja tersebut.

Keenam, pembatasan penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan


pertanian kepada para petani penggarap. Penguasaan lahan pertanian secara
berlebihan yang dilakukan oleh segelintir pejabat, konglomerat, dan petani
berdasi sebagaimana berlangsung saat ini harus segera diakhiri. Sesuai dengan
amanat Pasal 33 UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA 1960, negara berhak mengatur
peruntukan, penggunaan, persediaaan, dan pemeliharaan lahan pertanian bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hasil pengambilalihan lahan pertanian ini,
ditambah dengan ribuan hektar lahan pertanian di bawah penguasaan negara
lainnya, harus diredistribusikan kembali kepada para petani penggarap yang
memang menggantungkan kelangsungan hidup segenap anggota keluarganya dari
mengolah lahan pertanian.

12
Ketujuh, pembaharuan UU koperasi dan pembentukan koperasi-koperasi
sejati dalam berbagai bidang usaha dan kegiatan. Koperasi sejati tidak sama
dengan koperasi 'persekutuan majikan' ala Orde Baru yang kennggolaannya
bersifat tertutup dan dibatasi pada segelintir pemilik modal sebagaimana saat ini
banyak terdapat di Indonesia (Baswir,2000).
Koperasi sejati adalah koperasi yang modalnya dimiliki secara bersama-
sama oleh seluruh konsunien dan karyawan koperasi itu. Dengan kata lain,
koperasi sejati adalah koperasi yang tidak mengenal diskriminasi sosial, agama,
ras, dan antar golongan dalam menentukan kriteria keanggotaamya. Dengan
berdirinya koperasi-koperasi sejati, pemilikan dan pemanfaatan modal dengan
sendirinya akan langsung berada di bawah kendali anggota masyarakat. Sebagai
penutup perlu dikemukakan bahwa peningkatan kesejahteraan rakyat dalam
rangka sistem ekonomi kerakyatan, berbeda dari kebiasaan selama ini, tidak
didasarkan pada paradigma lokomotif. Tetapi berdasarkan paradigma fondasi.
Artinya, peningkatan kesejahteraan rakyat dalam rangka sistem ekonomi
kerakyatan tidak lagi bertumpu pada dominasi pemerintah pusat, pasar ekspor,
modal asing, dan dominasi perusahaanperusahaan konglomerasi, melainkan pada
kekuatan pemerintah daerah, sumberdaya domestik, partisipasi para pekerja,
usaha pertanian rakyat, serta pada pengembangan koperasi sejati, yaitu yang
berfungsi sebagai fondasi penguatan dan peningkatan kedaulatan ekonomi rakyat.
Di tengah-tengah situasi perekonomian dunia yang dikuasai oleh kekuatan
kapitalisme kasino seperti saat ini, kekuatan pemerintah daerah, sumberdaya dan
pasar domestik, partisipasi para pekerja, usaha-usaha pertanian rakyat, serta
jaringan koperasi sejati, sangat diperlukan sebagai fondasi tahan gempa
keberlanjutan perekonomian Indonesia. Di atas fondasi ekonomi tahan gempa
itulah selanjutya sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan, partisipatif, dan
berkelanjutan akan diselenggarakan. Dengan melaksanakan ketujuh agenda
ekonomi kerakyatan tersebut, inudah-mudahan bangsa Indonesia tidak hanya
mampu keluar dari krisis, tetapi sekaligus mampu mewujudkan masyarakat yang
adil-makmur sebagaimana pernah dicita-citakan oleh para Bapak Pendiri Bangsa.

13
Aspek Ekonomi Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah
dan masyarakat dalam mengelola faktor produksi (SDA, tenaga kerja, modal,
teknologi, dan menejemen) dan distribusi barang serta jasa untuk kesejahteraan
rakyat. Upaya meningkatkan ketahanan ekonomi adalah upaya meningkatkan
kapasitas produksi dan kelancaran barang serta jasa secara merata ke seluruh
wilayah negara, Ketahan di bidang ekonomi sangat erat sekali dengan ketahanan
nasional. Tekat bangsa Indonesia untuk mewujudkan tujuan nasional yang termuat
dalam Pembukaan UUD l945, dituangkan dalam pembangunan nasional. Oleh
karena pembangunan tidak dapat dilakukan menyeluruh dalam waktu bersamaan,
maka diperlukan pembangunan yang menitik beratkan di bidang ekonomi dengan
tidak mengabaikan bidang-bidang lainnya. Dalam pembangunan ekonomi
meningkatkan pendapatan nasional, namun harus menjamin pemerataan dan
keadilan. Hal ini berarti harus mencegah semakin lebarnya jurang pemisah antara
sikaya dan simiskin. Dampak pelaksanaan pembangunan ekonomi diharapkan
dapat mempercepat pertumbuhan perluasan lapangan kerja. Dalam usaha
mewujudkan ketahan ekonomi bangsa diperlukan stabilitas ekonomi yang sehat
dan dinamis, dan mampu meciptakan kemandirian dengan daya saing tinggi serta
muaranya untuk kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Pembangunan
diharapkan memantabkan ketahanan ekonomi, melalui iklim usaha yang sehat
serta pemanfaatan Iptek, tersedianya barang dan jasa dan meningkatkan daya
saing dalam lingkup perekonomian global.
Agar dapat terciptanya ketahanan ekonomi yang diinginkan perlu upaya
pembinaan terhadap berbagai hal yang menunjang antara lain:
1) Sistem ekonomi diarahkan untuk kemakmuran rakya melalui ekonomi
kerakyatan untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa.
2) Ekonomi kerakyatan harus menghindari: a) free fight lieberalism yang
menguntungkan pelaku ekonomi kuat, b) sistem etatisme dimana negara berserta
aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mematikan potensi daya kreasi
unit-unit ekonomi di luar sektor negara. c) tidak dibenarkan adanya pemusatan
kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli yang
bertentangan cita-cita keadilan.

14
3) Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling
menguntungkan dalam keselarasan, keterpaduan antar sektor pertanian, industri
dan jasa.
4) Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama atas dasar
asas kekluargaan, serta mendorong peran masyarakat secara aktif. Perlu
diusahakan kemitraan antara pelaku ekonomi dalam wadah kegiatan antara
Pemerintah, BUMN, Koperasi, Badan Usaha Swasta, Sektor Informal untuk
mewujudkan pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas ekonomi.
5) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya harus senantiasa
dilaksanakan melalui keseimbangan dan keselarasan pembangunan antar wilayah
dan sektor.
6) Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan dalam meningkatkan
kemandirian ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya nasional memakai
sarana Ipteks dalam menghadapi setiap permasalahan serta tetap memperhatikan
kesempatan kerja (Sumarsono, 2000: 120).

Perlu disadari hubungan antara Utara dan Selatan; Utara diwakili negara-
negara maju sedang Selatan diwakili negara-negara berkembang cenderung terjadi
hubungan yang timpang. Bahan-bahan baku milik negara Selatan atau negara
barkembang cenderung dibeli dengan harga murah, namun sesudah diolah
menjadi barang jadi dijual ke selatan dengan harga yang mahal. Jadi negara-
negara Selatan cenderung dieksploitasi oleh negara maju dan selalu dipihak yang
kalah dalam posisi tawar. Perlu diwaspadai New Neokolonialisme baru, seperti
diungkapkan Presiden Sukarno dan dikutip oleh Mubyarto Colonialism has
also its modern dress in the form of economic control, intellectual control,
(and) actual physical control by a small but alien community with a nation
(Kolonialisme juga mempunyai pakaian yang baru dalam bentuk penguasaan
ekonomi, penguasaan intelektual, (dan) penguasaan fisik oleh sekolompok kecil
masyarakat dalam lingkup bangsa (sendiri) tetapi terasing. Limapuluh tahun
kemudian ramalan Bung Karno ternyata terbukti, 26 Februari 2005, 3 hari
menjelang pemerintah menaikan harga BBM, 36 cendekiawan yang digiring

15
Freedom Institue memasang iklan 1 halaman penuh mendukung kenaikan harga
BBM. Cendekiawan itu menggunkan alasan ilmiah hasil penelitian, yang segera
dibantah oleh penelitian lain sebagai hasil yang keliru. Hal ini berarti bahwa 36
cendekiawan Freedom Institute telah mengorbankan kepentingan rakyat demi
kepentingan ekonomi asing yang tak henti-hentinya menguasai ekonomi
Indonesia. Inilah kolonialisme dengan baju baru, yang justru diwakili oleh
cendekiawan bangsa.
Cendekiawan ini telah terasing dari bangsanya sendiri. Kondisi ekonomi
dan poliltik sekarang khsusunya Asia dan Afrika dikuasai oleh paham
Corporatocracy, paham penguasaan dunia melalui kegiatan-kegiatan korporat
(usaha-usaha korporat). Dr. Ruslan Abdulgani Sekjen Konfrensi Asia Afrika (AA)
waktu itu mempertanyakan peringatan 50 tahun Konfrensi AA, karena tidak
terlalu banyak dapat berharap untuk memperbarui dan meningkatkan solidaritas
negara-negara AA. Oleh karena kepentingan mereka sudah menjadi sangat
berbeda-beda dan kekuatan negara kapitalis neoliberal sangat kuat, sedang negara
AA hampir semua terjebak utang luar negeri yang tidak dapat dilunasi. Tebitnya
buku Confessions of an Economic Hit Man (Penggakuan dosa seorang
penembak ekonomi) yang ditulis John Parkins, dalam isi buku tersebut agar
negara-negara kaya sumber daya alam seperti Indonesdia diberi hutang sebanyak-
banyaknya, sampai negara itu tidak dapat membayar utangnya. Negara pertama
yang dijerat ekonominya masuk Global empire Amerika yaitu Indonesia, pada
awal pemerintahan ORBA 1971. Bahaya neokolonialisme ini tidak diwaspadai
bahkan dianggap sebagai penyelamat ekonomi kita dari kemiskinan.
Tanda-tanda neokolonialisme di Indonesia amat jelas, muncul ketika
ORBA runtuh diganti Orde Reformasi yang berkembang tidak terkendali. Dalam
konstitusi terlihat jelas ketika pasal 33 UUD 1945 diangap perlu untuk diganti
karena berbau sosialisme, pada hal paham ini telah bangkrut dengan kemenangan
kolonialisme yang dipimpin Amerika. Asas ekonomi kekluargaan yang jelas-jelas
merupakan ideologl nasional diancam digusur dengan menggantikan asas pasar.
Meskipun MPR memutuskan mempertahankan asas kekluargaan, namun

16
kemudian Mahkamah Konstitusi telah berhasil mengobrak abrik lagi UUD 1945
dengan Amandemennya dan bersemangat menghapus asas kekluargaan.
Peringatan 50 tahun Konfrensi Asia Afrika (KAA) sangat memilukan
karena segala bahaya kolonialisme waktu itu , dianggap musuh telah berbaju
baru. Cendekiawan dan Pengusaha saat ini mendukung paham neokolonialisme
dan liberalisme, dengan keserakahannya yang tidak berubah tanpa disadari
intelektual kita tidak membantu menyejahterakan rakyat kecil, tetapi justru
menyengsarakannya (Mubyarto, Kedaulatan Rakyat, 20 April 2005: 1 dan 20).
Semangat baru dalam membrantas neokolonialisme khusunya di bidang ekonomi
dan perdagangan harus degelorakan bagi peserta KAA meskipun mempunyai
kepentingan berbeda, tetapi dengan semangat untuk maju bersama dan
membangunan networking yang kuat antar negara peserta KAA.
Indonesia sebagai tuan rumah dapat mengambil keuntungan atas
berlangsung KAA tersebut dengan mengusung agenda kerjasama di bidang
ekonomi dan perdagangan yang saling menguntungkan dengan negara maju dan
peserta konfrensi. Komoditas-komoditas unggulan seperti Tekstil dan Produk
Tekstil (TPT), tembaga, aluminium, batubara, semen, kertas, produkuk kimia, dan
produk hewan dapat dijadikan unggulan untuk masuk dalam perdagangan Asia
dan Afrika. Di masa dapan ekspor komoditas tersebut seharusnya berkembang
tidak hanya pasar tradisional ekspor ke AS tetapi menyebar ke pasar potensial
seperti Malaysia, Thailand, Hongkong, dan Taiwan. Apalagi mulai tahun ini untuk
pasar AS, komoditas TPT dudah dihapuskan kuota perdagangannya, sehingga
komoditas TPT Indonesia jika hanya mengandalkan pasar AS akan semakin berat
untuk diaraih.
Kemandegan investasi infrastruktur di Indonesia selama ini terjadi dan
sangat mengganggu sektort riil kita, akan dapat dipecahkan jika KAA dapat
dijadikan sarana menjual potensi investasi kepada negara investor misalnya
Jepang, Arab Saudi, China. Beberapa Sektor ekonomi khususnya untuk pelayanan
publik yaitu energi dan transpotasi dapat ditawarkan kepada negara-negara
potensial lainnya dalam pertemuan tersebut.

17
Pemerintah dapat mendorong peran swasta lebih tinggi dengan mengajak
mereka masuk dalam aktivitas KAA untuk langsung melakukan negosiasi bisnis
dengan beberapa negara Asia dan Afrika poensial. Namun demikian pemerintah
tidak hanya memberikan kesempatan kepada perusahaan swasta besar, tetapi juga
memberi kesempatan bagi Usaha Mikro Kecil Mengah (UMKM). UMKM harus
dirangkul dan dibantu untuk dapat menjual produk-produknya ke negara-negara
tersebut.
Segmen pasar yang berbeda dan saling melengkapi antara pedangan besar,
menengah dan kecil akan menjadi potensi perdagangan yang ada dapat dijalan
semakin luas dan besar. Pemerintah juga harus mulai memperhatikan dan
menghentikan proses deindustrialisasi yang muncul di negara ini. Majunya
perdangangan seharusnya dapat menjadi ujung tombak majunya industri-industri
unggulan, bukan sebaliknya. Melalui perdagangan yang maju akan meningkatkan
permintaan terhadap produk, yang akhirnya akan mendorong peneingkatan
volume produksi dan penyerapan tenaga kerja.
Jangan sampai terjadi perdagangan yang maju hanya memunculkan
pedagang-pedagang sebagai penjual produk import, sedang industri dalam negeri
justru mati karena produkny kalah bersaing dengan produk import tersebut.
Grand design penataan industri Indonesia harus segera dipikirkan, dirumuskann
dan diimplementasikan oleh pemerintah untuk menyelamatkan industri kita.
Indostri unggulan yang didukung dari hulu ke hilir harus diprioritaskan agar
kemandirian dan daya saing yang kuat dapat tercipta. Melalui 50 tahun KAA
tersebut, akses perjanjian kerjasama antar negara Asia Afrika semakin terbuka dan
dapat dimanfaatkan setiap negara peserta untuk saling membangun network yang
saling menguntungkan.
Bagi Indonesia yang lebih penting dari kesuksesan penyelenggaraan 50 th.
KAA adalah realisasi peningkatan ekonomi perdagangan setelah KAA berakhir
harus dapat dirasakan oleh semua Stake holder negara kita. Keberhasilan ini
bukan hanya untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok saja yang
mengatasnamakan wakil Indonesia (Nur Feriyanto, Kedaulatan Rakyat, 23 April
2005: 1 dan 20). Ketahanan di bidang ekonomi dapat ditingkatkan melalui

18
pembangunan nasional yang berhasil, namun tidak dapat dilupakan faktor-faktor
non teknis dapat mempengaruhi, karena saling terkait dan berhubungan, misalnya
stabilitas ekonomi. Jadi faktor-faktor yang terkait dengan faktor-faktor non teknis
harus diperhatikan. Dengan demikian ketahanan ekonomi diharapkan mampu
memelihara stabilitas ekomomi melalui keberhasilan pembangunan, sehinga
menghasilkan kemandirian perekonomian nasional dengan daya saing yang
tinggi.

BAB III

PENUTUP

19
Setelah melihat uraian di atas di Indonesia seharusnya menerapkan
ekonomi kerakyatan. Ekonomi ini bertumpu pada sektor-sektor ekonomi rakyat,
salah satu contoh adalah UMKM yang berada di berbagai daerah perlu
ditingkatkan. Dengan mengetahui potensi-potensi daerah yang ada, pemerintah
seharusnya bisa memodali dalam bentuk uang ataupun fasilitas misalnya
memberikan bantuan tunai untuk mengembangkan UMKM yang berada di daerah
itu serta memberikan pelatihan-pelatihan bagaimana cara mengembangkan usaha.
Dengan begitu, juga dapat mengurangi pengangguran-pengangguran di sektor-
sektor informal.

Selain itu, seperti yang sudah dijelaskan di atas perlu difasilitasi dengan
teknologi yang sudah berkembang di era globalisasi ini. Salah satu contoh dengan
gagasan pusat komunikasi bisnis berbasis web. Ini diberikan pemahaman-
pemahaman bagaimana menggunakan fasilitas internet, web untuk
mengembangkan UMKM yang ada. Salah satu faktor pendukung memperluas
pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam hal ini juga diperlukan adanya kerja sama dengan pemerintah. Kita
tahu, salah satu kendala tersalurnya modal yaitu korupsi yang banyak dilakukan
oleh para pejabat di pemerintahan pusat ataupun di daerah. Selama ini belum
dapat teratasi, kemungkinan sangat sulit menjalankan sistem ini. Uang yang
seharusnya untuk modal pengembangan UMKM di daerah-daerah tidak dapat
tersalurkan semuanya. Terkadang masyarakat hanya memperoleh sebagian atau
mungkin hanya sedikit yang sudah dianggarkan. Apa pun itu, untuk sistem
ekonomi yang sudah dialami dahulu dan berdampak sampai sekarang. Terlebih
lagi masalah privatisasi, ini seharusnya dijadikan pelajaran untuk ke depan
bagaimana membangun Indonesia yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ekonomi Kerakyatan Ekonomi Rakyat dan Koperasi Sebagai Sokoguru Perekonomian Nasional
Oleh: Revrisond Baswir Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Jogjakarta

20
KETAHANAN NASIONAL Sigit Dwi Kusrahmadi

Multidimensi Ketahanan Nasional oleh Bambang Pranowo


EKONOMI KERAKYATAN Oleh : Mubyarto, dkk.
Ketahanan Nasional oleh Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd.

21

Anda mungkin juga menyukai