Disusun Oleh :
Kelompok IV
UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI
S1 MANAJEMEN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai
oleh ideologi Pancasila, yang di dalamnya terkandung makna demokrasi
ekonomi yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan usaha
bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan
untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah.
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang
digali dan dibangun dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat
Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam SEP tersebut antara lain
berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme ekonomi, demokrasi
ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.
Di kalangan para pelopor SEP terdapat dua cara pandang. Pertama, jalur
yuridis formal, yang berangkat dari keyakinan bahwa landasan hukum SEP
adalah pasal 33 UUD 1945, yang dilatarbelakangi oleh jiwa Pembukaan
UUD 1945 dan dilengkapi oleh pasal 23, 27 ayat 2, 34, serta penjelasan
pasal 2 UUD 1945. Pelopor jalur ini, misalnya adalah Sri-Edi Swasono dan
Potan Arif Harahap.
Jalur kedua adalah jalur orientasi, yang menghubungkan sila-sila dalam
Pancasila. Termasuk dalam kubu ini adalah Emil Salim, Mubyarto, dan
Sumitro Djojohadikusumo. Pada dasarnya mereka menafsirkan SEP sebagai
sistem ekonomi yang berorientasi pada sila I, II, III, IV, dan V. Terlihat
bahwa ketiganya berusaha menjabarkan ideologi Pancasila dalam dunia
ekonomi dan bisnis. Agaknya ini sejalan dengan pandangan yang
menyatakan bahwa Pancasila merupakan ideologi terbuka, yang artinya nilai
dasarnya tetap, namun penjabarannya dapat dikembangkan secara kreatif
dan dinamis sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat Indonesia
(Alfian, 1991).Konsep ini lahir di bumi Indonesia dengan pelopor Mubyarto
yang merupakan guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Gajahmada pada
tahun 1980-1981 dan digali dari filsafat bangsa Indonesia dan kemudian
dianggap paling tepat mengarahkan perjalanan bangsa Indonesia menuju
masarakat adil dan makmur (Mubyarto,1980).
Ekonomi pancasila di definisikan sebagai sistem ekonomi yang di jiwai
ideologi Pancasila yang merupakan usaha bersama yang berasaskan
kekeluargaan dan kegotongroyongan nasional. Memiliki lima ciri :
1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial
dan moral.
2. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah keadaan kemerataan
sosial (egalitarianisme), sesuai asas-asas kemanusiaan.
3. Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian
nasional yang tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai tiap
kebijakan ekonomi.
4. Koperasi merupakan saka guru perekonomian dan merupakan
bentuk paling kongkrit dari usaha bersama.
5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat
nasional dengan desentralisasi dengan pelaksanaan kegiatan
ekonomi untuk menjamin keadilan nasional.
Keberadaan Ekonomi Pancasila ini pun tidak perlu dibatasi hanya oleh
dua kutub saja tetapi dapat diluarnya . Sistem Ekonomi Pancasila
merupakan sistem ekonomi campuran yang mengandung pada dirinya ciri-
ciri positif dari kedua sistem ekstrim yang dikenal yaitu kapitalis-liberalis
dan sosialis-komunis (Mubyarto, 1980). Berbeda dengan ekonomi peraturan
yang jelas antitetikal dengan makna Ekonomi Pancasila sebagai wadah
berkembangnya manusia Indonesia seutuhnya.
Dalam Ekonomi Pancasila, satu sumber legitimasi diambilnya tindakan
pengaturan dalam pembatasan kebebasan usaha adalah adanya ekses negatif
dari setiap tindakan (Mubyarto, 1981). Peranan unsur agama sangat kuat
dalam konsep Ekonomi Pancasila. Karena unsur moral dapat menjadi salah
satu pembimbing utama pemikian dan kegiatan ekonomi. Kalau moralitas
ekonomi Smith adalah kebebasan (liberalisme) dan ekonomi Marx adalah
diktator mayoritas (oleh kaum proletar) maka moralitas Ekonomi Pancasila
mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
sosial. Sehingga pelaku Ekonomi Pancasila tidak hanya sebagai homo
economicus tapi juga homo metafisikus dan homo mysticus (Mubyarto,
1986).
Pelaku-pelaku ekonomi inilah yang secara agregatif menciptakan
masyarakat yang berkeadilan sosial dan besifat sosialistik yaitu adanya
perhatian yang besar pada mereka yang tertinggal (Mubyarto, 1981).
Ditambah dengan semangat nasionalistis dan kesungguhan dalam
implementasi, Ekonomi pancasila akan mampu menciutkan kesenjangan
kaya-miskin atau mampu mencapai tujuan pemerataan (Mubyarto, 1986).
Kompleksitas permasalah manusia dengan tidak bisa diselesaikan
dengan pendekatan monodisiplin. Oleh karena itu Ekonomi Pancasila
menggunakan pendekatan intrdisipliner. Upaya pengembangan teori
Ekonomi Pancasila erat kaitanya dengan perkembangan ilmu sosial antara
lain sosiologi, antopologi, ilmu politik bahkan ilmu sejarah. Dengan
demikian teori Ekonomi Pancasila akan berkembang tetapi memerlukan
bantuan ahli teori. Ahli pemikir haruslah tokoh pemikir yang mampu
menggali pikiran-pikiran asli Indonesia (Mubyarto, 1980), dan mampu
mencari titik keseimbangan antara berfikir kritis analitik dalam
menganalisis masa kini dan metafisik filsafati untuk meramal masa depan
(Mubyarto,1981).
Di tahun 80an, Ekonomi Pancasila sempat menjadi polemik. Memang
akan tidak bemanfaat untuk menamakan setiap kebijakan dengan nama
Pancasila. Pancasila diharapkan menjiwai setiap kebijakan bukan sebagai
nama (etiket) setiap kebijakan (Mubyarto,1981). Dengan
mengimplementasikannya maka dengan sendirinya Ekonomi Pancasila ini
akan menjelma menjadi Ekonomi Indonesia.
2.2 Ciri – Ciri Sistem ekonomi Pancasila Menurut Para Ahli :
1. Menurut Mubyarto
Konsep ekonomika etik ekonomi Pancasila oleh Mubyarto
dalam bukunya Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila dicirikan
sebagai berikut:
Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi,
moral dan sosial.
Ada kehendak kuat dari seluruh anggota masyarakat untuk
mewujudkan keadaan kemerataan sosial ekonomi.
Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah pengembangan
ekonomi nasional yang kuat dan tangguh, yang berarti
nasionalisme selalu menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi.
Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional.
Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara sentralisme
dan desentralisme kebijaksanaan ekonomi untuk menjamin
keadilan ekonomi dan keadilan sosial dengan sekaligus
menjaga efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.
2. Menurut Boediono (Wakil Presiden RI), sistem Ekonomi Pancasila
dicirikan oleh lima hal sebagai berikut:
Koperasi adalah sokoguru perekonomian nasional
Manusia adalah “economic man” sekaligus “social and
religious man”.
Ada kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme dan
kemerataan sosial.
Prioritas utama kebijakan diletakkan pada penyusunan
perekonomian nasional yang tangguh.
Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi dengan perencanaan
yang kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi
seperti yang dicerminkan dalam cita-cita koperasi.
3. Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila menurut Emil Salim dalam
bukunya “Membangun Koperasi dan Sistem Ekonomi Pancasila”
adalah sebagai berikut:
Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan
begitu juga dengan peranan pihak swasta yang posisinya
penting namun tidak mendominasi.
Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian
karena didasari atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.
Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan
produksi dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin
dan diawasi oleh anggota masyarakat.
Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara /
pemerintah. Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti
air, bahan bakar minyak / BBM, pertambangan / hasil bumi,
dan lain sebagainya.
2.3.1 Kelebihan:
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
asas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
mengusasi hajat hidup rakyat banyak dikuasai oleh negara.
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan
dengan permuwakafan lembaga perwakilan rakyat serta
pengawasan terhadap kebijakannya ada pada lembaga
perwakilan rakyat pula.
Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan
yang dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara
diperkembangkan sepenuhnya dalam batas yang tidak
merugikan kepentingan umum.
Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
2.3.2 Kekurangan:
Adapun ciri negatif yang harus dihindari dalam sistem
perekonomian kita karena bersifat kontradiktif dengan nilai-nilai dan
kepribadian bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
Sistem free fight liberalism (sistem persaingan bebas yang
saling menghancurkan).
Sistem terpusat, yang dapat mematikan potensi, kreasi, dan
inisiatif warga masyarakat.
Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.
1. Pengembangan IPTEK
Dalam upaya meningkatkan dan mewujudkan sumber daya
kesejahteraan dan peningkatan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pada hakikatnya suatu hasil kreativitas
rokhani setiap individu. Oleh karena itu, modal utama dalam
membangun sebuah Negara, yaitu kemajuan teknologi yang
dilengkapi keterampilannya untuk memanfaatkan sumberdaya
alam dana teknologi. Tetapi yang menjadi persoalan adalah
kualitas dari sumber daya manusia, penawaran tenaga kerja yang
melibihi permintaan tenaga kerja, tingginya lulusan sekolah yang
menganggur, dan tenaga kerja yang tidak terdidik. Oleh sebab
itu, ini merupakan faktor utama dalam membangun kebijakan
sistem ekonomi pancasila.
2. Pengembangan dalam Bidang Politik
Dalam sistem politik Negara harus mendasarakan pada
kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat manusia
sebagai individu-mahluk sosial yang terjelma sebagai rakyat.
Maka kekuasaan Negara harus berdasarkan pada asal mula dari
rakyat untuk rakyat.maka rakyat asal mula dari suatu Negara.
Menurut Drs. Moh.Hatta, menyatakan bahwa Negara berdasarkan
atas ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab. Tetapi berbeda untuk saat ini, kebanyakan dari
pemimpin hanyalah memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan
pribadi bukan untuk kepentingan rakyat.
3. Pembangunan dalam Bidang Ekonomi
Terwujudnya perkembangan suatau Negara adalah berawal
dari rakyatnya yang mampu mengembangkan teknonolginya.
Sebagai mana telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ekonomi
kerakyatan merupakan ekonomi yang humanistic yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas.
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja
melainkan demi kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa.
1. Kelebihan :
Setiap orang memiliki kebebasan memiliki aset dan sumber
daya produksi
Mendorong inisiatif dan inovasi masyarakat dalam bidang
ekonomi
Munculnya persaingan yang membuat setiap produsen
terpacu untuk menghasilkan prodak
Dianggap efisien dan evektif karena semua tindakan
didasari atas asas keuntungan
Menumbuhkan inisiatif dan kerasi masyarakat dalam
kegiatan ekonomi, karena masyarakat tidak perlu lagi
menunggu perintah dari pemerintah.
2. Kekurangan :
Banyak penggunaan tenaga kerja di bawah umur dengan
upah yang rendah, karena tujuannya untuk mencari
keuntungan yang tinggi dengan menekan biaya produksi
serendah-rendahnya.
Akan terjadi penumpukan Harta. Persaingan bebas yang tak
terbatas menimbulkan gangguan dalam tatanan ekonomi
antara lain penumpukan harta, distribusi kekayaan tidak
merata dan lain sebagainya
Akan Menimbulkan Sifat Individualisme yang
berlebihan. Kepentingan individu untuk memperoleh
keuntungan akan menimbulkan perpecahan ditengah-tengah
masyarakat.
Akan melahirkan sikap hidup yang tidak memperhatikan
nilai-nilai moral social dan agama.Akan adanya budaya
potong kompas, korupsi, kolusi menjadi bagi
Banyak dilakukan perdagangan yang curang, karena
tujuannya mencari laba yang tinggi dan menghadapi para
pesaing bisnis agar dapat terus menguasai monopoli pasar
Semakin lebar jurang antara si kaya dan si miskin
Saat ini tidak ada satu negarapun yang menerapkan sistem ekonomi
kapitas secara utuh. Bahkan negara Amerika Serikat yang mendeklarasikan
bahwa negaranya menganut faham ekonomi inipun pada kenyataannya
masih belum dapat menerapkan sistem ini apa adanya. Masih banyak
ditemui pemerintah ikut campur dalam menentukan kebijakan-kebijakan
ekonomi yang dilakukan di daerah kekuasaannya.
Pembahasan :
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak bagi
masyarakat. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak yang signifikan akan terjadi pada tingkat inflasi dan pada
kondisi perekonomian nasional. Dampak kenaikan harga BBM
terhadap inflasi adalah akan terjadi kenaikan pada tingkat persentase
inflasi. Jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah,
dan akan berdampak pula pada harga berbagai jenis barang dan jasa.
Kondisi perekonomian akan mengalami goncangan,
ketidakstabilan akan terjadi. Iklim investasi akan menurun, sehingga
berpengaruh pada jumlah pendapatan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan
kebijakan moneter. Seluruh instrumen kebijakan moneter efektif
dalam mengurangi dan mengatasi inflasi. Jika semua masyarakat
meningkatkan konsumsinya terhadap BBM, maka tidak heran jika
terjadi kenaikan harga BBM, Ini dikarenakan permintaan yang
membubung tinggi sementara penyediaan barang mengalami
kekurangan akan membuat harga barang tersebut menjadi naik dan
timbulnya inflasi. Apabila harga suatu barang mengalami penurunan,
maka daya beli masyarakat dan permintaan masyarakat akan barang
tersebut menjadi naik.
Sebaliknya jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka
daya beli masyarakat akan mengalami penurunan. Sebagaimana
yang tercantum dalam hukum permintaan. Berbanding terbalik
dengan penawaran, jika harga suatu barang sedang mengalami
penurunan, maka penawaran barang tersebut akan menurun pula,
tetapi jika harga barang tersebut sedang mengalami kenaikan, maka
penawaran akan barang tersebut juga akan meningkat. Sesuai dengan
hukum penawaran. Terjadinya inflasi tergantung pada sejumlah
faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat harga, juga
tergantung pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan